PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Jika dilihat dari data
luas kawasan hutan Provinsi Gorontalo pada Tahun 2004 berdasarkan TGHK
(Tata Guna Hutan Kesepakatan) maka luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo
seluas 826.378,12 ha yang terdiri dari hutan lingdung, hutan produksi dan hutan
Dalam Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di
rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika,
2008).
Timur dengan luas wilayah kecamatan 489,20 Km2atau mencapai 24,65 % dari
tumbuhan diantaranya yakni herba, perdu, pohon yang terdiri dari kayu, bambu,
1
Tumbuhan herba, perdu dan pohon merupakan penampakan luar vegetasi
hayati tersebut terlihat dari banyaknya jenis flora endemik yang terdapat di Pulau
suatu area untuk mendeteksi seberapa besar suatu kawasan yang dikelola
A. Rumusan Masalah
2. Jenis Tumbuhan Bawah apa saja yang ada di jalur Lombongo Kecamata
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan
Kabupaten Bonebolango.
2
C. Manfaat Penelitian
terkait struktur dan komposisi tumbuhan bawah yang ada di Resort 1 Lombongo
Suwawa Timur Kabupaten Bonebolango dan sebagai salah satu masukan kepada
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
beberapa spesies yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup serta dinamis (Irwanto, 2007).
bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan sebagai
pangan, tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak
merupakan susunan dan jumlah individu yang terdapat dalam suatu komunitas
tumbuhan. Komposisi dan struktur vegeatsi salah satunya dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah (Indriyanto
2009).
4
Indrawan (2002), mengemukakan pentingnya mengetahui komposisi.
Dikatakan bahwa komposisi hutan alam merupakan salah satu aspek ekologis
dinyatakan pula bahwa salah satu ciri hutan hujan tropika adalah mayoritas
komposisi dan kelimpahan jenis dapat berbeda berdasarkan perbedaan tempat dan
waktu.
populasi suatu jenis atau kelompok jenis mulai dari tingkat semai, pancang, tiang
dan pohon (Marsono, 2010). Berdasarkan struktur tegakan dapat diduga tingkat
mortalitas dan dengan mengetahui riap diameter pada tiap kelas diameter dapat
lingkungan dari suatu ekosistem akan membentuk suatu sistem fungsi tertentu.
kondisi lingkungan tertentu dimana ia dapat tumbuh secara optimal. Oleh karena
itu pada umumnya penyebaran jenis tumbuhan akan berbeda terutama dalam hal
B. Tumbuhan Bawah
5
korelasi nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis,
sebagai penahan pukulan air huj an dan aliran permukaan , selain itu dapat
tumbuhan bawah. Masyarakat tumbuhan bawah ini hidup dan berkembang biak
secara alami dan selalu menjadi bagian dari komponen komunitas ekosistem hutan
korelasi yang nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam halpenyebaran jenis,
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak belukar.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa jenis -jenis pohon kecil (perdu), semak -semak,
dan tumbuhan bawah serta lia na perlu dipelajari juga karena tumbuh-tumbuhan
penting
6
Pada lahan-lahan atau tegakan hutan tanaman, tumbuhan bawah seringkali
dianggap sebagai gulma. Menurut Nazif M dan Pratiwi (2009), gulma adalah
kemampuan bersaing dengan tanaman pokok dalam hal unsur hara, cahaya, air
dan tempat tumbuh. Selain itu juga dapat berperan sebagai perantara dari hama
penyakit dan juga dapat bersifat alelopati yang dapat menimbulkan gangguan
batang
2. Semak yaitu tumbuhan berkayu dengan tinggi antara 1-5 meter, biasanya
3. Herba yaitu tumbuhan tanpa batang berkayu yang hidup di tanah. Herba
rumputan).
7
sama pada suatu tempat. Mekanisme kehidupan bersama tersebut memiliki
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organism lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
Menurut Fachrul (2007), secara garis besar struktur vegetasi dibatasi oleh
tersebut.
yang lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat digolongkan menjadi tiga tipe
vegetasi dibatasi oleh tiga komponen yaitu susunan jenis tumbuhan secara vertikal
atau stratifikasi vegetasi, susunan jenis tumbuhan secara horizontal atau sebaran
individu dan kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada. Kelimpahan (abundance)
tumbuhan yang ada dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan nilai kerapatan
(density) atau berat kering bahan atau bagian tumbuhan yang dihasilkan persatuan
luas.
8
Suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di
1. Densitas (Kerapatan)
individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100
dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis,
2. Frekuensi
suatu areal. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi
9
Pengamatan yang dilakukan pada petak-petak contoh, makin banyak
makin besar frekuensi spesies tersebut. Sebaliknya, jika makin sedikit petak
3. Dominansi
persentase dari total daerah tutupan terhadap luas petak secara keseluruhan.
berbagai jenis pohon hutan sering tumpang tindih. Oleh karena itu,
penghitungan total penutupan semua jenis dalam suatu petak cuplikan akan
indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mulai bulan April 2017 sampai dengan bulan Mei 2017 mulai dari tahap persiapan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah , GPS (Global Posistion
System) Kamera Digital, Meteran Roll, kompas, meteran, caliper, dan alat tulis
menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tali sheet, dan tali rafia.
Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah semua jenis
populasi tumbuhan bawah seluas 32 hektar yang ada dikawasan Jalur Lombongo
Kecamatan Suwawa Timur. Adapun luas penelitian ini diambil dengan sampel
11
3. Pada setiap jalur transek dibuat plot-plot pengamatan sebanyak 10 plot
10 m.
lanjut
ini:
12
E. Analisis Data
untuk mendapatkan struktur dan komposisi suatu vegetasi, maka digunakan rumus
sebagai berikut :
1. Kerapatan
2. Frekwensi
Rumus : INP = DR + FR
13
4. Indeks keanekaragaman (Diversitas)
Wiener :
H = log
i=1
dimana :
Dengan Kriteria :
E=
14
Dimana E = Indeks Kemerataan jenis, H = Indeks Keanekaragaman
Dimana :
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Timur dengan luas wilayah kecamatan 489,20 Km2 atau mencapai 24,65 % dari
tumbuhan diantaranya yakni herba, perdu, pohon yang terdiri dari kayu, bambu,
hayati tersebut terlihat dari banyaknya jenis flora endemik yang terdapat di Pulau
Sulawesi.
tumbuhan bawah yang ditemukan disemua jalur transect pada Kawasan Taman
16
Brogr, Lygodium, Nephrolepis biserrata, Robinia pseudoacacia L, Syngonium
podophyllum schott, Tetracera scandens. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Table 4.1 Jumlah jenis dan Individu yang ditemukan pada lokasi
pengamatan
Jumlah
No Nama Jenis Spesies/Jenis
Individu
1 Anggrek Acriopsis javanica 143
2 Tanaman Hias (Sri rejeki) Aglonema simplex 153
3 Pulai Alstonia scholaris 44
4 Rotan Tikus Callamus sp 78
5 Palem Caryota rumphiana 89
6 Siri Hutan Cissus hastata Miq 167
7 Talas Hutan Colocasia sp 142
8 Paku daun Corylopsis glabrescens 154
9 Daun Kepala Tupai Davallia denticulate 124
10 Ketumbar Hutan Dynaria quercifolia sporangia 87
11 Rumput Menjangan Eupatrium odoratum 67
12 Talas Kecut Putih Juvenile scindapsus sp 29
13 Rumput Bambu Lopatherum gracile Brogr 59
14 Hata Lygodium 66
15 Paku Pedang Nephrolepis biserrata 112
16 Lamtoro Robinia pseudoacacia L 121
17 Paku Ekor Kuda Syngonium podophyllum schott 119
18 Daun Batu Tetracera scandens 87
ditemukan di Resort 1 Suwawa, bahwa dari jumlah spesies yang ditemukan ada
beberapa spesies yang mendominasi, yakni sirih hutan (Cissus hastata Miq)
dengan jumlah individu 167, dan jenis yang paling sedikit ditemukan adalah jenis
talas kecut putih (Juvenile scindapsus sp) hanya 29 individu, banyak atau tidaknya
ditemukan suatu individu pada lokasi kajian ini disebabkan pada kondisi ekologis
17
dari masing-masing spesies yang diamati, dimana jenis talas kecut putih lebih
sedikit ditemukan dikarenakan jenis ini sangat rentan terhadap sinar matahari,
fakta dilapangan pada saat melakukan penelitian telah terjadi fragmentasi habitat
yang mengakibatkan terbukanya kanopi hutan yang dengan secara langsung sinar
matahari langsung menembus kedalam kanopi hutan karena sinar matahari tidak
lagi tertahan oleh adanya kanopi hutan, selain itu pada beberapa jenis tumbuhan
yang dimaksut, hal ini dibuktikan dengan tingkat kehadiran jenis-jenis lain pada
plot pengamatan.
relative sehingga memperoleh nilai INP tumbuhan bawah pada semua jalur
semua spesies lain yang ditemukan. Spesies Aglonema simplex memiliki Indeks
nilai penting 12.87 %. Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan kepentingan suatu
Aglonema simplex memiliki INP tertinggi hal ini disebabkan jenis ini sangat
yang memiliki nilai penting terendah dari semua spesies yang ditemukan yakni
spesies Alstonia scholaris dengan nilai INP 5.12%.Beragamnya nilai INP ini
suhu dan tidak mampu atau kalah berkompetisi, seperti perebutan akan zat hara,
18
sinar matahari dan ruang tumbuh dengan jenis-jenis lainnya yang sangat
spesies tumbuhan bawah memiliki nilai frekwensi yang berbeda hal ini
dikarenakan suluruh spesies tidak dapat dijumpai pada seluruh plot pengamatan.
frekwensi maupun INP pada seluruh stasiun pengamatan dapat dilihat pada tabel.2
berikut.
19
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis indeks diversitas, kemerataan dan
yang telah dilakukan maka diperoleh hitungan untuk indeks diversitas tumbuhan
5
5.881
4
2.809
3
2 0.972
0
INDEKS INDEKS INDEKS
DIVERSITAS KEMERATAAN KEKAYAAN
Rata-rata nilai indeks diversitas sebesar 2.809 nilai tersebut jika dikonfirmasikan
pada kriteria diversitas termasuk dalam kategori diversitas sedang (1,0 < H' < 3),
ekologis sedang.
antara setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama,
20
maka komunitas tersebut mempunyai nilai evenness maksimum. Sebaliknya, jika
nilai kemerataan kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan,
sub-dominan dan jenis yang terdominasi, maka komunitas itu memiliki evenness
minimum. Nilai kemerataan memiliki rentang antara 0 - 1, jika nilai indeks yang
Artinya, tidak ada jenis yang sangat mendominasi pada area tersebut, jumlah
Semakin banyak jumlah jenis yang ditemukan maka indeks kekayaannya juga
spesies berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah individu. Hal ini juga
banyak spesies akan memiliki sedikit jumlah individunya pada setiap spesies
tersebut.
4.3 Pembahasan
timur berjumlah 18 spesies, baik yang dijumpai di daerah tanpa tegakan pohon
naungan maupun di daerah yang dijumpai tegakan beberapa jenis pohon sepertin
daerah terbuka lebih banyak dibandingkan dengan daerah ternaungi oleh tegakan.
21
Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan
salah satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut dalam
terhadap kondisi lingkungan. Semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar
dengan total 1841 individu (Tabel 4.1). Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Jenis-jenis tumbuhan bawah didominasi oleh herba
Aglonema simplex lebih tinggi dari jenis lainnya, ini menunjukkan tumbuhan
tersebut tersebar dan mendominasi tumbuhan bawah. Hal ini patut diwaspadai
(2007) keberadaan tumbuhan asing invasif dapat mengintervensi habitat alami dan
lainnya sebanyak 5 jenis memiliki nilai INP dibawah 10% yakni Alstonia
22
dan Tetracera scandens. Nilai INP yang merata pada banyak jenis dapat dijadikan
ekosistem.
pada Gambar 4.1 diperoleh rata-rata indeks diversitas tumbuhan bawah pada
lokasi penelitian yang terbagi pada 5 line transec sebesar 2.809. Jika dilihat dari
nilai tolok ukur indeks diversitas maka pada kelima titik sampling termasuk
dalam kategori sedang yang yang aartinya produktivitas cukup dan kondisi
diversitas spesies tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan
kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu
disusun hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka diversitas spesiesnya
diversitas Shannon suatu komunitas kurang dari 1,00 berarti komunitas tersebut
kurang beragam.
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka diversitas spesies rendah. Odum
ekosistem, yaitu jika diversitas suatu ekosistem tinggi, maka kondisi ekosistem
tersebut cenderung stabil. Diversitas tinggi, sedang dan rendah dapat disebabkan
23
oleh beberapa faktor yaitu umur suatu komunitas, tingkat kestabilan lingkungan,
komunitas tersebut.
masih tampak alami akan tetapi hal ini tidak menjamin bahwa diversitas
tumbuhan bawah yang ada didalamnya berada pada kondisi ekologis yang tahan
tersebut lombongo yang merupakan daerah kajian adalah termasuk kedalam salah
satu onjek wisata yang cukup popular di daerah gorontalo lebih khusus lagi di
kabupaten Bone Bolango,secara tidak langsung akan merubah ekosistem yang ada
lebih khususnya lagi berdampak pada komunitas tumbuhan bawah dalam hal ini
tekanan pada ekosistem dan kestabilan ekosistem Kekayaan jenis adalah jumlah
jenis (spesies) dalam suatu komunitas. Semakin banyak jumlah jenis yang
24
mengindikasikan bahwa pertambahan jumlah spesies berbanding terbalik dengan
pertambahan jumlah individu. Hal ini juga menunjukkan bahwa biasanya pada
antara setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama,
nilai kemerataan kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan,
sub-dominan dan jenis yang terdominasi, maka komunitas itu memiliki evenness
minimum. Nilai kemerataan memiliki rentang antara 0-1, jika nilai indeks yang
(Gambar 4.2).
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tetracera scandens.
5.2 Saran
26
khususnya yang berada di sekitar kawasan agar menjaga kelestarian
2) Pemerintah yang terkait lebih tegas dan bertanggung jawab dalam upaya
27
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani., Dede., Edi, dan Ibnul. Q. 2007. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas Volume 7
28
Laboratory Investigation. Alih BahasaYanti R. Koestoer. Jakarta: UIP
ress
Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan). Edisi III. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Saharjo BH, Cornelio G. 2011. Suksesi alami paska kebakaran pada hutan
sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten
ErmeraTimor Leste. Jurnal Silvikultur Tropika 2
Sune, Nawir N. 2012. Pemodelan Spasial Ekologis Zona Inti Taman Nasional
(StudiKasus Taman Nasional Bogani Nani Wartabone)Provinsi
Gorontalo-Sulawesi Utara. UGM. Yogyakarta
Tjitrosoedirjo SS. 2007. Notes on the profile of Indonesian invasive alien plant
species. Biotropia
29