Anda di halaman 1dari 13

MENGHITUNG POPULASI DENGAN METODE MENANGKAP

MENANDAI DAN MENANGKAP ULANG (CAPTURE-RECAPTURE).

Disusun oleh :
Dian Faridah B1J014117
Kelompok :1
Asisten : Ibnul Hayat

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang membicarakan tentang hubungan timbal balik


antara organisme dan lingkungannya serta antara organisme itu sendiri. Dalam
proses hubungan timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi
satu dengan yang lain dan dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan
mempengaruhi kegiatan hidup organisme. Semua individu yang hidup dalam
suatu daerah membentuk suatu populasi. Dan beberapa populasi spesies yang
cenderung untuk hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu membentuk
suatu komunitas ekologi dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik
dan kimia disekelilingnya secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang
dipelajari dalam ekologi (Rustamsyah dkk, 1990).
Populasi merupakan suatu kelompok individu yang memiliki spesies yang
sama dan mendiami suatu area diwaktu yang sama. Populasi sendiri mempunyai
ciri khas yang menunjukkan identitasnya, misalnya kerapatan, natalitas,
mortalitas, penyebaran umur potensi biotik, tebaran dan bentuk pertumbuhan.
Sifatnya yang lain berhubungan dengan ekologi adalah sifat penyesuaian diri,
keserasian reproduksi ketahanan yaitu peluang untuk pelestarian jenis (Odum,
1996).
Banyak spesies hewan konservasi atau kepentingan ekonomi sulit untuk
survei karena mereka bergerak atau tersembunyi, dan hanya sebagian kecil dari
populasi terdeteksi dalam sampel apapun. Jarak sampling dan capture-recapture
metode memungkinkan untuk deteksi lengkap, tetapi dalam bentuk mereka lebih
sederhana setiap metode memiliki keterbatasan. Gabungan jarak dan metode
capture-recapture mengatasi masalah ketersediaan pengambilan sampel jarak
yang lengkap (Efford, 2011).

B. Tujuan

Praktikum ekologi hewan kali ini bertujuan untuk mengetahui jumlah


populasi dari Achatina fulica dengan metode Capture-Recapture (Metode
menangkap-menandai dan menangkap kembali).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kepadatan populasi merupakan ukuran populasi dalam hubungannya
dengan satuan ruang. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya individu atau
biomasa populasi persatuan luas atau volume. Dalam mempelajari kelimpahan
suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi
fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu,
pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbadaan-perbedaan
dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, jumlah
predator, dan sebagainya (Soetjipta, 1993). Kepadatan populasi dapat dibedakan
menjadi 3 (Umar, 2013) yaitu :
1. Kepadatan kotor, merupakan jumlah individu biomassa persatuan ruang.
2. Kepadatan ekologi, merupakan jumlah individu atau biomassa persatuan
ruang yang secara nyata tersedia untuk individu dalam populasi.
3. Kepadatan relatif, merupakan proporsi antara jumlah total individu
populasi persatuan waktu sebagai akibat adanya kelahiran dan imigrasi.
Perubahan kepadatan populasi dipengaruhi oleh empat parameter primer
dari populasi yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Meningkat atau
menurun suatu spesies tertentu, di karena salah satu dari parameter itu berubah.
Apabila natalitas dan imigrasi meningkat dalam populasi sedangkan emigrasi dan
mortalitas menurun, maka kepadatan populasi akan bertambah. Pertambahan
jumlah organisme kedalam populasi ini disebut laju kepadatan yaitu jumlah
organisme atau individu yang bertambah ke dalam populasi per satuan waktu
(Priyono, 2012).
Penyebaran populasi merupakan pola pergerakan individu-individu kedalam
atau keluar dari populasi yang disebabkan oleh dorongan mencari makan,
menghindar dari predator, pengaruh iklim, terbawa angin atau air, perilaku kawin
dan faktor fisik lain. Penyebaran populasi dapat terjadi melalui 3 cara (Umar,
2013) :
1. Emigrasi : merupakan pola pergerakan individu keluar dari daerah
populasinya ke tempat lain, dan tinggal permanen di tempat barunya.
2. Imigrasi : merupakan pola penyebaran individu ke dalam suatau daerah
populasi lain dan individu tersebut menetap di tempat baru.
3. Migrasi : merupakan pola penyebaran individu dua arah, ke luar dan
masuk atau pergi dan dating secara periodik selama kondisi lingkungan
tidak menguntungkan sehingga individu suatu populasi akan berpindah
tempat.
Metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture-recapture. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran
populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan
mamalia kecil. Metode perhitungan jumlah populasi denagn pendekatan indeks
Peterson / Lincoln merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan
umum. Metode ini menggunakan tahapan penangkapan tunggal dan penangkapan
kembali individu (metode Mark and Recapture) (Naughton, 1973).
III. DESKRIPSI LOKASI
Lokasi yang digunakan untuk praktikum yaitu sawah di belakang kampus
Fakultas Biologi. Suhu di lokasi tersebut 25oC dengan kelembapan udara sekitar
50%. Area yang digunakan sebagai tempat pengambilan dan pelepasan kembali
Ferjevarya cancrivora memiliki kerapatan vegetasi sekitar 40%. Vegetasi yang
ada di lokasi antara lain, pohon pisang, tanaman padi dan beberapa jenis rumut-
rumputan.
IV. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan saat praktikum adalah kuas. Bahan yang


digunakan yaitu katak sawah (Fejervarya cancrivora).

B. Metode

1. Fejevarya cancrivora diikat tali pada bagian tubuhnya .


2. Fejervarya cancrivora yang sudah diikat tali lalu dilepaskan kembali
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil penangkapan kembali Achatina fulica


No Parameter Jumlah
1 M

2 m

3 n

Perhitungan dengan rumus


𝑀.𝑛
N= 𝑚

M : individu
n : individu
m : individu
N= =
Gambar 1.
B. Pembahasan

Katak sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura mempunyai


arti tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura ekor). Ordo ini mempunyai ciri
umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai
leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan, hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat
(Duellman and Trueb, 1986). Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan
pupil mata horisontal dan vertikal. Beberapa jenis katak memiliki pupil mata
berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok.
Tubuh katak betina biasanya lebih besar daripada yang jantan (Iskandar, 1998).
Anura (katak) memiliki wilayah penyebaran yang luas seperti pada semua habitat
daratan dan air tawar, pemukiman penduduk, pepohonan, daerah sepanjang aliran
sungai atau air yang mengalir, serta pada hutan primer dan sekunder (Winata et
al., 2015). Kondisi lingkungan pesawahan dimanfaatkan F. cancrivora sebagai
tempat berlindung, mencari makanan dan bereproduksi. Lokasi lainnya
merupakan persawahan yang berada dekat dengan jalan raya, disamping itu
adanya aktivitas penduduk dapat berpengaruh bagi keberadaan F. cancrivora.
Aktivitas penduduk yang ada di area persawahan dapat menimbulkan kebisingan
yang membuat kondisi stres bagi katak. F. cancrivora pada saat bereproduksi
akan mencari tempat yang nyaman dan tenang (Saputra et al., 2014). Klasifikasi
dari Fejevarya cancrivora adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora
Estimasi parameter demografi (misalnya, kelangsungan hidup, keberhasilan
reproduksi, atau penyebaran) melibatkan analisis data pemantauan individu. Di
alam liar, ini diperoleh dari protokol capture-recapture, di mana individu yang
ditangkap, ditandai, dan dirilis di lingkungan mereka. Model CR memungkinkan
menyimpulkan proses demografi meskipun ketidakmungkinan praktis untuk
mendeteksi semua individu pada setiap sesi sampling. Karena memungkinkan
munculnya pertanyaan-pertanyaan penting dalam ekologi, manajemen dan evolusi
sementara akuntansi untuk ketidakpastian deteksi, metode CR telah menjadi
sangat populer di bidang biologi populasi (Gimenez, 2010).
Metode capture-recapture, merupakan metode yang sudah populer
digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal juga
sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini pada
dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang
akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang
mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode
waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua
minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah
individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi
individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu
yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara menandai hewan
bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan,
perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Aspek kunci dari model
SCR (capture-recapture) adalah probabilitas perjumpaan tergantung pada lokasi
perangkap berdasarkan jarak dari perangkap ke pusat aktivitas hewani. Model
SCR standar menentukan lokasi masing-masing individu dengan variabel laten,
misalnya si, yang diartikan sebagai pusat aktivitas atau pusat rumah individu dan
dalam model SCR adalah efek acak dengan distribusi terdahulu dan, pada intinya,
adalah realisasi dari sudut pandang spasial (Mollet et al., 2015). Namun, dalam
cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut
(Soegianto, 1994) :
 Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang
hilang atau rusak selama periode pengamatan.
 Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku
aktivitas dan peluang hidup.
 Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan
individu-individu lain didalam populasi.
 Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu
yang bertanda maupun tidak.
Dari dua kali hasil penangkapan tersebut diatas, dapat diduga ukuran
atau besarnya populasi (N : indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai
berikut:
𝑀.𝑛
N= 𝑚

Dengan catatan :
N : Taksiran jumlah individu populasi
M : Jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama
n : Jumlah total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda
maupun tidak bertanda
m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai taksiran jumlah individu
populasi (N) sebesar ekor dengan jumlah individu yang ditandai pada
penangkapan pertama (M) yaitu ekor, jumlah total individu yang tertangkap
kembali baik yang bertanda maupun tidak bertanda (n) sebanyak ekor dan jumlah
individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua (m)
sebanyak ekor. Menurut Ferial (2013), Besarnya populasi di alam maupun
kelimpahan populasi pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman
dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada
habitat tersebut. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi
faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya
kompetisi antar individu.
Adanya masalah kepadatan populasi yang berlebih (over crowding) dan
kepadatan populasi yang kurang (under crowding) cenderung bekerja sebagai
faktor pembatas dalam mengatur besarnya kepadatan populasi. Akibatnya adalah
adanya pengaturan ruang-ruang antar individu atau kelompok individu sehingga
mengakibatkan adanya individu yang tersingkirkan/terkucilkan dalam populasinya
(Umar, 2013).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai


berikut :
1. Nilai taksiran jumlah individu populasi (N) sebesar ekor dengan jumlah
individu yang ditandai pada penangkapan pertama (M) yaitu ekor, jumlah
total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda maupun tidak
bertanda (n) sebanyak ekor dan jumlah individu bertanda yang tertangkap
kembali pada penangkapan kedua (m) sebanyak ekor.
2. Metode capture-recapture merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung atau memperkirakan jumlah suatu populasi.

B. Saran

Saran yang sapat berikan pada praktikum kali ini sebaiknya asisten selalu
mendampingi praktikan saat praktikum berlangsung sehingga kesalahan yang
mungkin terjadi dapat diminimalisir.
DAFTAR REFERENSI

Efford, Murray G. 2011. Estimation Of Population Density By Spatially Explicit


Capture–Recapture Analysis Of Data From Area Searches. Ecology.
92(12) : 2202 – 2207.
Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Duellman, W.E. and L.Trueb. 1986.Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book


Company, New York.

Gimenez, O. and Choquet, R. 2010. Individual Heterogeneity In Studies On


Marked Animals Using Numerical Integration: Capture–Recapture Mixed
Models. Ecology. 9 1(4) : 951 – 957.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang
Biologi-LIPI.

Mollet, P., Kery, M., Gardner, B., Pasinelli, G., & Royle, A.J. 2015. Estimating
Population Size for Capercallie (Tetrao urogallus L.) with Spatial
Capture-Recapture Models Based on Genotypes from One Field Sample.
PLOS ONE, 10(137): 1-16.

Naughton, 1973. Ekologi Umum edisi ke-2. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta
Priyono, B., 2012. Ekologi Kuantitatif. Lembaga Informasi dan Studi
Pembangunan Indonesia, Jakarta.
Saputra, D., Setyawati, T.R., & Yanti, A.H. 2014. Karakteristik Populasi Katak
Sawah (Fejevarya cancrivora) di Pesawahan Sungai Raya Kalimantan
Barat. Protoblont, 3(2): 81-86.
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional.Surabaya.
Soetjipta, 1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Umar, M. R., 2013. Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Winata, E.Y., Purnama, A.A., & Karno, R. 2015. Jenis-Jenis Katak (Amphibi:
Anura) di Desa Kepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten
Rokan Hulu Provinsi Riau. Riau: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasir Pengaraian.

Anda mungkin juga menyukai