Anda di halaman 1dari 25

I.

HABITAT, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

1.1. Teori Pengantar

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu
dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi. Pada umumnya nama komunitas dapat memberikan
keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana,
memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan
bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati. Cara
yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.
Pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : (1). Bentuk atau struktur utama
seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus,
hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan
sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil ; (2). Berdasarkan habitat fisik dari
komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas
lautan,dll ; (3). Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya
terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun,
maka disebut hutan hujan tropik.
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Komunitas akuatik
Komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di
kolam
2. Komunitas terestrial
Yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang
rumput, di padang pasir, dll.
Karakter komunitas diantaranya
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas.
Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif.
Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies di dalam suatu habitat.Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah
atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan
penangkapan
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke
satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat
diramalkan.

Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan


antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.Interaksi
antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi,
dan antarkomunitas.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai.Komunitas sawah disusun
oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan
gulma.Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan
dekomposer.Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk
peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari
kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan darat.
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk
ekosistem.Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan
terjadinya aliran energi dalam sistem itu.Selain aliran energi, di dalam ekosistem
terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus
materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya.Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru.
Habitat adalah tempat dari suatu organisme, atau kelompok dari suatu
organisme hidup yang digambarkan melalui karakteristik geografis, fisik, kimia dan
biotik. Lingkungan lebih banyak mengacu pada keadaan total dari suatu kondisi,
biotik, dan abiotik yang berada disekelilingnya yang mempengaruhi biota dan
habitatnya, termasuk pengaruh dari luar suatu habitat tersebut.Habitat harus
dipahami sebagai suatu kesatuan komponen biofisik yang terdiri dari beberapa
dimensi.
Analisis habitat pada prinsipnya dapat mengukur dan menggambarkan suatu
keadaan organisme hidup, sementara analisis ekosistem lebih banyak mempelajari
suatu sistem pertukaran serta interaksi antara komunitas dengan lingkungan
abiotiknya. Konsep yang berhubungan lainnya adalah niche, peranan funsional dari
spesies dalam suatu ekosistem tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui deskripsi secara umum dan analisis
biotik secara lengkap mengenai suatu habitat (makro habitat dan mikro habitat)

1.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. GPS atau Kompas Menentukan koordinat yang diamati
2. Jam tangan Menentukan tanggal, waktu pengamatan
3. Soil Tester Mengukur kelembaban tanah, pH tanah
4. Termometer Mengukur suhu lingkungan (tanah dan udara)
5. Lux meter Mengukur intensitas cahaya
6. Buku stratifikasi tumbuhan Mengidentifikasi jenis tumbuhan
7. Buku stratifikasi hewan Mengidentifikasi jenis hewan
8. Pengukur tinggi tempat/tali Mengukur ketinggian pohon/rumput/semak
9. Peta monografi Acuan dalam gambar tofografi suatu daerah
10. Alat tulis Mencatat data yang dikumpulkan

1.4. Prosedur Pelaksanaan

1.4.1. Metode Deskriptif

Metode yang menggambarkan secara keseluruhan habitat yang diamati baik


komponen abiotik maupun biotik yang terdapat dalam suatu daerah pengamatan.

1.4.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Pada permulaan teknik pengumulan data adalah habitat diberi nama


yang berdasarkan penampakan vegetasi yang paling dominan didaerah
tersebut.

2. Melakukan pencatatan seperti : tanggal, hari, waktu, musim pada saat


pengamatan

3. Melakukan pencatatan mengenai lokasi habitat itu berada, letak


geografis, letak posisinya, jarak dengan perkampungan atau dengan
perkotaan, ketinggian tempat (mdpl),

4. Melakukan pencatatan mengenai tofografi meliputi : kemiringan,


perkiraan luas kawasan, intensitas cahaya, temperature, kelembaban tanah,
pH tanah, dan bentang lahan (landsekap) seperti pegunungan, bukit,
lembah, lereng, dataran, sungai, danau, rawa

5. Melakukan analisis vegetasi yaitu :

a. Membuat daftar nama tanaman secara detil (berdasarkan taksonominya)

b. Menentukan klasifikasi tipe komunitas dengan menggunakan nama


spesies dominan

c. Mendeskripsikan serta melakukan pengukuran bentuk daun

1. Penentuan tipe komunitas, yaitu dengan mencatat spesies tumbuhan


yang dominan dan sejarah kejadiannya, bagaimana sampai terbentuk
komunitas yang ada sekarang (kebakaran, banjir, penebangan pohon,
sengaja dijadikan padang rumput, dsb), contoh tipe komunitas utama seperti
tundra, padang rumput, rawa, kolam, danau savana, gurun pasir, sawah,
semak, dll.

2. Pengamatan terhadap bentuk kehidupan tumbuhan yaitu berupa


kehidupan tumbuhan darat, bentuk daun, dan kondisi musim

3. Melakukan stratifikasi tumbuhan yaitu menunjukan lapisan-lapisan


secara jelas pada kebanyakan habitat

a. Di hutan, contohnya tumbuhan hutan, herba, semak, tiang atau pancang


dan kanopi

b. Tumbuhan rendah termasuk lumut, lichen, jamur

c. Herba terdiri dari beberapa tumbuhan annual atau perennial

d. Semak yaitu semak daan daun muda

e. Pancang yaitu jenis kanopi dan bukan kanopi

f. Padang rumput yaitu strata akar dan strata permukaan tanah

1. Pengamatan kepadatan daun adalah kepadatan dari seluruh volume


daun yang ada di suatu habitat, yaitu dengan melakukan pengukuran rata-
rata ketebalan daun atau tinggi daun dari masing-masing strata

2. Pengamatan penutupan vegetasi, dengan kategori jarang (kurang dari


5%), sedang (50% - 75%), padat (lebih dari 75%)

3. Pengamatan dispersi (penyebaran) yaitu dengan menyatakan suatu


distribusi ruang tumbuh (suatu baris, acak, berkelompok atau mengumpul),
dapat dikatakan tersebar secara luas (jarang) atau tersebar dekat (padat).

4. Pengamatan terhadap keanekaragaman habitat

1.4.3. Pengumpulan Data

1. Tentukan daerah yang akan diamati habitatnya dan beri nama habitat
tersebut

2. Catat, tanggal, hari, waktu, titik koordinat, letak geografisnya, jarak


keperkampungan terdekat, ketinggian, kemiringan, temperatur,
kelembaban tanah, pH tanah, bentang lahan (lansekap), intensitas cahaya,
dan perkiraan luas habitat yang diamati.

3. Lakukan analisis vegetasi dengan cara fisiognomi

4. Tentukan tipe komunitasnya

5. Catat bentuk kehidupan tumbuhan (plant life form)

6. Lihat dan catat stratifikasi tumbuhan

7. Hitung kepadatan daun dan penutupan vegetasi

8. Analisis keanekaragaman habitat didaerah yang dijadikan pengamatan

1.4.4. Analisis Data Lapangan

Setelah data terkumpul maka buatlah deskripsi umum dan analisis


biotik mengenai habitat yang diamati

1.4.5. Analisis Evaluasi Data

Hitung keanekaragaman habitat secra kuantitatif dengan menggunakan


indeks keanekaragaman Shannon, dengan rumus sebagai berikut :

H’ = - ∑ pi log pi

dimana : H’ = indeks diversitas

pi = proporsi total areal habitat yang tertutup oleh setiap i


kategori putupan

Contoh analisis keanekaragaman habitat adalah sebagai berikut : apabila


pada suatu habitat terdiri dari 40% ditutupi oleh sampah/kotoran, 15%
bebatuan, 20% pasir dan 25% ditutupi air, maka keanekaragaman
habitatnya adalah :

H = - (0,40 log 0,40 + 0,15 log 0,15 +0,20 log 0,20 +0,25 log 0,25)
= - (0,40(-0,398) + 0,15 (-0,824) +0,20 (-0,699) +0,25 (-0,602)

= - ( -0,159 – 0,124 – 0,140 -0,151)

= 0,574 (lihat daftar logaritma)

Dapat pula mengamati keanekaragaman habitat secara vertikal dengan


melihat kepadatan daun.

Contoh pada hutan musim (deciduous) rata-rata ketinggian herba 20 cm


(0,2 m), semak 2,5 m, pancang 10 m, dan kanopi pohon 21 meter. Maka
kita dapat menentukan nilai tinggi tumbuhan tadi menjadi 4 strata yaitu
0,2 m, 2,3 m (2,5m – 0,2m) 7,5 m (10m -2,5m) dan 11 m ( 21m – 10m).

Maka pi, proporsi tinggi pada setiap kategori, akan menjadi :

P1 = 0,2 m /21 m = 0,010

P2= 2,3 m / 21 m = 0,110

P3 = 7,5 m / 21 m = 0,357

P4= 11 m / 21 m = 0,524

H = - (0,010 log 0,010 + 0,110 log o,110 +0,357 log 0,357+0,524 log0,524)

= - (0,010 (- 0,2000) + 0,110 (0,959) + 0,357 (-0,447) + 0,524 (-0,281)

= - (-0,020 – 0,105 – 0,160 – 0,147)

= 0,432 (lihat didaftar logaritma)

1.5. Hasil pengamatan

1.6. Pembahasan

1.7. Kesimpulan

1.8. Saran-saran

1.9. Daftar Pustaka


I. PEMETAAN SEDERHANA
2.1. Teori Pengantar

Peta disebut juga rupa bumi yang merupakan suatu lukisan yang mirip dan
sebagian atau seluruh permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar. Peta
merupakan alat yang sangat penting bagi peneliti dari berbagai cabang ilmu
pengetahuan misalnya dalam menentukan lokasi penelitian, mengetahui keadaan
alam dari lokasi penelitian, menentukan plot-plot atau sampel-sampel dari objek
penelitian di alam bebas. Secara umum di Indonesia dikenal beberapa jenis peta
yang sering digunakan, diantaranya :

1. Peta Topografi

Peta umum yang mencakup seluruh keadaan lapangan dan dilengkapi dengan
garis ketinggian tempat di bumi yang dihitung dari permukaan laut.Peta topografi
memperlihatkan kontur-kontur atau alur muka bumi secara rinci. Peta topografi
umumnya diperoleh dari foto citra (satelit) atau foto udara. Pada umumnya peta
topogtafi mempunyai skala yang berkisar antara 1 : 50.000 sampai 1 : 250.000.

2. Peta Pemandangan

Menggambarkan keadaan global pada suatu wilayah administrasi misalnya kota,


desa, jalan kereta api, jalan kendaraan bermotor, dan lain-lain.

3. Peta Geologi

Menggambartkan keadaan tanah berikut batuannya, dan dapat dibagi menjadi


peta tematik misalnya peta tema kegempaan, peta tema kelongsoran, peta tema
lokasi badai dan bencana alam dan lain sebagainya. Peta ini umumnya berskala
antara 1 : 100.000 sampai denga 1 : 2.500.000.

4. Peta Kadaster

Menggambarkan persil-persil atau sertifikasi tanah milik atau hak pakai


perseorangan atau kelompok pada suatu wilayah administrasi tertentu. Umumnya
berskala antara 1 : 1000 sampai dengan 1 : 10.000. Peta ini umumnya dikelola oleh
pihak BPN atau dinas tata kota wilayah administrasi setempat.

5. Peta Hutan
Menggambarkan keadaan hutan seperti kelompok hutan, kelas hutan, jenis
hutan industry, hutan cagar alam atau hutan yang telah dikatagorikan oleh instansi
terkait seperti kehutanan, Perhutani dan Badan Pertanahan Nasional, Skalanya
berkisar antara 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 250.000.

6. Peta Iklim

Menggambarkan kondisi iklim atau cuaca suatu wilayah geografis tertentu secara
peiodik, jenis peta yang tersedia adalah peta pasang surut laut, peta curah hujan,
peta badai, peta bencana yang disebabkan oleh iklim dan lain-lain.

2.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum adalah mempelajari serta menggambarkan daerah lokasi


praktikum melalui pemetaan sederhana pada lokasi sampel tertentu, serta
memetakan vegetasi yang terdapat pada suatu lokasi tertentu.

2.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. GPS atau Kompas Menentukan koordinat yang diamati
2. Alat ukur lapangan Mengukur jarak dari satu titik ke titiklainnya
(meteran)
3. Kertas grafik/millimeter Media pemetaan sederhana
blok (berukuran besar)
4. Mistar segitiga Membuat menghubungkan garis-garis antara
titik-titik yang telah ditentukan
5. Busur derajat Mengukur kemiringan/sudut titik dikertas
6. Planimeter
7. Patok Menandai titik tujuan yang akan dibidik
8. Alat tulis Mencatat datadan menulis

1.4. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :

1. Tentukan lokasi pemetaan untuk masing-masing kelompok dan lakukan survai


pendahuluan untuk membuat gambar sketsa dari areal yang akan dipetakan

2. Buatlah peta areal tersebut dengan melakukan pemetaan secara beranting,


memencar dan interaksi.

3. Seluruh benda-benda yang terletak didalam areal yang dipetakan harus turut
dipetakan pula dengan menggunakan symbol-simbol yang dimasukan dalam
legenda.
4. Daftar azimuth dan jarak harus disertakan dalam laporan praktikum

5. Hitung luas areal yang dipetakan

6. Tentukan daerah yang akan diptakan

7. Tentukan titik-titik acuan untuk setiap titik daerah yang akan dipetakan

8. Buat titik A da titik B sebagai garis awal

9. Lakukan pembidikan dengan kompas dari titik A ke titik C

10. Catat posisi dan berapa sudut yang tertera pada kompas

11. Lakukan pembidikan dari titik B ke titik C

12. Catat posisi dan berapa sudut yang tertera pada kompas

13. Ulangi langkah ke 5-8 untuk titik-titik selanjutnya

14. Gambarkan hasil pengukuran pada kerta milimeter blok

15. Sambungkan antar titik satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
peta

16. Lakukan pengukuran luas peta

1.4. Hasil Pengamatan

1.5. Pembahasan

1.6. Kesimpulan

1.7. Saran-saran

1.8. Daftar Pustaka


I. PELETAKAN DAN UKURAN SAMPLING
3.1. Teori Pengantar

Statistik populasi adalah keseluruhan data set yang diinginkan agar dapat
ditarik suatu kesimpulan, Ini tidak perlu dipusingkan dengan populasi biologi, yang
merupakan agregasi dari individu organism dari suatu kelompok spesies yang ada
pada suatu daerah. Statistik populasi adalah keseluruhan set perhitungan dari suatu
habitat, komunitas populasi biologis, ataupun satu kelompok populasi biologis.
Meskipun suatu sampel statistik adalah kelompok set data yang lebih besar (statistic
populasi), sampel fisik adalah suatu kelompok lain, atau subset dari suatu kumpulan
yang terdiri dari sati atau lebih objek materi yang meliputi data biotis maupun
abiotis. Sebagai contoh dari pengambilan sampel fisik, yaitu dengan mengambil satu
liter air dari kolam (keseluruhan volume air kolam), atau sampel vegetasi hutan
(kelompok kecil dari keseluruhan hutan), atau sampel dari seratus ekor tikus dari
keseluruhan populsai jenis tersebut. Suatu sampel statistic dengan kata lain
menjelaskan pengumpulan data,seperti pengukuran temperature atau kadar fosfat
yang ditemukan dari sampel air kolam tersebut, biomasa dari vegetasi yang ada atau
panjang ekor tikus tersebut.
Penentuan prosedur sampling sangat mempengaruhi informasi yang didapatkan
meengenai organism dan lingkungannya, seperti halnya mengenai prinsip-prinsip
umum untuk menentukancara pengambilansampel yang mendasar dalam suatu
habitat dan populasi biologi.
Ketika mengumpulkan sampel data ekologi seseorang harus mengetahui
keseluruhan data apa saja yang dijadikan sampel. Beberapa penelitian terkadang
membutuhkan pembagian definisi yang jelas dari strata, zona, microhabitat dan atau
waktu yang dijadikan sampel.Disamping itu sseeorang terkadang hanya
menginginkan takson-takson tertentu atau sustu kumpulan fakta dari
taksa.Misalnya jika ingin mendapatkan koleksi dari binatang yang ada di suatu
kolam dengan menggunakan plankton net, kita tidak harus menyampel keseluruhan
hewan yang ada di kolam tersebut.
Lebih baik kita menyadari bahwa beberapa jenis hewan dapt dikumpulkan
melalui pengambilan sampel yang sesuai dengan prosedur. Penyaringan melalui
suatu vegetasi herba di hutan dengan menggunakan insecnet tidak akan
menghasilkan seluruh binatang yang ada di hutan, tetapi hanya suatu kelompok
kecil sampel tinggal di komunitas tersebut (lebih kepada strata herba dibandingkan
dari strata tanah/permukaan, semak, atau strata pohon). Dan hanya hewan-hewan
yang tidak melarikan diri dari insecnet saja yang tertangkap.
Suatu sampel dari populasi ekologis jarang yang terdiri dari seluruh tahapan
kehidupan dari hewan-hewan tersebut, hal ini penting untuk disadari ketika kita
menarik suatu kesimpulan mengenai suatu populasi atau komunitas, karena tidak
terdapatnya suatu alat atau teknik tunggal dalam pengambilan sampel yang mampu
menyediakan data dari keseluruhan habitat, komunitas, ataupun populasi biologis,
sehingga kita harus selalui menegaskan entitas ekologi apa saja yang dapat dijadikan
sampel yang sesuai dengan prosedur pelaksanaannya.

3.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui ukuran sampling yang akan


dilakukan bila kita akan memulai suatu penelitian dan cara-cara mengumpulkan
sampel dari suatu habitat, komunitas tertentu.

3.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. Kertas grafik Menggambarkan hasil pengamatan
2. Patok dan tali rapia Menandai dan membatasi luas plot
3. Meteran Mengukur luas plot
4. Golok Membersihkan sersah pada daerah yang
diamati agar vegetasi terlihat jelas
5. Gunting Memotong tali dan mengambil specimen
6. Alat tulis Mencatat datadan menulis

3.4. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :

1. Tentukan lokasi area yang akan diamati

2. Meletakan patok-patok pada empat bujur sankar dengan luas awal 1 m


x1m

3. Letakan plot pertama ini di tempat yang jumlah vegetasinya rapat atau
banyak

4. Kemudian catat semua jenis tumbuhan yang berada dalam plot


kuadrat tersebut

5. Seteleh seluruh tumbuhan dalam plot tercatat, maka perluas plot


tersebut menjadi dua kali lipat dari sebula, yaitu 2 m x 2 m.
6. Kemudian catat penembahan jenis tumbuhan tersebut pada ukuran
yang telah diperluas itu

7. Lakukan penambahan luas dengan cara yang sama sampai dua kali
lipat yang asal, misalnya 4 m x 4 m dan seterusnya

8. Perluasan plot tidak diperlukan lagi, jika tidak terjadi lagi


pertambahan jenis tumbuhan atau bila pertambahan jenis tumbuhan tersebut
tidak lebih dari 10 %.

3.4. Hasil Pengamatan


3.5. Pembahasan
3.6. Kesimpulan
3.7. Saran-saran
3.8. Daftar Pustaka

I. SUKSESI
4.1. Teori Pengantar

Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke


satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat
diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah
mengalami homoestosis.
Vegetasi terbentuk dari kehadiran bersama-sama sejumlah individu tumbuhan
yang kemudian saling melakukan interaksi yang pada akhirnya individu-individu
tersebut memodifikasi atau mempengaruhi habitat atau tempat tumbuhnya.
Suatu vegetasi akan terbentu dari suatu daerah yang awalnya tidak tumbuh
apapun atau dari lahan yang dimusnahkan dan propagulanya terkubur terlalu
ddalam aatau disebabkan oleh kerusakan secara alami maupun buatan. Sehingga
alam telah menyiapkan serangkaian tahapan yang kan memulihkan kerusakan
vegetasi yang terjadi akibat gangguan tersebut, dan proses perbaikan tersebut
memerlukan waktu yang cukup lama, sampai kerusakan yang terjadi secara
perlahan-lahan mengalami pemulihan sedikit demi sedikit, sampai terciptanya suatu
keadaan vegetasi seperti sebelum terjadi kerusakan, dan proses pemulihan tersebut
dikenal dengan istilah suksesi.
Suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih
mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya. Suksesi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu : Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat
sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total,
menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya
terjadilah habitat baru. Suksesi sekunder yaitu prosesnyasama dengan yang terjadi
pada suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau
kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi
tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.

4.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum adalah mempelajari vegetasi tumbuhan bawah sebelum dan


sesudah suksesi, mengetahui kurun waktu yang dibutuhkan dalam proses suksesi
dan mengetahui tahapan suksesi.

4.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. Meteran Mengukur dan menentukan luas plot
2. Patok Menandai batas plot yang ditentukan
3. Tali rapia Memperjelas batas plot sehingga membentuk
kotak plot
4. Sekop/cangkul Membersihkan atau memusnahkan vegetasi
yang telah ada sebelumnya
8. Alat tulis Mencatat datadan menulis

4.4. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :

1. Penetuan daerah yang dianggap representatif untuk diamati pada areal lahan
yang ada, dari setiap kelompok

2. Melakukan pemilihan daerah yang menunjukan vegetasi tumbuhan bawah

3. Buatlah plot yang berukuran 1 m x 1 m untuk setiap kolompoknya

4. Melakukan identifikasi berbagai jenis tumbuhan bawah yang ada pada plot
tersebut, dan hitung jumlah tiap individu spesiesnya

5. Bersihkan tumbuhan yang ada dalam plot sampai perkiraan tidak ada lagi
tumbuhan yang tertinggal dengan sekop/ cangkul
6. Biarkan plot tersebut sampai satu minggu setelah dibersihakan

7. Kemudian amati apa yang terjadi dan catat jenis tumbuhan bawah yang mulai
Nampak dan tumbuh di dalam plot tersebut.

8. Lakukan pengamatan secara terus menerus setiap minggu samapi 2 bulan

9. Catat jenis tumbuhan apa yang ada.

4.4. Hasil Pengamatan

4.5. Pembahasan

4.6. Kesimpulan

4.7. Saran-saran

4.8. Daftar Pustaka

V. ANALISA VEGETASI
5.1. Teori Pengantar

Analisa vegetasi adalah cara memperlajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi atau sekelompok tumbuh-tumbuhan.Dalam
mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponenya.Maupu oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang
mengkarakterisasi gamberan vegetasi secara umum atau fungsionl. Dalam ilmu
vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis
sehingga akan memebantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lain.dalam waktu ini akan
dipergunakan metode intersepsi titik untuk menemai suatu vegetasi.
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu.
Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga metode
tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area tertentu,
sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai penting harus
terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering
dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup
bersama pada suatu daerah. Suatu komonitas terdiri dari banyaknya jenis dengan
berbagai macam populasi dan interaksi satu dengan yang lain. komposisi suatu
komonitas ditentukan dengan tumbuhan dan hewan yang kebetulan mampu hidup
di tempat tersebut. Anggota komonitas ini tergantung pada penyesuaian diri setiap
individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologis yang ada ditempat tersebut.
Ada dua konsep yang ditentukan dalam mengamati pete komonitas yaitu gradasi
komonitas (populasi) dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor
lingkungantambak secara bersama-sama. (Soedjiran,1989). Pada metode ini
tumbuhan yang dianalisa bisa berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan
titik pengamatan yang masing-masing tumbuhan berada pada empat sektor daerah
dengan titik tadi sebagai pusat.
Metode kuadratik dicetuskan oleh Frederick Edward Clement (1874-1945)
(Pound dan Clement, 1898), Kuadrat adalah berupa bingkai dengan banyak bentuk
yang dapat ditempatkan diatas tanaman sehingga penutupannya dapat diestimasi
dan dihitung serta dicatat jenisnya. Kuadrat digunakan untuk mendefinisikan
contoh area dan biasanya dibuat dari kayu, logam, atau plastic kaku yang
direntangkan, dilem, di las atau palang bersama untuk membentuk kuadrat.
Tiga faktor yang diperkirakan untuk berhubungan dengan penggunaan kuadrat,
yaitu :
1. Distribusi tumbuhan
2. Bentuk dan ukuran kuadrat
3. Jumlah pengamatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan estimasi
kerapatan yang memadai.
Perbedaan tipe vegetasi dapat memberikan ukuran kuadrat yang berbeda,
beberapa kajian mengevaluasi ukuran kuadrat dan tidak ada rekomendasi
konsisten yang sudah ditentukan, mengenai ukuran yang digunakan, akan tetapi
yang sering dilakukan diantaranya untuk :
1. Tanaman bryophyte, lichens dan alga adalah 0,25 m2
2. Rumput dan herba tinggi, semak pendek atau makrofita aquatic adalah 0,25 –
16 m2
3. Komunitas semak tinggi adalah 25 – 100 m2
4. Pohon adalah 400 – 2500 m2
Analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat adalah suatu analisa
vegetasi dengan menggunakan satuan kuadrat seperti parameter frekuensi,
dominasi, kerapatan dan nilai penting.

5.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum adalah mempelajari analisa vegetasi tumbuhan, serta
mengetahui komposisi dan dominasi suatu spesies dan struktur komunitas dari
suatu daerah.

5.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. Meteran Mengukur dan menentukan luas plot
2. Patok Menandai batas plot yang ditentukan
3. Tali rapia Memperjelas batas plot sehingga membentuk kotak plot
4. Alat tulis Mencatat datadan menulis

5.4. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :


1. Menentukan lokasi pengamatan
2. Metode yang digunakan adalah metode petak ganda atau metode
kuadrat yaitu dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya
tersebar merata, sebaiknya secara sistematik
3. Teknik pengumpulan data dengan mengguanakan te4knik survey
yaitu dengan mengintarisasi/mencatat seluruh jenis tumbuhan yang
terdapat pada plot
4. Tentukan daerah yang akan dibuat plot dan dikumpulkan sampel
tumbuhannya dengan cara acak (random) atau secara sistematik.
5. Buat plot dengan cara bertingkat dan tandai dengan patok dan tali
rapia dengan ukuran yang bervariasi (1m x 1m, 2m x 2m, 4m x 4m)
6. Setelah pembuatan plot, kemudian lakukan pengamatan dan
menghitung jumlah tumbuhan yang ada pada tiap plot, sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan : plot 1m x1m = jenis rumput-rumputan; 2m
x2m = tumbuhan herba; 4m x 4m = pancang, semak, pohon tinggi.
7. Buatlah tabulasi data dari data yang telah diperoleh dan analisa
frekuensi kerapatan, dominasi dan indeks nilai pentingnya.
8. Analisis data denga menghitung :
1. Frekuensi mutlak (FM) ; menunjukan kerapatan suatu spesies dari
seluruh plot yang dibuat, catat berdasarkan kepadatan suatu
spesies di seluruh plot pengamatan.
(FM =jumlah plot ditemukan jenis/jumlah seluruh plot
pengamatan)
2. Frekuensi relative (FR) ; kepadatan suatu spesies dari seluruh
kepadatan spesies lain dari seluruh plot dalam satuan persentase
(FR = frekuensi mutlak dari suatu jenis/ frekuensi mutlak dari
seluruh spesies x 100 % )
3. Kerapatan (densitas) mutlak (KM) ; menunjukan jumlah individu
per unit area (luas) atau unit volume
(KM = jumlah total individu untuk spesies ke-i /luas total plot
pengamatan yang disampling)
4. Kerapatan relative (KR) ; perbandingan jumlah spesies ke-i
dengan jumlah total individu seluruh spesies dalam satuan
persentase
(KR = kerapatan mutlak suatu spesies ke-i /kerapatan mutlak total
seluruh spesies)
5. Untuk kerpatan dapat digunakan susunan kadar kerapatan Braun
Blaquet (1972) yang lebih terperinci dan mudah dilakukan. Kadar
kerapatan ada 2 skala yaitu :
1. Skala pertama ; kombinasi dari banyak individu suatu jenis
dengan kerimbunan dari pada spesies tersebut
2. Skala kedua ; membentuk gambaran tentang
pengelompokannya, yaitu :
r = satu atau sangat sedikit individu, dan penutupan 1%
+ = sedikit sampai beberapa individu, penutupan < 1%
1 = beberapa sampai banyak individu, penutupan 1 – 5 %
2 = sanat banyak individu, dan penutupan 5 – 25%
3 = penutupan 25 – 50 %, jumlah invidu bebas (independen)
4 = penutupan 50 – 75%, jumlah individu bebas (independen)
5 = penutupan 75 – 100%, jumlah individu bebas (independen)
1. Skala Domin Krajinan, dalam menaksir kerapatan penutupan
(cover abundance), yaitu :
10 = kerimbunan
2. Dominasi mutlak (DM) : penutupan (coverage) spesies terhadap
seluruh plot pengamatan.
3. Dominasi relative (DR) ; perbandingan luas basal area suatu
spesies dengan luas basalarea seluruh spesies pada plot
pengamatan dalam suatu persentase
DR = dominasi mutlak spesies ke-i /dominasi mutlak seluruh
spesies pada plot pengamatan x 100%
4. Indeks Nilai Penting (Important Value)/INP ; merupakan suatu
besaran yang menunjukan dominasi atau kekuasaan suatu jenis
terhadap jenis-jenis lainnya pada suatu vegetasi tertentu dan
merupakan hasil penjumlahan dari FR, KR dan DR.

5.5. Hasil Pengamatan

5.6. Pembahasan

5.7. Kesimpulan

5.8. Saran-saran

5.9. Daftar Pustaka


VI. STRUKTUR DAN STRATIFIKASI TUMBUHAN
6.1. Teori Pengantar

Frekuensi kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif


yang merupakan data yang penting dalam menentukan peranan atau spesies atau
jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa kuantitatif di
perlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang memberikan sifat khusus
dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Dari hasil analisis kuantitatif ini terutama
akan memberikan gambaran dari setiap jenis yang ada pada waktu-waktu yang akan
datang.
Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam
perkembangannya, dan sebagai reaksi tumbuhan tersebut terhadap lingkungan di
sekitarnya maka dilakukan praktikum mengenai vitalitas.Sedangkan pada perioditas
ini menyatakan bagaimanakah kehidupan suatu tumbuhan untuk melangsungkan
kehidupannya, hal ini diamati dengan ada tidaknya daun, bunga, buah, dan biji.
Lapisan-lapisansecara vertikal yang dibentuk oleh keadaan bentuk atau (life from)
anggota-anggota komonitas tersebut , yang di pakai sebagai dasar biasanya
ketinggian dari pohon tersebut dan cara ini digunkan untuk mengukur stratifika,
diantaranya muncul beberapa pertanyaan :
 Bagaimana kesuburan jenis individu tertentu di Ssuatu daerah dalam
perkembangannya sebagai reaksi terhadaplingkungan ?
 Bagaimana rhytmis dalam kehidupan tumbuhan tertentu disana terkait dengan
musim?
 Vegetasi atau tumbuhan apa saja yang mendominasi di daerah tersebut?
 Apakah jenis pohon dan hutan yang ada di suatu daerah ?
Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi yang hidup
diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan tumbuhan
tahunan.Tumbuhan musiman, segera akan tumbuh apabila hujan turun umumnya
relatif pendek, tetapi bijinya tahan lama. Sedangkan untuk tumbuhan menahun
denganciri-cirinya:
 Berdaun kecil dan berdaun lebar
 Terdiri dari kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, dan
tumbuhan tua.
 Ada yang terdiri dari bunga, buah, dan biji.

Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh


keadaan bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai
sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995).

6.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum adalah mempelajari analisa vegetasi tumbuhan, serta


mengetahui komposisi dan dominasi suatu spesies dan struktur komunitas dari
suatu daerah.

1.3. Alat dan Bahan

N0 Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang diukur


1. Meteran Mengukur dan menentukan luas plot
2. Patok Menandai batas plot yang ditentukan
3. Tali rapia Memperjelas batas plot sehingga membentuk
kotak plot
4. Alat tulis Mencatat datadan menulis

6.4. Prosedur Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya :


Mencari kurang lebih 5 jenis pohon yang berbeda, kemudian menentukan
stratifikasinya berdasarkan Dbh dari ketingian pohonnya adalah sebagai berikut:
a. Semai : tumbuhan kecambah sampai dengan tinggi 1,5m dan Dbh<10>
b. Pancang : Tinggi mulai 1.5 sampai dengan Dbh <>
c. Tiang : tumbuhan dengan Dbh antara 10-35cm.
d. Pohon : tumbuhan dengan Dbh ≥ 35cm
e. Pengamatan

Tabel .Contoh Stratifikasi

No Nama K Tinggi Jari- Dbh Stratifikasi


Pohon Pohon jari (r) (cm)
1 Pohon 1 6,28 24 0,56 1,13 Pancang
2 Pohon 2 “ 13 0,185 0,37 “
3 Cemara “ 7 0,035 0,07 “
4 Pinus “ 31 0,69 1,38 “
5 Kopi “ 3,20 0,15 0,3 “
6.5. Hasil Pengamatan
6.6. Pembahasan
6.7. Kesimpulan
6.8. Saran-saran
6.9. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 1995, BiologiLingkungan. Ganexa exact. Bandung.

Enden,1990, Ekologi Tumbuhan IPB Press.Bogor

Guritno, 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.

Rahardjanto Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi

Tumbuhan. UMM Press. Malang

Sastroutomo,1990 Ekologi Gulma Gramedia. Jakarta

Soediharjo,1992 Ekologi Tanaman Rajawali Press. Jakarta

Soejiran,1989Ekologi Umum Universitas Gajah Mada Press. Yogjakarta


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T bahwa ddalam
rangka pengembangan Perguruan Tinggi Pertanian Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Dajti Bandung,
maka tersusunlah Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan yang
terdapat pada Program Studi Agroteknologi, yang diharapkan dapat
menambah nilai tambah serta wawasan dalam penganekaan materi
yang diberikan pada teori perkuliahan.

Panduan praktikum ini dibuat seoptimal mungkin, akan tetapi


meskipun demikian, saya akan senang bila terdapat masukan untuk
perbaikan kearah yang lebih baik lagi, untuk menyempurnakan
panduan praktikum ini.

Dengan demikian, meskipun panduan ini sangat sederhana, akan


tetapi saya berharap semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan para mahasiswa khusunya dilingkungan Program Studi
Agroteknologi.

Bandung, Januari 2015

Penyusun,

Eri Mustari, Ir., M.P.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………..……………………………………………………………………. ii

I. HABITAT, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM …………………….. 1

II. PEMETAAN SEDERHANA ……………………………………………. 7

III. PELETAKAN DAN UKURAN SAMPLING ………………………. 10

IV. SUKSESI …………………………………………………………………….. 12

V. ANALISA VEGETASI ……………………………………………………. 14

VI. STRUKTUR DAN STRATIFIKASITUMBUHAN ……………… 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 20


PETUNJUK PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

DISUSUN OLEH

Eri Mustari, Ir., MP.

Agung Rahmadi, SP.

IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : ______________________

NIM : ______________________

TANDA TANGAN :

_________

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017

Anda mungkin juga menyukai