Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Salah satu cabang biologi adalah Ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari interaksi antara
mahluk hidup dengan lingkungannnya. Obyek kajian ekologi dibedakan menjadi ekologi hewan,
ekologi tumbuhan, ekologi gulma, ekologi parasit, dan lain sebagainya. Lingkungan hidup
dibedakan menjadi lingkungan biotic dan abiotik. Lingkungan biotic berupa hubungan atau
interksi interspesies atau intraspesies makhluk hidup, sementara lingkungan abiotik berupa
cahaya, pH, zat hara, dan lain sebagainya.
Dalam ilmu ekologi terdapat istilah populasi. Populasi merupakan kumpulan spesies
sejenis dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Arif, 2009). Pengetahuan tentang populasi
sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah berkembang menjadi semakin luas.
Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi
dari pertumbuhan meledak ataupun punah. Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam
arti mereka tumbuh, mendadakan pembedaan dan memelihara diri seperti yang di lakukan
organisme. Di samping itu populasi juga mempunyai organisasi dan struktur yang dapat
dilukiskan. Tetapi ada kalanya dalam praktek sehari-hari, pengertian populasi itu dinyatakan
dalam pengertian heterospesies dan polispesies.
Karakteristik populasi salah satunya adalah kepadatan (densitas). Keberadaan populasi
bersifat fluktuatif karena pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi jumlah populasi, entah itu
bertambah atau bahkan berkurang. Kepadatan populasi dapat dipengaruhi oleh natalitas,
mortalitas, imigrasi, dan emigrasi (Darmawan, 2005). Oleh karena itu, diperlukan kajian
mengenai struktur populasi, seperti pola-pola disperse, demografika, dan tabel kehidupan untuk
memahami pengendalian populasi agar tidak mengalami ledakan pertumbuhan atau bahkan
berkurang.

A. Pola-pola Dispersi
Dispersi (penyebaran) sangat mempengaruhi keberadaan populasi dalam suatu
ekosistem. Pola penyebaran dapat menentukan kepadatan populasi dalam suatu wilayah,
karena pola dispersi menentukan jumlah individu dalam suatu wilayah. Pengetahuan
mengenai disperse sangat penting, karena dapat membantu peneliti dalam mengetahui
tingkat pengelompokan individu yang mempengaruhi populasi dalam satu wilayah
(Soegianto, 1994). Densitas (kepadatan) populasi dalam suatu ekosistem bersifat fluktuatif.
Beberapa pola penyebaran individu menurut Schowalter (2011) adalah:
1. Pola dispersi regular (uniform), yaitu jika dalam suatu populasi terdapat interaksi
langsung antarindividu yang berlawanan dalam menggunakan sumber daya di alam,
misalnya kumbang kayu yang menyerang suatu pohon untuk kebutuhan hidupnya.
Serangan kumbang ini bertujuan untuk membentuk lubang pada kayu agar tumbuh
jamur yang menjadi makanan bagi lawva kumbang kayu.
2. Pola dispersi acak, yaitu ketika posisi individu tidak bergantung pada individu lain.
Pola disperse acak ini akan terbentuk bila tidak ada hubungan fisik maupun kimia suatu
individu terhadap individu lainnya. Misalnya persebaran kutu aphid (Aphid gossypii)
pada daun pohon oak.
3. Pola dispersi agregat (menggerombol) dihasilkan dari pengelompokkan individu akibat
kesamaan perilaku. Misalnya, gerombolan ulat Malacosoma disstria di pepohonan
dalam hutan.

Gambar 1. Tiga pola dasar penyebaran individu dalam suatu habitat (Krebs, 1789).

Pola-pola disperse dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hutchinson (1953) pada
Rani (2003), faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor vektorial, berasal dari pengaruh lingkungan, misalnya angin, kelembaban, dan
intensitas vahaya.
2. Faktor reproduksi, berasal dari model reproduksi suatu organism, misalnya cloning
3. Faktor sosial, dipengaruhi dari kemampuan adaptasi individu
4. Faktor koaktif, berkaitan dengan interaksi intraspesies, misalnya kopetisi atau
simbiosis
5. Faktor stokastik yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor sebelumnya.
Pola persebaran individu atau populasi dalam suatu habitat dapat dilakukan melalui 3
metode, menurut Krebs (1989) metode tersebut antara lain:
1. Metode Plot (kwadrat)
Metode ini umum digunakan untuk mencuplik berbagai tipe organisme, seperti
tumbuhan, gulma, hewan-hewan epifauna yang bergerak lambat atau sesil (menetap).
Metode ini biasanya berbentuk lingkaran atau persegi.

Gambar 2. Beberapa teknik penempatan plot dalam suatu wilayah penelitian


2. Metode Belt Transec
Metode ini umumnya digunakan untuk mempelajari ekosistem hutan dan belum
pernah diteliti sebelumnya. Metode ini sangat efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi berdasar kondisi tanah, topografi, serta elevasi. Metode belt transect
juga dapat digunakan untuk meneliti komunitas dalam ekosistem karang.

Gambar 3. Metode belt transect


3. Metode Jarak (Distance Methods/ Plotless)
Teknik ini dikembangkan oleh para peneliti untuk menghasilkan perkiraan yang
cepat terhadap tipe-tipe vegetas dalam hutan. Teknik sampling ini sangat efisien bila
disbanding metode kuadrat, karena teknik ini menghindari kekosongan lokasi
cuplikan, yaitu saat persebaran organism sangat minim.

Gambar 3. Skema sampling metode jarak oleh Byth & Ripley (1980) pada Rani (2003).

Kesimpulan

1. Pertumbuhan populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada lingkungan
tertentu dan pada waktu tertentu. Pertumbuhan populasi akan terjadi semakin cepat dan
tidak pernah berhenti (pertumbuhan eksponensial). Pertumbuhan ini terjadi apabila faktor
lingkungan tidak membatasi pertumbuhan. Pertumbuhan eksponensial dapat terjadi
sementara waktu sampai faktor pembatas seperti sumber makanan, pasangan, persaingan,
iklim, dan beberapa faktor lain turut ikut mempengaruhi pertumbuhan populasi tersebut.
2. Dispersi (penyebaran) sangat mempengaruhi keberadaan populasi dalam suatu ekosistem.
Pola penyebaran dapat menentukan kepadatan populasi dalam suatu wilayah, karena pola
dispersi menentukan jumlah individu dalam suatu wilayah. Pengetahuan mengenai disperse
sangat penting, karena dapat membantu peneliti dalam mengetahui tingkat pengelompokan
individu yang mempengaruhi populasi dalam satu wilayah
3. tabel kehidupan dapat menggambarkan sifat populasi yang lebih dalam, sehingga akan
menyajikan parameter-parameter populasi yaitu laju kelahiran (natalitas), laju kematian
(mortalitas) dan individu-individu yang keluar dan masuk dalam populasi (imigrasi dan
emigrasi).

Daftar Pustaka
Arief, M. Noer. (2009). Struktur Populasi Tumbuhan Gedambaan (Genus Artocarpus) Di
Kawasan
Hutan Lindung Desa Kedambaan Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten
Kotabaru. Banjarmasin: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNLAM.
Darmawan, R. 2005. Sains di Sekitar Kita. Jakarta: CV. Citramanunggal Laksana.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper Collins Publisher.
Rani, Chair. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme Bentik.
Jurnal Protein 19 (1): 1-15. ISSN: 1351-1368.

Schowalter, Timothy D. 2011. Insect Ecology: An Ecosystem Approach. USA: Louisiana State
University.

Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode ANalisis Populasi Komunitas. Jakarta:
Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai