Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam suatu
keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Ia
selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-kadang kecil.
Perubahan itu terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia
(Soemarwoto, 1983).
            Suksesi merupakan proses perubahan yang berlangsung secara beruntun dari
komunitas tumbuhan pelopor dengan biomassa kecil. Tetapi lahan hidup di kawasan yang
gersang dan kerdil menjadi komunitas belukar dan kemudian menjadi hutan dengan
biomassa lebih berat, setelah kawasan itu cukup subur untuk mendukung kehidupan yang
lebih kaya raya serta anekaragam. Pohon kaya di dalam hutan jauh lebih besar dengan
komunitas asalnya yang hanya terdiri atas jenis tumbuhan herba seperti lumut kerak, lumut
daun, paku-pakuan, dan sebagainya (Suharno, 1999)
            Barangkali yang paling kontroversial dari kecenderungan suksesional menyinggung
keanekaragaman, variasi jenis, yang dinyatakan sebagau nisbah jenis-jumlah atau nisbah
luasnya daerah, cenderung meningkat selama tahap-tahap dini dari perkembangan
komunitas. Perilaku komponen “kemerataan” dari keanekaragaman kurang dikenal dengan
baik. Sementara peningkatan keanekaragaman jenis bersama-sama dengan penurunan
dominansi oleh salah satu jenis atau kelompok kecil jenis (yakni peningkatan pemerataan
atau penurunan redunansi) dapat diterima sebagai kemungkinan umum selama suksesi.
Ada pula perubahan komunitas lainnya yang dapat bekerja berlawanan dengan
kecenderungan ini (Odum, 1996).
1.2 Tujuan Praktikum
            Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh suksesi
tumbuhan rumput – rumputan disekitar kampus UNTAN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi
pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun
yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa
suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme
dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang
saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi
kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting
untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan
sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan,
dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar tanaman yang
menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik (Resosoedarmo, 1989).
            Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini harus
dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana
adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan
bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapat membayangkan apa yang
dimaksud jika kita berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini
menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam
suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga
tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang
memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam
komunitas ini (Wirakusumah, 2003).
.           Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara
teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah
mencapai homeostatis (Desmukh, 1992).
            Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:

1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator
lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae.
Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia
hutan ini banyak di Flores.
2. Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme
komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di
daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan
disebut hutan hujan tropik.           
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan
keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak
ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan
lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks
keunggulannya. Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk
hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat
dilakukan pada setiap lokasi tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang
terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin
beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak
dalam sifat fisik lingkungannya (Michael,
1994).                                                                                 
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola
yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari
bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang
khas. Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin,
dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan
tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-
daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang
khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya
spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini
terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga
terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto,
1980).   
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain parang, meteran, dan cangkul.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rafia dan kayu pancang.
3.2 Cara Kerja
            Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum suksesi adalah sebagai berikut :
3.2.1. Menetapkan lahan yang akan digarap, kemudian mencatat data awal kondisi
lingkungan dan vegetasi dari lahan tersebut.
3.2.2. Membersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput-rumputan dan tumbuhan
yang hidup pada lahan tersebut.
3.2.3. Petak lahan berukuran 2 x 2 m2 dibagi-bagi menjadi 4 petak kecil yang berukuran 1 x
1 m2 , dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafia. Selanjutnya membiarkan
petak pengamatan tersebut selama satu minggu.
3.2.4. Setelah satu minggu mengamati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing-masing
petak dan mencatat mengenai jumlah dan jenis tumbuhan yang ada.
3.2.5. Pengamatan petak percobaan dilakukan setiap minggu selama 5 minggu.
3.2.6. Mencatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan membandingkan hasil
pengamatan dari setiap minggu.
3.2.7. Setelah 8 minggu, menghitung kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif dan indeks nilai penting dari kondisi vegetasi sebelum dan sesudah suksesi dengan
menggunakan rumus.
3.3 Analisis Data
                                    Jumlah individu
a. Kerapatan (K) =
                                    Luas area sampel
                                                            Kerapatan jenis
b. Kerapatan Relatif (KR) =                                                               x
100 %
                                                            Kerapatan seluruh jenis
                                    Individu yang terdapat dalam plot

c. Frekuensi (F) =
                                                Luas area sampel

                                                            Frekuensi Jenis

d. Frekuensi Relatif (FR) =                                                                 x 100 %

                                                            Frekuensi seluruh jenis

e. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR

4.2  Pembahasan
            Empat macam spesies pada saat sebelum sukesi, yaitu Graminae, Cyperus sp.,
Paspalum, dan Colocasia esculenta. Dari keempat spesies tersebut, tumbuhan Graminae
paling mendominasi dengan jumlah sebanyak 80-90% seluruh jenis pada tiap plot.Setelah
dilakukan sukesi dan dibiarkan selama satu minggu, ternyata tumbuhan yang pertama kali
tumbuh adalah Graminae, Cyperus sp., Paspalum, dan Spesies 1. Ini menunjukkan bahwa
Graminae, Cyperus sp., Paspalum, dan Spesies 1 bertindak sebagai tumbuhan perintis
(pionir). Setelah itu baru kemudian tumbuh Spesies 2. Setelah 5 minggu, kita dapat
mengamati bahwa telah terjadi suksesi pada lahan garapan, yang ditandai dengan
terbentuknya komunitas baru.
            Komunitas baru yang terbentuk ini terdiri dari 2 macam spesies, yaitu Spesies 1 dan
Spesies 2. Komunitas ini berbeda dengan komunitas awal yang terdiri dari 4 jenis spesies.
Dari komunitas awal, jenis spesies yang kembali tumbuh pada komunitas baru adalah
Graminae, Cyperus sp., dan Paspalum. Sedangkan Colocasia esculenta tidak tumbuh lagi.
Spesies 1 dan Spesies 2 yang tumbuh pada komunitas baru merupakan jenis tumbuhan
yang berasal dari komunitas awal. Ini menunjukkan bahwa suksesi yang terjadi pada lahan
garapan adalah suksesi sekunder, yaitu suksesi yang terjadi jika suatu komunitas baru
muncul dan berkembang pada habitat yang pernah ditumbuhi oleh komunitas lain. Selain
itu, bibit atau benih Spesies 1 dan Spesies 2 yang tumbuh pada komunitas baru bukan
berasal dari habitat awal lahan tersebut.
            Indeks Nilai Penting (INP) dari komunitas baru yang tumbuh akibat proses suksesi
sekunder. INP disini berdasarkan grafik juga berkaitan erat dengan kerapatan relatif dan
frekuensi relatif dari vegetasi Spesies 1 dan Spesies 2. Pertama kita lihat data kondisi
vegetasi sebelum terjadi suksesi. Dari hasil pengamatan, kita dapat melihat bahwa
tumbuhan Graminae memiliki INP yang paling tinggi dibanding tumbuhan Cyperus sp.,
Paspalum, dan Colocasia esculenta. Berbeda pada data kondisi vegetasi setelah terjadi
suksesi. Paspalum memiliki INP yang lebih tinggi dibanding dengan Graminae, yaitu
sebesar 256,87 %. Sedangkan INP Graminae hanya sebesar 182,76%.
            Tumbuhan Paspalum memiliki tingkat kerapatan dan frekuensi yang relatif lebih
tinggi dibanding spesies yang lain, sesudah suksesi. Tumbuhan Paspalum bersifat dominan
atau mendominasi pada lahan tersebut, sehingga memiliki frekuensi jumlah individu yang
relatif lebih tinggi dibanding spesies lain. Paspalum juga memiliki tingkat kerapatan populasi
yang relatif tinggi dibanding spesies lain.
            Paspalum tumbuh kembali dan mendominasi pada komunitas baru. Dengan
demikian, Paspalum memiliki INP yang lebih tinggi dibandingkan Spesies 1 dan Graminae,
yaitu sebesar 256,87%. Sedangkan INP Spesies 1 hanya 224,01%, Graminae 182,76%
dan Spesies 2 hanya 128, 36% . Hal ini menunjukkan bahwa Paspalum mendominasi pada
komunitas baru. Selain itu, Paspalum juga merupakan tumbuhan perintis (pionir) yang
pertama kali tumbuh pada lahan tersebut. Sehingga lama kelamaan jumlahnya semakin
bertambah dari minggu ke minggu. Paspalum dan Graminae dapat tumbuh kembali karena
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sedangkan spesies lainnya yang
tumbuh pada komunitas awal tidak dapat tumbuh kembali karena tidak mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru.
BAB V
KESIMPULAN

            Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pengaruh Graminae kurang dominan pada saat keadaan setelah terjadinya suksesi. Akan
tetapi jenis rumput lainnya seperti Paspalum memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap jenis vegetasi dan dominansi pada lahan di sekitar kampus UNTAN.
DAFTAR PUSTAKA

Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.
Soeriatmadja, R. E., 1977, Ilmu Lingkungan, ITB, Bandung.
Suharno, 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu
Lingkungan, UI Press, Jakarta.
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
       Hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh pohon, tetapi hutan bukan hanya sekedar
pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan yang kecil seperti lumut, semak belukar dan bunga-
bunga hutan. Di dalam hutan juga terdapat beranekaragam burung, serangga dan berbagai jenis
binatang yang menjadikan hutan sebagai habitatnya. Terutama terdapat berbagai macam
vegetasi. Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang menempati suatu
ekosistem.
       Keseimbangan ekosistim hutan sering terganggu baik oleh bencana alam maupun oleh
perbuatan manusia. Adanya perilaku atau tindakan manusia yang tidak bijaksana
memperlakukan hutan yang menimbulkan permasalahan. Aktivitas manusia seperti membakar
hutan, pembalakan liar, pengembalaan, atau merombak hutan untuk dijadikan tanaman pertanian
atau tempat pemukiman telah merubah habitat hutan asli Secara alamiah hutan-hutan yang
mendapat gangguan (kebakaran) atau dirombak akan kembali menjadi hutan sekunder setelah
melalui tahap-tahap suksesi.
      Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-
perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat
diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang
sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas
hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan. Kasus yang
pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai
suksesi sekunder. Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-
komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah
gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana
(misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies
yang interdependen) selama beberapa generasi.
       Bersarkan paparan diatas maka dapat praktikum kali ini yakni untuk memaparkan, atau
untuk merincikan tentang suksesi. Baik suksesi primer maupun suksesi sekunder. Dan bertujuan
agar praktikan lebih mengetahui lagi mengenai suksesi sekunder dan primer, terutama suksesi
primer karena pembahasan praktikum yang telah dilakukan iyalah tentang suksesi primer. Yang
bermanfaat bagi praktikan agar lebih mengetahui tentang perbedaan antara suksesi primer dan
sekunder serta mengetahui tahap-tahap dari suksei itu sendiri.
Tujuan Praktikum
       Adapun tujuan untuk pengamatan ini adalah :

1.      Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam suatu komunitas sebagai akibat terjadinya
suksesi

2.      Membedakan antara suksesi primer dan sekunder

Rumusan Masalah
       Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1.      Bagaimana perubahan yang terjadi dalam suatu komunitas sebagai akibat terjadinya suksesi?
2.      Apa perbedaan antara suksesi primer dan sekunder?
        

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Hutan


       Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terdapat
keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan berupa kayu dan
nonkayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam
hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata, dan sebagainya.
Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya semakin
meningkat dari tahun ketahun  (Bambang, 2011).
       Keseimbangan ekosistim hutan sering terganggu baik oleh bencana alam maupun oleh
perbuatan manusia. Adanya perilaku atau tindakan manusia yang tidak bijaksana
memperlakukan hutan yang menimbulkan permasalahan. Aktivitas manusia seperti membakar
hutan, pembalakan liar, pengembalaan, atau merombak hutan untuk dijadikan tanaman pertanian
atau tempat pemukiman telah merubah habitat hutan asli Secara alamiah hutan-hutan yang
mendapat gangguan (kebakaran) atau dirombak akan kembali menjadi hutan sekunder setelah
melalui tahap-tahap suksesi (Bambang, 2011).

2.2  Pengertian Suksesi Ekologi


       Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada
perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang
dapat diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang
sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas
hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan. Kasus yang
pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai
suksesi sekunder. Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-
komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah
gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana
(misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies
yang interdependen) selama beberapa generasi  (Sutomo, 2009).
       Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu
ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh
ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah
merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling
berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan
disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organisme (Irwan, 2002).
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentukkomunitas klimaks.
Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan
komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan
(Arianto, 2008).
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu mengalami
kemajuan, sehingga membawa pengertian kepada dua hal, yaitu (Wirakusumah, 2003). :
1.      Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat
yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2.      Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).

Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-


jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari
degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam
tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi
(suksesi yang mengalami kemunduran) (Wirakusumah, 2003). ).

2.2 Tahap-Tahap Suksesi


       6 sub komponen dalam proses suksesi yaitu (Michael, 2005):
1.      Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2.      Migrasi : tersebarnya biji
3.      Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4.      Kompetisi : adanya pergantian spesies
5.      Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6.      Klimaks : komunitas stabil
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah
hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Kecepatan proses suksesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Michael, 2005):
1.      Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2.      Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3.      Kehadiran pemencar benih.
4.      Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan
benih serta curah hujan.
5.      Jenis substrat baru yang terbentuk
6.      Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

2.3 Macam-Macam Suksesi


        Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi yaitu
(Odum, 2006) :
1.  Suksesi Primer
       Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa
tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh
campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak
bumi).
       Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut kerak.
Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan
diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada
tanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks.Benih yang jatuh pada tempat
tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan.
Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk. Hal ini dapat
terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas
hewan. Secara langsung atautidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa
tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa
menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks
atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh
suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau
yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m.
2.  Suksesi Sekunder
       Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan/substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir.
       Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami
atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran,
pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
       Adapun tahapan-tahapan suksesi sekunder yaitu (Odum, 2006):
1.  Fase permulaan
       Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang
mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan
menempati tanah yang gundul.
2.  Fase awal/muda
       Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh jenis-jenis pohon
pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan
kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana,
relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang
disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun),
berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya
yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat
tinggi, dan pohon-pohon tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang
tumbuh didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai beberapa
jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera digantikan/ditutupi oleh pionir-
pionir awal yang cepat tumbuh.
3.  Fase Dewasa
       Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan mati satu per
satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir yang juga akan membentuk
lapisan pohon yang homogen. Secara garis besar, karakteristik-karakteristik pionir-pionir akhir
yang relatif beragam dapat dirangkum sebagai berikut: Walaupun sewaktu muda mereka sangat
menyerupai pionir-pionir awal, pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun),
dan sering mempunyai kayu yang lebih padat.
       Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki biji/benih yang disebarkan oleh angin,
yang seringkali dorman di tanah dalam periode waktu yang sangat lama. Mereka bahkan dapat
berkecambah pada tanah yang sangat miskin unsur hara bila terdapat intensitas cahaya yang
cukup tinggi. Jenis-jenis pionir akhir yang termasuk kedalam genus yang sama biasanya
dijumpai tersebar didalam sebuah daerah geografis yang luas.
       Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur mengecil secara kontinyu. Dalam
hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang diproduksi hanya 1- 4.5 t/ha/tahun. Setelah 50-80
tahun, produksi primer bersih mendekati nol. Sejalan dengan akumulasi biomasa yang semakin
lambat, efisiensi penggunaan unsur-unsur hara akan meningkat, karena sebagian besar dari
unsur-unsur hara tersebut sekarang diserap dan digunakan kembali. Sebagai hasil dari keadaan
tersebut dan karena adanya peningkatan unsur hara-unsur hara yang non-fungsional pada lapisan
organik dan horizon tanah bagian atas, maka konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa.
       Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi kategori yaitu (Odum,  2006),:

1.  Iklim
a.  Curah hujan
       Curah hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan proses-proses penting
lainnya pada vegetasi). Air merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan tipe
vegetasi. Air dapat mengubah kadar garam tanah sehingga dapat mempengaruhi vegetasi suatu
daerah. Jumlah hujan yang turun berlainan antara suatu daerah dengan daerah lainnya,
tergantung dari beberapa faktor yaitu topografi, letak daerah dan letak geografis.
b.  Suhu
       Suhu di daerah tropika tidak pernah turun sampai titik beku dan kebanyakan berkisar antara
200°C dan 280°C. Suhu tropika yang tinggi disebabkan oleh sudut jatuh pancaran surya yang
hampir tegak. Perubahan tahunan panjangnya hari yang hanya kecil, dan kapasitas bahan dalam
lautan dan tanah. Suhu yang tinggi pada daerah tropika kebanyakan disebabkan oleh suhu
minimum yang lebih tinggi dan tidak dipengaruhi suhu maksimumnya yang dekat di khatulistiwa
mencapai kira-kira 300°C.
c.   Kelembapan
       Kelembaban udara dipengaruhi oleh temperatur, yaitu apabila suhu turun menyebabkan
kelembaban relatif bertambah, sedangkan jika suhu naik maka kelembaban akan berkurang.
Kelembaban dan suhu juga mempengaruhi dalam menentukan daerah distribusi tumbuhan
terutama pepohonan.
d.  Angin
       Pengaruh angin terhadap vegetasi cukup penting. Angin memberikan pengaruh terhadap
konfigrasi, distribusi tumbuhan dan juga mempengaruhi faktor ekologi lainnya seperti
kandungan air dalam udara, suhu di suatu tempat melalui pengaruhnya terhadap penguapan.
Angin juga mempengaruhi secara langsung vegetasi yaitu dengan menumbangkan pohon-pohon
atau mematahkan dahan-dahan atau bagian-bagian lain.
e.  Cahaya
       Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi dan pembungaan
tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas, dan jumlah cahaya yang
menembus melalui sudut hutan akan tampak menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk
oleh pepohonan. 
2.    Fisiologis
       Fisiologi yaitu meliputi faktor topografi berurusan dengan corak permukaan daratan dan
mencakup ketinggian, kemiringan tanah, lapis alas geologi yang mempengaruhi pengirisan,
pengikisan dan penutupan. Berbagai corak permukaan tanah itu berpengaruh pada sifat dan
sebaran komunitas tumbuhan.
3.    Edatik
       Tanah membentuk lingkungan untuk sistem akar yang rumit pada tumbuhan dan bagian
bawah tanah lainnya seperti rhizoma, subang dan umbi lapis maupun untuk sejumlah jasad tanah.
Tanah juga secara terus menerus menyediakan air dan garam mineral. Dapat berdiri tegaknya
tanaman di atas tanah merupakan masalah yang peka. Beberapa jenis tanaman tidak dapat
tumbuh pada pada tanah jenis tertentu kecuali jika pohon itu telah tersesuaikan secara khusus. 
4.  Biotik
       Meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan. Pengaruh itu dapat
langsung ataupun tidak langsung dan dapat merugikan atau menguntungkan tumbuhan tersebut.
Di dalam hutan banyak terdapat tumbuhan, komunitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.   
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
       Praktikum Ekologi Tumbuhan tentang Suksesi dilaksanakan pada tanggal  11 April 2015,
pada pukul 15.30- selesai wib, bertempat di Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3.2 Alat
       Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan alat-alat yang digunakan yakni laptop, infokus.

3.3 Bahan

       Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahan-bahan yang digunakan yakni video

3.4 Cara Kerja


1.      Praktikan mencari video tentang suksesi yang berbeda dengan kelompok lain.
2.      Praktikan mempelajari dan memahami isi video tersebut termasuk pengertian suksesi, macam-
macam suksesi dan tahap-tahap suksesi.
3.      Praktikan menyiapkan bahan dan alat yang menunjang saat melakukan dipresentasikan.
4.      Praktikan mempresentasikan video yang telah dipelajari kepada asisten dan kepada praktikan-
praktikan yang lainnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
       Komposisi spesies dalam komunitas akan bervariasi sepanjang waktu dimana di beberapa
tempat kelimpahan spesiesnya menurun, sedangkan yang lain meningkat. Beberapa gangguan
mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti
yang penting. Gangguan yang lainya mungkin sangat besar /kuat sehingga mempengaruhi sistem
secara keseluruhan, yang dapat menimbulkan perubahan pada komunitas awal.
       Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas
atau ekosistem. Proses perubahan ini akan membentuk suatu komunitas baru yang akan
mengganti komunitas lama yang telah rusak karena adanya gangguan tadi. Proses suksesi
tumbuhan dimulai segera setelah terbentuknya area daratan yang mampu menunjang tumbuhan
yang dibentuk. Kecenderungan untuk semua suksesi tumbuhan berakhir dalam komunitas
klimaks yang disebut konvergensi.
       Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat
diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat
dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi
atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas.
       Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu
ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh
ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah
merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling
berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan
disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organism.
       Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.
a. Suksesi Primer
       Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi
secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah
longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur
tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
b.Suksesi sekunder
       Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir. Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa
alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir,
kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
       Berdasarkan praktikun yang telah dilakukan yakni tentang mempresentasikan video yang
telah didapat yakni tentang video suksesi primer. Dapat diketahui bahwa suksesi primer adalah
suksesi yang dimulau dari tempat yang tidak memiliki vegetasi dan lama kelamaan dalam waktu
yang cukup lama maka akan terbentuk vegetasi yang klimaks (komunitas klimaks atau stabil).
Komunitas klimaks atau stabil adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan
tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan.
       Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tahapan suksesi primer yakni terdapatnya lahan
kosong ( tahap nudasi ). Kemudian lahan kosong tersebut terdapat batu dan karena factor abiotik
terutama factor dari angin menyebabkan spora atau biji tersebar ( tahap migrasi ), dari praktikum
yang telah dilakukan biji yang tersebar disini berupa spora dari lichens kemudian biji tersebut
menempel atau terjatuh tepatnya pada batu. Setelah spora lichens hinggap pada batu, kemudian
spora tersebut tumbuh, karena lichens memiliki adaptasi lingkungan yang cukup tinggi
menyebabkan lichen dapat hidup pada batu maupun pada daerah yang beriklim ekstrim. Lichens
merupakan tanaman piuner, yankni tanaman perintis atau tanaman awal yang memulai
terbentuknya vegetasi. Setelah lichens tumbuh pada batu kemudian lichens tersebut
menghasilkan senyawa asam yang mulai merusak batu atau melapukkan batu . Licheses
bergabung dengan tanaman kecil dan lumut yang dapt tumbuh dibebatuan tersebut. Kemudian
serangga dan binatang kecil mulai mendatangi tempat tersebut untuk mencari makan dan untuk
bertenpat tinggal. Selanjutnya batu terus mengalami pelapukan oleh senyawa asam yang
dihasilkan oleh lichens dan tanah sederhana mulai terbentuk dengan suhu dan kelembaban
tertentu.  Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik
ini memperkaya nutrien padatanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih
kompleks. Kemudian setelah tanah mulai terbentuk, tumbuhlah tanaman seperti tanaman paku
(pakis). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan setelah tanaman pakis tersebut tumbuh, dan
karena tanah yang ada pada area tersebut juga sudah mulai baik maka tumbuh juga rumput serta
tanaman lainnya seperti bunga. Setelah berbagai tumbuhan seperti paku, rumput dan tumbuhan
bunga hidup pada area tersebut, maka terjadilah kompetisi antar tanaman untuk tetap bertahan
hidup yang disebut tahap kompetisi. Tanaman yang tidak dapat bertahan hidup akan mati dan
akan menjadi unsure yang juga membuat tanah pada area tersebut menjadi lebih baik lagi.
Kemudian serangga serta hewan baru mulai datang untuk mencari makan pada tanaman dan
bunga yang ada pada area tersebut. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, selanjutnya
terjadilah perubahan habitat yang ada pada lahan kosong tadi yang dikarenakan oleh aktivitas
spesies atau aktivitas makhluk hidup yang tinggal pada area tersebut yang disebut dengan tahap
reaksi. Kemudian setelah tanaman seta organism tadi terdapat pada area tersebut, maka organism
serta tanaman tadi mulai tumbuh terus menerus, seperti tumbuhnya atau berkembangnya
tanaman tadi dan mulai tumbuhlah pepohonan serta juga mulai berkembangnya makhluk hidup
yang ada pada area tadi dan juga mulai datang makhluk hidup lainnya seperti rusa, burung dan
hewan lainnya. Yang kemudian hewan tersebut membangun habitat baru dan lingkungan bagi
spesies baru dan juga area tadi sudah mulai atau lebih lengkap tumbuhan serta hewannya dan
tahap ini biasa disebut dengan tahap klimaks. Yang ditandai dengan tercapainya homeostatis atau
keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya
dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
       ciri-ciri dari suksesi Primer, antara lain :
1.      Berkembang pada sustrat baru
2.      Terbentuk vegetasi baru
3.      Ekosistem awal habis total
       Berdasarkan pengamatan tentang suksesi yang telah dilakukan. Walau praktikan tidak
mengamati tentang suksesi sekunder. Praktikan akan membahas sedikit tentang suksesi
sekunder. Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan atau substrat seperti
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas
pionir. Misalnya seperti penebangan pohon disalah satu kawasan hutan di Indonesia. Dalam
penebangan pohon tersebut, pohon ditebang tidak habis sampai ke substratnya. Melainkan masih
tertinggal substrat yang akan menyebabkan tumbuhnya komunitas pohon yang baru tetapi
komunitas pohon yang baru tersebut merupakan komunitas pohon yang sama dengan komunitas
pohon sebelumnya. Dan setelah komunitas menjadi kompleks, maka hutan yang ada dikawasan
ini disebut dengan hutan sekunder.
       Berdasarkan praktikum yamg telah dilakukan, perbedaan antara suksesi sekunder dan
suksesi primer adalah. Jika suksesi primer disebabkan oleh bencana alam yang dapat membuat
semua area tersebut menjadi kosong dan tidak terdapat satupun komunitas yang ada pada area
tersebut. Sedangkan suksesi sekunder disebabkan oleh bencana maupun ulah tangan manusia tapi
tidak sampai menghabiskan komunitas maupun vegetasi yang ada pada area tersebut, melainkan
masih ada substrat yang tertinggal. Kemudian pada suksesi primer dimulai dengan tumbuhan
piuner. Sedangkan pada suksesi sekunder tidak di mulai dengan tanaman piuner, melainkan
langsung tumbuh tanaman yang tersisa dari substrat tanaman sebelumnya. Dan apabila suskesi
primer telah mencapai pada komunitas yang klimaks, maka hutannya disebut dengan hutan
primer. Sedangkan pada suksesi sekunder apabila telah mencapai pada komunitas klimaks, maka
hutannya disebut dengan hutan sekunder.
       Faktor yang mempengaruhi proses suksesi, yaitu: luasnya habitat asal yang mengalami
kerusakan, jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu,
kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut,
iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain serta curah
hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan, serta jenis substrat baru yang
terbentuk.  Dapat pula disebabkan oleh faktor penyebaran bibit tanaman dengan bantuan angin
sehingga dapat tumbuh di tempat itu. Selain faktor tadi, masih ada berbagai faktor lain yang turut
menentukan rentan suksesi misalnya kompetisi Kompetisi antar spesies tunggal untuk
mendapatkan sumber daya yang tersedia sangat menentukan jenis spesies baru yang menghuni
komunitas baru.
       Selama proses suksesi akan terjadi perubahan yang mengarah kepada perkembangan atau
kemajuan kondisi habitat yang mendukung terbentuknya komunitas baru. Beberapa perubahan
itu antara lain:
a.         Adanya perkembangan sifat substrat (tanah)
b.         Adanya peningkatan densitas, tinggi tumbuhan, dan struktur komunitas yang semakin kompleks
c.         Adanya peningkatan produktivitas komunitas sejalan dengan perkembangan sifat substrat
d.        Adanya peningkatan jumlah spesies organisme sampai tahap tertentu dalam proses suksesi
e.         Adanya peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai (sejalan) dengan peningkatan
jumlah spesies organisme
f.          Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks

Anda mungkin juga menyukai