1
dan berbukit, dengan variasi kelerengan 8 – 15 % dan 15 – 30 %. Menurut
klasifikasi Schmidt-Ferguson, Taman Wisata Alam Bangko-bangko memiliki
tipe iklim E. Musim hujan umumnya jatuh pada bulan November hingga
bulan Februari. Pada musim Hujan rata-rata curah hujan 1459 mm per tahun
dan jumlah hari hujan 66 hari dengan intensitas hujan 23,47/hh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi fisik TWA Bangko - Bangko
2. Untuk mengidentifikasi vegetasi yang ada di TWA Bangko - Bangko
3. Untuk mengidentifikasi satwa yang ada di TWA Bangko – Bangko
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi pengelola, dalam pengambilan kebijakan
dan keputusan mengenai pengembangan kawasan TWA Bangko - Bangko
2. Sebagai bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3Potensi Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. HutanIndonesia
diperkirakan terdapat 4.000 spesies pohon, tetapi sepesies pohon itu belum
dicakup secara rinci dalam buku tentang flora. Oleh kerena itu, pengenalan
jenis pohon masih bergantung pada jasa dari orang – orang yang tinggal di
daerah setempat, juga dengan cara mengoleksi contoh organ tumbuhan untuk
dideterminasi yang kemudian disusun daftar nama pohon berdasarkan daerah
asalnya. Cara demikian dapat membantu dan mempermudah studi komunitas
tumbuhan, kegiatan inventarisasi dan konservasi hutan (Indriyanto, 2005).
3
banyak vegetasi dan satwa endemik, yang tidak bisa ditemukan di negara lain
(Rahayu, 2009).
4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
5
3.4 Analisis Data
3.4.1 Deskriptif
Analisis data yang dilakukan pada praktikum ini adalah secara
deskriptif, yaitu teknik menganalisis data dengan cara menggambarkan
atau menjelaskan suatu objek, peristiwa atau keadaan sesuai dengan
yang ditemukan dilapangan (Agung, 2009).
Pada praktikum ini dilakukan deskripsi terhadap ciri umum objek
yang diamati, misalnya seperti warna Satwa, bentuk tubuh, perilaku
satwa, suara dan lainnya.
6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7
kondisi tanah berlumpur, berpasir atau lumpur
berpasir
2 Hutan Pantai Hutan pantai terdapat di daerah – daerah kering
tepipantai dengan kondisi tanah berpasir atau
berbatu dan terletak di atas garis pasang
tertinggi
Pada praktikum KSDAH di TWA Bangko - Bangko ini,
mahasiswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap
satwa liar dan vegetasi yang ada pada hutan pantai dan hutan
payau. Hutan pantai merupakan hutan yang terdapat di
daerah – daerah kering tepi pantai dengan kondisi tanah
berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis pasang
tertinggi, sedangkan hutan payau adalah hutan yang berada
di daerah pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air
laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah
pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir atau lumpur
berpasir. Di kedua tipe hutan tersebut, dapat diamati
beberapa jenis satwa dan juga vegetasi, serta dapat
dikatakan juga bahwa hutan payau yang ada di TWA Bangko –
Bangko ini ditanami oleh berbagai jenis mangrove yang
berbeda namun susah untuk diamati karena perairannya yang
mencapai tinggi kurang lebih 150 cm.
Dari segi ekologi, ekosistem hutan payau merupakan
habitat unik dan paling khas yang dalam banyak hal berbeda
dengan habitat – habitat lainnya. Di habitat ini memungkinkan
terjalinnya perpaduan yang unik antara organisme laut dan
darat, serta antara organisme laut dan darat, serta antara
organisme air asin dan air tawar.
4.3 Komponen Vegetasi Penyusun
Hampir semua jenis mangrove dapat dijumpai di TWA Bangko – Bangko
ini, namun minimnya pengetahuan mengenai berbagai nama dari jenis
mangrove yang menjadi penghabat pada praktikum kali ini.
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Vegetasi di TWA Bangko - Bangko
No Nama Lokal/Latin Deskripsi umum/ciri Keterangan
1 Mangrove akar napas atau Akar yang muncul disekitar Bernilai Ekonomi
pedada pohon mangrove berbentuk
seperti pensil
(Avicennia spp)
8
2 Mangrove akar tunjang atau Akar berbentuk seperti Bernilai Ekonomi
bakau ceker ayam
(Rhizophora spp)
9
Gambar 4.1 Elang Bondol
10
menyimpang dari upaya-upaya konservasi tersebut seperti
perburuan liar, pembakaran hutan mangrove serta pembuangan
sampah sembarangan. Sangat diharapkan bagi pengelola TWA
dan semua pihak untuk sangat perlu meningkatkan upaya
konservasi misalnya seperti pengawasan yang lebih ketat lagi,
penegakan aturan, pengadaan tempat membuang sampah dan
lainnya agar kelestarian keanekaragaman di TWA ini tetep terjaga
dengan baik dan lestari.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dialukakn dan berdasarkan tujuan praktikum
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kondisi fisik pada kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Bangko –
Bangko dapat dikatakan masih alami dan terjaga, meskipun masih
terdapat permasalahan seperti perburuan dan perusakan hutan, ini terbukti
dengan masih banyaknya keanekaragaman hayati yang melimpah, baik
sumber penghasilan masyarakat sekitar, menyediakan tempat penelitian
dan wisata, habitat dan ekosistem bagi satwa dan vegetasi masih terjaga,
baik pada hutan pantai, hutan mangrove dan hutan dataran rendah pada
TWA tersebut.
2. Pada TWA Bangko - Bangko, banyak terdapat jenis vegetasi yang
menempati kawasan ini baik dari jenis rumput liar, tanaman bunga,
tanaman obat-obatan, liana sampai dengan tumbuhan besar dan tinggi,
namun yang mendominasi adalah jenis tumbuhan mangrove seperti
Avicenia, Rhizopora dan Bruguera. Dimana semuanya dapat membentuk
dan menjaga kelestarian ekosistem di TWA Bangko – Bangko ini.
3. TWA Bangko – Bangko pula banyak terdapat jenis satwa yang menjadi
maskot kawasan seperti Elang Bondol,Bangau dan Alap-alap , serta
terdapat banyak jenis burung lainnya, baik yang berukuran kecil hingga
besar yang berada di hutan pantai, hutan mangrove dan hutan dataran
rendah.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah :
11
1. Dalam melakukan pengamatan satwa, tidak boleh menimbulkan
kegaduhan atau kondisi ribut karena akan membuat satwa pada lingkungan
tersebut akan pergi dan merasa terusik.
2. Dibutuhkan kesabaran yang besar dalam pelaksanaan praktikkum ini.
3. Bagi BKSDA dan pihak terkait dalam pengelolaan TWA ini agar lebih
memperhatikan segala permasalahan yang ada dan respon cepat untuk
mengatasinya
DAFTAR PUSTAKA
Sultan, Sudirman 2014. Aspek Spiritual Resort Based Management. Diakses pada
21 November 2106. Dari http://pengamananhutan.blogspot.co.id/
Yusuf, Fauzi. 2011. Pengetahuan Tentang Satwa. PT. Graha Bandung Kencana.
Bandung.
12
LAMPIRAN
13