Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (Flora dan Fauna) adalah
pengelolaan sumberdaya alam hayati (flora dan fauna) yang pemanfaatannya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (UU No.5 Tahun
1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya).
Kenapa diperlukan adanya konservasi???? Jawabannya adalah karena kelestarian flora
dan fauna kerap diganggu oleh berbagai kerusakan baik kerusakan yang disebabkan oleh
faktor manusia manupun faktor alam misalnya seperti pada gambar berikut :
B. Bentuk Konservasi Flora dan Fauna
Bentuk konservasi jenis tumbuhan dan satwa dapat dilakukan melalui kegiatan
pengelolaan di dalam habitatnya (in situ). Dalam mendukung kegiatan pengelolaan in
situ dilakukan kegiatan pengelolaan di luar habitatnya (ek situ) untuk menambah dan
memulihkan populasi. Berikut ini penjelasan secara rincinya:
1. Pengertian Konservasi In Situ dan Ek Situ
a. Konservasi In Situ
Konservasi In Situ merupakan konservasi sumber daya genetik dalam populasi
alami flora atau fauna misalnya sumber daya genetik hutan dalam populasi alami
spesies pohon. Hal ini merupakan proses dalam melindungi spesies tanaman atau
hewan yang terancam punah di habitat aslinya. Cara konservasi In Situ ialah
dengan mendirikan cagar alam, taman nasional dan suaka marga satwa. Contoh
daerah konservasi In Situ:
1) Taman nasional ujung kulon, tempat populasi badak jawa.
2) Taman nasional tanjung putting, pusat rehabilitasi orang utan dan terdapat
tiga vegetasi dominan yaitu pandan-pandanan, palem-paleman dan berbagi
jenis epifit.
b. Konservasi Ek Situ
Konservasi Ek Situ merupakan konservasi yang melindungi spesies hewan dan
tumbuhan langka dengan mengambil dari habitat aslinya yang tidak aman atau
terancam dengan ditempatkan ke perlindungan manusia (di luar habitat aslinya).
Cara konservasi Ek Situ ialah dilakukan dengan mendirikan taman safari, kebun
binatang, kebun raya, dan kebun koleksi. Contoh daerah konservasi Ek Situ:
1) Taman safari puncak
2) Kebun raya bogor
a. Cagar Alam
Adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya memiliki kekhasan/keunikan
jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan
ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar
keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami. Kriteria sutau
kawasan ditetapkan sebagai cagar alam yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki keragaman, baik tumbuhan maupun satwa
2) Memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum
tersentuh manusia
b. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan/keunikan jenis satwa liar dan/atau keanekaragaman satwa
liar yang untuk kelangsungan hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan
pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Kriteria daerah dijadikan kawasan
suaka margasatwa antara lain sebagai berikut:
1) Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa
2) Merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka atau satwa yang
dikhawatirkan punah
3) Memiliki tingkat keanekaragaman dan populasi yang tinggi
4) Merupakan tempat hidup satwa migrant tertentu
5) Memiliki kawasan yang luas sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan
Adapun manfaat yang dapat dirasakan dari adanya taman nasional adalah sebgai
berikut:
1) Merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomis
2) Dapat menjaga keseimbangan kehidupan, baik biotic maupun abiotik di
daratan maupun perairan.
3) Memiliki nuansa keindahan sebagai objek pariwisata alam
4) Merupakan objek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
penelitian
5) Keragaman sumber daya alam kawasan konservasi, baik darat maupun di
perairan.
Untuk menentukan prioritas konservasi spesies flora dan fauna, maka patokan
yang digunakan adalah:
Kekhasan (distinctiveness) – jenis-jenis langka dan secara alami hanya
terdapat di suatu daerah atau wilayah geografis tertentu saja (endemik).
Keterancaman (endangered) – jenis-jenis terancam punah, karena tingkat
kerusakan habitatnya, atau perburuan dan pemanenan berlebihan.
Kegunaan (Utility) – jenis-jenis yang mempunyai nilai potensial untuk
dimanfaatkan.
Bentuk usaha dan peran konservasi di Indonesia sudah banyak dilakukan yaitu:
1. Membangun kawasan untuk konservasi flora dan fauna.
Pembangunan kawasan konservasi flora dan fauna di Indonesia dibagi menjadi
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KSP). Berdasarkan
jenis- jenis perlindungan yang diungkapkan di atas di Indonesia sudah banyak sekali
bentuk perlindungan alam yang sengaja sudah didirikan, dijaga serta dikembangkan
dalam lokasi tertentu oleh pemerintah Indonesia.
2. Lembaga Biologi
Guna keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, Indonesia
memiliki lembaga-lembaga biologi seperti berikut:
a. Kebun Raya Bogor dengan cabang-cabangnya di Cibodas (Jawa Barat),
Purwodadi (Jateng), Lawang (Jatim), Eka Karya (Bali), dan Sibolangit (Sumatera
Utara). Kebun Raya Bogor memiliki semua jenis tanaman tropis yaitu sebanyak
±16.000 pohon, meliputi ±6.000 spesies.
b. Lembaga Penelitian Botani Bogor.
c. Lembaga Penelitian Laut di Jakarta.
3. Pelestarian Hutan
Pelestarian hutan di Indonesia segaja dilakukan untuk melindungi apa saja
potensi yang terdapat didalamnya sehingga hutan dapat terjaga dan mampu menjadi
aset baik untuk masa kini maupun masa mendatang. Usaha-usaha dalam pelestarian
hutan di Indonesia antara lain sebagai berikut:
a) Dibentuk polisi khusus (polsus) kehutanan untuk menjaga kelestarian hutan agar
hutan tidak dicuri kayunya. Oleh karena itu, polsus di Kalimantan Tengah sudah
mulai dipersenjatai.
b) Penerangan-penerangan lewat media cetak dan media elektronika tentang
pentingnya hutan.
c) Upaya merumahkan orang-orang perambah hutan agar tidak lagi merusak hutan.
Pembangunan masyarakat sekitar hutan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraannya dengan cara dibantu mendirikan koperasi peternakan,
pendidikan, dan sekolah (bina sosial).
d) Peningkatan sistem tebang pilih dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI). Sistem ini berarti para pengusaha kehutanan yang memegang HPH (Hak
Pengusaha Hutan) tidak hanya memilih batang kayu yang besar-besar saja
(minimal berdiameter 30 cm), tetapi berkewajiban membuat persemaian dan
pembibitan untuk mereboisasi hutan yang sudah ditebangi. Selain itu penebangan
tidak boleh dihabiskan, meskipun pohon-pohonnya sudah lebih besar dari
ketentuan 30cm.