Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI

OLEH:

KELOMPOK 5A

ANGGOTA KELOMPOK: 1. APRILIANA WAHYUNI (1610421003)


2. VIVY HERMANA P. (1610421016)
3. AULIA PUTRI (1610421031)
4. M. ALDI GSMAN (1610422037)
5. SRI WAHYUNI (1610422045)
6. USWATUL INAYAH (1610422049)

ASISTEN PENDAMPING: VONIA IRVANI

LABORATORIUM PENDIDIKAN IV

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai

komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain

suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah

makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi

juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu

populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu

sistem yang menunjukkan kesatuan (Suin, 2003).

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dari suatu kondisi ke kondisi

lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari satu titik ke titik berikutnya. Perubahan

tersebut adalah suatu proses yang dinamis, seperti juga pada semua proses dalam

sistem biologi. Demikian juga pertumbuhan populasi berjalan sepanjang perjalanan

waktu, jadi berubah dari waktu ke waktu (Michael, 1995 ).

Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu

tertentu. Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di

dalam populasi itu lebih besar dari laju kematian, dengan mengamsumsikan bahwa

laju emigrasi diimbangi oleh laju imigrasi Penambahan terhadap populasi dapat

disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain

(migrasi) dan karena adanya kelahiran kelahiran (natalis). Pengurangan terhadap

suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya

individu dari populasi tersebut (emigrasi) (Saputra, 2007).

Pertumbuhan populasi dapat mengalami kemunduran atau penyusutan ada juga

yang mengalami peningkatan atau melaju. Kelahiran menyebabkan bertambahnya

anggota populasi, sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya anggota

populasi. Kelahiran ditentukan oleh kapasitas organisme secara genetik untuk


menghasilkan keturunan, yang terkait dengan fekundits dan fertilitas. Faktor lain

yang menentukan adalah lingkungan biotis (parasit dan predator) dan ketersediaan

bahan makanan serta tempat berlindung dan kemampuan bertemunya jantan dan

betina (Suin, 2003).

Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi

ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan

rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam

populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari

alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit,

sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya

populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki

oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain kepadatan

(densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik,

penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan

penentu utama pertumbuhan populasi (Michael, 1995). Dinamika populasi dapat juga

disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat

bergerak, misalnya hewan dan manusia. (Motschulsky, 1993).

Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi,

sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi

hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu mencolok.

Pertambahan atau penurunan populasi dapat mencolok bila ada gangguan drastis dari

lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama

(Motschulsky, 1993).

Setiap individu adalah bagian dari suatu populasi sehingga individu tersebut

harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu mengatasi setiap

perubahan yang ada dalam lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum

laju pertumbuhan populasi untuk melihat bagaimana bentuk laju pertumbuhan


Kumbang Beras ini pada beberapa medium. Selain itu juga dapat diketahui tingkat

natalitas dan mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi yang berbeda.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui laju

pertumbuhan populasi Sitophylus oryzae pada berbagai medium yaitu beras, jagung,

ketan hitam, ketan putih dan kacang hijau.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Populasi adalah sekumpulan individu atau kelompok individu dalam satu spesies

atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang

bersangkutan, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang

tertentu. Populasi memiliki karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak

dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak

didiskusikan adalah kepadatan (density) (Tarumingkeng, 1994).

Populasi akan memperlihatkan suatu peningkatan atau penyusutan secara terus

menerus, kecuali jika lingkungannya berubah dengan sangat cepat atau terjadi

perubahan populasi secara drastis. Pada umumnya populasi akan menunjukkan

perubahan yang stabil, apabila lingkungan yang mendukung untuk kehidupan

organisme (Odum, 1971).

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dari suatu kondisi ke kondisi

lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari satu titik ke titik berikutnya (Michael,

1995). Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam ekologi

Karena tidak ada populasi yang tumbuh secara terus menerus maka kita mengetahui

adanya pengaturan populasi. Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan

yang sesuai, akan terus bertambah jumlahnya. Pertumbuhan populasi ditandai dengan

adanya perubahan jumlah populasi disetiap waktu. Perubahan ini biasanya

dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. (Krebs, 1994).

Penyebab kecepatan rata-rata laju pertumbuhan populasi ada berbagai hal.

Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit,

sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya

populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki

oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain kepadatan

(densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik,


penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan

penentu utama pertumbuhan populasi (Michael, 1995).

Laju pertumbuhan populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal

ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia.

Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa

didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi

sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.

Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih

organisme, sehingga populasi akan menurun (Motschulsky, 1993). Secara garis

besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan

mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau

tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau

penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya,

misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama (Motschulsky, 1993).

Adapun faktor pembatas yang mempengaruhi populasi merupakan faktor

pembatas kehidupan organisme didalam ekosistemnya. Hal ini juga berhubungan

dengan batas kondisi kehidupan organisme, baik batas terendah maupun batas

tertinggi yang disebut batas toleransi. Setiap organisme akan hidup dalam rentang

batas toleransi minimal dan maksimal terhadap faktor-faktor lingkungan yang akan

membatasi atau menghentikan petumbuhannya (Suin, 2003). Salah satu faktor

pembatas yaitu suhu, suhu dapat membatasi beberapa fase tertentu pada siklus

kehidupan dengan adanya suhu yang sensitif (Motschulsky, 1993).

Faktor-faktor yang merubah tingkat populasi dari spesies bisa banyak berubah

sepanjang waktu. Kadangkala perubahan ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa

alam. Misalnya perubahan curah hujan bisa menyebabkan beberapa populasi

meningkat sementara populasi lainnya terjadi penurunan. Atau munculnya penyakit-


penyakit baru secara tajam dapat menurunkan populasi suatu spesies tanaman atau

hewan (Sudjoko, 1998).

Faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga yaitu kemampuan berkembang

biak suatu jenis serangga yang dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak,

keperidian dan fekunditas. Serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup

tinggi. Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin besar keperidiannya.

Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor

betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka

lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya (Sudjoko, 1998).

Sitophylus oryzae merupakan hama yang bersifat kosmopolit atau tersebar luas

di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini termasuk

berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.

Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi

karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang

terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Hal ini sering kita

temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur

tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama

sekali (Kartasapoetra, 1991). Kumbang beras menyukai biji yang kasar dan tidak

dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini

tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat

merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun dan Yuswani,1991).

Kurva pertumbuhan populasi ada dua yaitu siqmoid dan eksponensial. Kurva

siqmoid adalah Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut

kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada fase

tersendat (lag phase), fase menanjak naik (accelerating growth phase), fase

pertumbuhan melambat (decelerating growth phase) dan periode keseimbangan

(equilibrium period) (Krebs, 1994). Kurva eksponensial adalah pertumbuhan


populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode waktu tertentu. Grafik yang

menggambarkan secara aritmatik laju pertumbuhan populasi dN/dt = rN. Setiap

populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya, yaitu tumbuh, stabil, dan

menurun. Pertumbuhan populasi berarti perubahan ukuran populasi pada periode

waktu tertentu. Kurva pertumbuhan eksponensial. Secara teoritik, pada keadaan

lingkungan yang ideal dimana tidak ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang

membatasi laju pertumbuhan intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh secara

eksponensial (Krebs, 1994).


III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2018 sampai dengan tanggal 23
April 2018 di Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alatnya yaitu Botol selai volume 300 ml, kain kassa dan karet gelang. dan Bahannya
yaitu Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) 50 jantan dan 50 betina, jagung 200 gr,
ketan putih 200 gr, ketan hitam 200 gr, kacang hijau 200 gr dan beras 200 gr.

3.3 Cara Kerja

Diisikan masing-masing botol selai dengan masing-masing 200 gr media (jagung,


ketan putih, ketan hitam, kacang hijau dan beras) yang dijadikan untuk tempat
pertumbuhan kumbang beras, kemudian masukkan 10 pasang kumbang beras tadi
pada masing-masing botol selai yang berbeda. Ditutup dengan kain kassa dan ikat
dengan karet gelang. Simpan di tempat yang gelap. Diamati setiap satu kali
seminggu selama 8 minggu. Hitung pertambahan jumlah populasinya, apakah
bertambah atau berkurang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:


Tabel 1. Pertumbuhan Sitophilus oryzae
Kacang
Beras Jagung Ketan Kedelai
Minggu Suhu hijau
Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati hidup Mati
0 28oC 20 - 20 - 20 - 20 - 20 -
I 28oC 17 3 18 2 20 - 11 9 1 19
II 30oC 15 2 19 - 20 - 9 2 - 1
III 30oC 14 1 21 - 23 1 6 1 - -
IV 28oC 14 - Dk Dk 29 1 3 3 Dk Dk
V 27oC 15 - Dk Dk 69 - 3 - Dk Dk
VI 29oC 63 2 Dk Dk Dk Dk 3 - Dk Dk
VII 26oC 198 - Dk Dk Dk Dk 3 - Dk Dk
Keterangan : Dk : dimakan tikus
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan kumbang beras
sangat beragam mulai dari laju pertumbuhan di minggu-minggu awal mengalami
penurunan dan pada minngu ke enam mengalami kenaikan yang signifikan. Pada
minggu pertama perhitungan kumbang beras yang berada pada mediaka yang hijau
sangat menurun. Menurut Yasin (2008) kesesuaian makanan erat kaitannya dengan
dinamika serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan
populasinya atau dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh,
kandungan protein yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung,
ternyata sorgum lebih cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus oryzae.
Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga. Pada
kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan cocok bagi
sistem pencernaan serangga akan menunjang perkembangan populasi, sebaliknya
makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan
perkembangan populasi serangga.
Grafik 1. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada beras

Laju Pertumbuhan Sitophilus


oryzae Pada Beras
Hidup Mati

250

200

150

100

50

0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII

Dapat kita lihat pada beras pertumbuhan kumbang beras pada minggu pertama
adalah berkurang yaitu dari kumbang beras yang dimasukkan sebanyak 20 ekor
menjadi 17 ekor dan yang mati hanya 3 ekor. Faktor kepadatan populasi yang ada di
dalam botol menyebabkan populasi kumbang beras ada yang mengalami kematian
atau mortalitas dan juga migrasi ke tempat yang makanannya mudah dicerna atau
sangat banyak. Tetapi pada minggu keenam dan ketujuh pertumbuhan dari kumbang
beras meningkat yaitu mencapai 198 ekor. Faktor yang menyebabkan adalah adanya
kelahiran di dalamnya sehingga membuat populasi kumbang beras yang ada di dalam
beras bertambah banyak.
Perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus didalam biji beras
sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan bentuk yang mampu
menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya. Untuk butir mengapur,
dapat terjadi karena granula pati yang kurang padat atau rapat, sehingga tekstur
menjadi lebih rapuh. Kekerasan kulit beras pecah berkolerasi positif dengan
ketahanan beras terhadap Sitophilus sp. (Campbell, 2010).
Grafik 2. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada jagung

Laju Pertumbuhan Sitophilus


Oryzae Pada Jagung
Hidup Mati

25

20

15

10

0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII

Pada media jagung dari minggu pertama sampai minggu ketiga menunjukkan
pertumbuhan yang tidak signifikan namun kematiannya hanya sedikit dan mengalami
peningkatan 1 ekor, dimana pada minggu pertama dimasukkan 20 ekor kumbang
beras pada media jagung berkurang 1ekor pada minggu kedua yaitu menjadi 19 ekor.
Pada minggu ketiga bertambah lagi sebanyak 2 ekor sehingga menjadi 21 ekor. Dan
pada minggu ke 4-8 kumbang dimakan tikus.
Pertumbuhannya seharusnya meningkat karena substrat dari media tempat
tumbuhnya mudah dicerna oleh tubuh kumbang beras tersebut. Dan juga dipengaruhi
oleh faktor kelahiran atau natalitas sehingga populasi dari kumbang beras semakin
meningkat dari minggu ke minggu. Akan tetapi jagung yang merupakan medium
tumbuh kumbang beras habis dimakan tikus. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor seperti kompetisi yang terjadi pada suatu spesies yang berada pada suatu
habitat yang sama. Kompetisi itu dapat berupa kompetisi makanan, ruang gerak, dan
sebagainya. Faktor-faktor atau peubah yang menentukan density adalah kelahiran
atau natalitas, kematian atau mortalitas, migrasi, distribusi umur, batas pertumbuhan,
potensi biotic, pola penyebaran dan lingkungan biotis (Tim Ekologi, 2011)
Kompetisi dapat menekan laju pertumbuhan populasi, akibat terbatasnya
kuantitas dan kualitas sumber daya. Sumber daya bagi kehidupan hewan di dapatkan
dari lingkungan habitatnya. Spesies yang sama atau yang berbeda menempati habitat
yang sama dan membutuhkan makanan yang sama, kemingkinan akan terjadi
kompetisi walaupun belum pasti (Suin, 2003).

Grafik 3. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada ketan hitam

Laju Pertumbuhan Sitophilus


oryzae Pada Ketan Hitam
Hidup Mati

80

60

40

20

0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII

Pada media tumbuh ketan hitam dari minggu pertama sampai minggu kedua
tidak menunjukkan pertumbuhannya tetapi pada minggu ketigaterjadi pertambahan
populasi. Pada minggu pertama jumlah kumbang berasnya yaitu 20 ekor, Pada
minggu kedua jumlahnya yaitu 20 ekor dan pada minggu ketiga jumlah kumbangnya
menjadi 23 ekor, pada minggu keempat jumlahnya meningkat menjadi 29 ekor dan
pada minggu kelima jumlahnya menjadi 69 ekor, tetapi pada minggu keenam semua
kumbang dan medianya dimakan tikus. Pada minggu keempat dan kelima mengalami
pertumbuhan yang drastis yaitu dari 29 ekor pada minggu keempat menjadi 69 ekor
pada minggu kelima. Disini dapat dilihat bahwa substrat yang dimakan oleh
kumbang bisa dicerna oleh tubuhnya. Serta dipengaruhi oleh faktor natalitas.
Berkembangnya populasi Sitophilus dalam medium ketan, disebabkan karena
warna ketan yang hampir menyerupai Sithopilus. Mungkin disini seleksi alam juga
mempengaruhi. Tidak hanya pada ketan yang populasinya meningkat, pada beras
pun juga demikian walaupun tidak sebesar pada ketan. Tetapi pada medium yang
lebih keras seperti kedelai dan jagung, pertumbuhan Sitophilus sangat rendah sekali
dikarenakan makanannya berupa kulit biji yang keras sehingga sulit untuk di pecah
(Anonimous, 2011).
Grafik 4. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada kedelai

Laju Pertumbuhan Sitophilus


oryzae Pada Kedelai
Series 1 Series 2

25

20

15

10

0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII

Pada media kedelai pertumbuhan kumbang beras menurun karena minggu


pertama jumlahnya yaitu 11 ekor dan mati 9 ekor serta. Pada minggu kedua kumbang
beras menjadi 9 ekor dan mati 2, minggu ketiga kumbang yang masih hidup tinggal 7
ekor, minggu ke empat tinggal 6 mati 1 dan minggu kelima sampai minggu ketujuh
kumbang beras tidak mengalami pertumbuhan, dimana jumlahnya konstan yaitu 3
ekor. Ini disebabkan oleh substrat dari kedelai itu sulit untuk dicerna oleh kumbang
beras tersebut. Sehingga menyebabkan populasi dari kumbang beras tertsebut mati
karena makanannya tidak bisa dicerna.

Grafik 5. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada kacang hijau

Laju Pertumbuhan Sitophilus


oryzae Pada Kacang Hijau
Hidup Mati

25
20
15
10
5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII

Pada media kacang hijau jumlah populasi kumbang mengalami penurunan yang
sangat signifikan dimana pada minggu pertama kumbang yang masih hidup hanya
tinggal 1 ekor. Dan 19 ekor mati. Hal ini disebabkan oleh substrat dari kacang hijau
yang sulit untuk dicerna oleh tubuh kumbang beras tersebut. Dan pada minggu ketiga
dan keempat jumlah kumbang yang tersisa tidak ada/mati seluruhnya dan pada
minggu keenama media tumbuh kumbang sudah dimakan tikus.
Kacang hijau mengandung protein tinggi, sebanyak 24%. Dalam menu
masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan adalah alternatif sumber protein nabati
terbaik. Secara tradisi, ibu-ibu hamil sering dianjurkan mengonsumsi kacang hijau
agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Pertumbuhan sel-sel tubuh
termasuk sel rambut memerlukan gizi yang baik terutama protein, dan karena kacang
hijau kaya akan protein maka keinginan untuk mempunyai bayi berambut tebal akan
terwujud. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk
memperkuat tulang (Anonimous, 2011).
Kepadatan Sitophilus berbeda-beda pada masing-masing medium. Setelah
dilakukan penghitungan jumlah populasinya, Pada masing-masing pengamatan
kelompok, medium kedelai, pertumbuhan Sitophilus banyak yang mengalami
kemunduran bahkan ada yang mengalami kematian total.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSAKA

Campbell, Neil A. 2010.Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1991.Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta.

Jakarta.

Krebs, J.C., 1994 dalam Siti Nur Laila dan Gandis Febrianas. 2010. Pertumbuhan

Populasi dan Daya Dukung Lingkungan. Airlangga Press. Surabaya.

Marbun, C.U dan Yuswani P. 199. Ketahanan Beberapa jenis Beras Simpan

Terhadap Hama Bubuk Beras, Sitophylus orizae (Coleoptera, Curculionidae)

di Gudang. Fakultas Pertanian USU. Medan

Michael,P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

UI

Press : Jakarta

Mothsculsky. 1993. Kumbang beras.www.e-dukasi.net/12 April 2011. Diakses pada

jam 20.00 wib

Odum, E.P . 1971. Fudamental Of Ecology. W. B. Sounder Company: London

Saputra, R.2007.Pemanfaatan Zeolit Sintesis sebagai Alternatif Pengolahan Limbah

Industri. Http://bem.its.ac.id di akses pada 12 Mei 2017 pukul 13:15 WIB.

Sudjoko, dkk. 1998. Ekologi. Yogyakarta : FMIPA UNY

Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasii.Andalas University Press: Padang

Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka

Sinar Harapan. Jakarta

Tim Ekologi. 2011. Penuntun Praktikum Ekologi. Universitas Andalas: Padang

Anda mungkin juga menyukai