Anda di halaman 1dari 8

Nama : Analisa Dhika

NIM : 3201422027
No. Presensi : 29
Prodi : Pendidikan Geografi
Mata Kuliah : Pendidikan Konservasi (umum)

TUGAS KONSERVASI SDA DAN LINGKUNGAN

Pengertian Kawasan Konservasi


Sesuai dengan UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya disebutkan bahwa Konservasi sumber daya alam hayati
dan Ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman
dan nilainya. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa Sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya merupakan bagian terpenting yang mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup dan kehadirannya tidak dapat diganti.
Mengutip dari buku Pengelolaan Kawasan Konservasi (2020), definisi
kawasan konservasi adalah suatu kawasan atau wilayah yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan yang wajib dilindungi agar kondisi kawasan tersebut
tetap lestari. Sebuah areal bisa dijadikan sebagai kawasan wilayah konservasi karena,
wilayah tersebut mempunyai keunikan dan kekhasan tertentu serta memiliki peranan
penting bagi lingkungan di sekitarnya. Contoh kawasan konservasi yaitu kawasan-
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk pelestarian alam serta kawasan
suaka alam.
Dengan demikian, konservasi merupakan usaha pelestarian flora dan fauna,
dengan tujuan menjaga keberadaan populasi sejumlah jenis satwa dan tanaman di
sebuah ekosistem. Karena itu, konservasi biasa diterapkan di kawasan yang memiliki
karakter khas, seperti dihuni spesies langka dan endemik, atau terancam mengalami
kepunahan, atau memiliki potensi kegunaan besar jika dilestarikan. Mengutip ulasan
bertajuk "Bentuk-Bentuk dan Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati di
Indonesia" dalam Jurnal Kertha Negara [PDF] terbitan Universitas Udayana (Vol. 2,
No. 4, 2014) secara umum ada 2 bentuk metode konservasi sumber daya alam, yakni
in situ dan ek situ.
Konservasi in situ merupakan kegiatan konservasi flora maupun fauna yang
dilakukan di kawasan habitat aslinya. Konservasi in situ biasa dilakukan di kawasan
suaka alam (Cagar alam dan Suaka Margasatwa) ataupun kawasan pelestarian alam
(Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam).
Sedangkan konservasi ek situ ialah kegiatan konservasi flora maupun fauna
yang dilakukan di luar habitat aslinya. Konservasi ek situ umumnya dilakukan di
kebun raya, arbetrum, kebun binatang, taman safari, serta tempat yang menjadi lokasi
penyimpanan benih tanaman atau sperma satwa.
Apabila dilihat dari sejarahnya, kegiatan konservasi sumber daya alam di
Indonesia sudah berkembang pada masa kolonial Belanda. Merujuk laman
Kementerian LHK, kegiatan konservasi alam di Indonesia dirintis oleh Dr. Sijfert
Hendrik Koorders (1863-1919), pendiri sekaligus ketua pertama Perkumpulan
Perlindungan Alam Hindia Belanda (Netherlandsch Indische Vereenigin tot
Natuurbescherming). Organisasi yang berdiri pada 12 Juli 1912 itu aktif mendorong
pemerintah kolonial Belanda untuk melaksanakan kegiatan konservasi di Indonesia
dan tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya alam nusantara. Koorders dan
organisasinya juga mengusulkan pembentukan cagar alam di 12 lokasi, yakni
beberapa danau di Banten, Pulau Krakatau, Pulau Panaitan, Laut Pasir Bromo, Pulau
Nusa Barung, Semenanjung Purwo, dan Kawah Ijen. Namun, baru pada 1937, atau
menjelang kekalahan Belanda oleh Jepang di Perang Dunia I, pemerintah kolonial
membentuk badan bernama Natuur Bescherming afseling Ven’s Lands Flantatuin
yang bertugas mengawasi cagar alam dan suaka margasatwa serta mengusahakan
anggaran dan penambahan pegawainya. Kemudian, di masa kemerdekaan, pemerintah
Republik Indonesia melanjutkan kegiatan konservasi alam melalui pembentukan
berbagai undang-undang dan peraturan, lembaga, hingga kawasan-kawasan baru
untuk pelestarian flora maupun fauna. Konservasi penting terus dilakukan untuk
menjaga kelestarian alam Indonesia dan mencegah kerusakan masif, terutama akibat
ulah manusia dan aktivitas bisnis yang merusak ekosistem lingkungan. Ada beragam
bentuk kawasan konservasi alam di Indonesia. Secara umum, kawasan konservasi di
Indonesia bisa dibedakan menjadi dua kategori, yakni kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam. Kategorisasi tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian
Alam [PDF], yang telah 2 kali direvisi hingga yang terakhir terbit PP Nomor 108
Tahun 2015 [PDF].

Karakteristik kawasan Konservasi


Mengutip dari laman BBKSDA Papua Barat, Kawasan konservasi memiliki
karakteristik yang berbeda. Hal ini disebabkan fungsi dan peranannya pun berbeda
daripada kawasan-kawasan lain pada umumnya. Adapun karakteristik kawasan
konservasi sebagai berikut:
1. Karakteristik, keaslian, atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis yang meliputi
pegunungan, dataran rendah, rawa, gambut, dan pantai)
2. Habitat penting atau ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna)
khusus, endemik (artinya hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi),
langka, atau terancam punah (misalkan harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa
jenis burung seperti Cendrawasih, Kakatua, Julang Papua serta beberapa jenis
tumbuhan seperti Gaharu dan beberapa jenis anggrek). Jenis-jenis ini biasanya
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
3. Tempat yang mempunyai keanekaragaman plasma nutfah alami,
Bentang alam (lanskap) atau ciri geofisik yang bernilai estetik atau ilmiah,
4. Fungsi perlindungan hidro-orologi: batu/tanah, air, dan iklim global,
5. Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang
menarik).

Jenis-Jenis Kawasan Konservasi


Perlu diketahui bahwasanya kawasan konservasi dibagi menjadi beberapa
kategori. Adapun kategori kawasan konservasi ditentukan menurut UU No. 5 Tahun
1990 sebagai berikut:
1. Kawasan Suaka Alam (KSA) Adalah kawasan yang memiliki ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. KSA dibagi lagi menjadi tiga yaitu
Cagar Alam CA), Suaka Margasatwa (SM), dan Cagar Biosfer (CB).
a) Cagar Alam

kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan


tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagaimana fungsinya,
kawasan cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kawasan penelitian, pengetahuan
ilmu pengetahuan, pendidikan. Dapat juga dijadikan sebagai tempat kegiatan
pariwisata. kawasan yang memiliki keunikan pada satwa, tumbuhan dan serta
ekosistemnya, sehingga untuk menjaga keberlangsungannya diperlukan
penjagaan secara khusus. Kawasan cagar alam sendiri merupakan salah satu
kawasan yang memiliki peraturan cukup ketat, kawasan ini biasanya sangat
dijaga kelestarian dan kondisinya. Jika berbicara mengenai kawasan Cagar alam
yang ada di Indonesia maka , ada beberapa kawasan yang cukup terkenal seperti
kawasan Cagar Alam Cibodas di kaki Gunung Gede Jawa barat, merupakan
Cadangan hutan di daerah basah. Cagar Alam Pananjung-Pangandaran di Jawa
Barat, tempat ini selain untuk melestraikan hutan, juga merupakan tempat untuk
melindungi rusa, banteng, dan babi hutan. Cagar alam Rafflesia di Bengkulu,
khusus untuk melindungi bunga raflesia yang merupakan bunga terbesar di dunia.
Masih ada cagar alam Sibolangit, Cagar Alam Gunung Kratau, dll. Setiap
kawasan Cagar alam pasti memiliki tumbuhan atau hewan yang unik dan dalam
kondisi yang perlu dilakukan usaha pencegahan kepunahan.
b) Suaka Margasatwa

kawasan suaka alam ini ditetapkan untuk melindungi satwa tertentu dan
habitatnya. Kawasan ini memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan populasi
satwa yang tinggi, keunikan jenis satwa yang kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Atau jadi habitat satwa yang terancam
punah. Kawasan suaka margasatwa juga merupakan tempat berkembang biaknya
jenis satwa atau tempat tinggal dari salah satu jenis satwa migran. Ada banyak
sekali kawasan suaka marga satwa yang bisa kita temukan di Indonesia yaitu
Suaka margasatwa Gunung Leuser di aceh, merupakan suaka mmargasatwa
terbesar di Indonesia. Hewan-hewan yang mendapat perlindungan di tempat ini
antara lain gajah, badak sumatera, orang utan, tapir, harmau, kambing hutan, rusa,
burung. Suaka margasatwa Baluran di Jawa Timur, adalah tempat untuk
melindungi banteng, macan tutul, kancil, kucing bakau dan anjing hutan. Suaka
margasatwa Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, terutama untuk melindungi
biawak komodo. Satwa-satwa lain yang dilindungi di tempat ini adalah burung
kakaktua, ayam hutan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa.
c) Cagar Biosfer

kawasan yang dilestarikan untuk melindungi flora dan fauna termasuk


hasil budaya manusia yang ada di dalamnya, termasuk suku–suku terasing. Suku
terasing harus dilindungi sebab termasuk kelompok rentan. Apalagi mereka
menginginkan hidup yang serasi, harmonis dan seimbang dengan alam. Contoh
cagar biosfer di Indonesia dan lokasinya adalah: Cagar biosfer Pulau Siberut di
Sumatera Barat, Cagar biosfer Tanjung Putting di Kalimantan Tengah, dan Cagar
biosfer Cibodas di jawa Barat.

2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dalam PP Nomor 108 tahun 2015, kawasan
pelestarian alam didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
ataupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alami hayati dan ekosistemnya.
KPA di Indonesia ada beberapa ragam bentuknya, yakni taman nasional, taman hutan
raya, taman wisata alam, dan kebun raya. Berikut ini penjelasan dan contohnya.
a) Taman Nasional (TN),
Kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional
memiliki kriteria ciri khas yang unik, yaitu memiliki kawasan yang luas serta
dapat dikembangkan untuk tujuan lain dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan
manfaat yang dapat dirasakan dari adanya taman nasional dapat menjaga
keseimbangan kehidupan, baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan.
Contoh Taman Nasional di Indonesia: Taman Nasional Lorentz Papua,
Taman Nasional Gunung Leuseur, Taman Nasionan Gede Pangrango, dan Taman
Nasional Bromo Taman Nasional Komodo.

b) Taman Hutan Raya (Tahura),


kawasan pelestarian alam yang bertujuan menyimpan koleksi tumbuhan
atau satwa yang alami atau bukan alami (buatan), jenis asli dan atau bukan asli.
Kriteria wilayah yang ditetapkan sebagi kawasan hutan raya adalah memiliki ciri
khas, baik asli maupun buatan, memiliki keindahan, serta cukup luas untuk
mengkoleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Contoh Taman Hutan Raya di Indonesia: Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda Bandung, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul, Taman Hutan Raya
Raden Soerjo, Taman Hutan Raya Geluguran, dan Taman Hutan Raya Gunung
Menumbing.

c) Taman Wisata Alam (TWA)


kawasan pelestarian alam yang ditetapkan untuk melindungi alam, tapi
dimanfaatklan untuk tujuan wisata. Kriteria suatu wilayah ditetapkan sebagai
kawasan taman wisata alam, yaitu memiliki daya tarik baik flora dan fauna atau
ekosistem serta formasi geologi. Taman Wisata Alam biasanya berada di lahan
luas untuk menjamin kelestarian populasi dan daya tarik untuk pariwisata dan
rekreasi alam.
Contoh taman wisata alam di Indonesia: Taman Wisata Alam Sibolangit,
Taman Wisata Alam Sicike-cike, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Taman
Wisata Alam Muka Kuning, dan Taman Wisata Alam Gunung Permisan.
d) Kebun Raya
Kebun raya merupakan kawasan untuk koleksi hidup yang berfungsi
untuk melestarikan jenis flora dan fauna, dengan tujuan memperkenalkannya pada
masyarakat. Maka itu, kebun raya, seperti kebun binatang, dibuka bagi
masyarakat umum untuk wisata.
Contoh kebun raya di Indonesia: Kebun Raya Bogor, Kebun Raya
Cibinong, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya
Bedugul.

Selain itu, diatur pula dalam Peraturan Menteri KP No. 31 Tahun 2020,
bahwasanya kawasan konservasi perairan dibagi menjadi tiga kategori yaitu Taman,
Suaka, dan Kawasan Konservasi Maritim. Berikut masing-masing perbedaannya :
a) Kategori Taman
Penetapan kawasan konservasi perairan dengan kategori taman dilakukan
tujuan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati
dan/atau sumber daya ikan. Fungsinya untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati. Penetapan Kategori Taman dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. memiliki luas perairan yang mendukung keberlangsungan proses ekologis secara
alami dan dapat dikelola secara berkelanjutan;
2. berpotensi sebagai warisan dunia alami;
3. memiliki keanekaragaman hayati perairan, keunikan fenomena alam dan/atau
kearifan Lokal yang alami, dan berdaya tarik tinggi, serta berpeluang besar
untuk menunjang pengembangan pariwisata alam perairan yang berkelanjutan;
4. mempunyai luas Wilayah Pesisir dan/atau Pulau Kecil yang cukup untuk menjamin
kelestarian potensi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
5. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam
perairan, perikanan berkelanjutan, penangkapan ikan tradisional, dan pembudidayaan
ikan yang ramah lingkungan;
6. mempunyai keterwakilan Ekosistem di Wilayah Pesisir yang masih asli dan/atau
alami.

b) Kategori Suaka
Penetapan kawasan konservasi perairan dengan kategori suaka dilakukan
tujuan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati
dan/atau sumber daya ikan. Fungsinya untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas sumber daya ikan. Penetapan Kategori Suaka dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut:
 memiliki satu jenis ikan yang khas, unik, langka, endemik, dan/atau yang
terancam punah di habitatnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian
agar dapat terjamin keberlangsungan perkembangannya secara alami;
 memiliki luas habitat dari spesies target yang mendukung keberlangsungan
siklus hidup spesies target;
 tempat hidup dan berkembang biak satu jenis ikan tertentu yang perlu
dilindungi dan dilestarikan;
 memiliki satu tipe Ekosistem sebagai habitat jenis ikan tertentu yang relatif
masih alami;
 kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan perikanan
berkelanjutan.

c) Kategori kawasan Konservasi Maritim


Penetapan kawasan konservasi perairan dengan kategori kawasan konservasi
maritim dilakukan tujuan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Situs
Budaya Tradisional. Fungsinya untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai
warisan budaya maritim dan nilai-nilai tradisional atau kearifan Lokal. Penetapan
Kategori kawasan konservasi maritim dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
 wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat yang telah diserahkan
pengelolaannya;
 wilayah Pesisir dan/atau pulau-pulau kecil yang diatur dengan adat tertentu,
Kearifan Lokal, dan/atau hak tradisional;
 tempat tenggelamnya kapal yang mempunyai nilai arkeologi;
 situs sejarah kemaritiman;
 tempat ritual keagamaan atau adat.
REFERENSI

BPSPL Padang. 2021.”Konservasi Kawasan”.KKP | Kementerian Kelautan dan


Perikanan. (Diakses pada 31 september 2022, pukul 15.38 WIB)
Dlhkotabinjai. 2017. “Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Jenis Macam Konservasi”.
https://dlhkotabinjai.wordpress.com/2017/06/29/pengertiantujuanmanfaat-dan-
jenis-macam-konservasi/ . (Diakses pada 30 September 2022. pukul 03.30 WIB)
Idhom, Addi M.2021.”Bentuk-Bentuk Konservasi Alam di Indonesia dan Contoh
Kawasannya”.Bentuk-Bentuk Konservasi Alam di Indonesia dan Contoh
Kawasannya (tirto.id).(Diakses pada 29 September 2022, pukul 15.30 WIB
Iqbal, Muhammad. 2022. “Kawasan Konservasi Adalah: Pengertian, jenis, Manfaat,
dan Contoh-Contohnya”. Kawasan Konservasi Adalah: Pengertian, Jenis,
Manfaat, dan Contoh-contohnya (2022) (lindungihutan.com). (Diakses pada 31
September 2022, pukul 15.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai