OLEH:
KELOMPOK IV B
LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019.
I. PENDAHULUAN
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu
yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan (kompetisi)
pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan
tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain.
Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan
yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam
jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat
pertumbuhan individu-individu yang terlibat (Wurttemberg, 1994).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada
lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan
hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Contohnya adalah air, hara, cahaya, CO2,
dan ruang tumbuh. Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak
individu apabila suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap
sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak (Kastono, 2005).
Suatu organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk
mencapai sumber yang paling baik atau mencoba menempati tempat yang sama secara
simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu digunakan untuk kelangsungan
hidup dan untuk bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya
(Naughton,1998).
Kompetisi dapat terjadi pada tumbuhan yang sejenis maupun yang berbeda
jenis. Kompetisi yang terjadi antara tumbuhan yang sejenis disebut kompetisi
intraspesifik, sedangkan kompetisi antara tumbuhan yang berbeda jenis disebut
kompetisi interspesifik. Besar daya kompetisi dipengaruhi oleh jumlah individu berat
tanaman, siklus hidup tanaman, periode tanaman, dan jenis tanaman. Beberapa jenis
tumbuhan mempunyai suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain
yang ada di sekitarnya. Zat tersebut disebut dengan zat allelophaty (Triyono, 2009).
A. cepa dapat berkembang biak secara vegetatif. Hal ini membuat A. cepa
banyak ditanam oleh masyarakat karena pertumbuhannya yang baik dan
pertunasannya yang cepat. Senyawa anilin dan alisin yang dikandung dalam A. cepa
membuat pertumbuhan A. cepa menjadi lebih baik dan cepat dalam perkembang
biakannya. Selain itu, senyawa anilin dan silin yang dikandung didalam A. cepa ini
memiliki efek antiseptik yang berguna sebagai obat serta mengandung senyawa lain
yang bersifat antibakteri yang dapat memperkuat pertahanan tumbuhan tersebut
(Angela, 2013).
Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat
menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal
dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi
antar jenis yang berbeda (Naughton, 1998).
Cyperus rotundus memiliki sifat persaingan kompetitif yang kuat. Rumput
teki yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ dibawah tanah.
Tetapi jika organ diatas tanah dan dibawah tanah sama-sama sudah mati maka rumput
teki melepaskan senyawanya melalui organ tumbuhan yang ada diatas maupun yang
ada dibawah akan melepaskan senyawa alelopati (Triyono, 2009). Berdasarkan uraian
diatas, maka dilakukan praktikum mengenai Kompetisi antara tumbuhan Alium cepa
dan Cyperus rotundus.
Tabel 2. Pengamatan minggu keenam kompetisi Allium cepa dan Cyperus rotundus
Parameter Pengamatan
Perlakuan Tanaman Tinggi Tanaman Jumlah Daun Keterangan
(cm) (helai)
Kontrol A1 27 5
A2 - - Mati
Polibag 1 A1 - - Mati
A2 - - Mati
C1 6 9
C2 4 6
Polibag 2 A1 - - Mati
A2 - - Mati
C1 - - Mati
C2 8 7
C3 31 13
C4 7 6
Polibag 3 A1 - - Mati
A2 - - Mati
C1 18 8
C2 17.5 8
C3 10 5
C4 16 10
C5 7 6
C6 - - Mati
Polybag 4 A1 - - Mati
A2 35 20
C1 - - Mati
C2 18 6
C3 21 6
C4 9.5 12
C5 10.5 6
C6 21.5 7
C7 - - Mati
C8 23.5 13
Berdasarkan tabel hasil di atas dapat diketahui perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman
Cyperus rotundus dan Allium cepa pada pengamatan minggu pertama ditanam dan
pengamatan pada minggu ke enam. Dimana rata-rata tinggi tanaman Cyperus rotundus
pada minggu ke 6 adalah7,72 cmdari 6 cm pada minggu pertama dan jumlah daunnya
6,4 helai dari awalnya 9,55 helai pada minggu pertama. Sedangkan rata-rata tinggi
tanaman Allium cepa adalah 6,2 cm pada minggu ke-6 dari awalnya 0 cm dan jumlah
daun Allium cepa adalah 2,5 helai dari awalnya tidak berdaun. Ini berarti rata – rata
tinggi tanaman Cyperus rotundus lebih tinggi dari Allium cepa dan jumlah daunnya
lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah Allium cepa yang mati.
Adapun hal ini menunjukkan bahwa adanya persaingan. Persaingan yang terjadi
adalah persaingan interspesies dimana Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma
lebih cepat tumbuh dibandingkan Allium cepa.
Hal ini sesuai dengan Indriyanti (2006) yang mengatakan bahwa adanya
persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman lain untuk berproduksi.
Persaingan atau kompetisi antar sesama gulma di dalam menyerap unsur-unsur hara
dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam jumlah (kuantitas). Hal ini sesuai deangan
hasil akhir dari pengamatan kompetisi antara rumput teki dengan bawang, dimana
bawang mengalami kekalahan dalam kompetisi karena rumput teki lebih memiliki
daya tahan yang baik terhadap faktor-faktor dalam kompetisi.
Selain itu, kompetisi antara Cyperus rotundus dengan Allium cepa juga
dipengaruhi oleh adanya zat kimia yang dihasilkan oleh Cyperus rotundus yang
disebut juga zat alelopaty. Zat ini dihasilkan Cyperus rotundus sebagai bentuk
pertahanan diri, yang dapat mengakibatkan tanaman yang tumbuh disekitarnya
mengalami hambatan untuk tumbuh sehingga akhirnya mati. Hal ini sesuai dengan
pendapat Triyono (2009), bahwa Cyperus rotundus merupakan jenis tanaman yang
memiliki zat alelopaty yang dikeluarkan melalui organ bawah tanah. Rumput teki
memiliki sifat kompetitif yang kuat sehingga akan menghasilkan zat kolin yang
bersifat alelopaty dan mendominasi sumber daya alam yang ada dilingkungannya
dalam jumlah terbatas. Hambatan pertumbuhan yang terjadi akibat alelopaty adalah
melalui hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan
stomata, sintesis protein dan aktivitas protein.
Namun, dalam beberapa perlakuan ditemukan Allium cepa yang tumbuh cukup
subur dengan satu atau dua Cyperus rotundus yang mati. Hal ini diperkirakan dapat
terjadi karena faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tersebut kurang tersedia, seperti kandungan air yang kurang, akar pada tanaman kurang
panjang saat ditanam dan adanya spesies-spesies tertentu yang mengahmbat
pertumbuhan Cyperus rotundus. Sedangkan pada beberapa perlakuan, Allium cepa
yang tumbuh subur tidak sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini diperkirakan juga
disebabkan oleh daya serap air atau nutrisi dari kedua tanaman yang pada akhirnya
lebih banyak didapatkan Allium cepa, dengan kondisi perakaran Cyperus rotundus
disekitarnya kurang baik.
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya rumput teki dan bawang, persaingan
antara keduanya juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air
dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap
dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar
satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Persaingan memperebutkan air
terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan dalam hal ini tempat kedua jenis
gulma. Disini, tumbuhan bawang lebih membutuhkan banyak air daripada rumput teki.
Walaupun dalam perebutan air tumbuhan bawang lebih dominan, tetapi untuk daya
tahan terhadap lingkungan yang ekstrem ternyata rumput teki lebih mampu
beradaptasi. Hal ini dikarenakan rumput teki memiliki umbi batang yang berada dalam
tanah yang dapat bertahan sampai berbulan-bulan lamanya (Risyanti, 2009).
Menurut Gersani et.al. (2001), kompetisi tanaman juga terjadi di akar. Hal
tersebut terjadi karena tanaman satu dengan yang lainnya sering memperebutkan
tempat untuk tumbuh. Keadaan untuk berbagi tempat tumbuh kepada tanaman lainnya
mendorong tanaman untuk secara maksimal mungkin memperebutkannya. Jika salah
satu tanaman kalah dalam kompetisi maka akan terjadi penurunan pertumbuhan akar
sehingga sulit tumbuh dan akan menghasilkan akar tanaman yang lebih kecil
dibandingkan yang lain.
Faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan
tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah,
oksigen, unsur hara dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat pula
faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman tersebut.
Adapun faktor eksternal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan penyerbuk,
agen dispersal biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta angin. Adanya
gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup tumbuhan (Setiadi, 1989).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan, bahwa:
1. Pertumbuhan A. cepa tergantung pada banyaknya jumlah Cyperus rotundus yang
ada pada polybag, semakin banyak jumlah Cyperus rotundus maka pertumbuhan
A. cepa semakin lambat.
2. Daun tertinggi yaitu pada polybag 4 yaitu polybag yang berisi 8 buah Cyperus
rotundus dengan daun tertinggi mencapai 23,5 cm sedangkan A. cepa tidak dapat
dihitung karena telah mati.
5.2 Saran
Adapun saran selanjutnya agar praktikan lebih serius dalam mengamati kompetisi
antar tumbuhan agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Angela, S.R. 2013. Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (A.
cepa L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus areus dan Escherichia
coli. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Unversitas Surabaya V:2(1).
Clapham, W.B.. 1973. Natural Ecosystem. Mc.Millan Publishing, Inc. New York.
Gersani, M., Joel S. B., Erin E. O., Godfrey M.M., and Zvika A. 2001. Tragedy of the
commons as a result of root competition. Journal of ecology. Vol. 89 (1): 660-
669.
Harjadi SS.1999. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta
Indriyanti. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksada. Jakarta
Kastono. 2005. Ilmu Ekologi Tumbuhan. Yudhistira. Jakarta
Naughton, 1998, Ekologi Umum, Edisi Kedua. UGM Press.Yogyakarta
LAMPIRAN
Gambar 2. Polybag 1
Gambar 3. Polybag 3
Gambar 4. Polybag 4