Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

”PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI”

Oleh :

YUSRIL

M1B1 18 028

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Kawasan Konservasi atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya.
Tiap negara mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang
dilindungi, dimana masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang
mungkin berbeda-beda. Namun, di tingkat internasional dinaungi oleh WCPA
(World Commission on Protected Areas) yang dulunya bernama
CNPPA(Commision on National Parks and Protected Areas)yaitu sebuah komisi
dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union) yang memiliki tanggung jawab
menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk kawasan darat maupun
perairan (Kemenhut, 2013)

Kawasan konservasi dalam kategori nasional mencakup dua kelompok


besar, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Kawasan Suaka Alam yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa,
bertujuan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Kemenhut, 2013)..

Merujuk kategorisasi kawasan konservasi oleh IUCN, pengukuhan


kawasan konservasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1990. Pengukuhan kawasan konservasi di Indonesia
merupakan upaya konservasi sumber daya alam hayati yang dilakukan melalui
kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam dan ekosistemnya. Kawasan Konservasi di Indonesia meliputi
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru. Kawasan
Suaka Alam disini meliputi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa dimana berperan
penting dalam usaha konservasi sumber daya alam hayati dan penyedia jasa
ekosistem yang tentunya bermanfaat luas bagi masyarakat.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang ada pada kawasan pelestarian alam


2. Untuk mengetahui yang ada pada kawasan suaka alam

1.3 Manfaat

Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang


pengelolaan kawasan konservasi yang mana dibagi dalam 2 kawasan yaitu
kawasan pelestarian alam dan kawasa suaka alam. Kawasan pelestarian alam
dibagi menjadi 4 yaitu taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya
dan taman buru sedangakan kawasan suaka alam dibagi menjadi 2 yaitu
suakamargasatwa dan cagar alam yang mana masing masing memiliki kriterian
penetapan kawasan, rencana pengelolaan, dan pemanfaatan masing masing

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kawasan pelestarian alam dan apa saja yang
terdapat pada kawasan pelestarian alam?
2. Apa yang dimaksud kawasan suaka alam dan apa saja yang terdapat pada
kawasan suaka alam?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeran Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan(UU41/1999).
Hutan Indonesia memiliki ribuan jenis hasil hutan bukan kayu
(HHBK), 558 jenis diantaranya telah diidentifikasi dan menjadi urusan
Kementerian Kehutanan (Departemen Kehutanan, 2007). Dari beragam jenis
HHBK tersebut, baru 20 jenis yang produksinya memadai (Departemen
Kehutanan, 2008). HHBK umumnya dipungut dari hutan alam dan hanya
sebagian kecil yang dipanen dari hutan tanaman.
Mengingat potensi penting HHBK sebagai sarana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maka Kementerian Kehutanan meluncurkan
kebijakan yang mendorong pengembangan HHBK, yaitu melalui usaha
pemanfaatan HHBK di hutan alam dan usaha pemanfaatan HHBK di hutan
tanaman. Pengembangan HHBK di hutan alam sulit diimplementasikan
karena sistem silvikultur pemanfaatan HHBK di hutan alam serta informasi
tentang jenis, potensi dan penyebarannya belum tersedia atau tersedia secara
terbatas. Selain itu, hutan alam umumnya memiliki beragam jenis HHBK
yang potensi setiap jenisnya rendah. Dalam kondisi demikian, hanya
beberapa jenis HHBK dengan potensi besar yang dapat dikembangkan
(Triyono Puspitojati, 2011)

2.2 Konsep Pengelolaan Kawasan konservasi

pengelolaan kawasan konservasi yang telah diberikan Negara selayaknya


menjadi landasan dalam memba-ngun kemitraan antar pihak yang sejajar dalam
kerangka pengelolaan, kawasan konservasi yang lestari dan mensejahterkan
Masyarakat.
Banyak kawasan konservasi di Indonesia ditetapkan pada masa
Pemerintahan Kolonial Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal
Hindia Timur. Penetapan tersebut didasarkan atas beberapa undang-undang
dan peraturan mengenai perlindungan satwa liar, terutama mamalia besar dan
burung yang menarik dan spesies mamalia kecil. Kebanyakan kawasan
konservasi ditetapkan sebagai monumen alam (natuurmonumenten) dan
suaka margasatwa (wildreservaat).
Sejak 1982, setelah menjadi tuan rumah Kongres Taman Nasional
ketiga di Bali, Indonesia telah menetapkan prioritas teratas pada
pengembangan taman nasional. Dimulai dengan mengumumkan lima taman
nasional sebelum pelaksanaan kongres (1980) dan menambahkan 11 taman
nasional pada waktu kongres berlangsung (1982), Indonesia saat ini telah
membangun 51 taman nasional di seluruh negeri. Pengelolaan taman nasional
di Indonesia mulai dengan membangun lembaga yang bertujuan pada
menerapkan sistem pengeloaan taman nasional seperti yang diadopsi di Bali
(1982). Instusi yang dikenal sebagai Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam ini
awalnya disupervisi oleh Balai Perlindungan dan Pengawetan Alam dan
sekarang telah berubah menjadi Balai/Balai Besar Taman Nasional(wanjodo
siswanto, 2017)
2.3 Strategi Konservasi Sumber Daya Hutan Di Indonesia

Wilayah pesisir merupakan habitat utama dari hutan mangrove di


Indonesia. Wilayah ini dikenal sarat dengan keindahan dan sekaligus konflik
kepentingan, sehingga ekosistem di wilayah tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan masalah perusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
seperti pekerjaan reklamasi pantai, pengeboman dan peracunan terumbu
karang, pembangunan perumahan, jembatan penghubung antar pulau,
pembangunan dermaga, pencemaran limbah rumah tangga dan industri,
penebangan dan konversi mangrove menjadi lahan pertanian, tambak, kolam
ikan, daerah industri dan sebagainya, sehingga menghilangkan sebagian besar
mangrove, terutama di negara tropis, seperti Indonesia.

Hutan mangrove ditemukan hampir di seluruh kepulauan di Indonesia di


30 provinsi yang ada. Tetapi sebagian besar terkonsentrasi di Papua,
Kalimantan (Timur dan Selatan) Riau dan Sumatera Selatan.Meskipun
wilayah hutan mangrove yang luas ditemukan di 5 provinsi seperti tersebut di
atas, namun wilayah blok mangrove yang terluas di dunia tidak terdapat di
Indonesia, melainkan di hutan mangrove Sundarbans (660.000 ha) yang
terletak di Teluk Bengal, Bangladesh. Strategi konservasi sumber daya gutan
di Indonesia :

1. Inventarisasi Data dasar keberadaan

jenis-jenis dan populasi mangrove yang ada di Indonesia sangatlah


diperlukan untuk mengetahui kondisinya hingga saat ini. Kegiatan
inventarisasi mangrove menjadi sangat penting untuk menunjang proses
pemantauan, pengelolaan dan konservasi dari mangrove. Tanpa data
inventarisasi kita tidak tahu mangrove di Indonesia ini kondisi seperti apa,
apa terus berkurang menuju ke kepunahan atau stganan atau sudah
berkembang lebih banyak lagi. Dengan melibatkan masyarakat setempat,
LSM, praktisi, peneliti, maupun institusi terkait, sudah seharusnya ada
kegiatan ini agar didapatkan data akurat tentang mangrove di Indonesia.
Dengan mengetahui data tersebut, maka menjadi dasar pijakan penting bagi
strategi pengelolaan maupun kebijakan-kebijakan terkait pengembangan
daerah pesisir yang notabene banyak dihuni mangrove.

2. Pemantauan berkala dan evaluasi

salah satu langkah dalam mencegah timbulnya kerusakan ekosistem


mangrove, maka perlu dilakukan usaha pemantauan secara berkala dan
evaluasi kondisi ekosistem. Yang selanjutnya hasilhasil evaluasi yang
diperoleh dari kegiatan pemantauan dapat dibuatkan
rekomendasirekomendasi yang berguna bagi pengambil keputusan dalam
mengelola wilayah pesisir dan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi di wilayah pesisir dan ekosistem
mangrove, selain dilakukan secara manual, ternyata dibutuhkan teknologi
yang efektif dan efesien. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
teknik yang dewasa ini sudah terbukti dan banyak digunakan, yaitu metode
pengindraan jarak jauh (remote sensing) melalui citra satelit yang
dikombinasikan dengan data di lapangan. Dengan menggunakan citra satelit
dapat dipantau perubahan-perubahan yang terjadi pada ekosistem mangrove
pada suatu daerah dengan koordinat lokasi yang tepat dan catatan waktu yang
berkesinambungan. Dari gambaran yang didapatkan tersebut maka
selanjutnya dapat dianalisis dan dievaluasi kondisi real saat itu dan prediksi
yang akan dating, serta rekomendasi dalam kegiatan-kegiatan terkait
mangrove selanjutnya.
3. Pengelolaan berkelanjutan

Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumber daya pesisir


di sebagian besar wilayah Indonesia. Fungsi mangrove yang terpenting bagi
daerah pantai adalah menjadi penghubung antara daratan dan lautan.
Tumbuhnya kesadaran akan fungsi perlindungan, produktif dan sosio-
ekonomi dari ekosisitem mangrove di daerah tropika, dan akibat semakin
berkurangnya sumber daya alam tersebut, mendorong terangkatnya masalah
kebutuhan konservasi dan kesinambungan pengelolaan terpadu sumber daya-
sumber daya bernilai tersebut. Tindakan pengelolaan ekosistem mangrove
mempunyai tujuan utama untuk menciptakan ekosistem yang produktif dan
berkelanjutan untuk menopang berbagai kebutuhan pengelolaannya.

4. Rehabilitasi

secara umum ekosistim mangrove cukup tahan terhadap berbagai


gangguan dan tekanan lingkungan. Namun sangat dipengaruhi oleh
pengendapan atau sedimentasi, ketinggian rata-rata permukaan laut dan
pencemaran perairan itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
penurunan oksigen dengan cepat yang selanjutnya akan menyebabkan
kerusakan. Secara umum dengan kondisi semakin rusaknya mangrove, maka
sangat diperlukan upaya pemulihan atau rehabilitasi agar mangrove dapat
hijau dan lestari kembali. Usaha penghijauan atau reboisasi hutan mangrove
di beberapa daerah, baik di pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, maupun Irian
Jaya telah berulangkali dilakukan. Upaya ini biasanya berupa proyek yang
berasal dari Departemen Kelautan dan Perikanan, maupun Departemen
Kehutanan bahkan dari Pemda setempat. Namun hasil yang diperoleh relatif
tidak sesuai dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh pemerintah.

5. Konservasi

Banyak arti konservasi yang telah dijabarkan dan diuraikan berbagai kalangan
dan ahli konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai "perlindungan
terhadap", baik itu terhadap hutan, kawasan pesisir maupun laut. Ada pula
yang mengartikan bahwa kawasan konservasi adalah kawasan yang tidak
boleh samasekali di ganggu. Kini arti konservasi mulai digeserkan kembali
dalam arti " perlindungan, pengawetan maupun pemanfaatan". Dalam kasus
kawasan mangrove, maka hal ini belum berlaku secara optimal. Penebangan
liar dan pembukaan lahan yang tidak terkontrol dapat mengancam kelestarian
mangrove dan ekosistemnya. Program pembangunan kehutanan di kawasan
pantai harus mempertimbangkan aspekaspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
secara proporsional dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. ( Purnobasuki, 2011)

2.4 Kriteria Dan Rencana Pengelolaan Konservasi

The International Union for the Conservation of Nature (IUCN) telah


membuat klasifikasi dan analisis kawasan-kawasan yang mempunyai
berbagai derajad perlindungan biodiversitas. Kawasan-kawasan yang
diperuntukkan untuk mempertahankan diversitas biologis, oleh IUCN
dimasukkan ke dalam kategori: Cagar Ilmiah (scientific reserve), Taman
Nasional (national park), Monumen Alam (natural monument), Cagar Alam
(nature reserve), dan Suaka Hidupan Liar (wildlife sanctuary). Dua kategori
lainnya difokuskan dalam eksploitasi sumber secara terkendali walaupun
sistem pertahanannya terbatas tetapi mempunyai komitmen untuk
mempertahankan diversitas biologis. Kategori ini meliputi kawasan-kawasan
dengan pemanfaatan ganda seperti Hutan Nasional (NationalForest). Untuk
keseluruhan kategori pengelolaan IUCN ini, terdapat 9.869 situsyang lebih
luas dari 1.000 ha, dengan total perlindungan 6,3% luas permukaan daratan
Bumi. Salah satu situs yang besar adalah Greenland yang mempunyai Taman
Nasional terluas di dunia, yaitu 270.00 mil persegi (1 mil persegi = 640akre)
yang terutama meliputi kawasan bersalju.( Dr. Saroyo Sumarto, M.Si, 2012 ).
Kriteria Penetapan dan pengelolaan taman nasional merupakan salah satu
cara memperoleh manfaat sumberdaya hutan selain kayu, sehingga
manfaatnya dapat dinikmati secara lestari lintas generasi. Sampai akhir tahun
2004 sudah ada 50 taman nasional yang ditetapkan. Pemanfaatan sumberdaya
hutan dengan basis taman nasional diharapkan lebih menjamin kelestarian
sumberdaya alam dan dapat meningkatkan manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat lokal dengan lebih nyata. Manfaat ekonomi ini dapat dihasilkan
dari jasa-jasa lingkungan (air dan wisata) maupun hasil hutan non kayu yang
diperoleh tanpa merusak ekosistem atau menebang pohon. Hal ini sesuai
dengan konsep pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan yang
menjadi asas pembangunan nasional di Indonesia.
Rencana pengelolaan Untuk kepentingan pengaturan pemanfaatan,
pemerintah menetapkan zonasi di taman nasional. Kepentingan masyarakat
dan kepentingan konservasi diakomodir dalam zona-zona yang ditetapkan,
seperti zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan
tradisional, dan lain-lain. Sayangnya, zonasi ini seringkali dapat
didefinitifkan di atas peta tetapi sulit diimplementasikan di lapangan. Bahkan,
bila tidak melibatkan masyarakat dalam penetapannya, zonasi ini
dikhawatirkan tidak akan dapat dilaksanakan (dilanggar oleh masyarakat).
Walaupun konsep penetapan taman nasional sebagai kawasan konservasi
sangat ideal dengan tiga fungsi utamanya yaitu sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan sumber
plasma nutfah serta pemanfaatan yang lestari keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya, namun bukan berarti tidak menghadapi permasalahan. Sejak
awal pembentukanya, pemerintah terus mencari konsep pengelolaan taman
nasional yang ideal atau yang cocok dengan kondisi biofisik, sosial, ekonomi
dan budaya setempat serta dapat mengakomodir semua kepentingan (Dunggio
iswan, 2009 ).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
3.1.1 Taman Nasional

Secara umum pengertian taman nasional adalah kawasan


pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan,
pariwisata, ilmu pengetahuan, rekreasi dan menunjang budaya.

Taman Nasional merupakan salah satu dari kawasan konservasi


yang memiliki kandungan berupa aspek pelestarian dan juga aspek yang
dapat dimanfaatkan.

Sehingga dalam kawasan tersebut memiliki manfaat kepada


pengembangan ekowisata dan minat khusus. Kedua dari bentuk-bentuk
pariwisata tersebut yakni ekowisata dan juga berupa minat khusus, yang
dimana sangat prospektif dalam penyelamatan ekosistem hutan yang
sebagaimana tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 28 tahun 2011.

A. Kriteria Taman Tasional


Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional,
apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami
2. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis
tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang
masih utuh dan alami
3. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh
4. memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam
5. merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan
kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar
kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona
tersendiri.

B. Rencana Pengelolaan Taman Nasional

Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya Kawasan Taman


Nasional dapat dibagi atas :
1. zona inti
2. zona pemanfaatan
3. zona rimba; dan atau. zona lain yang ditetapkan Menteri
berdasarkan kebutuban pelestarian sumber daya alarn hayati dan
ekosistemnya.

C. Pemanfaatan Taman Tasional

Ditetapkan sebagai zona pemanfaatan, apabila memenuhi


kriteria sebagai berikut:
1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa
formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan
unik
2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam
3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.

D. Tindakan Yang Tidak Boleh Dilakukan Dalam Taman Nasional

Termasuk dalam pengertian kegiatan yang dapat mengakibatkan


perubahan fungsi Kawasan Taman Wisata Alam adalah:
1. berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau
bagianbagiannya
2. di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumber daya
alam di dalam kawasan
3. melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran
kawasan
4. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana
pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang.

3.1.2 Taman Wisata Alam

Pengertian taman wisata alam menurut UU No.5 Tahun 1990


tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem adalah
kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata 20 dan rekreasi alam. Sedangkan menurut De Alfarian
(Joko Untoro dan Paulus), taman wisata alam adalah hutan wisata
yang memiliki keindahan alam, baik keindahan flora, fauna, maupun
alam itu sendiri yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan
untuk kepentingan rekreasi dan kebudayaan.
Adapun kriteria-kriteria untuk penunjukan dan penetapan
sebagai kawasan taman wisata alam, yaitu:
1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau
ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.
2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi
potensi dan daya atarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan
rekreasi alam.
3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upayapengembangan
pariwisata alam.
Adapun Manfaat Taman Wisata Alam Antara Lain:
1. Pariwisata alam dan rekreasi
2. Penelitian dan pengembangan
3. Pendidikan d. Kegiatan Penunjang Budaya

Kegiatan pariwisata alam dan rekreasi sebagaimana dimaksud


dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya
wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan
dokumentasi tentang potensi kawasan tersebut. Kegiatan penelitian
dan pengembangan dan kegiatan penunjang budidaya, dilaksanakan
sesuai ketentuan untuk Kawasan Suaka Margasatwa.

3.1.3 Taman Hutan Raya

Taman hutan raya adalah area pelestarian alam yang bertujuan


untuk mengoleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan
alami, dari jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan
untuk keperluan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahuan
dan pendidikan. Serta untuk fasilitas penunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi.
Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Hutan
apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan,
baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun
kawasan yang ekosistemnya sudah berubah
b. memiliki keindahan alam dan atau gejala alam
c. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan
koleksi tumbuban dan atau satwa, baik jenis asli dan atau bukan
asli.

3.1.4 Taman Buru


Taman buru adalah kawasan konservasi yang bisa
dimanfaatkan untuk mengakomodir wisata berburu. Keberadaan
taman buru bertujuan untuk mewadahi hobi berburu yang telah ada
sejak dahulu kala, selain itu juga bisa digunakan untuk mengendalikan
populasi satwa tertentu. Kegiatan pemburuan ditaman buru diatur
ketat terkait dengan hal-hal waktu atau musim berburu, jenis binatang
yang bisa diburu dan senjata yang boleh dipakai.
Pengertian taman buru menurut Undang-Undang No 41 Tahun
1999tentang kehutanan adalah kawasan huatan yang ditetapkan
sebagai tempat wisata berburu.
Taman buru termasuk dalam kawasan hutan konservasi, yaitu
kawasan hutan yang berfungsi untuk mengawetakan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Segala pemanfaatan dan
aktivitas yang dilakukan didalamnya harus memingikuti ketentuan
konservasi, namun dalam pengelolaannya masih kurang diperhatikan
sehingga statusnya seperti anak tiri dari kawasan hutan konservasii.

3.2 Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan
3.2.1 Cagar Alam
Pengertian cagar alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem adalah kawasan
suaka alam karena keadaan alamnya yang mempunyai kekhasan
tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sedangkan
pengertian cagar alam menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
adalah istilah hukum daerah yang kelestarian hidup tumbuh-tumbuhan
dan binatang (flora dan fauna) yang terdapat di dalamnya dilindungi
oleh undangundang dari bahaya kepunahan; suaka alam. Cagar alam
dapat dianalogikan sebagai sebuah wadah yang berisi peninggalan
kekayaan alam yang sudah punah dan perlu untuk dilindungi dan
dilestarikan.
Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam atau
Kawasan Suaka Margasatwa, setelah melalui tahapan kegiatan sebagai
berikut :
a. penunjukan kawasan beserta fungsinya
b. penataan batas kawasan
c. penetapan kawasan.
Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Cagar Alam, apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dari satwa dari tipe
ekosistem
b. mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya
c. mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih
asli
d. tidak atau belum diganggu manusia
e. mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dari menjamin berlangsungnya proses
ekologis secara alami
f. mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh
ekosistem yang keberadaanya memerlukan upaya konservasi
g. mempunyai komunitas tumbuhan dari atau satwa beserta
ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam
punah.
Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Kementrian Kehutanan, cagar alam memiliki
beberapa manfaat yaitu:
a. Penelitian dan pengembangan
b. Ilmu pengetahuan
c. Pendidikan
d. Kegiatan penunjang budaya
Fungsi Cagar Alam Cagar alam memiliki fungsi yang dibagi
menjadi tiga yaitu:
a. Fungsi pelestarian Cagar alam berfungsi melindungi dan
melestarikan segala ekosistem yang ada didalamnya, terutama yang
berkaitan dengan ekosistem dan peninggalan alam yang hampir
punah.
b. Fungsi akademis Cagar alam berfungsi sebagai sarana edukasi bagi
para akademisi terutama dalah hal penelitian tentang
keanekaragaman hayati.
c. Fungsi wisata Cagar alam menjadi salah satu tujuan wisata alam
menarik yang berbasis keindahan alam..
Tindakan tindakan yang tidak boleh dilakukan di cagar alam
Beberapa kegiatan dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan
fungsi kawasan cagar alam adalah :
1. melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan
2. memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam
kawasan
3 memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan
tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan
4. menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu
kehidupan tumbuhan dan satwa dalam kawasan, atau
5. mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu
kehidupan tumbuhan dan satwa.

Larangan juga berlaku terhadap kegiatan yang dianggap sebagai


tindakan permulaan yang berkibat pada perubahan keutuhan kawasan,
seperti : memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda
batas kawasan, atau membawa alat yang lazim digunakan untuk
mengambil, mengangkut, menebang, membelah, merusak, berburu,
memusnahkan satwa dan tumbuhan ke dan dari dalam kawasa

Adapun Kegiatan Pengelolaan Cagar Alam Suatu kawasan cagar


alam dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social
budaya. Rencana pengelolaan cagar alam sekurangkurangnya memuat
tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan. Upaya tersebut
menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Kementrian Kehutanan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang
meliputi:
a. Perlindungan dan pengamanan kawasan
b. Inventarisasi potensi kawasan
c. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan

3.2.2 Suaka Marga Satwa

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas


tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan.
Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa
apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. merupakan tempat hidup dari perkembangbiakan dari jenis satwa
yang perlu dilakukan upaya konservasinya
2. memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi
3. merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dari atau
dikhawatirkan akan punah
4. merupakan tempat dari kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu
5. mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang
bersangkutan.
Kawasan Suaka Margasatwa dapat dimanfaatkan untuk keperluan:
a. penelitian dan pengembangan
b. ilmu pengetahuan
c. pendidikan
d. wisata alam terbatas
e. kegiatan. penunjang budidaya.
Rencana pengelolaan Kawasan Cagar Alam dan Kawasan
Suaka Margasatwa disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi,
teknis, ekonomis, dan sosial budaya. Rencana, pengelolaan Kawasan
Cagar Alam dan Kawasan Suaka Margasatwa sekurang-kurangnya
memuat tujuan pengelolaan dan garis-garis besar kegiatan yang
menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
kawasan. Ketentuan lebih lanjut tentang rencana pengelolaan kawasan
diatur dengan. Keputusan. Menteri. Kawasan Cagar Alam dan
Kawasan Suaka Margasatwa dikelola dengan melakukan upay
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa atau jenis
satwa beserta ekosistemnya
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu


yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya. Kawasan konservasi dalam kategori nasional
mencakup dua kelompok besar, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan suaka alam yang terdiri dari cagar
alam dan suaka margasatwa, bertujuan untuk perlindungan sistem penyangga
kehidupan dan pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
4.2 Saran

Saran saya kepada pembaca adalah jadilah pembaca yang bijaksana dan
semoga makalah ini bisa di jadikan bahan pertimbangan dan rujukan bagi
pembaca untuk tugas-tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dunggio Iswan dan Hendra Gunawan. 2009. Telaah Sejarah Kebijakan


Pengelolaan Taman Nasional

Purnobasuki, Hery. 2011. Ancaman Terhadap Hutan Mangrove di Indonesia dan


Langkah Strategis

Triyono puspitojati. 2011. Persoalan definisi hutan dan hasil hutan hubungannya
dengan pengembangan hhbk melalui hutan tanaman. Jurnal analisis
kebijakan hutan. Vol.8 no 3 :210-213.
Saroyo sumarto. Heni e.i. Simbala. Roni koneri. Ratna siahaan. Parluhutan
siahaan. 2012. Biologi konservasi. Cv.patra media grafindo : bandung.
Wandojo siswanto. Pengelolaan kawasan konservasi di indonesia. Deutsche
climate change programe : jakarta.

Anda mungkin juga menyukai