I. Tujuan
Dapat memperkirakan ukuran populasi belalang (Locusta sp.) dengan menggunakan
metode capture-mark-release-recapture (CMRR ).
Kriteria Penandaan
Kriteria penandaan yang ideal (Michael, 1985 dalam adisendjaja, et.at.al, 2001) adalah
sebagai berikut :
a. Mudah; sehingga sejumlah besar individu dapat ditangkap, ditandai dan dilepaskan dengan
tenaga minimum tanpa melibatkan peralatan dan tata kerja yang rumit
b. Penanganan minimum untuk hewan, hindari peredaran/penyebaran aroma manusia pada
hewan-hewan yang menyebabkan pola perilaku dan peran dalam ekosistem berubah.
c. Penandaan mudah dikenali
d. Penandaan tahan lama dan persisten terhadap berbagai tingkat kehidupan organisme.
e. Penandaan tidak menyebabkan pengaruh biologis yang merusak pada organisme yang
ditandai.
Teknik penandaan
1. Hewan besar
a. Menggunakan cap/stempel dari bahan yang tidak mudah luntur
b. Jepit rambut dengan pola tertentu yang dapat bertahan sampai pergantian bulu/rambut
berikutnya.
c. Pewarnaan biasa dilakukan pada burung dan mamalia, dan tidak tahan lama.
d. Pemasangan tanda di telinga.
2. Burung (kelelawar); cincin atau pita logam.
3. Mamalia kecil, reptil dan amphibia.
a. Penjepitan jari; kuku dan jari dipotongterus dijepit, tidak boleh menjepit lebih dari tiga
jari.
b. Ular digunakan penjepit skala ventral tepat didepan kloaka.
c. Kura-kura digunakan penorehan tepi tempurung dengan pola tertentu.
d. Ikan; penyematan tanda pada rahang atau bagian tubuh lainnya.
4. Serangga
a. Kupu-kupu ditandai dengan mengusap permukaan atas sisik kemudian ditempeli kertas
tipis yang ditulisi dengan bahan tahan air.
b. Kutu busuk, setitik cat minyak pada lokasi tertentu.
5. Penandaan dengan memberikan makanan pewarna
a. Kotoran bisa ditelusuri.
b. Bekas jejaknya misalnya pada siput.
6. Penandaan dengan penyuntikan pewarna untuk arthropoda tertentu sampai pergantian kulit.
7. Isotop radioaktif dan biotelemetry
Penanganan dan penandaan
1. Untuk penyemprotan, penandaan dengan tinta bisa dilakukan langsung.
2. Untuk penandaan dimana hewan perlu diam.
a. Dibius dengan kloroform.
b. Dengan cara didinginkan, dimana hewan ditaruh pada nampan yang berisi es atau masukan
pada lemari pendingin.
Keterangan:
I : Waktu pencuplikan
M : Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n : Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R : Jumlah individu yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua
N : Jumlah populasi
Metode Petersen:
Metode Petersen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
Untuk menghitung kesalahan dari perhitungan yang telah dilakukan, dilakukan dengan
menggunakan rumus:
Setelah diukur standar erronya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus:
Metode Schnable
Metode Scnable dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan dengan cara
menghitung kesalahan baku (standar errornya) dengan rumus:
DaftarPustaka
Adisendjaja, Y. H., et.al. (2000). Pedoman Praktikum Ekologi Hewan Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI . Bandung.
Kimbal. J. W. (1994). Biologi. Edisi kelima Jakarta. Erlangga.
Nurjaman, S. (2010). Modul Ekologi Hewan. Fosil Production
Bandung.
Hoeve, W. V. (1995). Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Serangga. PT. Ichtiar Baru Van
Hoev.
STUDI KOMUNITAS FAUNA TANAH
I. Tujuan
Untuk mengkaji keragaman dan komunitas fauna tanah pada berbagai habitat
dengan perbedaan komposisi tumbuhan.
b. Metode monolith
1. Monolith dibuat dengan menggali tanah berukuran 25 x 25 cm hingga
kedalaman 30 cm.
2. Penggalian tanah dilakukan sebanyak 3 ulangan.
3. Dilakukan pengambilan dan penghitungan makrofauna tanah yang
ditemukan dari tanah hasil galian.
4. Makrofauna yang terkoleksi kemudian dihitung dan diawetkan dalam
alkohol 70% untuk dihitung dan diidentifikasi.
c. Analisis data
Data yang diperoleh dari estimasi populasi makrofauna ditentukan
indeks keanekaragamnnya dengan menggunakan Indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner. Uji korelasi dilakukan terhadap parameter kualitas tanah
(pH tanah, kadar air dan suhu) dengan diversitas dan populasi makrofauna tanah
dominan untuk menentukan potensi makrofauna tanah tertentu sebagai
bioindikator kualitas tanah.
Daftar Pustaka
Anderson, J. M. 1994. Functional Attributes of Biodiversity in Landuse System: In D.J.
Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable Land Use.
CAB International. Oxon.
Paoletti, M. G, Favretta MR, Stinner SB, Purrington FF, & Bater JE. 1991.
Invertebrates as bioindicator of soil use. In D.J. Greendland and I. Szabolcs
(eds). Soil Resiliense and Sustainable Land Use. CAB International. Oxon.