Nim : 0310183123
Pada mulanya ekologi dibagi dalam dua cabang yang terpisah: ekologi tumbuhan
(plant ecology) dan ekologi hewan (animal ecology), yang sebenarnya kurang tepat karena
dalam konsep tentang komunitas (masyarakat makhluk hidup), tumbuhan dan hewan sulit
untuk dipisahkan. Hubungan antara tumbuhan dan hewan juga tidak terpisahkan dalam
konsep rantai makanan dan daur materi. Kalau kita bicarakan kehidupan hewan, seperti
kijang, kerbau, dan kuda jelas kelangsungan hidupnya juga sangat tergantung pada
tumbuhan, rumput, dan sebagainya.
Pembagian ekologi yang lain adalah membedakan studi ekologi yang memusatkan
perhatian pada satu jenis makhluk hidup yang disebut autekologi, sedang yang membahas
lebih dari satu jenis disebut sinekologi. Jadi salah satu autekologi, misalnya ekologi dengan
pembahasan yang terpusat pada manusia disebut ekologi manusia. Ekologi manusia yang
memusatkan permasalahan pada dan di sekitar manusia, tentu tidak mungkin meninggalkan
pembicaraan tentang makhluk hidup lain di luar manusia. Misalnya, tumbuhan, padi, sayur,
hewan, kucing, nyamuk, dan kambing yang ada hubungannya dengan manusia tidak akan
luput dari pembahasan. Demikian pula halnya autekologi dari kucing, nyamuk atau
kambing, manusia mungkin juga dibahas hubungannya dengan kucing, nyamuk atau
kambing, dan sebagainya.
Dalam sinekologi masalahnya berbeda karena tidak ada satu jenis makhluk hidup
yang akan menjadi pusat pembahasan. Contohnya, ekologi hutan tropika karena di
dalamnya terdapat berbagai jenis hewan dan tumbuhan, jenis-jenis itu akan dibahas
hubungannya satu dengan yang lain dalam ekosistem hutan tropika. Ekologi Danau Toba
juga sinekologi karena yang dibahas adalah suatu ekosistem di mana terdapat berbagai
jenis makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan yang hidup dan terdapat atau
berkaitan dengan jenis yang ada di dalam Danau Toba.
Model dalam Gambar 1.2 berikut merupakan fenomena dasar yang berlaku bagi
semua hubungan timbal-balik antara makhluk hidup termasuk manusia dengan Alam.
Semua perolehan didapatkan dengan pengorbanan, beban atau biaya dan upaya. Kenyataan
bahwa Alam juga akan mengalami dampak atau perubahan yang akibatnya juga akan
menimpa
makhluk hidup atau manusia itu sendiri. Jadi, akibat dan timbulnya dampak itu dalam
ekologi manusia perlu diperhitungkan apakah menguntungkan atau merugikan diri sendiri
ataupun merugikan manusia serta makhluk hidup lain.
Jadi, dari model ini jelas bahwa ekologi manusia menganut falsafah berikut.
Satu konsep lain dalam ekologi umum adalah evolusi. Evolusi adalah perubahan sifat yang
berlangsung secara perlahan, dalam jangka waktu lama, dan tidak terbalikkan. Berdasarkan
pemikiran Hunurrel dan Albuquerque, etnibiologi dapat menjelaskan bagaimana ekologi
dan dasar evolusi membangun hubunan antara manusia dan alam.
a. Hubungan antara manusia dan alam begitu rumit, terkadang melibatkan tindakan
adaptif terhadap tekanan ekologis dan evolusi
b. Perilaku dan kegiatan manusia dapat menjadi adaptif
Hubungan antara manusia dengan lingkungan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, keduanya saling membutuhkan dan saling ketergantungan. Manusia mempengaruhi
lingkungan sekitarnya, dan sebaliknya manusia juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Lingkungan hidup terbentuk dari adanya interaksi berbagai komponen
lingkungan yang ada dipermukaan bumi, baik faktor fisik, biotik maupun sosial. Faktor-
faktor tersebut semuanya bekerjasama dan membentuk suatu sistem ekologi yang
dinamakan dengan ekosistem. Sebagai sebuah sistem, apabila salah satu komponen rusak
maka komponen lainnya akanikut terganggu. Sehingga mengakibatkan sistem berjalan
tidak dengan semestinya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya
yang tidak seimbang dapat menimbulkan permasalahan. Hal tersebut seperti dikemukakan
berikut ini:
Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya
populasi manusia. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan
pangan, bahan bakar, tempat permukiman dan lain kebutuhan serta limbah domestik juga
bertambah dengan cepat. Selanjutnya, dampak semakin meningkatnya populasi manusia
terhadap lingkungan sebagai berikut:
Pertumbuhan populasi ini telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam
lingkungan hidup. Di negara yang sedang berkembang yang tingkat ekonomi dan
teknologinya masih rendah, kerusakan hutan dan tata air yang disertai kepunahan
tumbuhan dan hewan, dan erosi tanah, serta sanitasi yang buruk yang menyebabkan
berkecambuknya penyakit infeksi dan parasit, merupakan masalah lingkungan yang
mencekam di daerah itu.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah penduduk, yaitu
pertama adalah kelahiran. Kelahiran merupakan faktor penambah jumlah penduduk. Kedua
adalah
kematian. Ini merupakan unsur pengurang jumlah penduduk. Sedangkan faktor ketiga
adalah perpindahan penduduk. Perpindahan penduduk yang datang ke suatu negeri disebut
imigrasi. Sementara perpindahan penduduk keluar daerah lain disebut emigrasi.
Pertumbuhan populasi manusia yang begitu pesat, menyebabkan terjadinya alih
fungsi lahan hutan untuk aktifitas perladangan, pertanian dan pembangunan perumahan
masyarakat. Alih fungsi lahan hutan menyebabkan penurunan kualitas habitat dan
ketersediaan makanan bagi satwa liar. Makanan merupakan salah satu faktor utama yang
menjaga keberlangsungan hidup satwa liar. Disamping itu, pertumbuhan populasi manusia
menyebabkan satwa liar hidup berbagi habitat dengan manusia. Banyak dari satwa liar
terancam dan menghindari hidup berdampingan dengan manusia, namun beberapa satwa
liar dapat bertahan dengan baik dengan kehadiran manusia. (Retno Dwi Puspitasari, 2015).
pertanian akan mempunyai pengaruh penting utnuk komunitas manusia. Akibat masyarakat
manusia mulai menetap dan hidup lebih teratur maka populasi manusia akan mengalami
perubahan, yaitu:
a. Populasi manusia mulai bertambah dengan makin berkurangnya kelaparan.
b. Manusia mulai lebih banyak membutuhkan lahan untuk pertanian dan sejak itu
urbanisasi mulai berlangsung: desa, kota, dan kota-kota besar secara lambat dan
pasti mulai terbentuk.
c. Manusia mulai mengatur dan merubah bentang alam bumi, ekosistem dan
lingkunganya. (Suswanto, 2019).
Ketika masyrakat petani jumlahnya meningkat dan tersebar diseluruh permukaan
bumi, mereka mulai menciptakan dampak lingkungan yang lebih besar dari pada
masyarakat pengumpul-pemburu. Hutan dan padang rumput yang luas mulai berubah
menjadi lahan pertanian, terutama untuk pertanian monokultur seperti gandum, atau padi.
Pengelolaan lahan pertanian yang tidak memadai menyebabkan permukaan tanah yang
penting dan subur menjadi mudah tercuci dan terbawa air hujan sehingga akan mencemari
sungai atau danau. Kegiatan pengerjaan dan pemanfaatan lahan untuk pertanian dan
peternakan juga mengubah dan merusak tumbuhan dan spesies hewan, yang akan
membahayakan kehadiaran dan dapat menyebabkan kepunahan spesies hewan tertentu.
Penggunaan bahan-bahan pembasmi bama sering menimbulkan berbagai masaah
lingkungan dan membahayakan kehidupan liar pencearan dan kerusakan tanah, serta dalam
beberapa bahan- bahan hal dapat meningkatka jenis dan jumlah populasi hama. (Suswanto,
2019).
Pertanian perkotaan merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan distribusi
pangan serta produk lainnya melalui budidaya tanaman dan peternakan yang intensif di
perkotaan dan daerah sekitarnya, dan menggunakan (kembali) sumber daya alam dan
limbah perkotaan, untuk memperoleh keragaman hasil panen dan hewan ternak. Apabila
ditinjau dari aspek ekologi, pengembangan pertanian perkotaan dapat memberikan manfaat
yaitu:
a. konservasi sumber daya tanah dan air.
b. Memperbaiki kualitas udara.
mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam yang ada di kota dengan
menggunakan teknologi tepat guna. (Ahmad, 2016).
Daftar Pustaka
Rifqi, Ahmad F. dkk. Pertanian Perkotaan : Urgensi, Peranan, Dan Praktik Terbaik. Jurnal
Agroteknologi, Vol. 10 No. (1).
Abdoellah, Oekan S. 2017. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Otto, Soemarwoto. 1997. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Yogyakarta:
Djambatan.
Warsito. 2018. Hadis Perintah Memperbanyak Keturunan Tinjauan Tekstual dan
Kontekstual dalam Prespektif Ekonomi. Jurnal Ilmu Hadis, vol. 4, no. 1.
Dwi Puspitasari, Retno. 2015. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Resolusi Industri 4.0.
Jurnal: Pertanian, Vol. 1 No.1.