BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan tropis yang sangat kaya dalam hal
keanekaragaman hayatinya seperti berbagai jenis pohon, herba, semak, epifit, dan
liana.
hutan yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi (Febriliani, 2013). Epifit
tumbuh dan menempel pada tumbuhan lain untuk mendapat sinar matahari, air,
dan menyerap unsur-unsur hara dan mineral dari kulit batang yang membusuk
dari pohon tempat bertumpu. Epifit mampu melakukan proses fotosintesis untuk
tanah yang dibawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain.
Tumbuhan ini melimpah di tempat yang cukup curah hujan, di sekitar mata air,
keharusan agar dapat bertahan hidup dan berkembang. Fenomena ini menunjukan
2
bahwa asosiasi adalah fungsi dari media untuk tumbuh sama dengan tanah bagi
jenis-jenis Paku teristris. Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas,
Jenis paku tanduk rusa adalah salah satu jenis paku epfit yang tumbuh di
jenis paku tanduk rusa di Arboretum Fakultas Kehutanan menyebar secara acak,
banyak informasi ekologi yang belum diketahi termasuk asosiasi dari jenis paku
epifit ini.
Rumusan Masalah
Paku tanduk rusa adalah salah satu tanaman epifit tropis yang menyukai
kelembaban dan cahaya tidak langsung. Paku tanduk rusa ini kita dapat jumpai di
tempat-tempat yang lembab dengan kerapatan pohon yang tidak begitu luas
sehingga paku tanduk rusa dapat dijumpai, Salah satunya terdapat di Arboretum
1. Jenis-jenis pohon apa sajakah yang terdapat Paku tanduk rusa (Platycerium
Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis pohon apa saja yang di tumbuhi paku tanduk rusa
2. Mengetahui tingkat Asosiasi antara paku tanduk rusa dan pohon inang pada
Manfaat
jenis pohon yang terdapat paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum) pada
Arboretum Fakultas Kehutanan serta memahami tipe dan tingkat Asosiasi antara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Michael, (1994). Menurut Nybakken, (2000) ada atau tidaknya asosiasi spesies
spesies yang tinggi pula. Interaksi dan asosiasi intra dan inter spesies (afinitas
spesies) akan menghasilkan asosiasi spesifik yang polanya sangat ditentukan oleh
apakah spesies memilih atau menghindari habitat yang sama, mempunyai daya
penolakan atau daya tarik, atau tidak berinteraksi. Asosiasi bisa positif, negative
salah satu spesies tidak merasa dirugikan oleh spesies lainnya, sedangkan asosiasi
negatif dapat terjadi karena adanya kompetisi atau persaingan dengan spesies lain
terhadap sumberdaya (nutrisi) dan ruang yang sama. Dalam asosiasi negatif,
hubungan antara spesies cenderung bersifat merugikan sehingga salah satu spesies
akan tertekan.
gabung yang cukup efektif yang dapat membuat beberapa spesies untuk hadir
predasi, dan komensalisme (Odum, 1971; Krebs, 1978; Keindeigh, 1975) dalam
Swasta, 2006.
tumbuh pada lingkungan yang serupa, b) Distribusi geografi kedua spesies serupa
dan keduanya hidup di daerah yang sama, c) Bila salah satu spesies hidupnya
bergantung pada yang lain, d) Bila salah satu spesies menyediakan perlindungan
faktor yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal ini terjadi yang berasal dari komunitas itu sendiri yaitu
berkaitan dengan sifat biologi dan ekologi suatu komunitas. Sifat biologis
memilih cara dan kebutuhan hidup yang sama sehingga mereka cenderung
ada bersama - sama dalam suatu habitat. Peluang asosiasi antar spesies
dalam satu corak habitat semakin besar, dan ini berarti peluang adanya
2. Faktor eksternal
a) Epifit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan
c) Ada 2 tipe daun, yang pertama merupkan daun tropofil (daun yang
d) Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh
Gambar
sederhana yang tumbuh menempel pada pohon inang. Daunnya atas dua macam
yaitu daun penyangga (steril) dan dedaunan (fertil). Daun penyangga terletak di
bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai
keranjang, bagian ujung bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila
bintang dan berspora. Jenis daunnya ini tergolong daun tunggal yang bertoreh
dalam, berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm,
dan ujungnya tumpul. Daun tambahan ada satu sampai tujuh, menggarpu, bentuk
Batangnya tidak jelas, ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun
langsung tumbuh dari akar tanpa perantara. Akarnya berbulu dan berwarna coklat
ditumbuhinya. Akar ini berupa akar serabut. Spongarium, terdapat pada ujung,
tertutup rambut, berbentuk bintang, bercabang dua sampai empat, panjang 10-12
cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau muda dan hijau kebiruan (Shalihah, 2010).
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15 Juni 2021.
Metode penelitian
dengan teknik observasi lapangan berupa data primer yang diambil langsung dari
Dokumentasi secara langsung. Dan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur
Jumlah paku tanduk rusa yang tumbuh pada setiap jenis pohon inang, Sedangkan
jumlah paku tanduk rusa diklasifikasikan berdasarkan posisi tempat tumbuh pada
meliputi: Data keadaan umum lokasi penelitian meliputi (letak dan luas), dan
tumbunya paku tanduk rusa). Data keadaan umum lokasi penelitian diperoleh dari
Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah populasi jenis paku
tanduk rusa (Platycerium bifurcatum) dan jenis-jenis pohon yang tumbuh pada
1. Pohon inang
a b
Prosedur Penelitian
bifurcatum).
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunaka dalam penelitian ini
adalah alat tulis menulis, GPS Android Avensa Map untuk penentuan
melihat paku tanduk rusa yang tumbuh pada dahan yang tinggi, Meter
Roll, (PJP) Pengenal jenis pohon dan Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Tally Sheet untuk mencatat data lapangan dan
pohon diukur dengan caliper dan tinggi pohon diukur dengan haga meter.
Fautan Manokwari
inang mengunakan teropong. Biala paku tumbuh pada pohon inang di tulis
pada thallsheet dengan angka 1, Bila tumbunya pada batang bawah pada
Gambar 6. Sketsa Posisi Paku Epifit pada Pohon Inang (Barbour dkk. 1987)
Pengolahan Data
pohon yang ditumbuhi paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), Tekstur kulit
batang pohon inang. Variabel yang diamati adalah tingkat asosiasi dengan pohon
inang.
Analisis Data
Penentuan tingkat asosiasi antar jenis-jenis Paku tanduk rusa dan pohon
yaitu ada (presence) jenis Paku ke-i pada unit sampling ke-n dinyatakan dengan 1
(Soegianto, 1994), Namun dimodifikasi sesuai tipe unit sampling yang digunakan
2a
DI =
2 a+ b+c
a : Frekwensi Paku tanduk rusa tumbuh pada pohon inang jenis ke-i.
b : Frekwensi Paku tanduk rusa tumbuh pada pohon inang bukan jenis ke-i.
c : Frekwensi bukan Paku tanduk rusa tumbuh pada pohon inang jenis ke-i
Tingkat asosiasi paku tanduk rusa dengan pohon inang ditentukan melalui
kelas – kelas asosiasi yaitu tinggi, sedang dan rendah, pembuatan kelas
15
kelas asosiasi (IK) dengan persamaan yang di kutip dari Sirami (2015)
Ket ;
IK = Interval Kelas Asosiasi
ID = Indeks Dice
3= Jumlah Kelas Asosoiasi
Tingkat Asosiasi rendah jika ID < (ID terendah + Ik)
Tingkat Asosiasi sedang jika ID (ID terendah + IK) ≤ ID ≤ (ID terendah + 2Ik)
Tingkat Asosiasi tinggi jika nilai ID > (ID terendah+ 2Ik)
Setelah data diperoleh kemudian diolah dalam bentuk tabel dan gambar.
`
BAB IV
Papua Amban Manokwari, berjumlah 232 tegakan yang berasal dari 18 jenis, dan
13 Famili. Sembilan jenis ditanam, dan sembilan jenis pohon yang lainnya
No Jum.
Jenis Famili Ket.
. Individu
1. Allophylus cobbe Sapindaceae 11 DT
2. Araucaria cunninghamii Araucariaceae 2 DT
3. Artocarpus altilis Moraceae 1 TA
4. Ceiba pentandra Malvaceae 1 TA
5. Diospyros hebecarpa Ebenaceae 36 DT
6. Dracontomelon dao Annacardiaceae 24 DT
7. Dysoxylum mollissimum Meliaceae 2 TA
8. Ficus septica Moraceae 1 TA
9. Garcinia picrorhiza Clusiaceae 1 TA
10. Intsia bijuga Leguminosae 1 DT
11. Palaquium sp. Sapotaceae 38 DT
12. Persea americana Lauraceae 1 TA
13. Planchonella obovata Sapotaceae 3 TA
14. Pometia coriacea Sapindaceae 33 DT
15. Sterculia shillinglawii Malvaceae 2 TA
16. Sundacarpus amarus Podocarpaceae 55 DT
17. Swietenia macrophylla Meliaceae 17 DT
18. Terminalia catappa Combretaceae 3 TA
Sumber: Data Primer, Diolah 2021; DT= Ditanam; TA= Tumbuh Secara Alami
ditanam, namun jumlah tegakannya tersisa dua individu karena ditebang dan
menempati 41 tegakan dari total 232 tegakan. Paku tanduk rusa hanya memilih
enam jenis dari 18 jenis pohon untuk dijadikan inang yaitu Planchonella obovata,
sp., dan Dysoxylum mollissimum. Jenis paku ini tidak menempati semua tegakan
60 55
50
40 36 38
30 27 27
24
20
Jumlah
10 7 7
2 1 1 4 4 3 1 1
1 1
0
.
da
o
rp
a
um us sp ata
ca ar ov
n e sim am um b
elo he
b lis s ui o
to
m ol pu laq lla
os m ar Pa ne
on yr c o
ra
c sp um da ch
io yl n lan
D D so
x Su P
y
D
Jenis Inang
Berdasarakan Gambar 2, satu tegakan dari setiap jenis pohon inang hanya
ditempati satu paku tanduk rusa. Hal ini disebakan perbedaan karekteristik pohon
seperti kulit kayu yang lunak dan juga lebar tajuk yang kurang memberikan
Berdasakan Tabel dua di atas paku tanduk rusa lebih dominan tumbuh pada
pohon inang dengan rata-rata diameter > 25 cm sampai 50 cm, tinggi rata-rata
pohon inang > 13 m sampai < 19 m. Hal ini menunjukkan bahwa paku tanduk rusa
lebih suka tumbuh atau hidup pada pohon besar dan tekstur yang kulit batang yang kasar.
Menurut Manggara (2020), disebabkan paku tanduk rusa tidak menyukai matahari
langsung sehingg sering tumbuh pada pohon inang yang tajuknya luas dan agar
60
53.66
50 46.34
Persentase Kehadiran (%)
40
30
20
10
0 0
0
I II III IV
Seksi Pohon
Tabel 5. Persentase Kehadiran Paku Tanduk Rusa pada Seksi Pohon Inang
Paku tanduk rusa cenderung hidup pada seksi II dan III. Manggara (2020)
paku tanduk rusa menyukai area di bawah tajuk. Kondisi bawa tajuk lebih lembab
dan tidak sering terkena matahari lansung. pada daerah ini di indikasikan sebagai
daerah resapan makan utama bagi paku sarang burung. Untuk tumbuh dan
pada yang melekat pada daun yang terbawah oleh air hujan dan sebagiannya
berasal dari pelapukan kulit pohon inang, sebagian sumber makan bagi paku
tanduk rusa berasal dari kotoran atau sisa makan yang di bawa oleh burung dan
semut.
No
. Jenis Indeks Dice Tingkat Asosiasi
1. Dracontomelon dao 0,08 Rendah
2. Diospyros hebecarpa 0,33 Sedang
3. Dysoxylum mollissimum 0,67 Tinggi
4. Sundacarpus amarus 0,66 Tinggi
20
Rendahnya tingkat asosiasi antara paku tanduk rusa dengan jenis pohon
Dracontomelon dao disebabkan oleh jumlah yang ditempati sangat sedikit yaitu
pada Gambar 2 atau persentase kehadiran 4,17%. Faktor lainnya adalah kulitnya
agak kasar (Tabel 2), sehingga tidak banyak dijadikan sebagai pohon inang.
dengan 19,44% sedangkan jenis Palaquium sp., hadir dengan 10,35 %. Faktor
penyebab lainnya adalah karena tekstur kulit agak kasar dan kasar.
kehadiran paku tanduk rusa lebih tinggi yaitu Dysoxylum mollissimum 50%,
pohon yaitu kulit yang kasar dan agak kasar. Faktor yang paling menentukan
tingkat asosiasi paku tandung rusa dengan pohon inang adalah persen kehadiran,
karena pada semua jenis baik yang asosiasinya rendah, sedang maupun tinggi
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Jenis jenis inang paku tanduk rusa adalah Dracontomelon dao, Diospyros
Planchonella obovata.
2. Paku tanduk rusa berasosias tinggi dengan tiga pohon inang yaitu Dysoxylum
Saran
jumlah kehadiran paku tanduk rusa yang berasosiasi dengan tegakan inang
selanjutnya.
2. Penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan lebih mendalam tentang asosiasi
dan persebaran paku tanduk rusa pada kawasan Arboretum yang saat ini belum
Daftar Pustaka