EKOLOGI HEWAN
OLEH:
KELOMPOK 5A
LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
I. PENDAHULUAN
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari satu titik ke titik berikutnya. Perubahan
tersebut adalah suatu proses yang dinamis, seperti juga pada semua proses dalam
dalam populasi itu lebih besar dari laju kematian, dengan mengamsumsikan bahwa
laju emigrasi diimbangi oleh laju imigrasi Penambahan terhadap populasi dapat
disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain
suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya
yang menentukan adalah lingkungan biotis (parasit dan predator) dan ketersediaan
bahan makanan serta tempat berlindung dan kemampuan bertemunya jantan dan
ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam
populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari
sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya
populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki
penentu utama pertumbuhan populasi (Michael, 1995). Dinamika populasi dapat juga
disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat
Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi,
hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu mencolok.
Pertambahan atau penurunan populasi dapat mencolok bila ada gangguan drastis dari
(Motschulsky, 1993).
Setiap individu adalah bagian dari suatu populasi sehingga individu tersebut
harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu mengatasi setiap
perubahan yang ada dalam lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum
natalitas dan mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi yang berbeda.
1.2 Tujuan
pertumbuhan populasi Sitophylus oryzae pada berbagai medium yaitu beras, jagung,
Populasi adalah sekumpulan individu atau kelompok individu dalam satu spesies
atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang
bersangkutan, dan pada waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang
menerus, kecuali jika lingkungannya berubah dengan sangat cepat atau terjadi
lainnya, yaitu berupa perpindahan status dari satu titik ke titik berikutnya (Michael,
Karena tidak ada populasi yang tumbuh secara terus menerus maka kita mengetahui
adanya pengaturan populasi. Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan
yang sesuai, akan terus bertambah jumlahnya. Pertumbuhan populasi ditandai dengan
Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit,
sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya
populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki
Laju pertumbuhan populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal
ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia.
Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi
sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih
mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau
tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau
penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya,
misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama (Motschulsky, 1993).
dengan batas kondisi kehidupan organisme, baik batas terendah maupun batas
tertinggi yang disebut batas toleransi. Setiap organisme akan hidup dalam rentang
batas toleransi minimal dan maksimal terhadap faktor-faktor lingkungan yang akan
pembatas yaitu suhu, suhu dapat membatasi beberapa fase tertentu pada siklus
Faktor-faktor yang merubah tingkat populasi dari spesies bisa banyak berubah
biak suatu jenis serangga yang dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak,
betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka
Sitophylus oryzae merupakan hama yang bersifat kosmopolit atau tersebar luas
di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.
Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi
karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Hal ini sering kita
temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur
tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama
sekali (Kartasapoetra, 1991). Kumbang beras menyukai biji yang kasar dan tidak
dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini
tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat
Kurva pertumbuhan populasi ada dua yaitu siqmoid dan eksponensial. Kurva
siqmoid adalah Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas disebut
kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju pertumbuhan pada fase
tersendat (lag phase), fase menanjak naik (accelerating growth phase), fase
populasi mengalami tiga fase sepanjang siklus hidupnya, yaitu tumbuh, stabil, dan
lingkungan yang ideal dimana tidak ada faktor lingkungan fisik atau biotik yang
membatasi laju pertumbuhan intrinsik yang maksimum maka populasi tumbuh secara
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2018 sampai dengan tanggal 23
April 2018 di Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Alatnya yaitu Botol selai volume 300 ml, kain kassa dan karet gelang. dan Bahannya
yaitu Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) 50 jantan dan 50 betina, jagung 200 gr,
ketan putih 200 gr, ketan hitam 200 gr, kacang hijau 200 gr dan beras 200 gr.
250
200
150
100
50
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII
Dapat kita lihat pada beras pertumbuhan kumbang beras pada minggu pertama
adalah berkurang yaitu dari kumbang beras yang dimasukkan sebanyak 20 ekor
menjadi 17 ekor dan yang mati hanya 3 ekor. Faktor kepadatan populasi yang ada di
dalam botol menyebabkan populasi kumbang beras ada yang mengalami kematian
atau mortalitas dan juga migrasi ke tempat yang makanannya mudah dicerna atau
sangat banyak. Tetapi pada minggu keenam dan ketujuh pertumbuhan dari kumbang
beras meningkat yaitu mencapai 198 ekor. Faktor yang menyebabkan adalah adanya
kelahiran di dalamnya sehingga membuat populasi kumbang beras yang ada di dalam
beras bertambah banyak.
Perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus didalam biji beras
sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan bentuk yang mampu
menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya. Untuk butir mengapur,
dapat terjadi karena granula pati yang kurang padat atau rapat, sehingga tekstur
menjadi lebih rapuh. Kekerasan kulit beras pecah berkolerasi positif dengan
ketahanan beras terhadap Sitophilus sp. (Campbell, 2010).
Grafik 2. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada jagung
25
20
15
10
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII
Pada media jagung dari minggu pertama sampai minggu ketiga menunjukkan
pertumbuhan yang tidak signifikan namun kematiannya hanya sedikit dan mengalami
peningkatan 1 ekor, dimana pada minggu pertama dimasukkan 20 ekor kumbang
beras pada media jagung berkurang 1ekor pada minggu kedua yaitu menjadi 19 ekor.
Pada minggu ketiga bertambah lagi sebanyak 2 ekor sehingga menjadi 21 ekor. Dan
pada minggu ke 4-8 kumbang dimakan tikus.
Pertumbuhannya seharusnya meningkat karena substrat dari media tempat
tumbuhnya mudah dicerna oleh tubuh kumbang beras tersebut. Dan juga dipengaruhi
oleh faktor kelahiran atau natalitas sehingga populasi dari kumbang beras semakin
meningkat dari minggu ke minggu. Akan tetapi jagung yang merupakan medium
tumbuh kumbang beras habis dimakan tikus. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor seperti kompetisi yang terjadi pada suatu spesies yang berada pada suatu
habitat yang sama. Kompetisi itu dapat berupa kompetisi makanan, ruang gerak, dan
sebagainya. Faktor-faktor atau peubah yang menentukan density adalah kelahiran
atau natalitas, kematian atau mortalitas, migrasi, distribusi umur, batas pertumbuhan,
potensi biotic, pola penyebaran dan lingkungan biotis (Tim Ekologi, 2011)
Kompetisi dapat menekan laju pertumbuhan populasi, akibat terbatasnya
kuantitas dan kualitas sumber daya. Sumber daya bagi kehidupan hewan di dapatkan
dari lingkungan habitatnya. Spesies yang sama atau yang berbeda menempati habitat
yang sama dan membutuhkan makanan yang sama, kemingkinan akan terjadi
kompetisi walaupun belum pasti (Suin, 2003).
80
60
40
20
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII
Pada media tumbuh ketan hitam dari minggu pertama sampai minggu kedua
tidak menunjukkan pertumbuhannya tetapi pada minggu ketigaterjadi pertambahan
populasi. Pada minggu pertama jumlah kumbang berasnya yaitu 20 ekor, Pada
minggu kedua jumlahnya yaitu 20 ekor dan pada minggu ketiga jumlah kumbangnya
menjadi 23 ekor, pada minggu keempat jumlahnya meningkat menjadi 29 ekor dan
pada minggu kelima jumlahnya menjadi 69 ekor, tetapi pada minggu keenam semua
kumbang dan medianya dimakan tikus. Pada minggu keempat dan kelima mengalami
pertumbuhan yang drastis yaitu dari 29 ekor pada minggu keempat menjadi 69 ekor
pada minggu kelima. Disini dapat dilihat bahwa substrat yang dimakan oleh
kumbang bisa dicerna oleh tubuhnya. Serta dipengaruhi oleh faktor natalitas.
Berkembangnya populasi Sitophilus dalam medium ketan, disebabkan karena
warna ketan yang hampir menyerupai Sithopilus. Mungkin disini seleksi alam juga
mempengaruhi. Tidak hanya pada ketan yang populasinya meningkat, pada beras
pun juga demikian walaupun tidak sebesar pada ketan. Tetapi pada medium yang
lebih keras seperti kedelai dan jagung, pertumbuhan Sitophilus sangat rendah sekali
dikarenakan makanannya berupa kulit biji yang keras sehingga sulit untuk di pecah
(Anonimous, 2011).
Grafik 4. laju pertumbuhan Sitophilus oryzae pada kedelai
25
20
15
10
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII
25
20
15
10
5
0
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-I ke-II ke-III ke-IV ke-V ke-VI ke-VII
Pada media kacang hijau jumlah populasi kumbang mengalami penurunan yang
sangat signifikan dimana pada minggu pertama kumbang yang masih hidup hanya
tinggal 1 ekor. Dan 19 ekor mati. Hal ini disebabkan oleh substrat dari kacang hijau
yang sulit untuk dicerna oleh tubuh kumbang beras tersebut. Dan pada minggu ketiga
dan keempat jumlah kumbang yang tersisa tidak ada/mati seluruhnya dan pada
minggu keenama media tumbuh kumbang sudah dimakan tikus.
Kacang hijau mengandung protein tinggi, sebanyak 24%. Dalam menu
masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan adalah alternatif sumber protein nabati
terbaik. Secara tradisi, ibu-ibu hamil sering dianjurkan mengonsumsi kacang hijau
agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Pertumbuhan sel-sel tubuh
termasuk sel rambut memerlukan gizi yang baik terutama protein, dan karena kacang
hijau kaya akan protein maka keinginan untuk mempunyai bayi berambut tebal akan
terwujud. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk
memperkuat tulang (Anonimous, 2011).
Kepadatan Sitophilus berbeda-beda pada masing-masing medium. Setelah
dilakukan penghitungan jumlah populasinya, Pada masing-masing pengamatan
kelompok, medium kedelai, pertumbuhan Sitophilus banyak yang mengalami
kemunduran bahkan ada yang mengalami kematian total.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSAKA
Jakarta.
Krebs, J.C., 1994 dalam Siti Nur Laila dan Gandis Febrianas. 2010. Pertumbuhan
Marbun, C.U dan Yuswani P. 199. Ketahanan Beberapa jenis Beras Simpan
UI
Press : Jakarta