Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

(JCKB 344)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN DENGAN METODE TRANSEK

Oleh :
Miaranty Archi
J1C112204

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
BANJARBARU
MARET, 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat
individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini
akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara
dramatis berbeda beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah
spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam
kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa komunitas terdiri dari
beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang
lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang
semuanya umum ditemukan (Campbell, 2008).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungan. Metode transek ini terdapat 2 macam metode. Diantaranya adalah
metode sabuk dan metode garis. Belt transect (transek sabuk) merupakan jalur
vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifatsifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk
hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek
10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian, Setiap segmen
dipelajari vegetasinya. (Syafei, 1990).
Sehingga penting bagi mahasiswa biologi untuk melakukan praktikum
analisis vegetasi tumbuhan dengan menggunakan metode transek dengan teknik
sederhana yang bermanfaat bagi mahasiswa biologi untuk dapat menentukan
komposisi, penguasaan dan diversitas pohon pada suatu komunitas. Nantinya
mahasiswa biologi dapat mengaplikasikan di lingkungan tempat tinggalnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk:

a. Menentukan struktur tegakan vegetasi pohon pada suatu komunitas.


b. Menentukan komposisi, penguasaan, dan diversitas vegetasi pohon pada
suatu komunitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Komunitas Vegetasi Terestrial


Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik

yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang
berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat
diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah
dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi

dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang
dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi
bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan
pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas (Campbell,
2008).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasi-populasinya dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi, distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Rososoedarmo,
1990).

2.2

Analisis Vegetasi Metode Transek

Metode transek garis (Line transect) garis-garisnya merupakan petak


contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa
kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabelvariabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP
(indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang telah dibuat
(Syafei, 1990).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan
tertentu, misalnya 100 individu/ha. Dalam mengukur kerapatan biasanya muncul
suatu masalah sehubungan dengan efek tepi (side effect) dan life form (bentuk
tumbuhan). Untuk mengukur kerapatan pohon atau bentuk vegetasi lainnya yang
mempunyai batang yang mudah dibedakan antara satu dengan lainnya umumnya
tidak menimbulkan kesukaran yang berarti. Tetapi, bagi tumbuhan yang menjalar
dengan tunas pada buku-bukunya dan berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul

suatu kesukaran dalam penghitungan individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka
kita harus membuat suatu kriteria tersendiri tentang pengertian individu dari tipe
tumbuhan tersebut. Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat
sehubungan dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di
tepi kuadrat, sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut
dianggap berada dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini
biasanya digunakan perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut
berada dalam kuadrat, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat
dan tentunya barns dihitung pengukuran kerapatannya (Odum, 1993).
Frekuensi adalah presentase total kuadrat yang berisi paling sedikit satu
individu spesies tertentu yang berakar. Ini adalah sebagian suatu ukuran dimana
peneliti relatif menyebut sosiabilitas. Frekuensi relatif adalah frekuensi satu
spesies sebagai presentase frekuensi dibagi satu spesies sebagai presentase
frekuensi total tumbuhan (Rososoedarmo, 1990).
Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi
dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah
jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Suatu jenis
tumbuhan yang mampu melaksanakan kontrol atas aliran energy yang terdapat
dalam komunitas dinamakan ekologi dominan (Odum, 1993).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR) (Soegianto, 1994) yaitu : INP = FR + KR + DR
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang
dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur
diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukan pada
ketinggian 1,30 m dari permukaan tanah (Wolf, 1992).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 25 Maret 2015 pukul
14.00-16.00 WITA yang bertempat di Arboretum Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu meteran, tali rapia, patok, kamera, alat
tulis dan kalkulator.
3.3 Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel + Skema
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi
atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan
dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya
penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang
akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran

kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
kompetisi antar spesies tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia)
dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.
3.3 Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Tentukan lokasi komunitas vegetasi pohon.
2. Tarik garis transek menggunakan meteran dan tali rapia sepanjang 50m,
dan tandai setiap 10 m.
3. Letakkan plot pada sisi kiri dan kanan garis transek sebesar 5x5 m 2
pada setiap 10 m. Hitung jumlah pohon untuk setiap jenis yang masuk
plot.
4. Ukur lingkaran pohon setinggi dada. Kemudian cari nilai diameter
pohon tersebut kemudian konversikan ke nilai jari-jari. Hitung LBA
atau nilai dominansi dengan menggunakan rumurs luas lingkaran.
5. Tentukan struktur dan komposisi vegetasi tersebut dengan menghitung
kerapatan, dominansi, frekuensi dan penguasaan tiap spesies yang
ditemukan serta indeks diversitasnya.
6. Urutkan berdasarkan nilai INP terbesar sampai terendah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil
Tabel 1. Data Hasil Analisis

Rumus rumus analisis vegetasi (metode transek):


Kerapatan(K )=

jumla h spesies A
ukuran plot sampling

Kerapatan Relatif (KR)=


Frekuensi(F)=

jumla h spesies A
100
keraptan seluru h spesies

jumla h plot spesies A yang ditemukan


jumla htotal plot sampling

Frekuensi Relatif ( FR)=

juml a h frekuensi spesies A


100
jumla h frekuensi seluru h jenis

Luas Bidang Dasar


Luas petak conto h
Dominasi dari jenis kei
DR =
X100 %
Jumla h dominasi seluru h jenis
D=

INP=KR+ FR

+ DR

t
t
H = ( ni . N ) . ln ( ni . N )
i

Keterangan:

ni= jumlah individu spesies-A


N= jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
(n i . Nt ) = kerapatan relatif spesies A
t= jumlah spesies

4.2.

Pembahasan
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi

atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan
dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya
penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang
akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran
kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
kompetisi antar spesies tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia)
dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.
Praktikum

ini

dilaksanakan

di

Arboretum

Universitas

Lambung

Mangkurat Banjarbaru untuk mengetahui jenis-jenis tanaman penyusun


ekosistemnya. Pertama, tarik rafia lurus secara horizontal sepanjang 50 m.
Kemuian di tandai dengan tali raffia. Dalam 50 m itu, garis dibagi menjadi 5
yaitu dengan ukuran masing-masing 5x5 m untuk tiap plot.
Banyak tumbuhan yang tidak diketahui secara pasti termasuk dalam
spesies apa karena sulitnya menemukan ciri khas yang dilihat dari daunnya. Ada 8
jenis spesies yang ditemukan pada daerah pengukuran. Diantara 8 jenis spesies
tersebut hanya 1 spesies yang diketahui jenisnya. 1 jenis spesies tersebut adalah
akasia.
Frekuensi relatif terbesar ditemukan pada vegetasi spesies B sebesar
26,548%. Dominansi relatif ditemukan terbesar pada spesies akasia yaitu sebesar
94%. Luas basal dan kerimbunan spesies akasia merupakan komposisi terbesar
hutan Arboretum Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, sehingga spesies
akasia dapat diperkirakan mempunyai arti penting dalam komunitas tersebut. Nilai
INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies akasia sebesar 142%.
Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa Arboretum Unlam
Banjarbaru banyak di dominasi oleh tumbuhan pohon. Daerah Arboretum Unlam
Banjarbaru memang hampir nampak seperti hutan asli pada umumnya, karena
keragaman dari spesies yang ada di Arboretum Unlam Banjarbaru yang masih
menyimpan kekayaan alam yang perlu kita lestarikan.
Kelimpahan suatu spesies di suatu daerah dipengaruhi oleh faktor biotik
dan abiotik, dimana untuk faktor abiotik diantaranya adalah kelembapan udara,

ketersedia unsur hara, intensitas cahaya, suhu, kecepatan angin dan lain-lain.
Sedangkan untuk faktor biotik merupakan interaksi antara tanaman tersebut
dengan spesies lain dalam berkompetisi memperebutkan tempat untuk tempat
hidup. Kelimpahan suatu spesies tersebut dipengaruhi oleh kemampuan spesies
tersebut untuk dapat bertahan hidup sehingga hal ini yang mempengaruhi banyak
sedikitnya jumlah suatu idividu yang berada pada daerah tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum antara lain :
1. Analisis vegetasi dengan metode transek bertujuan untuk mengetahui
hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan.
2. Ditemukan 8 jenis spesies dan hanya 1 diantaranya yang diketahui
jenisnya, yakni akasia.
3. Kerapatan relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia sebesar 25%.
Frekuensi relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia dan spesies C
sebesar 23%. Dominansi relatif vegetasi tertinggi terdapat pada akasia
sebesar 31%.
4. INP vegetasi tertinggi terdapat pada akasia sebesar 142% artinya adalah
bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada Arboretum Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru yaitu Acacia mangium.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum praktikan harus bisa menguasai materi dan cara
perhitungan serta ketelitian untuk menghitung jumlah spesies yang ditemukan
agar tidak bingung saat mengerjakan hasil laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan
jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-dasar Ekolog. Gadjah Mada University press,
Yogyakarta
Resosoedarmo, Soedjiran., 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya,
Jakarta.
Syafei., 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta..
Wolf, L., 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai