Anda di halaman 1dari 29

Lanjut ke konten

rahayunurliah

berdoa dan berusahalah, niscaya Allah akan memudahkan jalanmu

Menu dan widget


laporan ekologi tumbuhan analisis vegetasi

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan Judul Kurva Spesies


Areayang disusun oleh :

Nama

NIM

: Rahayu Nur

: 1214141001

Kelas/ Kelompok : B/IV

telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen mata kuliah ekologi tumbuhan,
maka dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2014

Dosen Penanggung Jawab

Praktikan

Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M.Si

NIP : 1966 09 30 1992 03 1 004

Rahayu Nur

NIM : 1214141001

ABSTRAK

Praktikum ini dilaksanakan disamping Masjid Ulil Albab UNM Parangtambung


dengan kondisi lokasi yang mendekati gersang dan terdapat banyak tumpukan
tanah. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut ekologi. vegetasi adalah kumpulan beberapa
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu
tempat. Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan
hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat.

Kata kunci: ekologi, analisis vegetasi, kurva area spesies, aplikasi R.

ABSTRACT

Practical work is carried out in addition to the mosque Ulil Albab Parangtambung
UNM with a location close to barren conditions and there are many piles of
dirt.Science of reciprocal relations between living thingsand the environment his
life is called ecology. the vegetation is a collection of some plants,
usuallyconsisting of several kinds and live together at oneplace. Species-area in
ecology is a graph that illustrates the relationship between the number oftypes
by the size of the squares. the data obtainedwere processed through the
programs next R i3863.1.1

Key words: Ecology, vegetation analysis, species-areacurves, application R.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup tinggal.
Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik sebagai
pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari tentang lingkungan
dan salah satunya adalah ekologi.

Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah peradaban
manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk hidup lainnya.
Interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses
yang tidak sederhana, melainkan suatu proses yang kompleks. Ekologi sendiri
merupakan suatu hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.

Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang mengatur struktur dan
fungsi suatu ekosistem. Untuk mengetahui sistem ekologi pada suatu waktu

tertentu, perlu diketahui organisme apa saja yang hidup ditempat tertentu,
bagaimana kepadatannya dan bagaimana hubungannya dengan banyak faktor
fisik dan kimia dilingkungan abiotik disekelilingnya.

Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah
satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-tumbuhan
yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis dan hidup.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter
vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem
alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen
biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu
komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang,
semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya
merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat
mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.

Istilah ekologi juga berkaitan dengan komunitas dan populasi. Populasi


merupakan kumpulan individu dari jenis yang sama dalam suatu daerah, maka
komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai jenis dalam suatu
daerah. Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat berbagai macam
spesies. Dan tentunya jumlah spesies yang satu dengan yang lainnya dalam
suatu komunitas tidaklah sama. Bisa saja terdapat spesies yang lebih
mendominasi, bahkan terdapat pula jumlah spesies yang terlalu sedikit pada
komunitas tersebut.

Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan hubungan
antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat. Grafik itu biasanya menunjukkan
pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. Kurva spesies area ini dapat digunakan
untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu
komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun. Dalam sampling ini ada tiga hal
yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh
dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.

Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari ukuran terkecil hingga
pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari satu plot ke plot yang
lain sampai pada tidak ada lagi keanekaragaman spesies.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan luas petak minimum
yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menentukan luas petak minimum yang
dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang ahli
biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat
hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau kajian. Oleh
karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu menganai
makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal makhluk
hidup (Inriyanto, 2006).

Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst
Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena
itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan
demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Riberu, 2002).

Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua
ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai
dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan
informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau
beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang
dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi,
energi, dan informasi (Riberu, 2002).

Menurut Campbell (2004), komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam


kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda
dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa komunitas
terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung
jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak
ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap kajian yang semakin
menyeluruh sifatnya, yaitu :

Ekologi organisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara


berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme individual
dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotiknya.
Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup
dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat
pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi.
Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang
ada dalam suatu daerah tertentu.
Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan merupakan
suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang dapat
menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada
pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya di antara spesies
simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa jumlah tertentu
sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum pengaruh dari
kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan kepunahan pesaing
yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies yang dapat hidup
bersama-sama (Campbell, 2004).

Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya


terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan

organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan
merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi
masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi
spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur

(Natassa dkk, 2010).

Pengelolaan lingkungan hidup bersifat Antroposentris, artinya perhatian utama


dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu jenis
tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik material (bahan makanan) dan
non-material (keindahan dan nilai ilmiah). Dengan demikian kelangsungan hidup
manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh tumbuhan,hewan, dan
unsur tak hidup (Riberu, 2002).

Menurut Odum (1979) dalam bukunya Fundamentals of Ecology, lingkungan


hidup didasarkan beberapa konsep ekologi dasar, seperti konsep: biotik, abiotik,
ekosistem, produktivitas, biomasa, hukum thermodinamika I dan II, siklus
biogeokimiawi dan konsep faktor pembatas. Dalam komunitas ada konsep
biodiversitas, pada populasi ada konsep carrying capacity, pada spesies ada
konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi dan klimaks. Makhluk hidup
(organisme) memiliki tingkat organisasi dari tingkat yang paling sederhana
sampai ke tingkat organisasi yang paling kompleks. Tingkatan organisasi
tersebut terlihat sebagai deretan biologi yang disebut spektrum biologi.

Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup dalam
sel); sel (satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang memiliki
bentuk dan fungsi sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme), sistem
organ (kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis); organisme
(makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok organisme yang sejenis yang
hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas (semua populasi dari
berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu); ekosistem; dan biosfer
(lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi) (Riberu, 2002).

Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi
seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi
mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau

satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas),


yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi
ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi
ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur,
komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi
(Odum, 1993).

Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa


bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk
herba tahunan (annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang
meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan
selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan semak kerdil
(Soetjipta, 1994).

Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi
dan energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam
ekosistem (Riberu, 2002).

Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat dikelompokkan kedalam


3 pola, yaitu acak(random),mengelompok(clumped), dan teratur(regular). Tiaptiap jenis tumbuhan tentunya mempunyai pola penyebaran yang berbeda-beda
tergantung pada model reproduksi dan lingkungan mikro. Untuk mengetahui
skala perubahan-perubahan komponen ekosistem di alam dapat dilakukan
penelitian yang didalamnya terdapat parameter-parameter yang diukur antara
lain:nilai kerapatan (densitas), dominansi, frekuensi, indeks nilai penting(INP),
dan indeks dominansi(ID). Berdasarkan parameter-parameter tersebut, maka
dapat diketahui pola penyebaran vegetasi herbal tersebut di alam (Nuri, 2010).

Menurut Riberu (2002), masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung).


Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama
dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita hanya melihat
fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu sebagai beriukut:

a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis


makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan
bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang
mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan bahan
organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan
disediakan oleh organisme lain.
Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat
komponen yaitu:

Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya:
tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat)
untuk berlangsungnya kehidupan.
Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan
organisme lainnya.
Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai
bahan organik yang berasal dari organisme mati.
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan
tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan
karakteristik (Harjosuwarno, 1990)

Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah
tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut
alamat. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu organisme
dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi
struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Penyesuaian
diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk
kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar
kementakan kelangsungan hidup organisme (Riberu, 2002).

Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya


terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara

individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan


itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan
fakto-faktor lingkungan. (Marsono, 1977).

Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum
kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan
mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi
tumbuhan yang menyusun formasi

vegetasi daerah tersebut (Arrijani, dkk, 2006).

Vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan
suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhan terbentuk
melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi,
persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi.
Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga
dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil,proses
ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah suksesi (Odum, 1972).

Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies


di dalam suatu daerah antara lain :

Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi


keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah
spesies yangdapat hidup secara tetap di suatu daerah.
Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan
dengandaerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan
antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.

Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih


baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan disini adalah faktor-faktor udara, tanah,
organisme, dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem.
Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah,
arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman
dan tumbuhan secara tidak langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor
tanah dan udara (Odum, 1993).

Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan berdasarkan


spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang
fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit
penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh karena itu semua individu
yang berada di tempat pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit
penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan karena
pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Sehingga
pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam
menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot/kuadran) garis atau titik
(Supriatno, 2001).

Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat
dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat
diletakkan secararandom atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling. Bentuk petakcontoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis
vegetasi dan efisiensisampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan
efisiensi sampling banyak studiyang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segi empat memberikan datakomposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding
petak berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar
dengan arah perubahan keadaan lingkunganatau habitat (Suwena, 2007).

Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara
pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat
dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk
mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah.Rincian
mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot
cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik
berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk


populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi: distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam
pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan
dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari
sample. Keempat sifat itu adalah (Odum, 1998):

Ukuran petak.
Bentuk petak.
Jumlah petak.
Cara meletakkan petak dilapangan.
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam ekologi,
adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan
ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan
jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu
titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan
ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal
minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun
(Wikipedia, 2014).

Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat


berukuran 1m x 1m. Untuk menentukan blok pengamatan dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu dipilih blok yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan dan
piringan. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan dan
piringan (Soekisman, 1984).

Plot sampel yang permanen telah terbukti sangat bermanfaat untuk


menginvetarisir spesies tumbuhan dan memonitor dinamika hutan dalam suatu
rentang waktu (Condit et al. 1996). Inventarisasi kuantitatif dengan
menggunakan plot sampel permanen (PSP) juga telah banyak diterapkan di
hutan-hutan di Indonesia, akan tetapi sebagian merupakan informasi yang
sangat penting dalam

perencanaan kegiatan manajemen dan restorasi kawasan hutan (Sutomo, 2012).

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil
agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi
atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi
jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap
dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva
Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan: (1)
luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2)
jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).

Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat: Keragaman
spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh
spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1995).

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling
area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).

Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal;
dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan
tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto, 2005).

Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis


yang terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan.
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang dan

dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili
vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).

Praktikum pembuatan kurva spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan


petak minimum yang akan mewakili ekosistem yang ada di suatu hutan yaitu
dengan cara membuat dan mengamati suatu petak contoh yang kita buat yang
mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh yang kita amati ini tidak
boleh terlalu besar ukurannya agar luas minimum dari suatu ekosistem hutan
dapat terpenuhi. Pada praktikum ini, ukuran petak pertama yang kita amati
menggunakan luas 1m x 1m (Kusuma dan Istomo, 1995).

Pada petak tersebut, kita mendata jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam
petak tadi. Pada petak pertama (ukuran 1m x 1m), kita menemukan adanya jenis
tumbuhan bawah (, , dan ..) serta pohon
Kemudian, Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat (1m x 2m) dan jenis
tumbuhan yang terdapat di dalamnya pun didata pula. Hasilnya adalah adanya
penambahan tumbuhan bawah .. Dengan menggunakan rumus
yang ada, persen kenaikan masih berada tepat pada 10 % sehingga pekerjaan
pun dilanjutkan sampai persen kenaikan mencapai kurang dari 10 %. Luas
minimum ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan persen kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958;
Cain & Castro, 1959) (Kusuma dan Istomo, 1995).

Pada saat petak penelitian kita mencapai 2m x 2m, ternyata kita mendapatkan
tambahan jens tumbuhan bawah . dan persen kenaikan yang didapat
adalah 9.09 % atau tidak melebihi dari nilai 10 %, maka pembuatan dan
pendataan petak pun dihentikan. Apabila kita analisis, dapat ditetapkan bahwa
luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas pada padang rumput tersebut
adalah adalah 2m x 2m atau 4m2. Luasan ini bukanlah harga mutlak bahwa luas
petak ukur yang harus kita gunakan adalah 2m x 2m, tetapi nilai tersebut adalah
nilai minimum luasan yang mewakili (Rahardjanto, 2001).

Apabila kita bandingkan luasan minimum antara hutan alam, hutan tanaman,
dan padang rumput, maka kita bisa menentukan bahwa besarnya perbandingan
luas petak minimum yang mewakili ekosistem hutan alam adalah yang paling
besar luasnya atau sekitar 8m x 16m. Hal ini dikarenakan bahwa pada hutan
alam, jenis tumbuhan yang ada paling heterogen dibanding hutan lainnya,
sehingga membutuhkan luasan yang lebih banyak untuk mendapatkan nilai
persen kenaikan dibawah 10 % (Rahardjanto, 2001).

Selanjutnya adalah hutan tanaman yang membutuhkan luas lebih kecil dari
hutan alam atau sekitar 4m x 8m sampai 8m x 8m. Sedangkan pada padang
rumput seperti yang telah kita amati hanya membutuhkan luasan sekitar 2m x
2m, hal ini dikarenakan keragaman jenis yang ada pada ekosistem padang
rumput lebih sedikit tiap penambahan luasannya dibanding ekosistem hutan
lainnya, sehingga luasan minimum yang mewakili ekosistem hutan yang
dibutuhkan pun lebih kecil. Hal yang paling mendasar yang membedakan luas
minimum tiap jenis hutan adalah seberapa besar penambahan jenis tumbuhan di
tiap petak yang kita amati (Rahardjanto, 2001).

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling
area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat
tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas
petak contoh yang digunakan (Surasana, 1990).

Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja
yangmenjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan
untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Keragaman spesies dapat diambiluntuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesiesdiantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakansecara numerik
sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting (Rahardjanto, 2001).

Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh
vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi
tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaankeadaan individu dalam populasi (Surasana, 1990).

Metode Kuadrat adalah salah satu metode dengan bentuk sampel dapat berupa
segiempat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk
vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan
luas kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot

yang di sebarkan di lakukanperhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan,


kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan
berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang ditemukan dari sejumlah kuadrat
yang di buat (Rahardjanto, 2001).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Hari/tanggal

: Sabtu /27 September 2014

Pukul

: 09.00 s.d. 12.00 WITA

Tempat

: Lapangan samping Masjid ULIL ALBAB UNM Parang

Tambung

Alat dan Bahan


Alat
Patok
Meteran
Tali raffia
Gunting
Kamera
Pulpen dan buku
Bahan
Tumbuhan yang diamati
Lahan yang akan diidentifikasi
Prosedur Kerja
Menentukan lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk menganalisis vegetasi
tumbuhan.

Membuat plot ukuran 0,5m x 0,5m dengan cara menarik tali sepanjang 0,5 m
hingga membentuk lahan kecil pada tempat yang telah ditentukan.
Mengidentifikasi menganalisis spesies yang berada pada lahan tersebut (0,5 x
0,5 m).
Mencatat spesies apa yang ditemukan.
Memperluas plot ukuran 0,5m x 1m dengan cara yang sama.
Mencatat spesies baru pada lahan 0,5m x 1m.
Memperluas hingga 7 kali sehingga mencapai ukuran 4m x 4m sampai spesies
tidak menunjukkan lagi keanekaragaman.
Mengolah data yang diperoleh dengan program R untuk mencari Indeks Nilai
Penting (INP) dan Indeks Diversitas dengan langkah sebagai berikut:
#Programer : RAHAYU NUR

#Makassar, 17 Oktober 2014-

#Kurva spesies area

rm(list=ls(all=TRUE))

#-ambil data

setwd(D:/SEMESTER V/EKTUM)

dataku<-read.table(kurva spesies area2.csv,header=TRUE,sep=;,dec=,)

dataku

#mengatur 3 angka dibelakang koma-

options(digit=3)

#-fungsi menghitungluas plot

#-dalam meter persegi

luas.mt<-function(x,y
{ls.m<-x*y

return (ls.m)

Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)

Luas.m

#fungsi menghitung luas plot

#dalam hektar-

luas.ha<-function(x
{ ls.ha<-x/10000

return (ls.ha)

Luas.ha<-luas.hauas.m)

Luas.ha
#-

#Menghitung Akumulasi Spesies-

akumulasi<-cumsum(dataku$Spbaru)

akumulasi

#Menghitung presentasi pertambahan

#Spesies-

persen<-function(x,y)

{x/y*100}

Persentase<-persen (dataku$Spbaru[-1], akumulasi)

Persentase

#menggabungkan data

dataku <-data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)

dataku

#menyimpan data di excel

write.table(dataku,file=Kurva Spesies Area1


Ayu.csv,append=FALSE,sep=;,dec=.,row.names=FALSE,col.names=TRUE)

#membuat grafik

plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type=b,ylim=c(1,25), pch=16, col=3,


cex=1.5, ylab=Akumulasi Spesies, xlab=Ukuran Plot)

#membuat grid

grid(lty=1,lwd=1)

lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=red)

points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=blue)

# membuat sumbu x perhatikan berapa banyak-

# plot yang dibuat

axis (1, at=1:7, lab= c (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ))

# species accumulation curve -

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel
Kode Panjang
Persentase

Lebar Spbaru

0.5

0.5

0.25

2.5e-05

0.5

0.5

5,00E-05

100

1,00E-04

75

2,00E-04

########

4,00E-04

25

8,00E-04

10

16

0.0016

10

Grafik

Gambar Plot
Pembahasan

Luas.m

Luas.ha

akumulasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yang bertujuan untuk


menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang di analisis dan diperoleh data dari setiap daerah yang diplot berbedabeda jumlah ataupun jenis sepesiesnya. Pengamatan atau praktikum ini
dilakukan di lapangan samping masjid Ulil Albab UNM Parangtambung,
Pengamatan yang dilakukan adalah dengan membuat suatu plot kurva spesies
area dari ukuran terkecil hingga terbesar sampai pada tidak adanya lagi
keanekaragaman spesies. Plot dibuat dengan ukuran yang berbeda-beda
diantaranya (0,5m x 0,5m), (0,5m x 1m), (1m x 1m), (2m x 1m), (2m x 2m), (4m
x 2m), (4m x 4m). Pembuatan plot berhenti pada ukuran (4m x 4m) karena tidak
ditemukannya lagi spesies yang baru. Pengamatan yang pertama dilakukan yaitu
dengan luas 0,5m x 0,5 m dengan jumlah herba yang ditemukan adalah 2
spesies yakni rumput parit (Axonopus compressus) dan sejenis liana yang
memiliki bentuk daun seperti bintang. Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat
(0,5m x 1m) dan diytemukan spesies yang sama pada plot pertama. Pada
perbesaran 1m x 1m ditemukan spesies berupa pohon yaitu angsana
(Ptericarpus indicus). Pada perbesaran 2 x 1 ditemukan 3 spesies baru berupa
anakan pohon dan semak yaitu mengkudu (Morinda Citrifolia) dan katuk
(Sauropus androgynus) serta satu spesies yang berupa anakan dari famili
Myrtacea (jambu-jambuan). Ukuran diperbesar lagi menjadi (2m x 2m) dan
ternyata terdapat 1 penambahan spesies dengan ciri-ciri daun licin, batang
berkayu dan bentuk daun jorong. Pada ukuran petak yang diperbesar (4m x 2m)
ditemukan 2 spesies baru yaitu liana sejanis pohon yang menyerupai mengkudu
dengan buah yang berukuran kecil dan melekat pada batang. dan pada pot
terakhir yaitu (4m x 4m) hanya terdapat satu spesies yaitu induk dari mengkudu
(Morinda citrifolia).

Pembuatan kurva spesies area ini dilakukan untuk mengetahui luasan petak
minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak yang
diplot. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
kurva spesies areanya.

Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dan grafik dapat diketahui
bahwa secara umum. luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal, dimana semakin meningkat
keanekaragaman jenis maka semakin luas area petak. walaupun
keanekaragaman spesies itu tidad terlalu bervariasi. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal

tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal


tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan (Sugianto ,1994).

Keanekaragaman yang tidak terlalu bervariasi dari satu plot ke plot yang lain
tersebut disebabkan karena lokasi yang ditempati sangat gersang dan banyak
timbunan tanah serta faktor musim juga sangat menentukan yang pada saat ini
bertepatan dengan musim kemarau.

Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies


di dalam suatu daerah antara lain sebagai berikut :

Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi


keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah
spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan
dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan kurva spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan petak
minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak yang
diplot. Keanekargaman spesies dari plot satu sampai plot tujuh tidak begitu
bervariasi, dimana kadang-kadang spesies yang ditemukan pada plot pertama
ditemukan pula pada plot selanjutnya. Hal ini disebabkan karena penempatan
lokasi dari plot pertama sampai plot terakhir sangat berdekatan dan juga dari
kondisi lokasi yang gersang. Jadi, pada pengamatan kami dilapangan didapatkan
hasil berupa spesies yang tidak menunjukkan kenekaragaman yang bervariasi.

Saran
Pada praktikum Ekologi Tumbuhan selanjutnya sebaiknya praktikan membawa
buku identifikasi tumbuhan/kunci determinasi sehingga tumbuhan yang
ditemukan pada plot dapat dengan mudah diidentifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.


http://boymarpaung.wordpress.com. Makassar: Diakses pada Tanggal 17 Oktober
2014.

Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 7, Nomor 2, Hal 147-153. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Manado: Bandar Lampung:

Campbell, Neil.A, Mitchell, Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga: Jakarta.

Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM:

Yogyakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara: Bandar Lampung.

Kusuma dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Fahutan IPB: Bogor.

Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository: Sumatera Utara.

Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.


UI Press: Jakarta.

Natassa, dkk. 2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran.


(http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/)
(Tanggal akses: 17 Oktober 2014): Makasssar.

Nuri.2010.AnalisisVegetasiHerba. http://nurichem.blogspot.com/2010/03/analisisvegetasi-herba.html. Diakses 17 Oktober 2014.

Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company


Philadelphia. London Toronto.

Otto, Soemarwoto. 1926. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.


Djambatan: Jakarta.

Rahardjanto, A. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur. No 1/Th.


I. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan
Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan. Yogyakarta.

Soekisman, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta.

Sugianto.A, 1994. Ekolgi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas.


Usaha : Persada Malang.

Supriatno, B. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan. FMIPA Universitas


Pendidikan Indonesia: Bandung.

Surasana, Syafei Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.

Sutomo, dkk. 2012. Studi Awal Komposisi dan Dinamik Vegetasi Pohon Hutan
Gunung Pohen Cagar Alam Batu Gahu Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume. 12. No.
UPT-BKT Kebun Raya Eka Kaya: Bali.

Wikipedia. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/kurva spesies. Makassar: Di Akses


pada Tanggal 18 Oktober 2014.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga laporan praktikum ini
dapat terselesaikan dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW
sebagai suri teladan yang paling sempurna.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
DR. Ir. Muh. Wiharto, M.Si. sebagai dosen ekologi tumbuhan yang tidak hentihentinya membimbing kami. Kepada teman-teman kelas biologi sains 2012 yang
senantiasa berbagi ilmunya, terkhusus untuk aplikasi R.

Akhirnya semoga laporan ini memiliki banyak manfaat kepada semua orang.
Kritik dan saran akan selalu penulis terima demi perbaikan selanjutnya.

Makassar, Oktober 2014

Penulis
LAMPIRAN

Hasil analisis data yang diolah oleh R

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar keseluruhan plot

Gambar plot ke-1

Gambar plot ke-2

Gambar plot ke-3

Gambar plot ke- 4

Gambar plot ke-5

Gambar plot ke-6

Gambar plot ke-7

Spesies pada plot 1

Spesies pada plot 3

Spesies pada plot 4

Spesies pada plot 5

Spesies pada plot 7

Anda mungkin juga menyukai