Anda di halaman 1dari 11

Nama : Erlinda Marito Pulungan

Nim : 0310183123

Kelas : T.Bio 1 / Sem V (Lima)

Sejarah Penyebaran Hewan di Permukaan Bumi yang Meliputi Dispersal dan


Migrasi Hewan di Permukaan Bumi

Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka


panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat
kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal
bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Secara garis besar penyebaran
serangga hama dalam ruang dibedakan menjadi tiga bentuk penyebaran yaitu :

A. Penyebaran Acak

Pada bentuk ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang
tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada
pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama dalam satu
titik di dalam ruang, bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang lain. Contoh
hama yang melakukan penyebaran secara acak adalah wereng batang coklat.

B. Penyebaran Teratur

Pada bentuk penyebaran teratur ini kepadatan populasi serangga hama hampir merata.
Oleh sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan
sama. Bentuk penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang
mempunyai sifat kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan terpisah
antara satu dengan yang lain. Bentuk penyebaran teratur secara matematik akan dicirikan
dengan besarnya nilai keragaman akan lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan
kepadatan populasi yang relatif homogen tersebut.
C. Penyebaran Mengelompok

Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak,
dimana kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan
dipengaruhi oleh atau pun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada
pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama yang lain
akan saling mempengaruhi. Contoh serangga yang menyebar secara mengelompok adalah
semut

Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka


panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat
kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal
bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Perpindahan hewan yang
kembali ke tempat asalnya disebut migrasi (Nybakken, 1988). Biogeografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang dipelajari
mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam biogeografi
dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya melintasi
berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran
organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu, faktor
penghalang reproduksi dan endemisme menjadi pengendali penyebaran organisme.

Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan, spesies-spesies berasal dari suatu


tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut kemudian
mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah
yang ditempatinya. Akibat dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi ini terbentuk
kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang berbeda-beda. Luas
daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan dengan kesempatan dan
kemampuan mengadakan penyebaran. Biogeografi mempelajari penyebaran hewan maupun
tumbuhan di permukaan bumi. Ilmu yang mempelajari peyebaran hewan di permukaan bumi
disebut zoogeografi. Penyebaran hewan berdasarkan luas cakupannya dapat dibedakan
menjadi cakupan geografis, cakupan geologis, dan cakupan ekologis. Cakupan geografis
yaitu daerah penyebarannya meliputi daratan dan sistem perairan. Cakupan geologis, yaitu
keadaan daratan dan lautan di masa lampau. Cakupan ekologis adalah daerah penyebarannya
dengan kondisi lingkungan yang sesuai (Sugianto, 1994).
D. Pola distribusi makhluk hidup dalam waktu

Sebagian besar organisme tersebar pada beberapa tahap dari siklus hidup mereka. Mereka
meninggalkan lingkungan asal mereka baik secara permanen maupun musiman untuk habitat
yang lebih sesuai. Perpindahan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup individu,
khususnya yang muda, yaitu kelompok yang paling rentan untuk menyebar, karena tidak ada
ruang untuk semua dalam lingkungan asal mereka (Backus, 1986). Dalam skala ruang dan
waktu yang berlangsung secara berulang kali dengan teratur, pola distribusi tumbuhan
Angiospermae telah bermigrasi dari belahan bumi bagian selatan ke utara yang secara
fitogeografis proses tersebut adalah sebagai bagian dari proses evolusi organis (Cox and
Moore, 1973). Dalam proses evolusi, skala waktu juga sering turut menunjang proses seleksi
alam dan mutasi dalam antisipasi tumbuhan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya.
Dengan kemampuan adaptasi tersebut, pola distribusi vegetasi dari "spesies baru” biasanya
mempunyai daya pemencaran spasial yang lebih luas (Hoshizaki and Moran, 2001).

Faktor amplitudo ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi perubahan waktu
(temporal), yang dapat menentukan dan mempengaruhi distribusi vegetasinya, contohnya
adalah tumbuhan yang reproduksinya berlangsung secara generatif (seksual), proses
hibridisasi antara jenis tumbuhan yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang secara
genetik sama.tetapi karena terjadi perubahan kondisi lingkungannya, tumbuhan tersebut harus
beradaptasi sesuai dengan lingkungannya dan amplitude ekologinya yang baru dengan
perangkat genetik baru pula sebagai hasil seleksi alam atau mutase. Pergerakan migrasi
dibagi menjadi tiga kategori, yang paling sering terjadi adalah pengulangan perjalanan
kembali yang telah dibuat oleh individu. Seperti migrasi harian atau tahunan, jangka pendek
atau jngka panjang. Zooplankton dalam lautan bergerak ke bawah menuju wilayah yang lebih
dalam seharian dan bergerak ke permukaan pada malam hari. Pergerakan ini muncul sebagai
respon terhadap intensitas cahaya. Kelelawar meninggalkan tempat tinggal mereka pada sore
hari untuk berkelana mencari makan dan kembali saat fajar muncul. Cacing tanah secara
tahunan melakukan migrasi vertikal lebih dalam ke dalam tanah untuk menghabiskan musim
dingin dan kembali ke atas permukaan tanah pada musim gugur dan panas. Rusa bagal di
pegunungan barat bergerak dari musim panas permukaan lereng utara menuju ke tempat yang
dingin.
Tipe kedua dari migrasi adalah hanya satu perjalanan kembali. Seperti migrasi yang
umum untuk beberapa spesies salmon daerah Pasifik. Ikan salmon menetas di laut kemudian
melakukan migrasi menuju sungai, lalu tumbuh hingga dewasa dan kembali ke laut untuk
bereproduksi dan kemudian akan mati. Tipe ketiga dari migrasi contohnya pada kupu-kupu
monarch, melakukan migrasi dan tidak kembali ke utara namun keturunannya yang kembali
ketempat asalnya. Sekitar 70% generasi kupu-kupu monarch terakhir pada musim panas
bergerak menuju selatan untuk musim dingin di tanah tinggi Meksiko, perjalanan ini
melintasi sekitar 14000 km. Dari musim dingin bergerak pada bulan Januari dan tiba di
kedalaman selatan Amerika diawal musim gugur mereka memulai untuk generasi yang baru
(Sugianto, 1994).

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu

Alasan untuk melakukan migrasi bervariasi pada setiap spesies. Termasuk kondisi cuaca
yang ekstrim, perubahan suhu dan fotoperiodik lingkungan, kompetisi intraspesifik dan
interspesifik untuk sumber daya, predasi dan parastisme, dan perubahan dari ketersediaan
makanan, tempat tinggal dan sumber daya lainnya. Penyebaran hewan dapat pula
berhubungan dengan periode waktu yang lebih panjang seperti siklus tahunan, tahap-tahap
suksesi, atau perubahan evolusi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu, yaitu:

a. Faktor Biotik

Merupakan, faktor hidup, atau terkait dengan kehidupan. Yang termasuk biotik yaitu
manusia, hewan (fauna), tanaman (flora), jamur, protista dan bakteri. Makhluk hidup seperti
manusia, hewan dan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran
tumbuhan. Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan
persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. Manusia juga mampu
mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau
perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap
kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah hutan diubah menjadi daerah
pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,atau
pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.
Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur
memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi
kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.
contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam
penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan
tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan
dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.

b. Faktor Abiotik

Merupakan, komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk
komponen abiotik adalah, tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta
matahari. Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, seperti bernapas, tumbuh,
berkembang biak, makan dan minum, berekresi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan
melakukan aktivitas. Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim
di bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis
tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor
adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak
gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang
menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang
berbeda-beda.

Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di


bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan
persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia sebelah utara Himalaya,
Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika
Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi
Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia
(australian) meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya.

F. Faktor Sejarah Geologi


Kira-kira 200 juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua utama
bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea. Hipotesis ini disampaikan
seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini disampaikan lewat
bukunya yang berjudul Asal-usul Benua-benua dan Lautan. Pada awal tahun 1960-an, bukti-
bukti mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan. Benua-
benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap. Terbukanya laut
Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika
Selatan bersatu secara langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke
Amerika Barat dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta
tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa hewan dan
tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo bermigrasi ke Amerika
Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan tumbuhan dari Amerika Barat seperti
oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik
dalam skala besar maupun kecil berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti
yang kita saksikan saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang,
misalnya ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan sangat
awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya. Akibatnya terjadilah
subspesies tadi.

Australia adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-benua
memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun lalu, Australia
dihubungkan dengan Antartika. Hewan khas Australi, yaitu mamalia berkantung
(marsupialia), yang ada pula meski sedikit di Amerika Selatan, secara nyata terlihat sudah
bergerak di antara kedua benua ini lewat Antartika.

G. Faktor Penghambat Fisik

Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi)
seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).
Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi
penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies
burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles
Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch
dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang
berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada
hubungannya dengan jenis makanan.

H. Faktor Penyebab Terjadinya Dispersal

Dispersal merupakan factor pembatas dalam penyebaran serangga, factor penghambat


antara lain dorongan mencari makan, menghindari predator, factor iklim, atau terbawa oleh
angin.

a. Dorongan mencari makan

Makanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dari morfologi
serangga seperti pada Aphids yang mempunyai sayap yang akhirnya meninggalkan koloni
awal yang telah kelebihan kapasitas. Sebagai contoh penyebaran Aphid diakibatkan karena
kurangnya makanan, kelebihan populasi, dan ingin kawin

b. Menghindardari predator

Salah satu penyebab serangga hama meninggalkan habitat aslinya karena munculnya
predator yang dapat mengendalikan serangga tersebut. Sehingga, serangga tersebut
meninggalkan habitat asli dan terjadi dispersal yang dilakukan oleh serangga hama.

c. Terbawa angin atau air

Serangga dapat terbawa oleh angin atau air ke daerah lain, sehingga serangga tersebut
terbawa dan menetap pada daerah lain.

d. Perilaku kawin dan factor fisik lainnya

Serangga dapat tersebar akibat dari keinginan kawin kepada lawan jenis, sehingga
serangga tersebut akan berpindah misalnya Aphids akan menumbuhkan sayap agar dapat
mencari lawan jenis apabila terjadi persaingan dalam perkawinan. Tersebarnya serangga bisa
juga disebab faktor sex ratio, dimana ketidakseimbangan perbandingan antara serangga
jantan dan betina bisa menyebabkan salah satu serangga melakukan penyebaran untuk
mencari pasangan untuk melakukan kopulasi.

e. KemampuanTerbang

Kemampuan serangga dalam menyebar ditentukan dengan kemampuan terbang dari


serangga apakah dapat mampu terbang dengan jarak yang jauh atau dekat, sebagai contoh
belalang memiliki sayap namun jarak terbangnya lebih pendek bila dibandingkan dengan
ngengat dan kupu-kupu yang juga memiliki sayap namun memiliki jarak tempuh yang jauh.

A.
I. Macam-Macam Dispersal

1. Migrasi

Migrasi serangga adalah pergerakan musiman serangga, terutama spesies capung,


kumbang, kupu-kupu dan ngengat. Jarak migrasi dapat bervariasi, tetapi kebanyakan
melibatkan banyak individu. Terkadang individu yang bermigrasi dalam satu arah tidak
kembali dan generasi selanjutnya mungkin bermigrasi ke arah yang berbeda. Contoh
serangga yang bermigrasi adalah kupu-kupu monark yang bermigrasi dari Kanada selatan ke
Meksiko tengah. Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan, yang pada binatang dapat
diperluas artinya menjadi, perpindahan dari satu habitat ke habitat yang lain yang lebih baik
(cocok). Fenomena perpindahan ini umum terjadi pada binatang, termasuk serangga. Perilaku
ini terutama dipicu oleh kondisi lingkungan abiotik yang tidak mendukung, misalnya karena
terjadi perubahan suhu dan kelembaban yang drastis akibat perubahan musim. Perubahan-
perubahan tersebut berdampak pula terhadap ketersediaan pakan bagi si serangga, sehingga
alasan lain perpindahan secara massal ini juga dalam rangka untuk mendapatkan lokasi yang
menyediakan pakan, dan biasanya sekaligus sebagai tempat berbiak yang lebih memadai.

Migrasi dilakukan oleh banyak spesies serangga, meskipun hanya beberapa serangga
yang tercatat melakukan migrasi yang dikategorikan fenomenal, contohnya migrasi musiman
Kupu-kupu Raja (Monarch Butterfly), Danaus plexippus (Lepidoptera: Danaidae). Pada
musim dingin mereka berpindah dari daerah asal di Amerika Utara (termasuk Kanada) ke
bagian selatan yang lebih hangat, misalnya di wilayah selatan-tengah Meksiko (Garland &
Davis, 2002), atau Kuba (Dockx et al., 2004)dalam Putra (2009). Setelah musim semi tiba,
mereka akan bergerak pulang ke daerah asalnya di bagian utara Amerika. Jarak yang mampu
mereka tempuh tercatat sampai 4000 km. Sparks et al. (2007)dalam Putra (2009) tentang
peningkatan migrasi serangga, misalnya kupu-kupu dan ngengat di Eropa, memunculkan
kekuatiran bahwa perubahan frekuensi dan pola migrasi serangga juga menunjukkan
terjadinya perubahan lingkungan yang berujung pada ketidakstabilan lingkungan, seperti
yang juga dikuatirkan oleh Brower dan Malcolm (1991)dalam Putra (2009), yaitu bahwa
perubahan pola migrasi pada dasarnya dapat dimaknai sebagai perubahan lingkungan hidup
yang kemungkinan berakibat pada kepunahan spesies-spesies binatang, termasuk serangga.

2. Imigrasi

Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah
terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. Contohnya
perpindahan hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) dari suatu daerah
pesawahan ke daerah pesawahan lainnya sehingga terjadi peningkatan populasi hama wereng
batang coklat didaerah pesawahan yang didatanginya.

3. Emigrasi

Emigrasi serangga adalah pemencaran atau perpindahan individu serangga keluar


daerah populasi atau ke luar dari habitat populasinya. Emigrasi ini akan mengakibatkan
penurunan populasi serangga tersebut didaerah habitatnya Contohnya. Kutu daun (Aphids)
sering dipindah oleh semut ke bagian tanaman atau tanaman lain untuk keperluan makanan
(embun madu). Larva instar pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang
aktif bergerak dan menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah.

J. Dispersal Sebagai Faktor Pembatas

Dispersal atau penyebaran disatu sisi sangat berperan dalam perpindahan serangga
dari suatu tempat ke tempat lainnya namun di sisi yang lainnya penyebaran ini dapat menjadi
faktor pembatas dalam perkembangan serangga berkaitan dengan :

a. Ketersediaan makanan

Emigrasi suatu serangga hama ke suatu tempat akan mengakibatkan meningkatnya


populasi serangga pada daerah tersebut, disisi yang lain ketersediaan makanan/pakan tidak
mengalami peningkatan pada saat yang bersamaan akibatnya akan terjadi persaingan dalam
memperoleh nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi bagi serangga dampaknya akan
meningkatkan mortalitas dan penurunan natalias, Jika makanan tersedia dengan kualitas yang
sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka
populasinya akan menurun.Disaat yang bersamaan peningkatan populasi hama yang ada di
areal berarti ketersediaan makanan bagi musuh alami juga semakin banyak,sehingga populasi
musuh alami juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi, peningkatan
proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan,sehingga mengurangi juga
ketersediaan pakan bagi musuh alami. Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan
tingkat reproduksi, Menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh
alami menurun, makatekanan terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah
hama dilapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat, makan
populasi musuh alami juga akan meningkat

b. Kemampuan berkembangbiak

Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan


berkembang biak dan perbandingan kelamin.Perbandingan kelamin yang dimiliki hama
umumnya 1:1 namun pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat berubah. Misalnya
pada keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan antara jantan dan betina
menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan sedikit jumlah jantan dapat mencapai
90% sehingga populasi berikutnya menurun.

c. Tidak Tersedianya Habitat/Ruang

Habitat adalah tempat dimana hama dapat hidup. Hal initermasuk tempat istirahat,
sembunyi, perlindungan ataupun tempat tinggal danbersarang. Menghilangkan atau
mengurangi habitat yang disukai hama membuatpertumbuhan hama menjadi jauh berkurang.
Masuknya serangga hama ke suatu areal dapat mengurangi ketersediaan habitat sehingga
terjadi persaingan dalam memperoleh ruang dan tempat, serangga yang kalah dalam
persaingan ruang dan tempat populasinya akan menurun.

d. Kompetisi intraspesifik

Masuknya serangga ke suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya Kompetisi


intraspesifik, ini terjadi karena kepadatan populasi yang sedemikian rupatingginya, sehingga
kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan kebutuhanhidup lain dari populasi tersebut
menjadi di luar kemampuan daya dukung alamIingkungannya untuk menyediakan atau
mendukung kelangsungan hiduppopulasi tersebut. Akibatnya individu yang lemah akan
tertekan atau mati, ataumeninggalkan tempat tersebut pergi ke tempat lain, dan bahkan
kondisi demikiandapat rnendorong terjadinya kanibalisme.

REFERENSI :

Nybakken, W. 1988. “Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis”. PT. Gramedia, Jakarta.

Sumarto S dan Roni.,2016.”Ekologi Hewan”.Bandung : CV.Patra Media Grafindo.

Smith, R.L. 1990. “Ecology and Field Biology Fourth Edition”. West Virginia
University, USA.

Sugianto, Agoes. 1994. “Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi Komunitas”.


Usaha Nasional, Jakarta.

Subagja, Y ; S.W. Utomo, dan S.A. Khalif. 2001. “Ekologi”. Universitas Terbuka Pusat
Penerbitan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai