PENDAHULUAN
1
Populasi adalah kumpulan keompok makhuk hidup yang sama jenisnya
yang mendiamii suatu ruangan khusus. Etimasi populasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk melakukan penghitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan
popuai satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau
biomassa per unit. Atau peratuan luas, atau persatuan voume.
Kerapatan popuasi adalah ukuran besarpopulai yang berhubungan dengan
satuan ruang yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai cacah individu atau
biomassa persatuan luas per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan
dua cara yaitu secaara absout dan relative. Cara mengukur kerapatan absolute
dengan 2 cara yaitu menghitung seluruh individu, dan metode sampling
(widyleksono, 2012) Dalam suatu ekosistem terdapat fluktuasi kepadatan popuasi
untuk mempermudah dalam mengitung kepadatan suatu popuasi maka dibuat suatu
simulasi cara penghitungan kepadatan populasi, yaitu dengan metode CMRR.
2
1.4 Sistematika Penyajian Laporan
Laporan ini terdiri dari 5 Bab yaitu :
Bab I pendahuluan : berisi latar belakang,, tujuan, ruang lingkup serta
sistematika penajian laporan praktikum
Bab II Tinjauan Pustaka : berisi uraian mengenai vegetasi di hutan Aek
Nauli, serta teori popuasi serangga
Bab III Metodologi : Menggambarkan tentang metode pelaksanaan kuliah
lapangan yaitu waktu dan lokasi, alat dan bahan, prosedur kerja dan analisis
data
Bab IV Hasil dan Pembahasan : yaitu mengurai tentang hasil analisis
estimasi populasi serangga
Bab V Kesimpulan : Menyajikan Kesimpulan dari hasil praktikum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Aek Nauli mayoritas terdiri dari suku Batak Toba dan Jawa. Mata
pencaharian penduduk ada yang berladang seperti menanam kopi, ubi kayu,
sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahasa yang dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah bahasa Toba dan bahasa Indonesia.
Tujuan dari pemulihan yang dilakuakan dikawasan hutan tersebut
adalah untuk mengembalikan komposisi dan struktur vegetasi mendekati
kondisi semula sebelum terjadinya gangguan. Dengan demikian, ekosistem
hutan KHDTK Aek Nauli dapat kembali menjalankan peran dan fungsinya
sebagai kawasan hutan lindung.
Agar pemulihan ini dapat berjalan baik dan berhasil, diperlukan
informasi komposisi dan struktur vegetasi dikawasan hutan, baik pada
ekosistem hutan yang masih baik maupun yang telah mengalami gangguan.
Tersedianya kondisi acuan merupakan komponen penting dalam kegiatan
pemulihan kawasan hutan.
5
2.1.3 Kondisi fisik lapangan
2.1.5 Iklim
Kawasan Aek Nauli terletak di ketinggian 426 m di atas permukaan laut,
iklim di sini yaitu beriklim tropis. curah hujan di Aek Nauli adalah signifikan, yaitu
dengan presipitasi bahkan selama bulan terkering. klasifikasi iklim koppen geiger
adalah Af. suhu rata-rata tahunan di tempat ini adalah 24.4°C di Aek nauli. Curah
hujan tahunan rata-rata adalah 2892 mm.
bulan kemarau atau kering terjadi dibulan Juli, yaitu dengan 166 mm hujan.
Pada bulan Oktober, endapan dapat mencapai puncak, yaitu dengan rata-rata 349
mm.
6
Dan dibulan mei mungkin merupakan bulan terhangat sepanjang tahun.
Karena suhu rata-rata mungkin 25.0°C pada 24.0°C rata-rata, november adalah
bulan dengan suhu dingin tahun ini.
Perbedaan dalam presipitasi antara bulan kemarau dan bulan hujan adalah
183 mm. variasi dalam suhu tahunan adalah sekitar 1,0 °C.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 759 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 15 hari.
7
lateral antara nota dan pleura. Pada umumnya serangga mempunyai dua pasang
sayap yang terletak pada ruas mesotoraks dan mmetatorak. Pada sayap terdapat
pola tertentu dan sangat berguna untuk identiikasi (Borror, dkk,. 1992).
Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian luar tubuhnya
(eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras sehingga dapat menjadi
pelindung tubuh. Pada dasarnya, eksoskeleton serangga tidak tumbuh secara
terus-menerus. Pada tahapan pertumbuhan serangga eksiskeleton tersebut harus
ditanggalkan untu menumbuhkan yang lebih baru dan lebih besar lagi (Hadi,
2009).
8
Contoh dari ordo ini adalah lalat (Musca domestica), nyamuk biasa (Culex
natigans), dan nyamuk (Anopheles sp dan Aedes Aegepty).
g. Ordo Coleoptera
Contoh serangga dalam kelompok ini adalah kumbang kelapa (Orytec
rhynoceros), kumbang buas air (Dystisticus marginalis), serta kumbang beras
(Calandra oryzae).
h. Ordo Lepidoptera
Mempunyai 2 pasang sayap yang tertutup bulu atau sisik. Antena agak
panang, mulut pada larva bertipe pengigit dan pada dewasa penghisap. Contoh
kupu-kupu ulat sutra (Bombyx mori) (Akbar, 2012).
9
Spesies serangga masing-masing memiliki jangka perkembangan
bagian serangga yang berbeda-beda. Ada serangga yang siklus hidupnya
beberapa hari,bahkan hidup lebih dari satu bulan (Nenet, 2005)
e. Umur Imago
Serangga umumna memiliki umur imago yang pendek. Ada yang
bebeapa hari, akan tetapi ada juga yang sampai beberapa bulan. Semakin lama
umur imago betina, maka akan lebih sering kesempatan untuk bertelur
(Natawigena, 1990)
2. Faktor luar
a. Suhu dan kisaran suhu
Pengaruh suhu jelas telihat pada proses fisiologiserangga. Suhu tertentu
aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang.
Kisaran suhu yang efektif untuk aktivitas serangga adalah 15 oC (suhu
minimum), 25o C (suhu optimum, 45oC(suhu maksimum) (Jumar, 2000).
b. Kelembaban/hujan
Kelembaban yang dimaksud adalah kelembaban tanah, udara, dan tempat
hidup serangga yang merupakan faktor penting yang mempengaruhi distibusi,
kegiatan, serta perkembangan serangga. Serangga umumnya memiliki kisaran
toleransi terhadap kelembaban optimum yang terletak dalam titik maksimum
73-100%.
c. Cahaya / warna / bau
Cahaya adalah faktor lingkungan abiotic yang besar pengaruhnya
terhadap serangga seperti lamanya hidup, cara bertelur, berubah arah terbang,
karena banyak serangga yang mempunyai reaksi positif terhadap cahaya
(Natawigena, 1990).
Selain tertarik pada cahaya, diemukan juga serangga yang tertarik oleh
wrna seperti warna hijau dan kuning. Sesungguhnya serangga memiliki
preferensi tersendiri terhaap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna
bunga.
d. Angin
10
Angin berperan dalam membantu penyyebaran serangga, terutama bagi
seranga yang berukuran kecil misalnya Apid sampai terbang terbawa angin
sampai sejauh 1.300 km (Jumar, 2000).
11
sabun dan formalin lalu diamkan dibawah cahaya lampu. Serangga
tertarik terhadap cahaya lampu yang kemudian akan terjatuh
kedalam wadah tersebut ( Sugeng, 2010).
Pemasangan perangkap dapat dilakukan pada pukul 18.00-19.00
WIB. Pemantauan 10 menit sekali dan dilakukan selama 1 jam (Aji,
2018).
Pada praktikum ini metode yang digunakan adalah pitfall trap dan light trap.
Meetode pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan engan sistem
perangkap, khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari
metode pitfall trap adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar
jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis
binatang permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Metode pitfall
trap tidak digunakan untuk mengukur besarnya populasi namun dari data yang
diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks
diversitasnya ( Joshua, 2012).
Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies
serangga yang hidup atau yang menempati, untuk mengetahui keanekaragaman
serangga yang hidup di area tertentu maka dapat mengunakan perhitungan
menggunakan rumus Indeks Dominansi (D), Indeks Sympson (SID), dan Shanon
Wiener (H’)
12
Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam
memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam
suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran,
produksi dan hubungan lainnya.
Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks
keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut
spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional.
Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada
pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas karena
batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat fisika
lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total individu
dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan
dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
13
sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang
dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture mark release recapture
(Suin, 1989).
Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies disatu lokasi tunggal maka
idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat
diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan
sebagainya. Perbedaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat dikorelasi dengan
cuaca, jenis tanah, cacah predator dan sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah
oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat
mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk
tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai
ekstrim lain besarnya populasi juga dapat mencerminkan ketersediaan beberapa
sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi
oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta,
1993).
Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak
suatu populasi, ternyata dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu
populasi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut
dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan
secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan
waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu menghitung seluruh
individu dan metode sampling (Widyaleksono, 2012).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua
pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan
ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup
besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang
untuk meningkatkan populasi tersebut. Penyelidikan tentang dinamika populasi,
pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam
populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan
volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur
14
untuk menghitung produktifitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis
dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Rakhmanda,
2011: 1).
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti
berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung
makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil
populasi.(PETERSON) (Sukarsono,1992).
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah
dengan cara menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus),
namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal
tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk atau rusa.
Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa
individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan hewan
dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan
(Sukarsono,1992).
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai
dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung
sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat
rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau
fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus,
belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark
release recapture (Sukarsono,1992).
15
hewan. Umum Prinsip CMR percobaan adalah untuk menandai individu dalam sesi
capture pertama dan kemudian merekam proporsi individu yang ditandai dalam sesi
merebut kembali berikutnya (Williams, 2001) dalam (Petit, 2005).
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu
dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan
atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk sampling populasi rumput di
padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar
dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk
hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat
diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMRR)
(Suin, 1989).
Dalam kejadian yang tidak praktis, untuk menerapkan kerapatan mutlak suatu
populasi, ternyata dianggap cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu populasi.
Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara
relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti
melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu.
Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Cara mengukur
kerapatan absolut ada, yaitu:
a. Mengitung seluruh individu di suatu daerah, contoh: sensus
b. Metode sampling, dengan metode Peterson atau metode Eschmeyer (capture
and recapture methode) (Widyaleksono, 2012).
Metode CMRR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai,
melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang
bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971)
menyatakan bahwa penerapan metode CMRR dengan asumsi- asumsi sebagai
berikut.
1) Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah
hilang.
2) Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.
3) Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat
dihitung).
16
4) Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.
5) Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil
sampling selanjutnya.
6) Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur
dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai
kemampuan yang sama untuk ditangkap.
7) Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap
(Wheather, 1995:208)
17
BAB III
METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Lokasi tempat diadakannya penelitian Analisis Keanekaragaman Tumbuhan
berada di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK), Aek Nauli, Sumatera Utara (Sumut).
4 Spidol 1 pcs
18
Tabel 2. Bahan
No Bahan Jumlah
4. Drosophila sp (lalat) 4
19
BAB IV
3 Paederus littoralis 1 - - -
(tomcat)
4 Drosophila sp (lalat) 2 - 2 1
Jumlah 10 12 22 4
Maka dari data jenis spesies serangga yang muncul dapat diperoleh hasil
analisis kelimpahan populasi serangga dengan menggunakan metode Lincoln-
Peterson dan Metode Schanabel dalam table berikut ini:
20
3 1 1 1 - 1 1 2 1 - 6 0,33 -
4 4 2 4 1 8 16 1 2 8 4 2,25 0,25
∑ 43 17 44 11 292 2224 9 81 58,3 31 2,88 2,99
4.2 Pembahasan
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk hidup yang
sama spesies, yang mendiami suatu ruang khusus yang memiliki berbagai
karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai
memiliki kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Estimasi
populasi digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi.
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah atau biomasa oer unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau
persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan
kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit
tersebut.
Pada pengamatan ini dengan penangkapan serangga berupa belalang, lalat,
jangkrik dan tomket yang dilakukan dengan menggunkan jaring., setelah itu
menandai setiap seranggga yang tertangkap lalu melepaskannya kembali. Hal ini
dilakukan sebanyak 3(tiga) kali pengulangan. Namun, penangkapan hingga 3(tiga)
kali tidak semua yang ditandai tertangkap kembali. Hal ini disebabkan karena
banyaknya populasi serangga sehingga sulit untuk mendapatkan kembali belalang
yang telah ditandai.
Adapun analisis yang didapat dari data hasil pengamatan hasil N sebesar
12,99 dengan nilai variasi 15,61 dan nilai standart yaitu 28,4. Pada percobaan
tersebut didapatkan. Hal ini menandakan bahwa serangga yang terdapat pada lokasi
penangkapan tersebut memiliki jumlah yang banyak serta tingginya mobilitas dan
persebaran spesies-spesies yang berada di lokasi tersebut.
21
BAB V
KESIMPULAN
Pada pengamatan yang kami lakukan di aek nauli dapat di simpulkan bahwa
pengamatan ini dengan penangkapan serangga berupa belalang, lalat, jangkrik dan
tomket yang dilakukan dengan menggunkan jaring., setelah itu menandai setiap
seranggga yang tertangkap lalu melepaskannya kembali. Hal ini dilakukan
sebanyak 3(tiga) kali pengulangan. Namun, penangkapan hingga 3(tiga) kali tidak
semua yang ditandai tertangkap kembali. Hal ini disebabkan karena banyaknya
populasi serangga sehingga sulit untuk mendapatkan kembali belalang yang telah
ditandai.
Adapun analisis yang didapat dari data hasil pengamatan hasil N sebesar
12,99 dengan nilai variasi 15,61 dan nilai standart yaitu 28,4. Pada percobaan
tersebut didapatkan. Hal ini menandakan bahwa serangga yang terdapat pada lokasi
penangkapan tersebut memiliki jumlah yang banyak serta tingginya mobilitas dan
persebaran spesies-spesies yang berada di lokasi tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Borror, DJ, dkk. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi Keenam. Penerjmah
Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru – Van
Hoeve : Jakarta
23
Odum, E.P. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press, 1971.
Petit and Valerie. 2005. Estimating Population Size with Noninvasive Capture-
Mark-Recapture Data. Jurnal Conservation Biology. Vol 20 ( 4): 1062–
1073
Rakhmanda, Andhika. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak
Bayan Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan. Vol 1(1): 1-7.
Sugeng. L.2010. Sensus Populasi Serangga dengan Metode Capture dan Recapture.
Wheather, Philip C. Bell, James R. Cook, Penny A. 1995. Practical Field Ecology.
Yogyakarta:UGM Press.
Widyaleksono C.P, Trisnadi, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Ekologi
Umum.Surabaya : Airlangga University Press
24
Lampiran
25
Daftar Tabel
26