Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi Lahan Basah

Lahan basah (wetland) adalah wilayah yang dimana tanahnya jenuh dengan air.
Menurut Cassel (1997) terdapat tiga parameter pada lahan basah yaitu hidrologi, vegetasi
hidrofitik dan tanah hidrik. Menurut klasifikasi Ramsar lahan basah dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu lahan basah pesisir, lahan basah daratan dan lahan basah buatan. Lahan
basah dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri biologis dan fisik. Dari pembagian tersebut
terdapat 30 kategori lahan basah alami dan 9 kategori lahan basah buatan (Notohadiprawiro,
2006). Menurut Davis (1996) Lahan basah dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:
1. Kawasan Sungai, meliputi lahan basah yang terdapt di sepanjang sungai.
2. Kawasan laut, meliputi kelompok basah, pesisir yang asin, pantai berbaru, terumbu
karang dan padang lumut.
3. Kawasan danau, meliputi lahan basah yang berhubungan dengan danau dan
biasanya berair tawar.
4. Kawasan muara meliputi sungai, delta, rawa pasang surut yang berair payau dan
hutan bakau.
5. Kawasan rawa meliputi, tempat-tempat bersifat merawa seperti hutan rawa gambut,
rawa rumput.
Lahan basah juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
1. Menurut cara terbentuknya, dibagi menjadi lahan basah alami dan lahan basah
buatan. Lahan basah alami terdiri dari kawasan laut (marine), kawasan muara
(estuarine), kawasan danau (lacustrine), kawasan sungai (riverine), dan kawasan
rawa (palustrine) sedangkan lahan basah buatan, yaitu seperti sawah, tambak ikan,
kolam budidaya, waduk, kanal dan lahan pertanian beririgasi.
2. Berdasarkan untuk kepentingan pelingkupan AMDAL, dibagi menjadi 2 yaitu
klasifikasi A dan Klasifikasi B. Klasifikasi A terdiri dari hutan rawa, dan tanpa
hutan (lebak dan bukan lebak) sedangkan klasifikasi B terdiri dari pasang surut
(seperti hutan bakau, rawa, muara sungai, tambak, dll.) dan non pasang surut
(hutan rawa gambut, situ, telaga, sawah tadah hujan, dll.).
3. Menurut The national Strategy and Action Plan For The Management of Indonesia
Wetland-Ministry of Environment, Lahan basah terdiri dari lahan basah pesisir
(dataran lumpur, dataran pasir, terumbu karang, hutan bakau), rawa (hutan rawa,
rawa sagu, rawa padang), aliran air (sungai, muara sungai, dataran banjir dan
lebak-lebung) dan danau, bendungan dan lahan basah buatan (sawah, tambak,
danau, situ, kolam).
Berdasarkan karakteristik sistem lahan, lahan basah di Indonesia dapat dikelompokan
menjadi enam tipe, yaitu;

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Rawa pasang surut (Tidal swamps)


Rawa musiman (Seasonal swamps)
Dataran Aluvial (Alluvial plains)
Sabuk meander (Meander belts)
Rawa gambut dan marshes (peat swamps and marshes)
Dataran banjir
(Poniman, A., Nurwadjedi dan Suwahyuono. 2006)

Sumber
Muhammad Rifani. 1998. Karakteristik Ekosistem Pertanian Lahan Basah, Ditjen Dikti
Depdikbud
Notohadiprawiro, T. 2006. Lahan Basah. Ilmu tanah Universitas Gadja Mada dalam Seminar
Nasional Pemberdayaan Lahan Basah Pantai Timur Sumaterayang berwawasan
lingkungan menyongsong abad ke 21. Universitas Jambi
Cassel, D.K. 1997. Foreword dalam M.J. Vepraskas dan Sprecher. Aquatic Conditions and
hydrics soil: the problem soils. SSSA spesial publication No.50
Poniman, A., Nurwadjedi dan Suwahyuono. 2006. Penyediaan informasi spesial lahan basah
untuk mendukung pembangunan nasional. Forum Geografi, Vol. 20 No. 2

Anda mungkin juga menyukai