Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Ekologi Hewan unit II dengan judul Estimasi Populasi Serangga, disusun oleh: Nama Nim Kls/Klp : St. Qadriah Bakhtiar : 081404007 : A/II

Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Koordinator Asisten

Mei 2011

Asisten

Nova Dwi Pratiwi Sulastri Nim:071404055

A. Zulhamdi NIM: 061404029

Mengetahui Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Hartono, S.Si, M. Biotek Nip: 1980 0624 2200 8121 003

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelimpahan populasi hewan pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama serta hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini berbentuk suatu derajat keterpaduan. Jika seseorang ingin memberikan sesuatu komunitas khusus dalam daerah yang terbatas, wilayah yang mudah dicapai, biasanya orang tidak akan membuat sensus komunitas secra lengkap, tetapi sebagai gantinya cukup dengan menggunakan metode samping pada lahan dimana komunitas hadir. Mempelajari komunitas hewan, kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati suatu komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitiian disebagian area komunitas tersebut, dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di sutau tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi hidupnya. Di dalam kumpulan ini terdapat suatu kerukunan hidup bersama serta hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini akan terbentuk suatu derajat keterpaduan. Kelompok hewan yang hidup seperti itu secara bersama-sama telah menyelesaikan diri dan menghuni suatu tempat alami yang disebut komunitas.

Dasarnya jumlah populasi ditentukan oleh perhitungan cacah individu dalam populasi. Cara ini banyak menemui kesulitan dikarenakan hewan-hewan yang selalu bergerak, berpindah tempat, area kajiannya sangat luas, adanya hewan-hewan buas yang membahayakan serta kendala-kendala lain yang mungkin dapat mengaburkan tujuan praktikum. Dengan mengetahui adanya kesulitan-kesulitan tersebut timbul metode-metode penelitian populasi hewan secara tidak langsung. Untuk metode penangkapan, penandaan kembali (CMRR) untuk hewan-hewan yang mudah ditangkap. Metode CMRR dapat dibuat simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi hewan yang dimaksud. Perhitungan estimasi besarnya populasi digunakan rumus Schmacher-Eschemeyer. Dengan teknik pengambilan sampel yang akurat akan didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah sebenarnya. B. Tujuan Tujuan praktikum ini, yakni Menerapkan metode CMRR (Capture Mark Release recapture) untuk memperkirakan cacah populasi serangga belalang dan membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacher-Eschemeyer. C. Manfaat Manfaat dari praktikum ini yaitu Mahasiswa dapat mengetahui sebuah pengetahuan dan keterampilan mengenai cara menerapkan metode CMRR (Capture Mark Release recapture) untuk memperkirakan cacah populasi serangga belalang dan membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacher-Eschemeyer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akn meningkatkan populasi. Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daeah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, emigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertmabahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama (Anonim, 2011). Secara alami pengendalian ekologi pada populasi didasarkan pada parameter populasi yaitu natalitas, mortalitas, emigrasi dan imigrasi. Dasarnya jumlah populasi ditentukan oleh perhitungan cacah individu dalam populasi. Cara ini banyak menemui kesulitan dikarenakan hewan-hewan yang selalu bergerak berpindah tempat, area kajian luas, adanya hewan buas yang membahayakan serta kendala-kendala lain yang mungkin dapat mengaburkan tujuan praktikum. Dengan mengetahui adanya kesulitan-kesulitan tersebut timbul metode-metode penelitian populasi hewan secara tidak langsung. Untuk metode penangkapan, penandaan kembali (CMRR) untuk hewan-hewan yang mudah ditangkap. Metode CMRR dapat dibuat simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi hewan yang dimaksud. Perhitungan estimasi besarnya populasi digunakan rumus Schumacher-Eschemeyer. Dengan teknik pengambilan sampel yang akurat akan didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah sebenarnya (Lahay, 2011).

Menurut Kramadibrata (1994), faktor-faktor yang mungkin merupakan penyebab menjadi langkanya suatu keragaman spesies banyak macamnya. Namun selain itu perlu di ketahui bahwa faktor penyebab langkanya suatu spesies di sesuatu tempat mungkin saja tidak sama dengan penyebab langkanya spesies itu di tempat lain. Kelangkaan spesies dapat diakbatkan oleh satu atau beberapa penyebab berikut : 1. Area yang dapat dihuni spesies menjadi jaranga tau sempit. Sesuatu habitat yang kondisi lingkungan fisika-kimiawinya tak umum (khas) biasanya di huni oleh spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang telah teradaptasi khusus untuk kondisi lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan dapat mengakibatkan kelangkaan atau mungkin pula kepunahan lokal dan spesies tertentu. Suatu spesies serangga, misalnya, yang telah terspesialisasi untuk hidup pada dan dari pada suatu spesies tumbuhan dan hewan tertentu,dengan perkataan lain bersifat monosius dan monofag, apabila tumbuhan sumber dayanya itu menjadi langka atau punah total karena perubahan kondisi lingkungan fisika-kimia, juga akan menjadi langka atau punah. 2. Tempat-tempat yang dapat di huni spesies hanya cocok-huni dalam waktu yang singkat saja, atau tempat-tempat itu letaknya di luar jangkauan daya menyebar spesies hewan. 3. Tempat-tempat yang secara potensial dapat di huni menjadi tidak dapat ditempati akibat keghadiran spesies lain yang merupakan pesaing, parasit atau predator. 4. Dalam area yang dapat di huni, ketersediaan sumber daya penting ( makanan) dan tempat untuk berbiak secara aman, menjadi berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Prinsip-prinsip Ekologi. http://free.vkm.org/v12/sponsor/sponsorpendamping/praweda biologi/. Diakses 7 Mei 2011. Kramadibrata. 1994. Penenutun Praktikum Ekologi Hewan. ITB. Bandung. Lahay. 2011. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Hari / Tanggal Waktu Tempat B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Jaring Penangkap Serangga b. Spidol 2. Bahan Belalang (Disosteria carolina). C. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan alat yang akan digunakan, setelah itu menangkap sejumlah belalang dengan menggunakan jaring. 2. Kemudian menghitung jumlah belalang yang tertangkap lalu memberi tanda dengan spidol pada bagian caput, thorax dan abdomen pada tiap belalang. 3. Melepaskannya kembali, lalu mengulangi langkah 1 dan menghitung jumlah belalang yang tertangkap baik yang sudah memiliki tanda dan tertangkap kembali maupun yang belum memiliki tanda 4. Setelah itu memberikan tanda pada belalang yang belum memiliki tanda kemudian melepaskannya kembali dan mengulangi kembali percobaan di atas sampai penangkapan (sampling) ke-11 kali, dengan interval waktu tiap kali pengamatan yaitu 2 menit. 5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan. : Sabtu, 7 Mei 2011 : Pukul 16.00 s.d. 17.00 WITA : Lingkungan Fakultas Teknik UNM.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Sampling C ke1. 1 2. 1 3. 3 4. 2 5. 3 6. 1 7. 0 8. 0 9. 1 10. 2 11. 1 Jumlah 15 M m 0 1 1 3 4 2 6 3 9 1 10 0 10 0 10 1 11 2 13 1 74 14 R CM C(M)2 (CM) MR CM/R R CM/R R2/C 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2 4 3 8 18 9 0 0 10 22 13 83 3 32 108 81 0 0 100 242 169 735 3 6 14 32 41 41 51 73 95 356 0 4 6 0 0 0 0 0 26 36 8 18 6.5 32.5 0 1 2 2 2 2 2 2 4 17 6 7 16 20.5 20.5 25.5 36.5 23.75 155.75 0.5 0.3 2 2.8

B. Analisis Data a. Rumus Shumacher-Eschemeyer N = = = Variansi = = = CM2 MR 735 36 20,42 = a 1 {R2/C - MR } S-1 a 1 { 19,27 0,19 } 10 1,9 = b

a3. b 8527,17 . 1,9 Standar Error = = = 450,04 MR 36 b. Rumus Peterson (CM/R) 155,75 = = 15,575 S1 10

= 21,21

c. Rumus Shenebet 1 356/4 CM/R = = 8,9 S -1 10

C.Pembahasan Komunitas adalah berbagai jenis organisme yang merupakan bagian dari suatu unit-unit ekologi tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis yng dimaksud di sini adalah suatu satuan lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup (tumbuhan dan hewan), yang antar sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya (lingkungan benda tak hidup) membentuk hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Komunitas dapat berupa komunitas hewan yang terdiri dari berbagai macam hewan, komunitas tumbuhan yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dalam satu ekosistem, atau keseluruhan hewan dan tumbuhan yang disebut komunitas biotik. Komunitas dari suatu ekosistem tertentu mempunyai ciri-ciri tertentu salah satu karakternya adalah keragaman jenis organisme yang menjadi penyusunnya. Keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang secara fisik terkendali (di batasi oleh factor lingkungan abiotik), atau mendapatkan tekanan lingkungan dan akan cenderung tinggi pada ekosistem yang di batasi, atau diatur oleh faktor biotik. Namun demikian dalam kasus tertentu misalnya ekosistem intertidal dengan faktor pasang surut menjadi pengendali fisik, kecenderungan umum tersebut tidak terjadi. Keanekaragaman banyak dipakai untuk mengindikasikan kondisi lingkungan suatu ekosistem. Keanekaragaman identik dengan kestabilan suatu ekosistem, yaitu jika keanekaragaman ekosistem relatif tinggi maka kondisi ekosistem tersebut cenderung stabil. Terdapatnya sejumlah kesulitan-kesulitan dalam penentuan jumlah anggota populasi secara keseluruhan melalui perhitungan secara langsung, mengundang perhatian para ahli ekologi untuk menciptakan sejumlah metode-metode penelitian populasi hewan secara tidak langsung, salah satu diantaranya adalah CMRR (capture mark reflease recapture). Dalam praktikum ini, metode ini dicoba untuk diserapkan dalam memperkirakan cacah populasi dari serangga (belalang), dengan lokasi pengamatan, yakni lapangan FT UNM, bagian barat.

Berdasarkan hasil pengamtan Estimasi besarnya populasi serangga belalang yang diperoleh dengan cara memasukkan nilai-nilai hasil analisis pada rumus Schumacher-Eschemeyer diperoleh nilai 0,033 dan nilai variansi yaitu 2,9 dengan standar erornya sebesar 0,273. Data tersebut menunjukkan bahwa penangkapan belalang yang dilakukan memiliki angka atau tingkat kesalahan yang cukup rendah karena menurut teori bahwa pengambilan suatu data dapat dikatakan benar apabila standar erornya mendekati nol. Dari analisis data mengenai estimasi besarnya populasi serangga dengan rumus Schumacher-Eschemeyer akan diperoleh besar populasi yang mendekati sebenarnya atau jumlah sebenarnya. Hasil yang diperoleh dari data pengambilan sampel 0,033 jika dibandingkan dengan standar error yang memiliki nilai sebesar 0,273. Pada analisis data dengan rumus Peterson diperoleh data sebesar 0,67 dan rumus shenebet sebesar 308,9. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan penangkapan, memberi tanda, melepas kembali dan melakukan penangkapan kembali, sebanyak 11 kali perlakuan. Dari hasil perlakuan tersebut, diperoleh data, yakni jumlah serangga (belalang) yang tertangkap C adalah sebanyak 31 ekor, jumlah semua serangga (belalang) yang tertandai M adalah 20 ekor, jumlah serangga

(belalang) yang baru ditandai m adalah 20 ekor, dan jumlah serangga (belalang) yang sudah tertandai dan tertangkap kembali (R) adalah 10 ekor. Berdasarkan data tersebut diatas, setelah dilakukan analisis data, maka jumlah atau populasi serangga (belalang) pada wilayah/lokasi pengamatan dapat diperkirakan sebagai nilai estimasi besarnya populasi serangga (belalang) pada komunitas yang diamati tersebut. Penentuan nilai estimasi tersebut dilakukan dengan cara mensubtitusi nilai-nilai hasil analisis data dalam table analisis ke dalam rumus Schumacher-Eschemeyer, Peterson, dan schenebel. Rumus Schumacher-Eschemeyer merupakan rumus standar dalam penentuan estimasi besarnya populasi, yakni digunakan dalam penentuan standar error yang merupakan patokan dalam penentuan derajat keakuratan dari pengambilan data atau sampel yang kita lakukan. Rumus Peterson dan schenebel merupakan rumus yang dijadikan sebagai pembanding

terhadap nilai standar error dari rumus Schumacher-Eschemeyer. Semakin dekat nilai yang diperoleh dari rumus Peterson dan schenebel dengan nilai standar error, maka berarti pengambilan data atau sampel semakin akurat, sebaliknya semakin jauh antara nilai standar error dengan kedua rumus tersebut, maka berarti pengambilan data atau sampel yang dilakukan semakin tidak akurat.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Rumus Schumacher-Eschemeyer merupakan rumus standar dalam penentuan estimasi besarnya populasi, yakni digunakan dalam penentuan standar error yang merupakan patokan dalam penentuan derajat keakuratan dari pengambilan data atau sampel yang kita lakukan. 2. Jumlah serangga (belalang) yang tertangkap C adalah sebanyak 31 ekor, jumlah semua serangga (belalang) yang tertandai M adalah 20 ekor, jumlah serangga (belalang) yang baru ditandai m adalah 20 ekor, dan jumlah serangga (belalang) yang sudah tertandai dan tertangkap kembali (R) adalah 10 ekor. 3. Jumlah dari hasil analisis Schumacher-Eschemeyer diperoleh nilai 0,033 dan nilai variansi yaitu 2,9 dengan standar erornya sebesar 0,273. B. Saran 1. Di harapkan agar dalam pelaksanaan praktikum, semua praktikan memahami tujuan pelaksanaan praktikum ini. 2. Praktikan seharusnya datanya tepat waktu. 3. Asisten harusnya memberikan pemahaman yang baik pada praktikan dalam praktikum ini agar dalam membuat laporan praktikan bias lebih mudah membuatnya.

Prinsip-Prinsip Ekologi
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akn meningkatkan populasi. Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daeah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, emigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertmabahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama. Komunitas Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derejat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan anatara komponennya saling berhubungan melalui kergaman interakasinya. Ekosistem Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hiaju), konsumen (herbivira, karnivora dan omnivore), dan decomposer/pengurai (mikroorganisme0.

http://free.vkm.org/v12/sponsor/sponsor-pendamping/praweda biologi/

Anda mungkin juga menyukai