Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hewan adalah bentuk paling beragam di muka bumi. Sampai saat ini telah
didefenisikan sebanyak 2 juta spesies hewan. Ukuran hewan berkisar antara 0,05 mm
hingga 30 mm. tempat hidup hewanpun beragam, mulai dari gurun, padang es, hingga
dibagian lautan yang terdalam. Karena banyaknya hewan yang ada dimuka bumi ini
maka dibuatlah klasifikasi hewan berdasarkan cirri-cirinya.
Dalam sistem klasifikasi, semua jenis hewan di kelompokkan ke dalam
Kingdom Animalia. Kingdom animalia dibagi lagi menjadi dua kelompok besar
berdasarkan tulang belakangnya yaitu Vertebrata dan Invertebrata. Vertebrata dibagi
lagi menjadi beberapa kelas yaitu amphibi, mamalia, aves, pisces, dan reptil. Pada
makalah ini akan dibahas dua kelas dari Vertebrata yaitu kelas Amphibia dan kelas
Reptilia.
Amphibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata dengan jumlah hanya
3000 spesies. Seperti ikan dan reptil, amfibi adalah hewan berdarah dingin sehingga
dapat dikatakan bahwa amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu
amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badannya. Awalnya amfibi
mengawali hidup diperairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring
dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat
berjalan di atas daratan.
Kelas reptilia ini, suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian
besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya. Ini adalah pengelompokan
tradisional dan didasarkan kepada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Namun
demikian analisis keladistik menunjukan bahwa pengelompokan semua vertebrata
tersebut di dalam suatu kelas yang tidengan dak menyertakan burung merupakan
suatu hal yang tidak sesuai filogeni. Burung tampaknya memiliki hubungan
kekerabatan yang lebih dekat dengan buaya daripada antara buaya dengan kura-kura.
B. Rumusan Maslah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud hewan Amphibi dan ciri-ciri umumnya?
2. Bagaimana klasifikasi kelas Amphibi?
3. Bagaiaman sistem tubuh pada Amphibi?
4. Apa saja peranan yang dimiliki Amphibi ?
5. Apa yang dimaksud dengan hewan reptilia?
6. Bagaimana ciri umum Reptilia?
7. Bagaimana morfologi dan sistem tubuh Reptilia?
8. Bagaimana klasifikasi kelas Reptilia?
9. Apa saja peranan yang dimiliki Reptilia?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu hewan Amphibi dan ciri-ciri umumnya
2. Untuk mengetahui klasifikasi kelas Amphibi
3. Untuk mengetahui sistem tubuh pada Amphibi
4. Untuk mengetahui peranan yang dimiliki Amphibi
5. Untuk mengetahui apa itu hewan Reptilia
6. Untuk mengetahui ciri umum Reptilia
7. Untuk mengetahui morfologi dan sistem tubuh Reptilia
8. Untuk mengetahui klasifikasi kelas Reptilia
9. Untuk mengetahui peranan yang dimiliki Reptilia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
Amphi (rangkap) dan bios (hidup) jadi bisa dikatakan bahwa hewan amphibi
memiliki dua fase kehidupan. Hal ini dikarenakan sebagian besar hewan amphibi
menghabiskan tahap awal siklus kehidupannya di dalam air kemudia akan naik ke
darat jika sudah dewasa.Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat
reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut berudu.
Hewan dewasa memiliki columna vertebralis dan biasanya extremitates dengan digiti
atau jari-jari yang berbeda-beda. Sedang kulitnya ialah lembut dan tidak berambut,
bersisik atau tidak berbulu. Kriteria semacam itu sering tidak dapat dipakai untuk
spesies tertentu, beberapa spesies mengalami modifikasi, bahkan tidak mengalami
fase larva di dalam air, dan sebaliknya beberapa hewan dewasa tetap bertahan di
dalam air. Karena ada beberapa spesies yang hidupnya tetap di dalam air bahkan ada
yang sama sekali tidak mengalami kehidupan di dalam air.
Katak adalah contoh paling representatif yang paling sering dipelajari pada
kelas Amphibia. Penting untuk diingat bahwa amphibia adalah hewan transisi yang
tipikalnya sebagian hidupnya dihabiskan di air dan sebagian yang lain di darat.
Dengan demikian, mereka menunjukkan karakteristik campuran yang mewakili
penyesuaian untuk kehidupan terestrial dan beberapa adaptasi untuk kehidupan di
dalam air. Perkawinan hampir semuanya terjadi di air, sebab telur yang dihasilkan
kekurangan penutup (pelindung luar) yang menyebabkan predator semacam burung
dan reptil yang hidup di daratan memangsanya. Beberapa amphibi, bagaimanapun
juga, menghabiskan semua hidupnya di air, dan sedikit sekali di daratan, ini
merupakan mekanisme perkembangan spesial untuk memproteksi telur mereka dari
kekeringan.
Amphibia memiliki ciri-ciri umum fase larvanya, kecebong (berudu),
bernafas menggunakan insang luar yang kemudian mengalami metamorfosis menjadi
anak katak dengan alat pernafasan berupa paru-paru. Ada juga yang tidak mempunyai
paru-paru sampai dewasa dan bernafas melalui kulit, karenanya kulit tersebut selalu
basah dan glandular.

Adapun ciri-ciri umum yang dimiliki Ampibia yaitu:


Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik
Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat
dan berenang
Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang
mempunyai klep untuk menahan air
Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang
sangat berfungsi waktu menyelam
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang
mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan
di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium larva
dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B. Klasifikasi Amphibi
Klasifikasi dari kelas Amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia),
Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).
1. Caecilia
Ordo ini mempunyai
anggota yang ciri umumnya
adalah tidak mempunyai kaki
sehingga disebut Apoda. Tubuh
menyerupai cacing (gilig),
bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini
mempunyai kulit yang kompak,
mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada
beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup
dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi,
dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada
Caecilia terjadi secara internal.
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3
subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini
mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang
yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air
sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah
Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Urodela (Caudata)

Ordo ini mempunyai ciri


bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan
ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan
badan. Beberapa spesies
mempunyai insang dan yang
lainnya bernafas dengan paru-
paru. Pada bagaian kepala
terdapat mata yang kecil dan pada
beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di
darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah
Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo
yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya
memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2
famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7
famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian
besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies
akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam
proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa
adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander yaitu
Plethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-
paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan
terjadinya pertukaran gas.
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota
dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan
baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi
dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya
memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki
organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora
yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya.
3. Anura
Nama anura mempunyai arti
tidak memiliki ekor. Seperti namanya,
anggota ordo ini mempunyai ciri
umum tidak mempunyai ekor, kepala
bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang
lebih besar daripada tungkai depan.
Hal ini mendukung pergerakannya
yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup
besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran
besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya
dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
Menurut penelitian Yudha, dkk (2014) terdapat begitu banyak jenis
katak kodok (Ordo Anura). Buktinya di daerah sekitar Sungai Opak Propinsi
Daerah Iastimewa Yogyakarta, ditemukan 9 spesies Ordo Anura. Salah satu
dari kesimbilan spesies itu adalah katak sawah (Rana cancrivora).
4. Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah
punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya
sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai
belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan
paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya
dua bentuk dalam daur hidupnya.
C. Sistem Tubuh Ampbihi
1. Sistem Otot
Sistem otot pada amphibi,
seperti sistem-sistem organ yang
lain, sebagai transisi antara ikan dan
reptil. Sistem otot pada ikan
terpusat pada gerakan tubuh ke
lateral, membuka dan menutup
mulut serta gill apertura
(operculum atau penutup lubang
celah insang) dan gerakan sirip
yang relatif sederhana. Kebutuhan
hidup di darat mengubah susunan ini.
Sistem otot aksial pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapi
tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horisontal membagi otot dorsal dan ventral.
Bagian dari sistem otot epaksial dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral
adalah menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya, otot hipaksial terlepas atau terbagi dalam lapisan-lapisan kemudian
membentuk otot-otot oblique eksternal, oblique internal dan otot tranversus,
sedangkan otot dermal sangat kurang. Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu
berenang, berjalan, meloncact atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai
tipe otot. Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu sendiri dan berupa otot-otot
intrinsik.
2. Sistem Sirkulasi
Sebagian besar amphibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang
menerima darah oksi dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh. Untuk mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah
tersebut, bahwa amfibi telah mengembangkan ke arah sistem sirkulasi transisional.
Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikular dan pembagian konus
arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh
masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan ventrikel
dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru
masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel
untuk selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian terjadi
pada salamander yang tidak mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial tidak
lengkap dan vena pulmonalis tidak ada.
Kebanyakan pada amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima
hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar karotid internal, dan arkus aorta keempat
merupakan sistem arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian
proksimal dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus,
membawa darah ke paru-paru dan ke kulit dimana aerasi terjadi. Sistem venosus pada
amfibi sangat mirip pada ikan paru-paru, kecuali pada vena abdominal masuk sistem
portal hepatik ke sinus venosus.
3. Sistem Pencernaan
Katak air butuh sedikit kelenjar oral, karena makanan mereka berada di air
sehingga tidak memerlukan banyak kelenjar mukus di mulut. Kelenjar-kelenjar ini
banyak terdapat pada katak (frog) dan kodok (toad) darat, khususnya pada lidahnya,
yang digunakan untuk menangkap mangsa.
Amfibi darat juga memiliki
kelenjar intermaksilari pada dinding
mulutnya. Ada beberapa amphibia yang
lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi
sebagian besar bangsa amphibia
mempunyai lidah yang dapat dijulurkan
keluar (Protrusible tongue) serta pada
katak dan kodok lidah digulung ke
belakang bila tidak digunakan.
Esofagus pendek dapat dibedakan dari
lambung. Usus menunjukkan berbagai
variasi. Pada Caecillia menunjukkan
ada gulungan kecil dan tidak dibedakan
antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif
panjang, menggulung yang membuka ke kloaka.
4. Sistem Pernapasan
Selama tahap larva,
sebagian amfibi bernapas
dengan insang. Insang ini
bertipe eksternal. Struktur
insang luar adalah filamenous,
tertutup epitelium bersilia,
umumnya mereduksi selama
metamorfosis. Pada beberapa
amfibi berekor, insang luar
akan terus ada selama hidupnya.
Umumnya pada larva akuatik, kadar hemoglobin lebih rendah sebagai akibat
sedikitnya sirkulasi eritrosit sehingga insang lebih efisien karena secara umum
aktivitas di lingkungan air lebih sedikit dibandingkan di daratan.
Struktur paru-paru pada amfibi yang hidup di air, pada permukaan dalam dari
paru-paru lembut tetapi sebagian besar dinding paru-paru pada katak dan kodok berisi
lipatan alveoli sehingga meningkatkan permukaan pernapasan. Beberapa amfibi dari
ordo Caudata memiliki trakhea pendek, disokong oleh kartilago yang terbagi dalam
dua cabang yang membuka ke arah paru-paru. Ujung dari trakhea atas diperluas,
khususnya pada katak dan kodok untuk membentuk larink atau voice box (sakus
vocalis= kotak suara) dimana pita suara berada. Pertemuan antara faring dan laring
disebut glotis. Pada umumnya udara dipompa ke dalam paru-paru melalui proses
yang sederhana. Sebagian besar amfibi bernapas melalui kulit, sehingga kelembaban
kulit harus tetap dijaga.
Kulit amphibia sangat tipis dan hanya terdiri dari 5-8 sel, banyak
mengandung kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya kapiler darah yang
merupakan lanjutan dari arteri kutanea, memungkinkan Amphibia untuk melakukan
pernapasan kulit. Pernapasan kulit terjadi baik di darat maupun di air. Urodela akuatik
memperoleh kebutuhan oksigennya melalui pernapasan kulit.
5. Sistem Reproduksi

Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak


betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga
terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan
ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan
menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke
dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur
atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran
telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran
yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina
terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di
kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah
sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak
jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di
kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental,
sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu.
Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat
pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga
berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari
herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu
mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup.
Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
6. Sistem Saraf
Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal otak tengah, dimana sel-sel
saraf terkonsentrasi di dalam tektum. Telensefalon secara alami merupakan bagian
penciuman, sehingga memperluas hemisfer cerebral. Lineal body ditemukan pada
semua amfibi, tapi pada Anura memiliki parietal body atau ujung organel pineal.
Cerebellum pada amfibi sangat kecil yang menyebabkan amfibi bergerak lamban,
kecuali pada Caecilia. Amfibi hanya memiliki 10 saraf kranial. Akar dorsal dan
ventral dari saraf spinal bergabung melalui foramen invertebrata.

D. Peranan Amphibi
Manusia telah mengegunakan amphibi untu beberapa tujuan selama ribuan
tahun, atau mungkin lebih. Amphibi memainkan peran penting dalam banyak jaringan
makanan dan dengan demikian merupakan bagian penting dari banyak ekosistem.
Manfaat amphibi bagi manusia antara lain:
1. Dijadikan bahan kosmetik
2. Dijadikan sebagai bahan penelitian ilmu pengetahuan
3. Digunakan sebagai umpan ikan
4. Katak dapat digunakan dalam tes kehamilan seperti Bufo melanostictus, karena
dapat menghasilkan hormon perang gonad yang efeknya sama dengan hormon
perangsang gonad yang terdapat dalam urine wanita hamil
5. Digunakan sebagai bahan makanan
6. Dijadikan hewan peliharaan
7. Racun bufotalin dan Bufotenin dihasilkan oleh jenis kodok Bufo marinus yang
dimanfaatkan sebagai penguat denyut jantung.
Banyak ilmuan percaya bahwa lingkungan amphibi termasuk katak, memberi
tanda bila terjadi kerusakan pada lingkungan. Ketika spesies katak mulai menurun,
sering menunjukan bahwa ada masalah yang lebih besar dalam ekosistem.
Berkurangnya spesies katak juga dapat memberika efek besar bagi jaring makanan
dan ekosistem.
E. Reptilia
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia
merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan peru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain
adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi
seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu
dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada
anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo
Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak
pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit.
Hewan melata yaitu berjalan dengan perut menempel pada permukaan tanah
atau tembok. Karena kaki orientasi lateral (sisi) berada dikiri kanan tubuh. Kajian
mengenai hewan amfibi dan reptilian disebut herpetology yang berarti hewan melata.
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan
tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama
sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami
reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya
bercakar. Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas
dengan paru-paru.
Reptilia tersebar diseluruh dunia mulai dari daerah tropis maupun subtropis.
Di Indonesia khususnya daerah Di sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari
hulu hingga hilir sungai didapat 8 jenis fauna anggota Subordo Lacertilia dan 10
jenis fauna anggota Subordo Serpentes. Semuanya adalah spesies asli (native
species) Indonesia. Semua anggota reptil tersebut adalah spesies yang umum
dijumpai. Didapat 6 spesies lacertilia arboreal dan 2 spesies lacertilia terrestrial.
Terdapat 4 spesies serpentes akuatik maupun semi-akuatik, 1 spesies serpentes
terrestrial dan 5 spesies serpentes arboreal.
F. Ciri Umum Reptila
Secara umum reptilia memiliki ciri umum sebagai berikut :
a. Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik
atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
b. Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing dengan lima jari yang
pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari,
merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu,
memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis
kadal dan semua jenis ular.
c. Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi rongga oksipital
d. Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah sempurna, dua serambi
dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang berkas aorta, sel
darah merah oval bikonkaf dengan inti.
e. Resppirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi
kloaka.
f. Terdapat 12 pasang saraf cranial.
g. Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan (poikilothermis).
h. Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi, telurnya besar
mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit,
biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal embrio
berkembang didalam tubuh betina.
i. Hewan Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
j. Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap
kehidupan di darat.
k. Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
l. Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
m. Skeleton terdiri dari tulang sejati.
n. Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio
sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.
G. Morfologi dan Sistem Tubuh Reptil
1. Morfologi Reptil
Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor,
angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya
dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak
memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di
dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak
lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang
dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak dibelakang
mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
2. Sistem Pernapasan
Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada
beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka.
Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus, dan
akhirnya ke paru-paru. Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi.
Paru-paru Reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru paru Reptil hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Paru paru kadal, kura-kura, dan buaya lebih
kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur
seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal, misalnya bunglon Afrika,
mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara cadangan sehingga memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk
melalui lubang hidung => rongga mulut => anak tekak => trakea yang panjang =>
bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh
jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk
dikeluarkan melalui paru-paru => bronkiolus => trakea yang panjang => anak tekak
=> rongga mulut => lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air, lubang hidung
dapat ditutup ketika menyelam.
3. Sistem Pencernaan
System pencernaan pada reptile terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptile pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Pada umumnya reptile adalah karnivora (pemakan daging). Saluran
pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan
kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar dari ludah, pancreas, dan hati.
4. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka
merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil
yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan
dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
5. Sistem Peredaran Darah
Sistem sirkulasi reptil lebih maju dibandingkan dengan katak Jantung terdiri
dari empat ruangan yaitu ventrikel kanan, ventrikel kiri, atrium kanan, dan atrium kiri
serta sebuah sinus venosus. Antara ventrikel kanan dan kiri terdapat sekat yang belum
sempurna sehingga terjadi percampuran darah yang kaya O2 dalam ventrikel kiri
dengan darah yang kaya CO2 dalam ventrikel kanan. Sistem sirkulasi darah pada
reptil termasuk sistem sirkulasi darah ganda. Darah dari vena yang kaya CO2 masuk
ke jantung melalui sinus venosus ke bagian atrium kanan lalu ke ventrikel kanan.
Kemudian, darah dipompa menuju paru-paru. Darah dari paru-paru yang kaya O2
masuk ke atrium kiri, dilanjutkan ke ventrikel kiri. Darah dari ventrikel kiri dipompa
keluar melalui aorta menuju ke seluruh tubuh.
6. Sistem Reproduksi
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil
bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan
kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya.
Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil
betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang
oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma
bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok
hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke
dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada
saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang
tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan
basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan
ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang
berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta
berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun
mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
7. Sistem Indera
Reptil memiliki alat indera dengan kepekaan yang berbeda- beda, bergantung
pada spesiesnya. Beberapa reptil juga memiliki indera khas yang tidak dimiliki oleh
reptil lainnya. Namun, secara umum indera yang dimiliki oleh reptil adalah indera
penglihatan, pendengaran dan kemoreseptor khusus.
a. Indera penglihatan
Secara umum, reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata
lainnya. Ada yang memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi pada
semua reptil kecuali ular diatur oleh lensa yang dikelilingi dengan cincin otot
sehingga lensa dapat memipih dan membesar. Sementara pada ular, untuk akomodasi
lensa mata dapat diarahkan maju- mundur. Mata pada ular tidak memiliki kelopak
mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas
penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap
cahaya dan panas.
Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar 360o. Selain itu, kedua mata
lateralnya dapat bergerak ke arah yang berbeda. Sehingga, hewan ini dapat melihat ke
dua arah sekaligus.

b. Indera Pendengaran
Reptil tidak memiliki daun telinga. Pada kadal, gendang telinganya nampak
jelas terlihat dari luar, berada tepat di belakang rahang. Buaya memiliki gendang
telinga yang berada di dalam lubang telinga, tepatnya berada di ujung saluran telinga.
Gendang telinga ini berfungsi untuk menggetarkan tulang- tulang pendengaran. Akan
tetapi, hampir semua jenis ular tidak memiliki gendang telinga. Sehingga, sinyal-
sinyal getaran diterima dari lingkungan melalui rahang bawah.
c. Kemoreseptor Khusus
1) Organ Vomeronasal
Organ ini fungsinya ekuiivalen dengan indera pembau pada manusia.
Karena hidung ular hanya memiliki epitel respirasi, maka fungsi
penciumannya digantikan oleh organ ini. Organ vomeronasal atau organ
Jacobson berhubungan dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai
pendeteksi kimia adanya mangsa maupun pemangsa. Lidah berfungsi sebagai
poembawa sinyal kimia berupa gas dari lingkungan ke dalam organ ini.
2) Organ perasa
Lidah pada reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa
merasakan mangsanya.
3) Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. pit organ ini berupa
lubang- lubang di depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran
thermoreseptor. Pada gambar berikut, organ pit ditunjukkan dengan panah
warna merah. Sementara, panah berwarna hitam menunjukkan lubang
hidungnya.
H. Klasifikasi Kelas Reptilia
Sekarang kita sudah tahu kalau hewan reptil tidak hanya ular dan buaya saja.
Tapi ada hewan-hewan lain yang termasuk ke dalam kelas reptil. Nah, agar kita lebih
mudah membedakan hewan-hewan tersebut, para ahli telah mengklasifikasikan
mereka ke dalam beberapa ordo. Diantaranya yaitu Squamata, Crocodilia, Chelonia
dan Rhynchocephalia yang akan dibahas berikut ini.
1. Ordo Squamata
Squmata merupakan hewan reptil yang umumnya memiliki kulit bersisik.
Ordo Squamata merupakan ordo terbesar dari kelas reptil. Sebagian hewan reptil
termasuk kedalam ordo squamata. Contohnya yaitu pada bangsa ular dan kadal. Ordo
ini terbagi atas 3 subordo, diantaranya yaitu:
a. Subordo Lacertilia
Hewan yang termasuk kedalam subordo
ini umumnya memiliki sisik yang
bervariasi, bercakar dan bersifat
pentadactylus yaitu kaki belakang yang
terdiri atas 5 jari dan terdapat selaput
renang diantara jari-jari kaki tsb. Hewan
yang termasuk kedalam subordo ini
memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu, mereka juga memiliki lidah
yang panjang dan dapat dilontarkan untuk menangkap mangsa, contohnya yaitu
Bunglon. Adapun kebanyakan hewan dari subordo ini juga bersifat autotomi
yaitu dapat melepaskan ekornya ketika ada bahaya contohnya Cecak.
b. Subordo Serpentes
Bangsa ular merupakan
jenis hewan yang
termasuk ke dalam
subordo ini. Subordo ini
dikenal dengan
keunikannya yaitu tidak
memiliki kaki. Ciri
lainnya yaitu mereka tidak
memiliki kelopak mata
sehingga kelopak mata tsb
digantikan oleh selaput transparan yang fungsinya untuk melindungi mata.
Keunikan lain dari subordo ini yaitu mereka memiliki thermosensor, organ perasa
(tactile organ) dan organ Jacobson sebagai reseptornya sehingga bangsa ular
memiliki penciuman tajam yang peka terhadap rangsangan kimia di rongga
hidungnya. Sebagian dari bangsa ular memiliki taring bisa yang fungsinya
sebagai pertahanan dan melumpuhkan mangsa.
c. Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia tidak berkaki namum memiliki kenampakan
seperti cacing karena warnanya yang agak merah muda dan sisiknya yang
tersusun seperti cincin. Karena kerap menghabiskan waktu di bawah tanah,
sehingga sedikit sekali informasi yang bisa di dapat dari hewan reptil ini.
Kepalanya bersatu dengan lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki
gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya
tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya
hampir menyerupai kepalanya, contoh dari hewan ini yaitu wormlizards.
2. Ordo Crocodilia

ORDO CROCODILIA
Bangsa buaya merupakan termasuk dari ordo ini. Ordo crocodilian memiliki
sisik yang tebal dan terbuat dari keratin yang diperkuat dengan lempengan tulang
yang disebut skuta sebagai pelindung. Berbeda dengan ular, sisik pada buaya rontoh
satu persatu. Buaya juga memiliki otot yang kuat pada ekornya. Kepala pada ordo
crocodilian berbentuk piramida, keras dan kuat disertai dengan gigi yang runcing
untuk mencabik-cabik mangsanya. Contoh dari ordo ini yaitu Buaya Air Tawar,
Buaya Air Asin dan berbagai jenis bangsa buaya lainnya
3. Ordo Chelonia

ORDO CHELONIA
Ordo chelonian merupakan hewan reptilian yang memiliki cangkang, tubuh
yang pendek dan lebar dilindungi karapas dan plaston, tidak bergigi dan lidah tidak
dapat menjulur. Cangkang pada ordo ini merupakan bagian dari tulang belakang dan
modifikasi dari tulang rusuk yang memiliki fungsi untuk pertahanan serta
perlindungan dari predator. Nah, cangkang bagian atas dari chelonian disebut dengan
karapaks sedangkan bagian bawahnya disebut dengan plaston. Contoh hewannya
yaitu Kura-kura dan penyu.
4. Ordo Rynchochephalia
Merupakan ordo terakhir dari kelas
reptil. Hewan yang termasuk ke dalam ordo ini
yaitu Tuatara dan satu satunya spesies yang
termasuk ke dalam ordo ini. Dikabarkan bahwa
tuatara ini telah hidup sejak zaman dinosaurus.
Tuatara ini berasal dari pulau lepas pantai di
Selandia Baru. Ciri-ciri dari tuatara sendiri
yaitu memiliki duri yang berderet di sepanjang
tulang belakang dan memiliki mata ketiga yang berfungsi untuk mengenali perbedaan
antara gelap dan terang.
I. Peranan Reptilia

Beberapa Reptlia berperan dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai


berikut:

1. Sebagai predator alami, contohnya ular memakan tikus, bengkarung


memakan serangga.

2. Sebagai bahan pangan, contohnya daging ular, daging kura-kura, dan telur
penyu.

3. Minyak ular atau racun ular dimanfaatkan manusia sebagai bahan obat-
obatan.

4. Beberapa reptilia juga merugikan, misalnya ular memangsa hewan ternak dan
ular berbisa dapat membunuh manusia.

Banyak jenis kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan
serangga dan rodentia. Kulit buaya, ular, dan biawak serta penyu yang
diperdagangkan sebagai bahan baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebagian orang
daging ular di jadikan makanan karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa
ular juga sebagai penawar gigitan ular

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama amfibi berasal dari bahasa latin yaitu Amphibian (dua kehidupan),
maksudnya kelompok hewan tersebut dapat hidup di darat dan di laut. Kebanyakan
amfibi bergerak ke air hanya untuk bereproduksi, hanya beberapa jenis yang mampu
bereproduksi di darat. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat
yang lembap dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air
atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama,
berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang
umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas
dengan paru-paru.
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di
darat yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah
hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang
kasar. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh
tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan
tubuhnya dan pada beberapa anggota kelas tertentu dapat mengelupas atau melakukan
pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Kelas Reptilia dibagai menjadi 4
ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-
kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena)
dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman).
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat
menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga


Campbell, Neil A., dkk. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta

Campbell, Neil A., dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Lilis Suhaerah. 2006. Zoologi Vertebrata. Ardesigen. Bandung

Raxworthy, Christopher J. and Ronald A. Nussbaum. Extinction and Extiction


Vulnerability of Amphibians and Reptiles in Madagascar. USA:
Amphibian and Reptile Conservation Vol 2(1): 15-23

Tuti Kutniati,dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. UIN SGD Bandung

Yudha, Donan Satria., dkk. 2014. Keanekaragaman Jenis Katak dan Kodok (Ordo
Anura) Di Sepanjang Sungai Opak Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Biologi Vol. 18(2): 52-59, ISSN: 1410-
5292.

Yudha, Donan Satria., dkk. 2016. Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular
(Squamata: Reptilia) di Sepanjang Sungai Code, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Biota Vol. 1(1): 31-38, ISSN 2527-323X.

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and


Reptiles. Academic Press. London, p : 357 358.

Anda mungkin juga menyukai