Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

INTERAKSI ANTAR MAKHLUK HIDUP


Analisis Vegetasi Pohon dan Herba

Disusun oleh:
Kelompok 7
1.
2.
3.
4.
5.

Tri Mulyaningsih
Faiqotul Himmah
Mochamad Riduwan
Fidya Amelia
Prasetyarini Mustikaratri

13030654045
13030654049
13030654055
13030654061
13030654071

Pendidikan IPA B 2013


PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan
oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari
sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi

tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen


penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lainsuhu,
air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi
hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode
pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan
aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan
metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan
tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan
komposisi vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk
areal yang luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept)
biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi
yang tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat
digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu.
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan ingin diteliti. Populasi
inisering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup
maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau
diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut
"Populasi Infinit" atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui
dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid
sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut"Populasi Finit". Suatu
kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai akibat
kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum area. Praktikum yang
berjudul, Analisis Vegetasi ini bertujuan untuk mempelajari keragaman

jenis tumbuhan dalam suatu lingkungan yang sedang dianalisis guna


keperluan ekologi, oleh karena itu praktikum atau percobaan ini dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keanekaragaman pohon di lingkungan sekitar FMIPA Unesa?
2. Bagaimana keanekaragaman herba di lingkungan sekitar FMIPA Unesa?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis vegetasi pohon.
2. Melakukan analisis vegetasi herba.
3. Mengidentifikasi nama tumbuhan (pohon) yang ada di lingkungan sekitar
FMIPA Unesa.
4. Mengidentifikasi nama tumbuhan (herba) yang ada di lingkungan sekitar
FMIPA Unesa.
1.4. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengerti cara mengetahui keanekaragaman pohon di
lingkungan sekitar FMIPA Unesa.
2. Dapat memahami langkah-langkah untuk melakukan analisis vegetasi
pohon dan herba di suatu tempat sehingga juga dapat dilakukan pada area
yang lainnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Analisis Vegetasi

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis)


dan

bentuk

(struktur)

vegetasi

atau

masyarakat

tumbuh-tumbuhan.

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta


herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur

dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen


ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh
secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan
hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan
drastis karena pengaruh anthropogenik.
Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam
tergantung kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Contoh yang
digunakan untuk mempelajari suksesi dan evaluasi hasil suatu pengendalian
gulma. Pada area yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya
digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah peta
dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping) digunakan metode titik
(point intetcept), dan untuk daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang
cukup digunakan metode estimasi visual (visual estimation). Juga harus
diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang
mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja atau keadaan seperti peta,
lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia, dan sebagainya. Kesemuanya untuk
memperoleh efisiensi pendataan vegetasi.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di
suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah
dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawarawa, padang rumput dan hutan merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu
vegetasi kadangkala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh
bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas tersebut juga disebut assosiasi
yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama pada lingkungan yang
sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis tumbuhan
tertentu sebagai gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan oleh ahli
ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat
dasar yang dimiliki oleh komunitas tumbuhan adalah:
a) Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b) Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
c) Mempunyai
habitatnya

penyebaran

yang

karakteristik

dengan

lingkungan

Pohon-pohon yang terdapat di dalam suatu komunitas alam tropika


dapat dikelompokkan berdasarkan kepada kenampakan arsitektur, ukuran
pohon, dan keadaan biologi pohon, menjadi 3 golongan pohon, yaitu :
a. Pohon masa mendatang, yaitu pohon yang mempunyai kemampuan untuk
berkembang lebih lanjut atau pada masa datang. Pohon tersebut pada saat
ini biasanya merupakan pohon yang kodominan, dan diharapkan pada
masa datang akan menggantikan pohon-pohon yang pada saat ini
dominan.
b. Pohon masa kini, yaitu pohon-pohon yang sedang berkembang penuh dan
merupakan pohon yang dominan yang paling menentukan di dalam profil
arsitektur komunitas tumbuhan saat kini.
c. Pohon pada masa lampau, yaitu pohon-pohon yang sudah tua dan mulai
mengalami kerusakan dan selanjutnya akan mati. Biasanya pohon-pohon
ini merupakan pohon tua yang tidak produktif lagi.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Vegetasi
Faktor-faktor lingkungan merupakan keadaan yang secara langsung
mempengaruhi vegetasi. Dalam masa pertumbuhan pohon akan dipengaruhi
oleh faktor anatar lain, tanah, kelembaban dan angin.
Tanah adalah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan
tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus pangan. Susunan anorganik
dalam tanah yang dibentuk dari pelapukan padas dan pengkristalan mineralmineral. Dapat digolongkan pada liat, debu, pasir dan kerikil. Kelembaban
adalah

Jumlah uap air yang terkandung di udara atau bisa dikatakan

kelembaban adalah faktor ekologis yang penting,mempengaruhi aktifitas


organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta
keragaman tegak dan mendatar. Sedangkan angin merupakan salah satu unsur
cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca
yang lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah
datangnya angin akan berpengaruh terhadap kandungan uap air yang
dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air maka akan terbentuk awan.
Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak

mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula
menurunkan suhu udara.
Pertumbuhan suatu pohon yang diproduksi akan selalu dipengaruhi
oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tumbuhan itu sendiri. Faktor dalam
dari tumbuhan itu adalah genetika yang terekspresikan melalui pertumbuhan
sehingga diperoleh hasil, sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotik
maupun abiotik yang meliputi unsur unsur yang menjadi pengaruh pada
kualitas dan kuantitas produksi alam, antara lain tanah, kelembaban, angin
serta ada tidaknya hama dan penyakit.
a. Pengertian Tanah
Tanah merupakan hamparan luas tempat berpijak dan tempat
hidup tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi satu sama lain.
Deskripsi atau gambaran tanah dapan dijelaskan sebagai berikut:
1) Tanah terbentuk atau berkembang dari serangkaian proses-proses
alami dari alam.
2) Tanah atau tubuh alam ini terbagi menjadi lapisan-lapisan mineral
atau bahan organik tanah.
3) Lapisan-lapisan mineral dan bahan organik tanah yang terbentuk ini
memiliki aifat yang tidak sama dengan induk tanah, baik sifat
morfologi, kimia, fisika ataupun biologi tanahnya.
Definisi lain yang diajukan oleh scheoder (1972), tanah adalah
suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara, dan bahan-bahan
mineral lain, dan jasad hidup dan berbagai faktor dan membentuk
perubahan membentuk ciri-ciri morfologi yang khas. Kemudian sistem
itu berperan menjadi sistem tumbuh dan berkembang berbagai tanaman.
Jadi, sederhananya tanah tersusun dari beberapa material alam baik dalam
material bahan organik maupun bahan material anorganik. Bahan organik
tersebut mengalami proses perubahan alami sebagai akibat bekerjanya
gaya-gaya alami atau kekuatan alam, dan akhirnya terbentuk susunan
lapisan-lapisan tanah seperti yang tidak lihat sekarang.
b. Pengaruh Tanah Terhadap Pertumbuhan Pohon

Pertumbuhan pohon dapat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur


tanah. Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis
dapat dipakai sebagai alat evaluasi atau jugging ( pertimbangan ) dalam suatu
potensi penggunaan tanah. Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif
antara Pasir ( sand ) berukuran 2 mm 50 mikron, debu ( silt ) berukuran 50
2 mikron dan liat ( clay ) berukuran < 2 mikron. Klasifikasi tekstur ini
berdasarkan jumlah partikel yang berukuran < 2 mm. Jika dijumpai partikel
yang > 2 mm dengan jumlah yang nyata, maka penambahan / penyisipan kata
kata berkerikil atau berbatu ditambahkan pada nama kelas tekstur tadi.
Sebagai contoh lempung berbatu.Untuk keperluan pemilihan ada 12 kelas
tekstur tanah. Dan pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi 7 kelas
yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus,
liat debu dan liat sangat halus.
Dalam keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir,
maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah
dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan
akar tanaman atau pohon akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk
melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah
dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah
melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit
mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman atau pohon akan
terganggu.
Dalam keadaan tanah yang didominasi oleh tanah liat, akar pada
pohon akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan
tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase
dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur hara
pada akar pohon akan terganggu. Pada keadaan basah, tanaman sulit
mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori tanah
yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu beradaptasi
di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini tidak
mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya unsur-

unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis


yang semestinya.
Untuk pertumbuhan tanaman atau pohon yang baik, tanah dengan
aerasi, drainase, serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang
baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga
tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal.
Selain tekstur tanah, faktor lain yang memiliki kaitan yang erat
dengan pertumbuhan tanaman adalah struktur tanah. Pada struktur tanah,
terdapat berbagai macam komponen yang dapat mempengaruhi tumbuhnya
suatu pohon. Tanah mengandung berbagai macam unsur-unsur makro
maupun mikro yang berguna bagi tanaman. Dengan struktur tanah yang
mantap (terdapat bahan organik yang cukup, mikroorganisme yang
menguntungkan satu sama lain, dan pori-pori tanah cukup baik), maka aerasi
(pertukaran O2, CO2, maupun gas-gas lainnya di dalam tanah) akan mampu
mencukupi kebutuhan tumbuhan terhadap unsur-unsur tersebut. Sehingga,
tumbuhan mampu melakukan proses metabolisme dengan baik. Pertumbuhan
pohon juga dipengaruhi oleh agregat tanah (daya ikat antara partikel-partikel
dalam tanah.
Akibat tanaman yang mengalami pertumbuhan tersebut, ternyata
pertumbuhan pohon atau tanaman yang lainya dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan struktur tanah. Dengan adanya tumbuhan, agregasi pada tanah
akan terbentuk menjadi struktur yang lebih mantap. Tumbuhan mampu
memperkecil kerusakan tanah akibat hujan, sehingga unsur hara dapat terjaga
dan tersedia bagi tumbuhan maupun mikroorganisme yang hidup di dalam
tanah. Akar tanaman mampu membentuk bidang belah alami pada tanah.
Selain itu, akibat tekanan akar tersebut, butir-butir pada tanah akan semakin
lekat satu sama lainnya. Daya ikat partikel-partikel tanah akan meningkat.
Pada dasarnya, adanya sistem perakaran mempengaruhi pembentukan agregat
di dalam tanah. Jika dibandingkan dengan tanah yang tidak ditumbuhi
tumbuhan, agregatnya akan mudah pecah dan strukturnya cenderung tidak
mantap.

Dari uraian tersebut, hubungan antara tekstur dan struktur tanah


terhadap pertumbuhan tanaman atau pohon saling berhubungan satu dengan
lainnya. Tanpa adanya tekstur dan struktur tanah yang baik bagi tanaman,
maka pertumbuhan tanaman kurang berjalan optimal. Sebab, terdapat faktorfaktor yang membatasi pertumbuhan tanaman akibat keadaan tekstur maupun
struktur tanah yang kurang menguntungkan. Bila keadaan tekstur dan struktur
tanah dalam keadaan mantap, maka faktor-faktor tersebut dapat diatasi.
Selain itu, dengan adanya tanaman di atas tanah tampaknya mampu
membantu pembentukkan struktur tanah. Hal tersebut diakibatkan oleh
adanya sistem perakaran yang terdapat di dalam tanah yang mampu
membentuk bidang belah alami. Sehingga, daya ikat tanah semakin
meningkat satu sama lainnya.
Terdapat 3 fungsi tanah yang primer terhadap tanaman, yaitu :

Memberikan unsure-unsur mineral, melayaninya baik sebagai medium


pertukaran maupun sebagai tempet persediaan.

Meberikan air dan melayaninya sebagai reservoir

Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak


Cepat dan lambatnya suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman

atau pohon juga sangat ditentukan oleh pH tanah itu sendiri. Karena
Bagaimanapun unsur hara yang memiliki jenis makanan yang seharusnya
diserap oleh tanaman sebagai kebutuhannya, namun apabila pH yang
dikandungnya tidak normal maka tanaman itu sendiri tidak bisa menyerap
makanan tersebut dikarenakan tanaman tersebut tidak memiliki keinginan
untuk menyerap semua gizi yang ada dalam tanah.
Dalam ilmu pertanian pengaruh pH terhadap tanah sangat memiliki
peranan yang sangat penting, gunanya untuk menentukan mudah tidaknya
ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan
mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar
unsur hara akan mudah larut dalam air.
Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur
yang bersifat racun bagi tanaman. Jika tanah masam akan banyak ditemukan
unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga mengikat

pHospHor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Selain itu pada tanah masam
juga terlalu banyak unsur mikro yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan
pada tanah basa banyak ditemukan unsur Na (Natrium) dan Mo
(Molibdenum).
Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme
dalam tanah. Pada pH 5,5 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan
tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan
bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik.
Untuk mengatasi tanah-tanah basa kita bisa dilakukan dengan cara
pemberian sulfur atau belerang. Pemberian belerang bisa dalam bentuk bubuk
belerang atau bubuk sulfur yang mengandung belerang hampir 100 % .
Pemberian pupuk yang mengandung belerang kurang efektif jika digunakan
untuk menurunkan pH. Beberapa pupuk yang mengandung belerang yang
bisa digunakan antara lain ZA ( Amonium sulfat ), Magnesium sulfat, Kalium
sulfat, tembaga sulfat dan seng sulfat. Pemberian bahan organik/ pupuk
organik juga bisa membantu menormalkan pH tanah.
c. Pengertian Kelembaban
Kelembaban merupakan Jumlah uap air yang terkandung di udara.
Besar kecilnya kelembaban tergantung pada jumlah uap air di udara.
Kelembaban udara adalah Jumlah uap air yang terkandung di udara. Besar
kecilnya kelembaban tergantung pada jumlah uap air di udara. Kapasitas
udara adalah Jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara
pada suhu tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada
keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara jika Suhu tinggi maka
kapasitas udara besar jika uap air jenuh maka kapasitas udara maksimal.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara
yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban
nisbi(relatif) maupun defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah
kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau
tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada
kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk
menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu

udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap
jenuh dan tekanan uap aktual.
d. Pengaruh Kelembaban Terhadap Pertumbuhan Pohon
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah
satu unsur penting bagi manusia, hewan dan pertumbuhan pohon.
Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut
dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.Dengan
mengetahui kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan
di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman
yang sesuai, misalnya tanaman bakau yang ditanam pada daerah yang
berkelembaban

tinggi,

bakau

tersebut

akan

berkembang

dan

berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut di


tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka
bakau tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara
maksimal.
Kelembaban udara berpengaruh terhadap penguapan pada
permukaan tanah dan penguapan pada daun. Bila kelembaban udara
tinggi maka pertumbuhan pohon itu akan

terganggu karena tidak

keseimbangan antara unsur air dan cahanya sehingga pertumbuha pohon


itu akan ternganggu. Tetapi kelembaban yang tinggi akan berpengaruh
terhadap tumbuhnya organ vegetatif pada pohon.
Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan
atau transpirasi. Jika kelembaban rendah, laju transpirasi meningkat
sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan
meningkatkan ketesediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Jika
kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga penyerapan zat-zat
nutrisi juga rendah.hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat.
Ada tiga macam pendekatan udara yang digunakan dalam
memaksimalkan pertumbuhan pohon diantaranya kelembaban mutlak,
kelembaban spesifik dan kelelembaban relative udara yang menyatakan
nilai nisbi antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum

uap air diudara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan
dalam persen (%).
Pengaruh kelembaban relatif terhadap Produksi Tanaman secara
langsung mempengaruhi hubungan air tanaman dan secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan daun, fotosintesis, penyerbukan, terjadinya
penyakit dan hasil akhirnya ekonomi. Pertumbuhan daun tidak hanya
tergantung pada kegiatan sintetis yang dihasilkan dari proses biokimia
tetapi juga pada proses fisik dari pembesaran sel.
Jenis kelembaban dibedakan dibedakan menjadi dua yaitu :
1.

Kelembapan mutlak : masa uap air yang terdapat dalam satu satuan
udara, dinyatakan dalam gram.m-3. Pv = mv/ V (mv= masa uap
air(kg), V= vol udara (m3) Pada daerah tropis nilai pv akan lebih
tinggi dibanding daerah (sub tropis) terutama pada musim dingin,
kerana dengan menurunnya suhu kapasitas menampung uap air
menjadi lebih kecil.

2.

Kelembaban nisbi (RH) : Perbandingan antara kandungan uap air


diudara(a) dengan kapasitas udara (es) pada suhu dan tekanan yang
sama. RH = (ea/es) x 100% Kelembapan nisbi dapat pula diartikan
sebagai perbandingan antara tekanan uap air (actual) dengan tekanan
uap air jenuh pada suhu yang sama.
a) Sebaran Kelembapan Nisbi Udara
1) Sebaran Kelembapan Nisbi menurut waktu
Pada siang hari, jika suhu Tinggi maka kelemababannya
juga rendah. Namun, berbeda pada malam hari dimana jika
suhu rendah maka kelembabannya tinggi.
Pada daerah tropika basah nilai rata-rata kelembaban
harian/bulanan tetap berkisar 60%, karena variasi suhu
didaerah ini kecil sedangkan pada daerah sub tropik nilai ratarat kelembaban harian /bualanannya

bervariasi, karena

besarnya variasi suhu, sebab adanya 4 musim.


2) Sebaran Kelembapan Nisbi menurut Tempat.

Kandungan uap air aktual tergantung ketersediaan air


dan jumlah energi radiasi untuk pemanasan. Suatu wilayah
yang basah dan panas, maka penguapan yang tinggi berakibat
nilai RH (kelembaban) juga tinggi serta kelembaban mutlak
juga tinggi. Pada wilayah dataran tinggi/pengunungan, nilai
kelembabannya yang besar umumnya disebabkan Nilai
suhunya yang rendah.
Secara makro Nilai kelembaban yang tinggi pada suatu
daerah dengan pusat tekanan udara rendah hal ini berkaitan
dengan naiknya masa udara atau disebut awan dan hujan.
Pada daerah dengan curah hujan yang tinggi , maka
nilai nilai kelembabannya juga tinggi. Dengan pusat tekanan
udara tertinggi, kelembaban akan rendah karena terkondensasi
menjadi awan.
3) Kelembaban Spesifik
Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa
udara lembab, yaitu massa udara kering (md) bersama-sama
uap air tersebut (mv)q = m/(md + mv) Nisbah campuran (r)
(mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara
kering
r = mv/md
3.

Defisit Tekanan Uap Air (vpd)

4.

Selisih antara kapasitas jenuh (es)dan kandungan uap air aktual


(ea). Dimana semakin tinggi nilai vpd maka udara semakin kering.
vpd = es- ea

5.

Suhu Titik Embun (td)


Suhu pada saat nilai ea (kandungan uap air aktual) sama
dengan nilai es (kapasitas jenuh) akibat penurunan es yang
dipengaruhi oleh penurunan suhu sehingga bila suhu turun maka es
akan menurun dan nilai RHnya tinggi. Hal ini menunjukkan pada
saat ea=es maka nilai kelembabanya adalah 100, penurunan suhu
terus

turun

sehingga

menyebabkan

terjadinya

kondensasi

membentuk air. Kondensasi atau pengembunan terjadi pagi hari dan


didasar awan (lapse rate).
2.3. Ph Tanah
Tanah merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan
(unsur hara) bagi kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar
tanaman mampu berproduksi optimal berkesinambungan, kualitas tanah
harus tetap dipertahankan. Kesalahan-kesalahan dalam pengolahan tanah
dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah, berakibat menurunkan
produktifitas tanaman. Produktifitas tanah dalam menghasilkan produk
pertanian

sangat

tergantung

pada

kemampuan

suatu

tanah

dalam

menyediakan unsur hara yang berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.


Tingkat kesuburan tanaman pada masing-masing tempat tidak sama.
Pada tanah asam serta miskin unsur hara, pertumbuhan tanaman akan
terganggu sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan, apalagi
jika ketersediaan air tidak terpenuhi dengan baik. Tanah asam merupakan
jenis tanah dengan nilai pH rendah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman
akibat tanah asam pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai reaksi tanah
pada pH rendah tersebut dan dapat merupakan kombinasi dari keracunan
aluminium (Al), mangan (Mn), keracunan besi (Fe), serta defisiensi (kahat)
unsur P (fosfor), Ca (kalsium), Mg (magnesuim), dan kahat K (kalium). Akan
tetapi, faktor yang paling dominan penyebab buruknya pertumbuhan tanaman
adalah keracunan Al dan kekurangan unsur P (kahat fosfor).
Disamping terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat keracunan Al
dan kahat unsur hara tersebut, hambatan faktor fisik juga menjadi penyebab
terhambatnya pertumbuhan tanaman pada tanah asam. Hambatan faktor fisik
yang utama meliputi tekstur tanah kasar akibat erosi, kapasitas memegang air
yang sangat rendah, serta adanya lapisan yang padat pada tanah sehingga
sukar ditembus akar. Hambatan faktor fisik ini tidak kalah penting dengan
hambatan faktor kimia dan bahkan lebih sulit penanganannya.

Secara umum para ahli mengemukakan bahwa masalah tanah asam


dapat diatasi dengan teknologi pengapuran, karena pengapuran dapat
menaikkan pH tanah dan mengurangi keracunan Al yang meracuni secara
tepat dan akurat. Akan tetapi pengapuran saja tidaklah cukup karena
defisiensi (kahat) unsur hara perlu diatasi dengan cara pemupukan,
sedangkan masalah daya ikat air yang rendah perlu diatasi dengan
penambahan bahan organik pada tanah.
Pada prakteknya di lapangan, pemupukan menggunakan pupuk
kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi ternyata dapat menurunkan pH
tanah sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, penggunaan pupuk
kandungan N dan P tinggi harus diimbangi dengan pengapuran yang tepat.
Penggunaan bahan organik yang belum selesai melapuk juga dapat
menurunkan pH tanah meskipun hanya sementara. Jika pelapukan telah
selesai, pH tanah akan meningkat kembali. Untuk itu, penggunaan bahan
organik sebaiknya setelah melapuk karena dapat meningkatkan pH tanah.
Jika menggunakan bahan organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang
cukup dengan tanah, berkisar antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi
memasamkan tanah. Di daerah pegunungan dengan suhu rendah, pemberian
bahan organik segar terkadang malah diperlukan untuk meningkatkan suhu
tanah.
2.3. Nilai pH Tanah
Nilai pH tanah merupakan ciri kimia tanah yang sangat penting dalam
menentukan kesuburan tanh karena ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat
berkitan dengan nilai pH tanah. Semakin tinggi nilai pH tanah berarti semakin
asam tanah tersebut. Populasi dan kegiatan mikroorganisme di dalam tanah juga
sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pengukuran pH tanah dapat dengan berbagai
cara, yaitu menggunakan kertas lakmus, pH meter dan pH tester.
Pada tanah asam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe, dan Mn.
Ion-ion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama

unsur P (fosfor), K ( kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) dan Mo (molibdenum)


sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun
kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat keasaman
tanah bernilai <7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion
tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah asam, kandungan unsur mikro seperti
seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman.
pH netral bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam
air sehingga tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah basa
dengan nilai derajat keasaman (pH>7) unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh
Ca (kalsium), sementara unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah
banyak. Unsur Mo pada tanah basa menyebabkan tanaman keracunan.
Berikut ini tabel Ph Tanah dari penjelasan diatas untuk mempermudah
dalam pembacaannya:
Tabel 1. Nilai ph Tanah dan kandungan Unsur Hara

No

Nilai Ph

Kandungan Unsur Hara

Tanah

Ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara meracuni


tanaman.
1

<7
Kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu)
dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman.

>7

Unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman


dapat dengan mudah menyerap unsur hara.

Unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium).


Unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah

banyak menyebabkan tanaman keracunan.


2.4. Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan berberapa cara, yaitu
mengunakan kertas lakmus, pH tester dan pH meter. Pengukuran bisa secara
diagonal maupun zigzag asal sudah mewakili. Tentukan beberapa titik sampel
yang akan diukur pH-nya secara acak, setelah itu dilakukan pengukuran lalu
dihitung rata-ratanya.
1. KertasLakmus
Siapkan wadah berisi air secukupnya, ambil sampel tanah yang akan
diukur pH-nya. Kocok hingga bercampur rata. Ambil lapisan atas
campuran tersebut dan pindahkan ke wadah yang baru. Pengambilan bisa
menggunakan pipet tetes atau jarum suntik. Masukkan kertas lakmus ke
dalam wadah terakhir. Kemudian cocokkan warna kertas lakmus dengan
warna standar yang menunjukkan angka pH tanah. Jika kertas lakmus
berwarna biru berarti tanah bersifat basa, sedangkan kertas lakmus
berwarna merah berarti tanah bersifat asam.
2. PhMeter
Tentukan beberapa titik sampel secara acak, misal 10 atau 20 titik
tergantung luas lahan yang akan diukur. Basahi permukaan tanah yang
akan diukur pH-nya sampai jenuh (kapasitas lapang). Tancapkan pH
meter, tunggu beberapa saat. Jarum akan bergerak perlahan sampai
akhirnya berhenti (stabil). Angka pada kondisi ini merupakan nilai pH.
Lakukan untuk semua titik sampel, kemudian ambil rata-ratanya.
3. PhTester
Alat pH tester terdiri dari 1 botol kecil cairan kimia penguji pH tanah,
cawan porselen tempat pengujuan, dan kartu pengamatan perbandingan
skala pH dengan warna indikator. Cara menentukan pH tanah
menggunaakn pH tester hampir sama dengan menggunakan kertas

lakmus. Hanya saja cairan tanah yang bening dipisahkan dari tanah,
kemudian diteteskan pada cawan porselen. Pada cairan taqanah tersebut
ditambahkan 2 tetes cairan kimia dan diaduk rata. Tunggu beberapa saat
lalu amati warnanya. Cocokkan warna yang ditimbulkan dengan kartu
pengamatan perbandingan skala pH.
2.5. Menetralkan pH Tanah
Derajat keasaman tanah (pH tanah) pada kondisi netral mempunyai
banyak keuntungan. Tanaman mampu tumbuh dengan baik sehingga
produksinya dapat optimal. Tanaman mampu menyerap unsur hara dengan
baik karena pada kondisi ini unsur hara mudah larut dalam air terutama sekali
unsur makro P (fosfor) tidak terikat oleh unsur Al, Fe, dan Mn sehingga unsur
P (fosfor) pada kondisi tersedia. Unsur P (fosfor) tersedia ini sangat
dibutuhkan tanaamn trutama pada fase pertumbuhan awal. Pembentukan akar
menjadi sempurna. Penyerapan unsur K (kalium) juga sempurna sehingga
tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit dan tahan terhadap
kekeringan.
Pada tanah dengan pH rendah (tanah asam) dapat ditingkatkan nilai
pH-nya dengan cara pengapuran, sedangkan pada tanah basa (pH tinggi),
penetralan pH dapat dilakukan dengan penambahan belerang (S).

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1.

Data
Tabel 2. Analisis Vegetasi Pohon
Kelompo
k

Nama Pohon
Ficus glomerata
Chrysalidocarpus

lutecens
Chrysalidocarpus
lutecens
Chrysalidocarpus
lutecens
Pterocarpus
indicus Angsana
Indigofera

galegoides
Indigofera
galegoides
Indigofera
galegoides
Swietenia
macrophyla
Swietenia

macrophyla
Swietenia
macrophyla
Swietenia

macrophyla
Swietenia
macrophyla
Swietenia
macrophyla
Terminalia
catappa L.
Swietenia

Jarak

Keliling

Diameter

(cm)
310

(cm)
22,5

(cm)
7,17

168

19,7

6,27

135

24,4

7,77

180

22,1

7,04

490

166

52.87

314

144

45.86

387

113

35.98

623

63

20.06

260

31

9.87

357

33

10.50

300

34

10.80

575

20

6.37

150

28

8.92

300

24

7.64

475

95

30.25

360

29

9.19

Jumlah
1

Kelompo
k

Nama Pohon
macrophyla
Spondias dulcis
Tectona grandis
Mangivera indica
Syzygium aqueum
Dalbergia
latifolia
Swietenia

macrophyla
Swietenia
macrophyla
Swietenia
macrophyla
Caragana

arborescens
Veitchia merillii
Caragana
arborescens
Caragana

arborescens
Samanera saman
Muntingia
calabura L.
Muntingia
calabura L
Pterocarpus
indicus
TOTAL

Jarak

Keliling

Diameter

(cm)

(cm)

(cm)

800
248
415
684

92
67
128
29.5

29.3
21.3
40.8
9.4

1
1
1
2

325

10

3,18

410

24

7,64

475

17

5,41

465

20

6,37

197

5,0

1,60

182

23,0

7,32

10

333

32,5

10,35

990

8,3

2,64

707

282

89.8

280

8.79

2.8

334

5,96

1.9

325

74

23.6

12554

1532.4

467.2

70

Jumlah

Tabel 3. Analisis Vegetasi Herba


No.
1
2
3
4
5

Nama Herba
Acalypha australis
Aerocarpus indicus
Agave attenuate
Aloevera
Alternanthera philoxnoides

Jumlah
10
3
5
1
1

Jumlah Plot yang


Ditemukan
1
3
1
1
1

No.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Nama Herba
Alternanthera repnsteud
Alternanthera sesilis
Althernantera sp
Amaranthus sp
Amaranthus tricolor
Ammannia octandra
Androgaphis panuculata
Andrographis paniculata ness
Aneilema spiratum
Aneilema umbrosum
Asparagus chonchinchinensis
Bergia ammannioides
Bergia orizetonim
Boerhavia diffusa
Borreria alata
Brugmansia sp
Buidelia trilobita
Cadabba capparoides
Canna indica
Cassia siamea
Celosia argenta
Celosia cristata
Centella asiatica
ChloropHytum bicheti
Ciperus rotundus
Cleome rotidosperma DC.
Colocasia esculenta
Columella trifoliamer
Cosmos sp
Croton hirtus L.
Curcuma longu
Cyathula prostata
Cynodon dactylon
Cynodon L.C. rich
Cyperus indica
Cyperus rotundus L.
Cyphostemma
Desmodium heterophyllum
Desmodium triforum
Dichrocepala integrifolia

Jumlah
3
4
5
1
12
2
5
1
3
3
5
1
2
8
5
3
8
14
10
1
4
5
11
3
11
3
49
1
2
2
2
1
7
7
4
17
8
5
1
1

Jumlah Plot yang


Ditemukan
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
4
1
3
1
4
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1

No.
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85

Nama Herba
Echinochloacrus galli
Eclipta alba
Eleusine indica
Enhiydra fluctuans L.
Eriochola poliscia
Eulipta prossiata
Euphorbia hirta L.
Euphorbia hypericipolia L.
Fleurya aestuans
Fleurya interupta
Franxius americana
Glinus lotoides
Hidrocotyle sibothorploides
Hymenachne amplexicaulis
Imfurata cylindrical
Indigofera hirsuta L.
Ipomea reptana
Ipomea trilobita
Ipomoea aquatica
Ipomuea batatus L
Isehaeum timurense
Jasmine funale
Jasminum didymum
Karludofica plamata
Kersen
Leucaena leucocephala
Limnan themum cristafum griseb
Lygodium flexuosum
Lycodium sp
Lymnophilla erecta
Marsilea quadiifolia
Mentha suaveolens
Mimosa pudica
Mimulus ringens
Monster deliciosa
Oxalis corniculata
Oryza sativa
Panicum incontum
Panicum mucronatum
Pannicum flavidum

Jumlah
3
2
2
3
5
1
5
1
49
16
2
10
3
2
2
8
1
1
4
3
7
2
2
1
3
1
4
1
4
1
5
6
12
7
1
3
1
5
5
23

Jumlah Plot yang


Ditemukan
1
1
1
1
1
1
2
1
8
2
1
2
3
1
1
3
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
4
2
1
1
1
1
1
3

4.2.

No.

Nama Herba

86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113

Penicum maximum
Phyllanthus niruri linn
Phyllanthus reticulatus
Phyllanthus urinarialinn
Polytrias amaura
Portulaca grandiflora
Portulaca oleracea
Pouzolzia zeylanica
Pteri vihata L
Pteris biaurita
Pteris longifolia
Pteris vitata
Rhoe discolor
Roavolvia serpentina
Rottboellia vaginata
Salaca salak
Sesuvium portulaeastrum
Sida veronicifolia
Tephrosia spinosa
Thunbergia alata
Thyponium trilobatum
Tinospora cordifolia
Tinospora crispa
Tyohonium trilobatum
Walisongo
Wedelia trilobata
Wrightia pubescens
Zebrine pendula
Total
Analisis Data

Jumlah
60
2
5
4
4
4
25
26
1
1
14
3
66
1
5
1
4
21
4
1
14
9
5
8
3
2
1
3
774

Jumlah Plot yang


Ditemukan
1
1
2
2
1
1
3
5
1
1
2
1
5
1
1
1
2
3
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
171

1. Analisis Vegetasi Pohon


Pada sub pengamatan analisis vegetasi pohon didapat sebanyak
32 spesies pohon dengan. Nama-nama pohon yang didapat (yang
memiliki jarak terdekat dengan titik pusat) pada masing-masing
kuadran yaitu kelompok satu: Ficus glomerata yang berjarak 310 cm,
memiliki keliling 22,5 cm, diameter 7,17 cm, dan jumlahnya satu;
Chrysalidocarpus lutecens yang berjarak 168 cm, memiliki keliling
19,7 cm, diameter 6,27 cm, dan jumlah pohon dengan jenis yang

sama ada dua; Chrysalidocarpus lutecens yang berjarak 135 cm,


memiliki keliling 24,4 cm, diameter 7,77 cm, dan jumlah pohon
dengan jenis yang sama ada 4; Chrysalidocarpus lutecens yang
berjarak 180 cm, memiliki keliling 22,1 cm, diameter 7,04 cm, dan
jumlah pohon dengan jenis yang sama ada 5.
Kelompok dua:

Pterocarpus indicus Angsana yang berjarak

490 cm, memiliki keliling 166 cm, diameter 52,87 cm, dan jumlahnya
satu; Indigofera galegoides yang berjarak 314 cm, memiliki keliling
144 cm, diameter 45,86 cm, dan jumlahnya satu; Indigofera
galegoides yang berjarak 387 cm, memiliki keliling 113 cm, diameter
35,98 cm, dan jumlahnya satu; Indigofera galegoides yang berjarak
623 cm, memiliki keliling 63 cm, diameter 20,06 cm, dan jumlahnya
satu.
Kelompok 3: Swietenia macrophyla yang berjarak 260 cm,
memiliki keliling 31 cm, diameter 9,87 cm, dan jumlah pohon dengan
jenis yang sama ada 5; Swietenia macrophyla yang berjarak 357 cm,
memiliki keliling 33 cm, diameter 10,50 cm, dan jumlah pohon
dengan jenis yang sama ada 3; Swietenia macrophyla yang berjarak
300 cm, memiliki keliling 34 cm, diameter 10,80 cm, dan jumlah
pohon dengan jenis yang sama ada 3; Swietenia macrophyla yang
berjarak 575 cm, memiliki keliling 20 cm, diameter 6,37 cm, dan
jumlah pohon dengan jenis yang sama ada 3.
Kelompok 4: Swietenia macrophyla yang berjarak 150 cm,
memiliki keliling 28 cm, diameter 8,92 cm, dan jumlah pohon dengan
jenis yang sama ada 2; Swietenia macrophyla yang berjarak 300 cm,
memiliki keliling 24 cm, diameter 7,64 cm, dan jumlah pohon dengan
jenis yang sama ada 2; Terminalia catappa L. yang berjarak 475 cm,
memiliki keliling 95 cm, diameter 30,35 cm, dan jumlahnya satu;
Swietenia macrophyla yang berjarak 360 cm, memiliki keliling 29
cm, diameter 9,19 cm, dan jumlahnya satu.
Kelompok 5: Spondias dulcis yang berjarak 800 cm, memiliki
keliling 92 cm, diameter 29,3 cm, dan jumlahnya satu; Tectona

grandis yang berjarak 248 cm, memiliki keliling 67 cm, diameter 21,3
cm, dan jumlahnya satu; Mangivera indica yang berjarak 415 cm,
memiliki keliling 128 cm, diameter 40,8 cm, dan jumlahnya satu;
Syzygium aqueum yang berjarak 684 cm, memiliki keliling 29,5 cm,
diameter 9,4 cm, dan jumlah pohon dengan jenis yang sama ada 2.
Kelompok 6: Dalbergia latifolia yang berjarak 325 cm,
memiliki keliling 10 cm, diameter 3,18 cm, dan jumlah pohon dengan
jenis yang sama ada 2; Swietenia macrophyla yang berjarak 410 cm,
memiliki keliling 24 cm, diameter 7,64 cm, dan jumlahnya satu;
Swietenia macrophyla yang berjarak 475 cm, memiliki keliling 17
cm, diameter 5,41 cm, dan jumlahnya satu; Swietenia macrophyla
yang berjarak 465 cm, memiliki keliling 20 cm, diameter 6,37 cm,
dan jumlahnya satu.
Kelompok 7: Caragana arborescens yang berjarak 197 cm,
memiliki keliling 5 cm, diameter 1,60 cm, dan jumlahnya satu;
Veitchia merillii yang berjarak 182 cm, memiliki keliling 23 cm,
diameter 7,32 cm, dan jumlah pohon dengan jenis yang sama ada 10;
Caragana arborescens yang berjarak 333 cm, memiliki keliling 32,5
cm, diameter 10,35 cm, dan jumlah pohon dengan jenis yang sama
ada 6; Caragana arborescens yang berjarak 990 cm, memiliki
keliling 8,3 cm, diameter 2,64 cm, dan jumlah pohon dengan jenis
yang sama ada 3.
Kelompok 8: Samanera saman yang berjarak 707 cm, memiliki
keliling 282 cm, diameter 89,8 cm, dan jumlahnya satu; Muntingia
calabura L. yang berjarak 280 cm, memiliki keliling 8,79 cm,
diameter 2,8 cm, dan jumlahnya satu; Muntingia calabura L yang
berjarak 334 cm, memiliki keliling 5,96 cm, diameter 1,9 cm, dan
jumlahnya satu; Pterocarpus indicus yang berjarak 325 cm, memiliki
keliling 74 cm, diameter 23,6 cm, dan jumlahnya satu.
2. Analisis Vegetasi Herba
Pada sub pengamatan analisis vegetasi herba dari 8 kelompok
besar praktikum vegetasi dengan metode yang sama didapat vegetasi

herba sebanyak 113 jenis dengan jumlah plot sebanyak 32. Namanama herba yang didapat yaitu Acalypha australis sebanyak 10
spesies ditemukan di satu plot, Aerocarpus indicus sebanyak 3
ditemukan di 3 plot, Agave attenuate sebanyak 5 spesies ditemukan di
satu plot, Aloevera sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot,
Alternanthera philoxnoides sebanyak satu spesies ditemukan di satu
plot, Alternanthera repnsteud sebanyak 3 ditemukan di satu plot,
Alternanthera sesilis sebanyak 4 spesies ditemukan di satu plot,
Althernantera sp sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot,
Amaranthus sp sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot,
Amaranthus tricolor sebanyak 12 spesies ditemukan di satu plot,
Ammannia octandra sebanyak 2 spesies ditemukan di dua plot,
androgaphis panuculata sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot,
Andrographis paniculata ness sebanyak satu spesies ditemukan di
satu plot, Aneilema spiratum sebanyak 3 spesies ditemukan di satu
plot, Aneilema umbrosum sebanyak 3 spesies ditemukan di satu plot,
Asparagus chonchinchinensis sebanyak 5 spesies ditemukan di dua
plot.
Bergia ammannioides sebanyak satu spesies ditemukan di satu
plot, Bergia orizetonim sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot,
Boerhavia diffusa sebanyak 8 spesies ditemukan di satu plot, Borreria
alata sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot, Brugmansia sp
sebanyak 3 ditemukan di satu plot, Buidelia trilobita sebanyak 8
spesies ditemukan di satu plot, Cadabba capparoides sebanyak 14
spesies ditemukan di 3 plot, Canna indica sebanyak 10 spesies
ditemukan di satu plot, Cassia siamea satu spesies ditemukan di satu
plot, Celosia argenta sebanyak 4 spesies ditemukan di satu plot,
Celosia cristata sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot, Centella
asiatica sebanyak 11 ditemukan di 4 plot, Chlorophytum bicheti
sebanyak 3 spesies ditemukan di satu plot, Ciperus rotundus
sebanyak 11 spesies ditemukan di 3 plot, Cleome rotidosperma DC.
sebanyak 3 spesies ditemukan di satu plot, Colocasia esculenta

sebanyak 49 spesies ditemukan di 4 plot, Columella trifoliamer


sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Cosmos sp sebanyak
dua spesies ditemukan di satu plot, Croton hirtus L. dua spesies
ditemukan di satu plot, Curcuma longu sebanyak dua spesies
ditemukan di satu plot, Cyathula prostata sebanyak satu spesies
ditemukan di satu plot, Cynodon Dactylon sebanyak 7 spesies
ditemukan di satu plot, Cynodon L.C. rich sebanyak 7 spesies
ditemukan di satu plot, Cyperus indica sebanyak 4 spesies ditemukan
di satu plot, Cyperus rotundus L. sebanyak 17 spesies ditemukan di
dua plot, Cyphostemma sebanyak 8 spesies ditemukan di satu plot.
Desmodium heterophyllum sebanyak 5 spesies ditemukan di
satu plot, Desmodium triforum sebanyak satu spesies ditemukan di
satu plot, Dichrocepala integrifolia sebanyak satu spesies ditemukan
di satu plot, Echinochloacrus galli sebanyak tiga spesies ditemukan di
satu plot, Eclipta alba sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot,
Eleusine indica sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot,
Enhiydra fluctuans L. sebanyak tiga spesies ditemukan di satu plot,
Eriochola poliscia sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot, Eulipta
prossiata sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Euphorbia
hirta L. sebanyak 5 spesies ditemukan di dua plot, Euphorbia
hypericipolia L. sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot,
Fleurya aestuans sebanyak 49 spesies ditemukan di 8 plot, Fleurya
interupta sebanyak 16 spesies ditemukan di dua plot, Franxius
Americana sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot, Glinus
lotoides sebanyak 10 spesies ditemukan di dua plot, Hidrocotyle
sibothorploides sebanyak tiga spesies ditemukan di tiga plot,
Hymenachne amplexicaulis sebanyak dua spesies ditemukan di satu
plot.
Imfurata cylindrical sebanyak dua spesies ditemukan di satu
plot, Indigofera hirsuta L. sebanyak 8 spesies ditemukan di 3 plot,
Ipomea reptana sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Ipomea
trilobite sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Ipomoea

aquatica sebanyak 4 spesies ditemukan di satu plot, Ipomuea batatus


L sebanyak tiga spesies ditemukan di satu plot, Isehaeum timurense
sebanyak 7 spesies ditemukan di satu plot, Jasmine funale
sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot, Jasminum didymium
sebanyak dua spesies ditemukan di dua plot, Karludofica plamata
sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Kersen sebanyak 3
spesies ditemukan di dua plot, Leucaena leucocephala sebanyak satu
spesies ditemukan di satu plot, Limnan themum cristafum griseb
sebanyak 4 spesies ditemukan di dua plot, Lygodium flexuosum
sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Lycodium sp sebanyak
4 spesies ditemukan di satu plot, Lymnophilla erecta sebanyak satu
spesies ditemukan di satu plot.
Marsilea quadiifolia sebanyak sebanyak 5 spesies ditemukan
di satu plot, Mentha suaveolens sebanyak sebanyak 6 spesies
ditemukan di satu plot, Mimosa pudica sebanyak 12 spesies
ditemukan di 4 plot, Mimulus ringens sebanyak sebanyak 7 spesies
ditemukan di 2 plot, Monster deliciosa sebanyak sebanyak satu
spesies ditemukan di satu plot, Oxalis corniculata sebanyak 3 spesies
ditemukan di satu plot, Oryza sativa sebanyak satu spesies ditemukan
di satu plot, Panicum incontum sebanyak 5 spesies ditemukan di satu
plot, Panicum mucronatum sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot,
Pannicum flavidum sebanyak 23 spesies ditemukan di 3 plot,
Penicum maximum sebanyak 60 spesies ditemukan di satu plot,
Phyllanthus niruri linn sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot,
Phyllanthus reticulatus sebanyak 5 spesies ditemukan di dua plot,
Phyllanthus urinarialinn sebanyak 4 spesies ditemukan di dua plot
Polytrias amaura sebanyak 4 spesies ditemukan di satu plot,
Portulaca grandiflora sebanyak 4 spesies ditemukan di satu plot.
Portulaca oleracea sebanyak 25 spesies ditemukan di 3 plot,
Pouzolzia zeylanica sebanyak 26 spesies ditemukan di 5 plot, Pteri
vihata L sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Pteris biaurita
sebanyak sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Pteris

longifolia sebanyak 14 spesies ditemukan di satu plot, Pteris vitata


sebanyak 3 spesies ditemukan di satu plot, Rhoe discolor sebanyak 66
spesies ditemukan di 5 plot, Roavolvia serpentina sebanyak sebanyak
sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, Rottboellia vaginata
sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot, Salaca salak sebanyak satu
spesies ditemukan di satu plot, Sesuvium portulaeastrum sebanyak 4
spesies ditemukan di dua plot, Sida veronicifolia sebanyak 21 spesies
ditemukan di 3 plot, Tephrosia spinosa sebanyak 4 spesies ditemukan
di dua plot, Thunbergia alata sebanyak satu spesies ditemukan di
satu plot, Thyponium trilobatum sebanyak 14 spesies ditemukan di
dua plot, Tinospora cordifolia sebanyak 9 spesies ditemukan di satu
plot, Tinospora crispa sebanyak 5 spesies ditemukan di satu plot,
Tyohonium trilobatum sebanyak 8 spesies ditemukan di dua plot,
Walisongo sebanyak tiga spesies ditemukan di satu plot, Wedelia
trilobata sebanyak dua spesies ditemukan di satu plot, Wrightia
pubescens sebanyak satu spesies ditemukan di satu plot, dan Zebrine
pendula sebanyak 3 spesies ditemukan di satu plot.
4.3.

Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pohon
dan herba yang ada di lingkungan sekitar Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Lokasi
yang digunakan untuk melakukan analisis vegetasi pohon dan herba
adalah di lingkungan sekitar FMIPA Unesa. Alat yang digunakan dalam
pengamatan ini adalah meteran, tali rafia, soil pH, tonggak kayu, dan buku
identifikasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kantong plastik,
karet gelang, kertas, dan bulpoin.
Pengamatan pertama yaitu analisis vegetasi pohon. Langkah pertama
yang dilakukan adalah menentukan area seluas 100 m2, membagi area
tersebut menjadi 4 kuadran yang besar luasnya sama. Lalu menentukan
satu pohon yang terletak di tengah-tengah area tersebut sebagai titik pusat.
Selanjutnya menentukan satu pohon pada tiap kuadran yang memiliki
jarak terdekat terhadap titik pusat. Setelah itu mengukur jarak pohon yang

terdekat tersebut ke titik pusat dan keliling pohon menggunakan tali rafia.
Kemudian menghitung diameter pohon dan jumlah pohon yang jenisnya
sama dengan pohon yang terdekat dengan titik pusat.
Berdasarkan data dan analisis di atas, maka vegetasi pohon di
lingkungan sekitar FMIPA Unesa cukup bervariasi dan beraneka ragam.
Jumlah pohon yang kami temukan cukup banyak yaitu 16 jenis dengan
jumlah 70 spesies. Akan tetapi, jumlah tersebut sebenarnya belum
mewakili secara keseluruhan jumlah pohon yang ada di lingkungan sekitar
FMIPA Unesa karena persebaran tiap kelompok dalam praktikum masih
beluh mencapai seluruh area tersebut, akan tetapi masih sebatas sampling.
Namun, hasil tersebut sudah cukup memberi gambaran secara umum
bagaimana keanekaragaman pohon yang ada di lingkungan sekitar FMIPA
Unesa.
Kondisi dan unsur hara yang dibutuhkan oleh setiap pohon
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Apabila
kondisi dan unsur hara cocok, maka jumlah mereka akan banyak, tetapi
apabila kondisi dan unsur haranya tidak sesuai maka jenis pohon tersebut
hanya sedikit atau bahkan tidak ditemukan.
pH tanah yang kami dapatkan dari setiap area berbeda-beda
walaupun secara kisaran semuanya dibawah angka 7, dibawah normal
yang artinya kondisi tanah di lingkungan sekitar FMIPA Unesa rata-rata
adalah asam. Padahal secara teori pH tanah yang paling baik adalah 7 atau
netral sebab unsur hara yang terdapat di tanah mudah larut dalam air
sehingga mudah diserap oleh akar sesuai dengan kajian teori diatas.
Yang perlu dibahas lebih lanjut adalah tingkat variasi pohon yang
kami temukan, yaitu ada beberapa pohon dengan nama genus sama akan
tetapi dengan nama spesies yang berbeda.
Dalam satu area, ditemukan pohon-pohon terdekat dengan titik pusat
pada satu kuadran yang sejenis dengan pohon-pohon terdekat dengan titik
pusat pada kuadran yang lain. Hal tersebut menandakan bahwa ada
beberapa pohon di lingkungan sekitar FMIPA Unesa dengan lokasi yang
berbeda akan tetapi mempunyai kesamaan ciri khas yang menyebabkan

mereka digolongkan dalam satu jenis. Bahkan ada yang dalam satu area,
pohon-pohon terdekat dengan titik pusat memiliki jenis yang sama dengan
pohon-pohon terdekat dengan titik pusat pada semua kuadran.
Dari hasil pengamatan didapat jenis pohon yang sejenis dengan
pohon terdekat dengan titik pusat yang jumlahnya paling banyak
ditemukan dalam satu kuadran yaitu Veitchia merillii. Jumlah pohon
dengan jenis yang sama ada 10. Pohon tersebut berjarak 182 cm dari titik
pusat, memiliki keliling 23 cm dan diameter 7,32 cm. Dari beberapa jenis
pohon yang ditemukan tersebut yang memiliki ukuran paling besar yaitu
Samanera saman, berjarak 707 cm dari titik pusat, memiliki keliling 282
cm dan diameter 89,8 cm. Namun pada pengamatan pohon tersebut hanya
ditemukan satu spesies.
Pengamatan kedua yaitu analisis vegetasi herba. Langkah pertama
yang dilakukan yaitu menentukan plot seluas 1 m 2 sebanyak 4. Lalu
mengidentifikasi jenis-jenis herba yang terdapat pada masing-masing plot.
Kemudian menghitung jumlah masing-masing jenis herba yang yang
terdapat pada masing-masing plot.
Berdasarkan data dan analisis di atas, maka vegetasi herba di
kawasan FMIPA Unesa sangat bervariasi dan beraneka ragam. Variasi
herba tersebut antara lain masuk kedalam kelompok paku-pakuan, rumput,
semak, dan perdu. Banyak sekali factor yang mempengaruhinya, antara
lain pH tanah, kelembapan (kering, sedang, basah), dan suhu. Secara
umum semua jenis herba tumbuh menyesuaikan kondisi tanah tempat
hidupnya. Dari sampling di tiap plot dengan tempat yang berbeda sesuai
dengan data, kebanyakan jumlah tiap jenis herba paling sedikit yaitu satu.
Dari hasil pengamatan didapat herba jenis Penicum maximum
sebanyak 60 spesies, namun hanya ditemukan di satu plot. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa Penicum maximum merupakan jenis herba yang
paling banyak ditemukan di lingkungan sekitar FMIPA Unesa, namun
hanya pada satu plot yang sama. Dari hasil pengamatan didapat herba jenis
Rhoe discolor sebanyak 66 spesies yang ditemukan di 5 plot. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa Rhoe discolor merupakan jenis herba yang

paling banyak ditemukan dan tersebar di beberapa plot yang berbeda atau
dapat dikatakan Rhoe discolor adalah jenis herba yang paling dominan.
Dari hasil pengamatan didapat pula herba jenis Fleurya aestuans sebanyak
49 spesies yang ditemukan di 8 plot. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Fleurya aestuans merupakan jenis herba yang paling banyak tersebar di
lingkungan sekitar FMIPA Unesa karena ditemukan dalam 8 plot yang
berbeda, meskipun jumlahnya tidak lebih banyak dari jenis herba yang
jumlahnya terbanyak namun hanya ditemukan dalam satu plot yang sama.
Seperti tumbuhan pada umumnya, kondisi dan unsur hara yang
dibutuhkan

oleh

setiap

herba

pun

berbeda-beda

sesuai

dengan

kebutuhannya masing-masing. Apabila kondisi dan unsur hara cocok,


maka jumlah mereka akan banyak, tetapi apabila kondisi dan unsur
haranya tidak sesuai maka jenis herba tersebut hanya sedikit atau bahkan
tidak ditemukan.
pH tanah yang kami dapatkan dari setiap plot juga berbeda-beda
walaupun secara kisaran semuanya dibawah angka 7, dibawah normal
yang artinya kondisi tanah di lingkungan sekitar FMIPA Unesa rata-rata
adalah asam. Padahal secara teori pH tanah yang paling baik adalah 7 atau
netral sebab unsur hara yang terdapat di tanah mudah larut dalam air
sehingga mudah diserap oleh akar sesuai dengan kajian teori diatas.
Walaupun begitu tetap saja masih ada herba yang lebih cocok hidup di pH
tanah asam karena lebih membutuhkan ion Al, Fe, dan Mn serta unsur
mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co).
Jumlah herba yang kami temukan memang sudah cukup banyak
yaitu 113 variasi dengan jumlah yang beraneka ragam pula. Akan tetapi,
jumlah tersebut sebenarnya juga belum mewakili secara keseluruhan
jumlah herba yang ada di lingkungsn sekitar FMIPA Unesa karena
persebaran tiap kelompok dalam praktikum masih beluh mencapai seluh
areal tersebut masih sebatas sampling. Masih terdapat lokasi-lokasi
strategis yang belum dijangkau oleh salah satu kelompok dalam praktikum
dengan alasan cuaca yang panas dan terbatas oleh waktu. Namun, hasil
tersebut juga sudah dirasa cukup baik sebab sudah tahu gambaran secara

umum bagaimana klasifikasi herba yang ada di lingkungan sekitar FMIPA


Unesa.
Yang perlu dibahas lebih lanjut adalah tingkat variasi herba yang
kami temukan, yaitu ada beberapa herba dengan nama genus sama akan
tetapi dengan nama spesies yang berbeda. Itu menandakan bahwa ada
beberapa herba di lingkungan sekitar FMIPA Unesa dengan lokasi yang
berbeda akan tetapi tetap punya kesamaan ciri khas yang menyebabkan
mereka digolongkan dalam satu jenis.
Variasi herba ternyata juga sangat dipengaruhi oleh kelembaban
tanah. Setelah kami melakukan praktikum analisis vegetasi utamanya yang
herba ini, apabila kondisi suatu tanah dengan kelembaban tinggi atau
basah cenderung herba yang tumbuh daunnya berwarna hijau lebar serta
segar, jumlah merekapun relatif lebih dari satu. Kondisi tanah dengan
kelembaban sedang, herba yang tumbuhpun kebanyakan daunnya hijau
akan tetapi tidak selebar atau sesegar yang ada di tanah dengan
kelembaban tinggi. Namun sebaliknya, ketika kami mengambil sampel
plot dengan kondisi tanah yang kering atau kelembabannya rendah,
cenderung yang hidup disana adalah sejenis rumput dan paku-pakuan serta
sejumlah herba yang merambat, dengan kondisi daunnya panjang, tipis,
kecil, warnanya hampir kecoklatan dan tidak begitu segar. Semua itu
sesuai dengan teori bahwasannya tempat hidup herba juga menyesuaikan
kondisi kelembaban tanah, ada herba yang mampu hidup di kondisi sangat
basah, sedang, ataupun kering. Dari situpun ada berbagai ciri khas yang
dapat kita lihat melalui penglihatan langsung adanya perbedaan yag
mencolok dari berbagai macam herba.
Aloevera,

Alternanthera

philoxnoides,

Amaranthus

sp,

Andrographis paniculata ness, Bergia ammannioides, Cassia siamea,


Columella

trifoliamer,

Cyathula

prostata,

Desmodium

triforum,

Dichrocepala integrifolia, Eulipta prossiata, Euphorbia hypericipolia L,


Ipomea reptana, Ipomea trilobite, Karludofica plamata, Leucaena
leucocephala,

Lygodium

flexuosum,

Lymnophilla

erecta,

Monster

deliciosa, Oryza sativa, Portulaca oleracea, Pouzolzia zeylanica, Pteris

vitata, Roavolvia serpentina, Salaca salak, Thunbergia

alata, dan

Wrightia pubescens semua jenis herba ini hanya ada satu spesies yang ada
di satu plot dari hasil penggabungan data kelas. Hal ini membuktikan
bahwa di masing-masing tempat walaupun masih dalam satu kawasan
FMIPA Unesa akan tetapi terdapat berbagai penyebaran herba yang sangat
bervariasi dan pertumbuhan mereka sangat menyesuaikan kondisi
lingkungan yang ada.
Praktikum inipun tak luput dari berbagai jenis kekurangan
diantaranya,

hail

kelembapan

tanah

yang

hanya

kami

prediksi

menggunakan penglihatan yaitu basah, sedang, dan kering tidak


menggunakan alat. Kemudian, perbedaan jenis herba atau pohon yang
belum kami ketahui secara jelasa identifikasinya, serta hasil pembahasan
ini yang belum mencakup semua (tidak mendalam).
Pada kedua analisis tersebut, pohon dan herba. Kami masih
menemui kesulitan dalam mengidentifikasi jenis pohon dan herba yang
telah kami temukan, ada beberapaspesies yang tidak tahu nama umumnya
dan nam ilmiahnya. Hal tersebut disebabkan oleh praktikan yang kurang
familiar menggunakan nama-nama ilmiah untuk mengenal berbagai jenis
pohon dan herba yang ada.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Analisis Vegetasi Pohon dan Herba dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Keanekaragaman jenis pohon di lingkungan sekitar FMIPA Unesa cukup
beragam. Ditemukan 10 jenis pohon dan yang memiliki ukuran paling
besar yaitu Samanera saman, berjarak 707 cm dari titik pusat, memiliki
keliling 282 cm dan diameter 89,8 cm. Namun pada pengamatan pohon
tersebut hanya ditemukan satu spesies.
2. Keanekaragaman jenis herba di lingkungan sekitar FMIPA Unesa sangat
beragam. Ditemukan 113 jenis herba, jenis herba yang paling banyak
ditemukan namun hanya pada satu plot yang sama yaitu Penicum
maximum. Jenis herba yang paling banyak ditemukan dan tersebar di
beberapa plot yang berbeda yaitu Rhoe discolor. Jenis herba yang paling
banyak tersebar karena ditemukan dalam 8 plot yang berbeda, meskipun
jumlahnya tidak lebih banyak dari jenis herba yang jumlahnya terbanyak

namun hanya ditemukan dalam satu plot yang sama yaitu Fleurya
aestuans.
5.2. Saran
Adapun saran bagi pembaca atau praktikan berikutnya untuk praktikum
Analisis Vegetasi Pohon dan Herba antara lain sebagia berikut:
1. Praktikum ini membutuhkan waktu yang lama, jadi perhatikan dan
gunakan waktu seefisien mungkin.
2. Persiapkan berbagai alat yang akan digunakan dengan baik.
3. Baca identifikasi berbagai jenis herba dengan teliti, cermat, dan sabar.
4. Bekerjalah dengan kompak dan jangan menyalahkan satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA
Fatihatul, Diana.2013. Laporan Resmi Praktikum Ekologi Tumbuhan (Online).
(http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/06/ekologi-tumbuhan.html,
diakses tanggal 26 Oktober 2014).
Nainggolan,
Eri.
2013.
Analisis
Vegetasi
(Online).
(http://erinainggolan.blogspot.com/2013/06/analisis-vegetasi.html,
diakses tanggal 26 Oktober 2014).
Ristianingrum, Novita. 2012. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Analisis
Vegetasi
Tumbuhan
(Online).
(http://novitaristiani.blogspot.com/2012/05/laporan-ekologi-tumbuhan.html, diakses
tanggal 26 Oktober 2014).
Safitri, Merina. 2011. Laporan Praktikum Analisis Vegetasi Pohon di Kawasan
Taman Nasional Baluran Situbondo (Online). (http://merinasafitriknowledge.blogspot.com/2011/09/laporan-praktikum-analisisvegetasi.html, diakses tanggal 26 Oktober 2014).

Anda mungkin juga menyukai