(JCKB 344)
Oleh :
Miaranty Archi
J1C112204
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang
berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat
diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah
dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi
dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang
dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi
bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan
pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas (Campbell,
2008).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasi-populasinya dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi, distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Rososoedarmo,
1990).
2.2
suatu kesukaran dalam penghitungan individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka
kita harus membuat suatu kriteria tersendiri tentang pengertian individu dari tipe
tumbuhan tersebut. Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat
sehubungan dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di
tepi kuadrat, sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut
dianggap berada dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini
biasanya digunakan perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut
berada dalam kuadrat, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat
dan tentunya barns dihitung pengukuran kerapatannya (Odum, 1993).
Frekuensi adalah presentase total kuadrat yang berisi paling sedikit satu
individu spesies tertentu yang berakar. Ini adalah sebagian suatu ukuran dimana
peneliti relatif menyebut sosiabilitas. Frekuensi relatif adalah frekuensi satu
spesies sebagai presentase frekuensi dibagi satu spesies sebagai presentase
frekuensi total tumbuhan (Rososoedarmo, 1990).
Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi
dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah
jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Suatu jenis
tumbuhan yang mampu melaksanakan kontrol atas aliran energy yang terdapat
dalam komunitas dinamakan ekologi dominan (Odum, 1993).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR) (Soegianto, 1994) yaitu : INP = FR + KR + DR
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur
diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukan pada
ketinggian 1,30 m dari permukaan tanah (Wolf, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
kompetisi antar spesies tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia)
dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.
3.3 Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Tentukan lokasi komunitas vegetasi pohon.
2. Tarik garis transek menggunakan meteran dan tali rapia sepanjang 50m,
dan tandai setiap 10 m.
3. Letakkan plot pada sisi kiri dan kanan garis transek sebesar 5x5 m 2
pada setiap 10 m. Hitung jumlah pohon untuk setiap jenis yang masuk
plot.
4. Ukur lingkaran pohon setinggi dada. Kemudian cari nilai diameter
pohon tersebut kemudian konversikan ke nilai jari-jari. Hitung LBA
atau nilai dominansi dengan menggunakan rumurs luas lingkaran.
5. Tentukan struktur dan komposisi vegetasi tersebut dengan menghitung
kerapatan, dominansi, frekuensi dan penguasaan tiap spesies yang
ditemukan serta indeks diversitasnya.
6. Urutkan berdasarkan nilai INP terbesar sampai terendah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Analisis
jumla h spesies A
ukuran plot sampling
jumla h spesies A
100
keraptan seluru h spesies
INP=KR+ FR
+ DR
t
t
H = ( ni . N ) . ln ( ni . N )
i
Keterangan:
4.2.
Pembahasan
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi
atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan
dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya
penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang
akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran
kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
kompetisi antar spesies tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia)
dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.
Praktikum
ini
dilaksanakan
di
Arboretum
Universitas
Lambung
ketersedia unsur hara, intensitas cahaya, suhu, kecepatan angin dan lain-lain.
Sedangkan untuk faktor biotik merupakan interaksi antara tanaman tersebut
dengan spesies lain dalam berkompetisi memperebutkan tempat untuk tempat
hidup. Kelimpahan suatu spesies tersebut dipengaruhi oleh kemampuan spesies
tersebut untuk dapat bertahan hidup sehingga hal ini yang mempengaruhi banyak
sedikitnya jumlah suatu idividu yang berada pada daerah tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum antara lain :
1. Analisis vegetasi dengan metode transek bertujuan untuk mengetahui
hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan.
2. Ditemukan 8 jenis spesies dan hanya 1 diantaranya yang diketahui
jenisnya, yakni akasia.
3. Kerapatan relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia sebesar 25%.
Frekuensi relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia dan spesies C
sebesar 23%. Dominansi relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia
sebesar 31%.
4. INP vegetasi tertinggi terdapat pada akasia sebesar 142% artinya adalah
bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada Arboretum Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru yaitu Acacia mangium.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum praktikan harus bisa menguasai materi dan cara
perhitungan serta ketelitian untuk menghitung jumlah spesies yang ditemukan
agar tidak bingung saat mengerjakan hasil laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan
jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-dasar Ekolog. Gadjah Mada University press,
Yogyakarta
Resosoedarmo, Soedjiran., 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya,
Jakarta.
Syafei., 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta..
Wolf, L., 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.