Anda di halaman 1dari 50

Kawasan Konservasi di Indonesia

Pengelolaan kawasan konservasi dimulai dengan menunjuk cagar alam


tertua di Indonesia, yaitu Cagar Alam Cibodas seluas 240 hektar pada tahun 1889.
setelah itu sejumlah cagar alam ditetapkan oleh pemerintah Belanda, terutama
setelah dikeluarkan UU Cagar Alam 1916. di Sulawesi Utara, Cagar Alam
Tangkoko Batuangus ditetapkan oleh Belanda berdasarkan GB No. 6 Stbl 1919,
tanggal 12 Februari 1919.
Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia mulai memperoleh perhatian
pada tahun 1970-an. Tujuan dilaksanakannya konservasi tersebut adalah untuk:
1. memelihara proses ekologi yang penting dan sistem penyangga kehidupan;
2. menjamin keanekaragaman genetik;
3. pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem.
Sedangkan peranan kawasan konservasi dalam pembangunan meliputi:
1. penyelamat usaha pembangunan dan hasil-hasil pembangunan;
2. pengembangan ilmu pendidikan;
3. pengembangan kepariwisataan dan peningkatan devisa;
4. pendukung pembangunan bidang pertanian;
5. keseimbangan lingkungan alam;
6. manfaat bagi manusia.
Menurut UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, kawasan konservasi di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Sampai dengan akhir tahun 2017, terdapat 552 unit kawasan konservasi
yang meliputi area terestrial dan perairan seluas 27.140.384,04 ha. Kawasan
konservasi dimaksud tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia, yang terdiri
atas 214 unit cagar alam, 79 unit suaka margasatwa, 54 unit taman nasional, 131
unit taman wisata alam, 34 unit taman hutan raya, 11 unit taman buru, serta 29
unit kawasan suaka alam-kawasan pelestarian alam (KSA-KPA atau kawasan
konservasi yang belum ditetapkan fungsinya secara definitif).
Kawasan konservasi di Indonesia, selain ditetapkan secara nasional,
beberapa diantaranya juga menyandang status perlindungan yang ditetapkan
secara internasional. Cagar biosfer (biosphere reserve) adalah satu status
perlindungan kawasan secara internasional yang diberikan oleh UNESCO Man
and Bisphere Programme. Penetapan status tersebut bertujuan untuk
mempromosikan solusi kombinasi yang menjembatani kepentingan konservasi
keanekaragaman hayati dan pemanfaatan yang lestari, sebagaimana mandat
pembangunan berkelanjutan. Hingga saat ini, di Indonesia terdapat 11 unit cagar
biosfer yang meliputi 21 unit kawasan konservasi sebagai zona intinya, 6 kawasan
konservasi sebagai zona penyangganya, serta 13 kawasan konservasi pada area
transisi.
Pada kawasan konservasi di Indonesia juga telah ditetapkan empat situs
warisan dunia (world heritage site) oleh UNESCO World Heritage Committee.
Keempat situs warisan dunia tersebut meliputi tujuh unit kawasan konservasi.
Kawasan-kawasan tersebut ditetapkan berdasarkan outstanding universal value
yang spesifik di masing-masing kawasan untuk kepentingan perlindungan warisan
alam dunia, terutama representasi sejarah alam, proses biologis dan ekologis, serta
perlindungan habitat alam yang sangat penting bagi konservasi keanekaragaman
hayati.
Untuk kepentingan konservasi dan pemanfaatan secara lestari lahan basah
di seluruh dunia, ditetapkan beberapa lokasi sebagai Situs Ramsar. Di Indonesia,
sejak
tahun 1992 sampai dengan tahun 2017, telah ditetapkan sebanyak tujuh Situs
Ramsar. Untuk kepentingan perlindungan dan pemanfaatan secara lestari dari
fenomena geologi, sampai dengan tahun 2017 telah ditetapkan pula empat
kawasan konservasi sebagai UNESCO global geopark. Selain keempat status
perlindungan internasional tersebut, di tingkat Asean juga telah ditetapkan enam
unit kawasan konservasi di Indonesia sebagai Asean Heritage Park. Kawasan
Konservasi yang mendapatkan Penetapan Internasional sebagai Cagar Biosfer
sampai dengan Tahun 2017 disajikan pada tabel berikut :
Kawasan Konservasi yang mendapatkan Penetapan Internasional sebagai
Situs Warisan Dunia, Situs Ramsar dan ASEAN Heritage Park sampai dengan
Tahun 2017, disajikan pada tabel berikut :
1. Kawasan Suaka Alam
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 108 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian
Alam, Pasal 1 (satu) menjelaskan Kawasan Suaka Alam selanjutnya disingkat
KSA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di
perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan. Kawasan Suaka alam terdiri dari kawasan Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa.

a. Cagar Alam
Cagar Alam adalah KSA yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan
beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan
dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung
secara alami.
Dalam PP No.28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA)
dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk
dan ditetapkan sebagai kawasan cagar alam di jelaskan dalam Pasal 6 meliputi:
a. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan/atau satwa liar yang tergabung
dalam suatu tipe ekosistem;
b. mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan/atau satwa liar yang secara fisik
masih asli dan belum terganggu;
c. terdapat komunitas tumbuhan dan/atau satwa beserta ekosistemnya yang langka
dan/atau keberadaannya terancam punah;
d. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
e. mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang
pengelolaan secara efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis
secara alami; dan/atau
f. mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Pada Pasal 33 dijelaskan, Cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
c. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon; dan
d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
Beberapa Cagar alam beserta flora dan fauna yang ada di kawasannya:
a. Cagar alam Gunung Leuser di Nangroe Aceh Darussalam
Jenis flora yang dilindungi di lokasi ini adalah daun payung raksasa
(Johannesteijsmannia altifrons), bunga (Rafflesia atjehensis dan R.
micropylora), serta Rhizanthes zippelnii.
Sedangkan jenis fauna yang dilindungi meliputi mawas atau orang utan (Pongo
abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis
sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
(Ilmugeografi.com)
b. Cagar alam Bukit Dua Belas di Jambi
Jenis flora yang dilindungi di antaranya harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), beruang madu
(Helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau
(Argusianus argus argus). Untuk jenis fauna yang dilindungi meliputi siamang
(Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan
dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang
madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak
montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra
Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci
Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis).
(ilmugeografi.com)
c. Cagar Alam Taba Penanjung I-Ii; Bengkulu
Flora : Meranti (Shorea sp), Durian Hutan (Durio Zibetinus), Gambir (Jasminum
multiflorium), Bayur (Pteros permum sp), Balam Jentik (Palaquen
walsurifolium), Terap (Artocarpus elasticus). Kawasan ini merupakan juga
habitat bunga Rafflesia Arnoldi R.Br yang dikenal juga dengan nama Bunga
Sekedi, Bunga Ambai-ambai.
Fauna : Siamang (Hylobates moloch), Beruang madu (Helarctus malayanus),
Owa (Hylobathates Syndatalus), Kuau (Argusianus argus), Monyet (Macaca
nemistrina) dan Babi hutan.
d. Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat
Flora : Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima noronhae), Pasang
(Quercus blumeana), Saninten (Castanopsis argentea)
Fauna : Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Elang
Jawa (Spizaetus bartelsi), Owa Jawa (Hylobates moloch)
e. Cagar Alam Gunung Mutis, NTT
Cagar alam ini memiliki hutan homogen dataran tinggi yang didominasi oleh
tanaman Ampupu yang tersebar cukup luas secara alami di ketinggian sekitar
2.500 meter diatas permukaan air laut. Jenis flora selain Ampupu juga terdapat
bijama, haubesi, cemara gunung, matoi, oben serta jenis paku-pakuan dan
rumput-rumputan. Sedangkan fauna yang ada diantaranya rusa timor, kuskus,
babi hutan, biawak timor, ular sanca timor, ayam hutan dan masih banyak lagi.
f. Cagar Alam Pegunungan Arfak, Papua Barat
Flora : pohon Arwob (Dodonia fiscosa), kayu Masohi dan anggrek Flame of Irian
(Mucuna novaeguinea) berwarna khas merah merona hitam.
Fauna : Cenderawasih Arfak (Astrapia nigra), Parotia barat (Parotia sefilata) dan
burung Namdur polos (Amblyornis inornatus)yang oleh suku Arfak Moley
disebut burung Mbrecew atau burung pintar.(www.kompasiana.com)
g. Cagar Alam Teluk Apar; Kalimantan Timur
Flora : anggrek hitam (Coelogyne pandurata), Avecennia marina; Avecennia
alba; Sonneratiaceae; Sonneratia alba
Fauna : Primata: Bekantan Nasalis larvatus Dilindungi; Monyet ekor panjang
Maccaca fascicularis; Lutung Dahi Putih Presbytis frontata Dilindungi.
h. Cagar Alam Ponda-Ponda; Sulawesi Selatan
Kawasan Pondaponda ditunjuk menjadi kawasan konservasi terutama karena
potensi Diospyros celebica (Eboni).
Fauna pada kawasan ini adalah Monyet jambul (Macaca tonkeana), dan burung
kangkareng (Penelopides exarhatu).
b. Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah KSA yang mempunyai kekhasan/keunikan jenis
satwa liar dan/atau keanekaragaman satwa liar yang untuk kelangsungan
hidupnya memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi
dan habitatnya.
Dalam PP No.28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
(KSA) dan Kawasan Pelstarian Alam (KPA). Kriteria suatu wilayah dapat
ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 7 meliputi:
a. merupakan tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa jenis satwa
langka dan/atau hampir punah;
b. memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
c. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu; dan/atau
d. mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.
Dalam Pasal 34 di jelaskan tentang pemanfaatan suaka margasatwa, yaitu :
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
c. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam terbatas; dan
d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

Daftar Suaka Margasatwa di Indonesia dan hewan yang di lindungi

No Nama Suaka Tempat Fauna


Margasatwa
Sumatera
1 BALAI RAJA Bengkalis, Riau Gajah, harimau sumatera
beruang madu , tapir
siamang , kera ekor panjang
biawak, uIar Sanca
dan aneka burung
seperti rangkong
2 BARUMUN Tapanuli Tengah, gajah, harimau,
Sumatera Utara beruang, siamang
3 Bukit BATU Bengkalis, Riau harimau Sumatera
Orangutan,
Tapir, Badak Jawa
4 Tasik BELAT Bengkalis, Riau Harimau Sumatera, Keluang
Srigunting Hitam
5 BENTAYAN Banyuasin, Sumatera gajah, tapir, beruang madu,
Selatan rusa,
kijang, babi hutan, kera
ekor panjang, bajing tanah,
elang hitam.
6 Danau Pulau Bengkalis, Riau ikan arwana
BESAR–BAWAH monyet ekor panjang,
beruang madu,
dan burung
7 Tasik BESAR– Indragiri Hilir, Riau harimau Sumatera, ikan
METAS arwana,
buaya muara , dan beruang
madu
8 DANGKU Musi Banyuasin, harimau sumatera, beruang
Sumatera Selatan madu, rusa, kera ekor
panjang, buaya
burung rangkong burung
elang hitam
9 Pusat Pelatihan Bengkalis, Riau Tempat perkembangbiakan
GAJAH gajah
10 GIAM SIAK Bengkalis, Riau. Gajah Sumatra harimau
KECIL Sumatra beruang madu
buaya muara
11 GUMAI Lahat, Sumatera Selatan Tupai, Sciuridae (sejenis
PASEMAH tupai kecil)
Tikus besar, Tikus besar
ekor panjang
12 ISAU-ISAU Lahat, Sumatera Selatan Kambing hutan, rusa, tapir,
PASEMAH siamang, beruk semundi,
ular
13 KARANGGADIN Langkat, Deli Serdang, Babi Hutan, Rusa, Siamang
G-LANGKAT Sumatera Utara. Kambing hutan, Enggang
TIMUR LAUT Pergam
14 KERUMUTAN Kampar, Indragiri Hulu, Betet, endemik, cerek Jawa
Riau. bubut Jawa
15 Tasik Tanjung Bengkalis, Riau. harimau
PADANG gajah
16 PAGAI Pesisir Selatan biawak air, ular sanca
SELATAN (Kepulauan Mentawai), kembang
Sumatera Barat. ular sendok
Jawa alias kobra Jawa
ularwelang , ular kadut
belang
ular cincin mas , ular
pucuk
ular bakau
17 Gunung RAYA Ogan Komering Ulu, gajah, badak sumatra
Sumatera Selatan
18 Bukit RIMBANG- Kampar, Riau. Jenis kucing besar
BALING
19 Tasik SERKAP- Indragiri Hilir, Bangau, tongtong, elang ,
SARANG Pelalawan, Riau harimau
BURUNG Tapir, gajah
20 Rawa SINGKIL Aceh Selatan, NAD Buaya, Ular kobra sumatera
Ular sanca, Orang utan
21 SIRANGGAS Tapanuli Tengah, Harimau Sumatera, Rusa,
Sumatera Utara Kiah-kiah, Kancil, Beruang
Trenggiling
22 Padang Musi Banyuasin, Gajah, siamang, rusa,
SUGIHAN Sumatera Selatan kijang, kancil, beruk, kera,
bajing tanah, bajing terbang,
labi-labi, buaya muara,
rangkong, pecuk ular,
bangau tong-tong, raja
udang. Ikan tembakang,
sepat siam, sepat rawa, lele,
gabus, toman
23 Dolok Tapanuli Utara, Sumatera Rusa, Babi Hutan, Harimau
SURUNGAN Utara Sumatera, Landak, Elang,
Siamang
Jawa
24 Muara ANGKE Jakarta Utara, DKI cerek Jawa (Charadrius
Jakarta javanicus) dan bubut Jawa
(Centropus nigrorufus)
25 BAWEAN Surabaya, Jawa Timur Pengembang biakan Rusa
26 CIKEPUH Sukabumi, Jawa Barat. Penyu hijau, Banteng ,
Rusa, Kancil
Babi hutan, Owa , Kera,
Lutung
burung Kangkareng, burung
Rangkong , burung Udang
burung kuntul Karang
burung Bangau Putih Susu
burung Merak, burung
Elang , biawak , dan ular
Beusi
27 PALIYAN Gunung Kidul, DI burung perancah
Yogyakarta jalak Bali tiga jenis kasuari
kakatua hitam burung-
burung cenderawasih
buaya-buaya
28 Pulau RAMBUT Jakarta Utara, DKI Berbagai jenis burung
Jakarta
29 Gunung SAWAL Ciamis, Jawa Barat harimau lodaya, macan tutul
30 SENDANGKERT Tasikmalaya, Jawa Barat mamalia besar, primata,
A burung, atau reptile
31 Gunung Sragen, Jawa Tengah Singa
TUNGGANGAN
32 Dataran Tinggi Jember, Probolinggo, babi hutan, kucing hutan ,
YANG JAWA TIMUR macan tutul , anjing hutan ,
kijang
rusa , merak, ayam hutan,
pergam
seran, kepondang hutan
kutilang gunung
Kalimantan
33 Pulau KAGET Barito Kuala, Kalimantan kera hidung panjang
Selatan
34 LAMANDAU; Kotawaringin Barat, Orangutan, Owa-owa,
Kalimantan Tengah Bekantan
. Kancil, Beruang Madu
Burung Raja Udang
Burung Rangkong
Burung Cucak Rowo
35 Kuala LUPAK- Barito Kuala, Kalimantan harimau Sumatra, macan
NUSA GEDE Selatan dahan
PANJALU Bekantan, orangutan

36 PLEIHARI- Tanah Laut, Kalimantan Bekatan, kera, kijang, rusa,


TANAH LAUT Selatan babi
rangkong badak, tong tong,
owa owa
kancil, beruang madu,
kancil
buaya muara
37 Pulau SEMAMA Berau, Kalimantan Timur Bangau, elang, pergam,
kelelawar
dara laut, layang laying
Nusa Tenggara Timur
38 ALE ASISIO Timor Tengah Selatan, Kakak tua jambul kuning,
NTT Nuri
39 HARLU Kupang, Nusa Tenggara Rusa Timur
Timur. Kakatua Kecil Jambul
Kuning
Nuri Raja Kembang , Walik
Ratu
Pergam timur ,Iasap Madu
Australia
pelikan.
40 KATERI Belu, NTT. rusa timur , kus kus, elang
laut perut putih, hantu,
elang, perkici , tekukur
biawak timor
41 Danau TUADALE Kupang, NTT ular sanca timor, biawal
timor
beo, kakak tua putih kecil
jambul kuning , bangau
putih, ulung ulung
perkici dada kuning
burung camar
burung puyuh
alap alap
Nusa Tenggara Barat
42 TAMBORAN Dompu, Nusa Tenggar Burung camar, beo
SELATAN Barat kakak tua jambul kuning
Sulawesi
43 Tanjung AMOLE Kendari, Sulawesi Rusa, monyet hitam, babi
NGO Tenggara hutan
Anoa
44 BAKIRIANG Banggai, Sulawesi Burung Maleo
Tengah
45 Tanjung Kendari, Sulawesi burung maleo, kupu kupu
BATIKOLO Tenggara liar
rusa, monyet hitam sulawesi
anoa daratan rendah
46 BUTON UTARA Muna, Sulawesi anoa datarang rendah
Tenggara anoa pegunungan, rusa
monyet buton, kus kus
maleo senkawor
47 DOLANGAN Buol Toli-Toli, Sulawesi burung dara laut, bangau
Tengah putih
elang coklat, alap alap tikus
maleo
48 KARAKELANG Sangihe Talaud, Maleo, Kakaktua
UTARA- Sulawesi Utara Elang
SELATAN
49 KOMARA Takalar, Sulawesi Rusa, rangkong, babi hutan,
Selatan musang
kus kus
50 LAMBUSANGO Buton, Sulawesi Anoa, kera hitam, rusa, kus
Tenggara kus
sapi liar, biawak
merpati hutan putih dan abu
abu
musang sulawesi serindit
sulawesi
51 LAMPOKO- Polewali Mandar, Pelikan
MAMPIE Sulawesi Barat Burung air
52 LOMBUYAN I/II Banggai, Sulawesi Rusa, monyet hitam, anoa
Tengah babi rusa, musang, musang
sulawesi
kuskus
53 Gunung Minahasa, Sulawesi Anoa, Babi rusa
MANEMBO- Utara
NEMBO
54 Tanjung MATOP- Buol Toli-toli, Sulawesi Babi rusa, Anoa, Rusa
PINJAM Tengah Musang
55 NANTU Gorontalo, Nantu, Babi rusa, Rusa
GORONTALO
56 PATI-PATI Banggai, Sulawesi Rusa, monyet hitam,
Tengah enggang
Gagak, kum kum, kea
57 Tanjung PEROPA Kendari, Sulawesi Anoa, maleo, rangkong,
Tenggara rusa
bangau hitam , kus kus
kera hitam Sulawesi, biawak
58 SANTIGI Donggala, SULAWESI Rangkong
TENGAH Kera hitam sulawesi
Bangau hitam
Maluku
59 TANIMBAR Maluku Tenggara, jalak bali, kasuari
Maluku cendrawasih
60 Pulau BAUN Maluku Tenggara, Burung Cendrawasih
Maluku Kuning Kecil Nuri Kepala
Hitam, Kanguru Pohon
Kakatua Raja, Kakatua
Jambul Kuning, Kupu-kupu
Raja
61 Pulau KASSA Maluku Tengah, Maluku. Burung gosong
62 Pulau KOBROR Maluku Tenggara cendrawasih kuning kecil
nuri kepala hitam
kakaktua jambul kuning
63 Pulau MANUK Maluku Tengah elang laut perut putih
bintayong , angsa batu
berkaki merah
pelikan , belibis, raja udang
Papua
64 ANGROMEOS Paniai, Papua penyu sisik, penyu
hijau.dara laut
elang laut, camar dara
65 Pulau VENU Fakfak, Papua Barat Lola, kima pasir, kima
lubang ,
keong kepala kambing,
keong terompet, nautilus
berongga
lambis, ganggang laut,
penyu sisik
penyu hijau, dara laut, elang
laut
camar dara
66 Pulau DOLOK Merauke, Papua Ducula bicolor, Columba
livia, Paradisea, Crocodylus
porosus, Crocodylus
novaguineae, Platalea regia,
Probosciger atterimus,
Cacatua pastinor, Casuarius
casuarius, Threskipnis sp,
Egretta picata, Plegadis
falcinellus, Callidris
ruficalis, Ephippiorhynchus
asiaticus, Anseranas
semipelmata
67 FOJA Jayapura, Papua Buaya, kakatua, nuri,
cendrawasih
kus kus, babi hutan, tikus
tanah
68 JAMURSBA Manokwari, Papua penyu belimbing, penyu
MEDI sisi, penyu sisik semu,
penyu hijau, kangguru
tanah, rusa babi hutan,
landak irian
biawak, kakaktua putih
jambul kuning ,
cendrawasih, kakaktua raja
maleo, rangkong
69 JAYA WIJAYA Jayawijaya, Papua Maleo, Rangkong,
Cendrawasih
Babi hutan, Kangguru,
Kakaktua
70 KOMOLON Merauke, Papua Penyu, Maleo,
Cendrawasih, Biawak
Babi hutan
71 Tanjung Manokwari, Papua Buaya, kakatua, nuri,
MUBRANI- cendrawasih
SIDEI-WIBAIN kus kus, babi hutan, tikus
I/II tanah
72 Kepulauan RAJA Fakfak, Papua Cendrawasih, Babi hutan,
AMPAT Kangguru
Kakaktua
73 SABUDA Fakfak, Papua penyu sisik, penyu hijau,
TATARUGA dara laut
elang laut, camar dara
Pulau Komodo
74 Pulau komodo Pulau Komodo Komodo

Pengelolaan kawasan Cagar Alam dan Kawasan Suaka margasatwa


Rencana pengelolaan Kawasan Cagar Alam dan Kawasan Suaka
Margasatwa disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis,
dan sosial budaya. untuk upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
kawasan. Ketentuan lebih lanjut tentang rencana pengelolaan kawasan diatur
dengan. Keputusan. Menteri.
Dalam kegiatan pengawetan, diberlakukan upaya pelarangan kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan Kawasan Cagar Alam dan.
Kawasan Suaka Margasatwa. Kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
keutuhan kawasan adalah:
a. melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan;
b. memasukkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli kedalam kawasan;
c. memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan
satwa dalam dan dari kawasan;
d. menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan.
tumbuhan dan satwa dalam kawasan; atau
e. mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu kehidupan
tumbuhan dan satwa. Suatu kegiatan dapat dianggap sebagai tindakan
permulaan melaksanakan kegiatan, apabila melakukan perbuatan:
a. memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan;
atau
b. membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, mengangkut,
menebang, membelah, merusak, berburu, memusnahkan satwa dan tumbuhan
ke dan dari dalam kawasan.

2. Kawasan Pelestarian Alam


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 108 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan
Kawasan Pelestarian Alam, Pasal 1 (satu) dijelaskan Kawasan Pelestarian
Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam
Hayati dan ekosistemnya. Dalam pasal 4 disebutkan KPA terdiri atas taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

a. Taman Nasional
Konsep taman nasional ini muncul di era tahun 1980, terdapat lima
taman nasiolan (TN) yang dideklarasikan di Jakarta saat itu, yaitu TN.
Gunung Leuser, TN. Gede Pangrango, TN. Ujung Kulon, TN. Baluran,
dan TN. Komodo. Kemudian pada tahun 1982 bersamaan dengan Kongres
Taman Nasional Dunia Kedua di Bali pemerintah mendeklarasikan 11
taman nasional. Tentu saja, bagaimana cara mengelola taman nasional
pada saat itu masih belum jelas dan masih mencari bentuknya. Sepuluh
tahun kemudian,baru lahir UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang mensyaratkan tidak
kurang dari 11 peraturan pemerintah untuk pelaksanaannya.
Dalam PP No.28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kriteria suatu
wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 8 meliputi:
a. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik
yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
b. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
c. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses
ekologis secara alami; dan
d. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan
keperluan.
Ditetapkan sebagai zona inti, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. mempunyai keanekaragarnan jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya;
b. mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
c. mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli
dan tidak atau belum diganggu manusia;
d. mempunyai luas yang cukup dan bentuk tententu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis
secara alami;
e. mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi;
f. mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya
yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Ditetapkan sebagai zona pemanfaatan, apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa
formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan
unik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan
daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
Ditetapkan sebagai zona rimba, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. kawasan yang ditetapkan mampu mendukung upaya perkembangbiakan
dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi;
b. memiliki keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian
zona inti dan zona pemanfaatan;
c. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu.
Dalam Pasal 35 PP No.28 tahun 2011, Taman nasional dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
c. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon,pemanfaatan air serta energi
air, panas, dan angina serta wisata alam;
d. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar;
e. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya;
f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.
Pemanfaatan Pemanfaatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya
tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak
dilindungi.
Taman Nasional adalah salah satu kawasan konservasi yang relatif
paling maju baik bentuk maupun sistem pengelolaannya dibandingkan
dengan Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa. Taman Nasional bahkan memperoleh perhatian yang lebih
serius dalam pengembangannya dibandingkan dengan pengembangan
kawasan lindung ataupun pengembangan gagasan cagar biosfer.
Akan tetapi Pengelolaan TN di Indonesia dihadang oleh berbagai
permasalahan, mulai dari kebijakan penetapannya, ketidakpastian hukum,
dan tumpang tindih aturan, sampai pada masalah sosial budaya. Sejak TN
pertama ditetapkan, salah satu permasalahan adalah proses penetapannya
yang jarang melibatkan semua pemangku kepentingan. Kawasan TN
ditetapkan secara sepihak oleh pemerintah nasional dan dikelola langsung
oleh Kementerian Kehutanan/Balai Taman Nasional.
Dari 50 TN di Indonesia hanya satu atau dua yang sudah
dikukuhkan secara tuntas. Penetapan kawasan konservasi umumnya dan
TN khususnya tidak memperhatikan hak-hak adat/tradisional masyarakat
setempat. Cara penetapan bertabrakan dan menafikan pengelolaan sumber
daya alam oleh masyarakat yang telah ada sejak lama. Lembaga yang
berwenang untuk mengelola TN seringkali tidak mampu mengelolanya
secara efektif dan tidak mampu menegakkan hukum.
Akibatnya,pelanggaran hukum di kawasan konservasi seringkali dibiarkan
(Moeliono, M., et. al: 2010).
Berikut merupakan tabel Penataan Zonasi Taman Nasional sampai
dengan Tahun 2017.
b. Taman Hutan Raya
Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan/atau bukan
jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi.
Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai
kawasan taman hutan raya meliputi:
a. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;
b. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa; dan
c. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, pada
wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang
ekosistemnya sudah berubah.
Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi;
c. koleksi kekayaan keanekaragaman hayati;
d. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi
air, angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam;
e. pemanfaatan tumbuhan dan Satwa Liar dalam rangka menunjang
budidaya dalam bentuk penyediaan Plasma Nutfah;
f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat, dapat berupa
kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional,
serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi;
dan
g. pembinaan populasi melalui Penangkaran dalam rangka
pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.

c. Taman Hutan Alam


Taman Wisata Alam adalah KPA yang dimanfaatkan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Kriteria suatu wilayah
dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam
meliputi:
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang
alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan
daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam; dan
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi
air, angin, panas matahari,panas bumi, dan wisata alam;
b. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
c. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
d. pemanfaatan sumber Plasma Nutfah untuk penunjang budidaya;
e. pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau
pembesaran anakan yang diambil dari alam; dan
f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat.

d. Pengelolaan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman


Wisata
Upaya pengawetan Kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata Alam dilaksanakan dengan ketentuan dilarang
melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi
kawasan. Termasuk dalam pengertian kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan fungsi Kawasan Taman Nasional atau Taman
Hutan Raya, adalah:
a. merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistemnya;
b. merusak keindahan alam dan gejala alam;
c. mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan;
d. melakukan kegiatan. usaha yang tidak sesuai dengan rencana
pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang.
Suatu kegiatan, dapat dianggap sebagai tindakan permulaan melakukan
kegiatan. Sebagaimana dimaksud, apabila melakukan, perbuatan:
a. memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas
kawasan;
b. membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,
berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut
sumber daya alam ke dan dari dalam kawasan.

3. Daerah Penyangga
Daerah penyangga adalah wilayah yang berbatasan dengan wilayah KSA
dan KPA. Daerah penyangga dapat berupa kawasan hutan lindung, hutan
produksi, serta hutan hak, tanah negara bebas atau tanah yang dibebani hak.
Daerah penyangga mempunyai fungsi untuk menjaga KSA dan KPA dari
segala bentuk gangguan yang berasal dari luar dan/atau dari dalam kawasan
yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan/atau perubahan fungsi
kawasan.
Penetapan daerah penyangga sebagaimana dimaksud didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
a. secara geografis berbatasan dengan Kawasan Suaka Alam dan atau
Kawasan Pelestarian Alam;
b. secara ekologis masih rnempunyai pengaruh baik dari dalam maupun dari
luar Kawasan Suaka Alam dan atau Kawasan Pelestarian Alam;
c. mampu menangkal segala macam gangguan baik dari dalam maupun dari
luar Kawasan Suaka Alam dan atau Kawasan Pelestarian Alam.
Acuan Dari Peraturan

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang


Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2015 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan Konservasi Dunia

a. Kawasan Konservasi Terbaik di Dunia Versi IUCN

1. Taman Nasional Ras Mohammed – Mesir


Laut Merah memang sudah terkenal cantik. Tapi siapa sangka, di bawah
lautnya, ada surga yang jarang orang tahu. Inilah Taman Nasional Ras
Mohammad. Taman Nasional Ras Mohammad adalah salah satu surga bawah laut
kepunyaan Laut Merah. Taman nasional ini berada di selatan Semenanjung Sinai.
Wilayah Taman Nasional Ras Mohammad berbatasan dengan Teluk Suez di
bagian barat dan Teluk Aqaba di bagian timur. Di bagian timur sendiri, ada dua
pulau cantik yaitu Tiran dan Sanafir. Nah di Pulau Tiran ada sebuah gua bawah
laut yang terbentuk akibat gempa bumi. Keindahan bawah lautnya pun makin
beragam. Ikan-ikan karang cantik, muray, penyu sisik sampai penyu hijau bisa
traveler temukan di sini.

2. Situs Warisan Dunia Wadi Al-Hitan – Mesir


Wadi Al-Hitan adalah situs paling penting di dunia untuk menunjukkan tahap
evolusi ini. Disini menggambarkan dengan jelas bentuk dan kehidupan paus pada
masa lampau selama masa transisi mereka. Tidak ada tempat lain di dunia yang
bisa menghasilkan jumlah, konsentrasi dan kualitas fosil seperti itu. seperti
aksebilitas dan pengaturannya dalam lanskap yang menarik dan dilindungi. Fosil-
fosil ikan paus di Wadi Al-Hitan berasal dari sekitar 50 juta tahun yang lalu ini
menunjukkan arkeoketes termuda, dalam tahap terakhir evolusi dari hewan darat
kekehidupan hewan laut. Mereka sudah memperlihatkan bentuk tubuh ramping
khas paus modern, sementara mempertahankan aspek primitif tertentu dari
struktur tengkorak dan gigi serta kaki belakang.

3. Taman Nasional Laut Côte Bleue – Perancis

4. Kawasan Suaka Alam Regional Vosges du Nord – Perancis


5. Kawasan Konservasi Biologi Bois du Loc’h – Perancis
6. Taman Buru dan Kawasan Suaka Orlu – Perancis
7. Kawasan Ekosistem Réserve naturelle nationale des Terres australes
françaises – Perancis
8. Hutan Lindung Ajloun – Yordania
9. Suaka Lahan Basah Azraq – Yordania
10. Komunitas Konservasi Ol Kinyei – Kenya
11. Suaka Alam Al Shouf Cedar – Lebanon
12. Taman Nasional Parque Nacional Zona Marina del Archipiélago de Espíritu
Santo – Meksiko
13. Taman Nasional Cordillera Azul – Peru
14. Suaka Komunal Amarakaeri – Peru
15. Suaka Lahan Basah Al-Wathba – Uni Emirat Arab

b. Kawasan Konservasi Terluas Di Dunia


1. Taman Nasional Northeast Greenland

Dengan luas sebesar 927.000 kilometer persegi , taman nasional ini


meliputi seluruh bagian timur laut Greenland, ini adalah taman nasional terbesar
di dunia. Ini lebih besar dari 163 negara (ada sekitar 194 negara di dunia). Tanah
tersebut dihuni oleh beruang kutub, walrus, rubah arktik, burung hantu salju dan
lembu kesturi, antara spesies lainnya. Timur Laut Greenland adalah taman
nasional paling utara di dunia.

2. Kawasan Konservasi Laut Chagos


Dengan luas 545.000 km persegi , bagian dari Wilayah Samudera Hindia
Inggris, Area Perlindungan Laut Chagos adalah cagar laut terbesar di dunia. Lebih
besar dari negara Prancis. Tujuh dari atol Chagos adalah keajaiban untuk melihat
dan kaya akan keanekaragaman hayati.

3. Kepulauan Kawasan Lindung Phoenix

Terletak di Republik Kiribati, ini adalah kawasan lindung cagar laut


terbesar di Samudera Pasifik dan yang pertama di dalam air , luasnya 408.250
kilometer.

4. Monumen Laut Nasional Papahanaumokuakea


US Monumen Nasional yang terletak di negara bagian Hawaii memiliki
luas 360.000 km persegi. Monumen ini terdiri dari sepuluh pulau dan atol di
Kepulauan Hawaii Northwestern. Daerah ini adalah rumah bagi 7.000 spesies
yang berbeda.

5. Great Barrier Reef Marine Park

Great Barrier Reef berisi karang cluster terbesar di dunia dan merupakan
rumah bagi beberapa jenis biota laut yang eksotis. Taman ini didirikan untuk
melindungi sebagian besar Great Barrier Reef Australia dari kerusakan lebih
lanjut. Meskipun manusia diperbolehkan untuk mengunjungi daerah tersebut, izin
yang diperlukan sangat ketat. Luas: 345.400 km persegi.
6. Kawasan Konservasi Transfrontier Kavango-Zambezi

Kawasan lindung meliputi lahan di Angola, Botswana, Namibia, Zambia


dan Zimbabwe di benua Afrika. Dirancang untuk mendorong pariwisata lintas
batas dan beberapa migrasi mamalia di seluruh perbatasan, Kavango-Zambezi
Transfrontier Kawasan Konservasi diciptakan oleh Taman Perdamaian
Foundation dan World Wide Fund for Nature. Luas: 287.132 kilometer

7. Galapagos Marine Reserve

Luasnya 133.000 km persegi , Kepulauan Galapagos terletak di 1.000


kilometer di lepas pantai Ekuador. Galapagos Marine Reserve adalah cagar laut
terbesar di negara berkembang dan cadangan terbesar kedua di dunia. Daerah ini
adalah rumah bagi banyak spesies biota laut, termasuk hiu, paus, penyu, ikan dan
sinar. Ada campuran arus laut panas dan hangat dan air tawar dan air laut, jadi ada
beberapa spesies unik di daerah tersebut. Charles Darwin mempelajari banyak
spesies sini untuk membentuk Teori Evolusi.

8. Great Limpopo Transfrontier Park

Dengan luasnya sebesar 99.800 kilometerpersegi , terletak di Mozambique


, Afrika Utara dan Zimbabwe. Di kawasan ini terdapat binatang – binatang Afrika
yang dilindungi seperti gajah , jerapah , African leopards , cheetah , dan hyenas.

9. Air and Tenere Natural Reserve

Luas : 77.360 kilometerpersegi. Di bawah badan UNESCO World


Heritage , kawasan perlindungan dengan setengah udara pegunungan timur dan
setengah padang gurun barat , ada 2 area perlindungan yaitu cagar alam dan
tempat suci.
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI
Fredinan Yulianda, 2009

Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan

PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan


jenis dan komunitas: Kekhasan Keterancaman Kegunaan Beberapa pendekatan
yang digunakan : Pendekatan jenis / spesies Pendekatan komunitas dan ekosistem
Pendekatan kawasan dan manusia Penilaian kawasan konservasi berdasar
Pedoman Penetapan Kriteria Baku KKL yang dikeluarkan Ditjen PHPA (1995) :
Keterwakilan - Keaslian dan kealamian Keunikan - Kelangkaan Laju kepunahan -
Keutuhan ekosistem Keutuhan sumberdaya - Luasan kawasan Keindahan alam -
Kenyamanan Kemudahan pencapaian - Nilai sejarah Kehendak politik - Aspirasi
masyarakat Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan (UU No. 5/1990)

KRITERIA UMUM PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI

Kriteria dalam memilih calon lokasi konservasi: Kriteria Ekologi, Kriteria Sosial,
Kriteria Ekonomi, Kriteria Regional, Kriteria Pragmatik.

1. Kriteria Ekologi Keanekaragaman, varietas atau kekayaan (richness)


ekosistem, habitat, komunitas dan spesies. Alamiah, yaitu ketidakadaan
gangguan atau perusakan. Ketergantungan, yaitu tingkatan yang mana
suatu spesies tergantung pada daerah yang ditempati, atau tingkatan yang
mana suatu ekosistem tergantung pada proses ekologis yang terjadi di
daerah tersebut. Perwakilan (Representativeness), tingkatan yang mana
suatu daerah mewakili suatu tipe habitat, proses ekologis, komunitas
biologis, kondisi fisiografis atau karakteristik alam lainnya. Keunikan,
sebagai contoh adalah habitat dari spesies langka yang terdapat hanya di
satu daerah.
2. Kriteria Ekologi (Lanjutan..)
lntegritas, yaitu tingkatan yang mana suatu daerah merupakan suatu unit
yang berfungsi atau efektif, mampu melestarikan ekologis sendiri.
Produktivitas, yaitu tingkatan yang mana proses produksi di dalam area
menyumbangkan keuntungan-keuntungan kepada spesies atau manusia.
Kerentanan (Vulnerability), yaitu kerentanan daerah terhadap kerusakan
oleh peristiwa alam atau aktivitas manusia.
3. Kriteria Sosial Penerimaan masyarakat, yaitu tingkat dukungan
masyarakat lokal. Kesehatan masyarakat, yaitu tingkat kebersihan
kawasan konservasi laut dari pencemaran atau penyakit pada manusia.
Rekreasi, yaitu tingkatan yang mana area bisa digunakan untuk rekreasi
oleh masyarakat sekitar. Budaya, yaitu nilai-nilai agama, sejarah, artistik
atau nilai-nilai lainnya di lokasi. Estetika, yaitu panorama laut, daratan,
atau lainnya. Konflik kepentingan, daerah lindung akan memengaruhi ke-
giatan masyarakat lokal.
4. Kriteria Sosial (Lanjutan..)
Penyelamatan, yaitu terkait pada tingkat kebahayaan terhadap manusia
dari arus deras, ombak, rintangan/halangan dari dasar laut, gelombang dan
bahaya-bahaya lain. Kemudahan, kemudahan yang dimaksud di sini
adalah kemudahan lokasi untuk dijangkau baik melalui darat maupun laut
oleh para pengunjung, mahasiswa, peneliti dan nelayan. Penelitian dan
pendidikan, terkait dengan kualitas pemanfaatan, yaitu area yang
mempunyai berbagai sifat ekologis dan dapat dimanfaatkan untuk
penelitian dan praktek kerja lapangan.
5. Kriteria Sosial (Lanjutan..)
Kesadaran masyarakat, yaitu tingkatan yang terkait pada pemantauan,
penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam area, yang dapat
memberikan pengetahuan dan apresiasi nilai lingkungan dan tujuan
konservasi. Konflik dan kesesuaian, yaitu tingkatan yang terkait dengan
manfaat area dalam membantu memecahkan konflik antara nilai-nilai
sumberdaya dan aktivitas-aktivitas manusia, atau tingkatan yang sesuai
atau cocok di antara keduanya. Petunjuk (Benchmark), tingkatan yang
mana area dapat dijadikan sebagai "lokasi kontrol" untuk penelitian
ilmiah.
6. Kriteria Ekonomi Kepentingan untuk spesies, tingkatan yang terkait pada
nilai penting spesies-spesies komersial tertentu yang ada di suatu area.
Kepentingan untuk perikanan, tergantung pada jumlah nelayan dan ukuran
hasil perikanan. Ancaman alam, yaitu perubahan lingkungan yang
mengancam nilai secara keseluruhan bagi manusia. Keuntungan ekonomi,
upaya perlindungan akan mempengaruhi ekonomi lokal jangka panjang.
Pariwisata, yaitu nilai potensi daerah yang ada saat ini untuk
pengembangan pariwisata.
7. Kriteria Regional Pengaruh wilayah, tingkatan yang mana daerah
mewakili sifatsifat suatu wilayah, baik kondisi alam, proses ekologis atau
lokasi budaya. Pengaruh subwilayah, tingkatan yang mana suatu daerah
mengisi gap dalam jaringan daerah-daerah lindung dari perspektif
subwilayah.
8. Kriteria Pragmatik Urgensi, yaitu tingkatan dimana suatu tindakan harus
segera dilakukan, nilai yang kurang penting pada suatu area harus di-
transfer atau dibuang. Ukuran, yang mana dan berapa macam habitat harus
dimasukkan ke dalam daerah perlindungan. Tingkat Ancaman, keberadaan
dari potensi ancaman dari eksploitasi langsung dan proyek pembangunan.
Keefektifan, yaitu kelayakan implementasi program pengelolaan.
9. Kriteria Pragmatik (Lanjutan)
Peluang, tingkatan dimana kondisi yang telah ada atau kegiatan yang
sedang berlangsung, mungkin akan mengalami aksi di kemudian hari.
Ketersediaan (Availability), tingkatan mengenai ketersediaan daerah untuk
dapat dikelola secara memuaskan. Pemulihan, tingkatan dimana daerah
mungkin dikembalikan ke kondisi alam semula.

3. Jenis-Jenis Kawasan Konservasi


Terdapat beberapa jenis kawasan konservasi yang ada di Indonesia, antara lain
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Hutan Pelestarian Alam, dan Taman Buru.
Ketiga jenis kawasan konservasi tersebut memiliki fungsi dan tujuan tertentu.

3.1 Kawasan Suaka Alam (KSA)

Suaka Alam adalah salah satu tipe hutan konservasi yang dilindungi dan
dipelihara keadaan alaminya secara utuh untuk tujuan penelitian ilmiah,
pendidikan, pemantauan lingkungan, dan sumber daya genetik.

Pada kawasan ini masih diperbolehkan berbagai manipulasi oleh manusia untuk
mempertahankan ciri-ciri komunitas yang khas dan mendukung spesies tertentu.
Terdapat dua jenis kawasan yang termasuk ke dalam Kawasan Suaka Alam, yaitu
Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.

Kedua jenis tipe Kawasan Suaka Alam (KSA) ini memiliki berbagai perbedaan
yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Cagar Alam Suaka Margasatwa


Mengkonservasi lingkungan dan biota di
Mengkonservasi satwa liar
dalamnya
Berukuran kecil Berukuran sedang
Habitat rapuh Habitat relatif utuh
Butuh pelestarian tinggi Butuh pelestarian sedang – tinggi
Dapat dilakukan kegiatan penelitian dan
Tidak dapat sembarang orang
pengembangan ilmu pengetahuan,
melakukan kegiatan didalamnya karena
wisata edukasi dan kegiatan lainnya
perlindungannya ketat
yang menunjang budidaya
Contoh: Cagar Alam Gunung Krakatau, Contoh: Suaka Margasatwa Muara
Lampung Angke, Jakarta

3.2 Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA)


Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, kawasan pelestarian alam
didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam
terdiri atas Taman Nasional, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya.

10.
Taman Nasional (TN) merupakan Wilayah luas dengan keindahan alam
dan pemandangan yang dikelola untuk melindungi satu atau lebih
ekosistem serta untuk tujuan ilmiah, pendidikan, dan rekreasi. Di dalam
wilayah ini tidak diperbolehkan untuk melakukan eksploitasi sumberdaya
secara komersial.
Ciri-ciri taman nasional sendiri adalah ukurannya yang luas, habitat relatif
utuh, membutuhkan pelestarian tinggi, berpotensi untuk rekreasi, dan
pengunjung memberikan manfaat bagi wilayah tersebut, contohnya adalah
Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Sukabumi, Jawa Barat.
Taman Wisata Alam (TWA) merupakan kawasan hutan konservasi yang
memiliki manfaat sebagai tempat rekreasi dan pariwisata. Ciri-ciri Taman
Wisata Alam adalah ukurannya kecil, mempunyai daya tarik,
membutuhkan pelestarian yang rendah, dan pengelolaan berorientasi untuk
rekreas, contohnya adalah Taman Wisata Alam Mangrove, Angke Kapuk,
Provinsi DKI Jakarta.
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan kawasan hutan konservasi yang
ekosistemnya dilindungi, termasuk flora dan fauna di dalamnya, serta
mempunyai keindahan alam atau mempunyai gejala alam. Tahura
bertujuan sebagai koleksi flora atau fauna yang dimanfaatkan untuk
kepentingan umum sebagai penelitian, ilmu pengetahuan, dan pendidikan.
Contoh Taman Hutan Raya adalah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di
Bandung, Jawa Barat.

3.2 Taman Buru

Taman Buru merupakan kawasan hutan konservasi yang memiliki fungsi utama
sebagai akomodasi untuk wisata berburu. Hobi berburu yang sudah ada sejak
zaman dahulu menjadi latar belakang berdirinya Taman Buru. Kegiatan perburuan
di taman buru diatur ketat, terkait dengan waktu atau musim berburu, jenis
binatang yang boleh diburu, dan senjata yang boleh dipakai. Salah satu peraturan
yang terdapat pada taman buru adalah larangan kegiatan berburu pada saat musim
berkembangbiak. Contoh taman buru yang ada di Indonesia adalah Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi yang berada di kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA
\Bato, M., Yulianda, F. dan Achmad Fahruddin. 2013. Kajian manfaat kawasan
konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari, Studi kasus di kawasan
konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik 2 (2):104-113. ISSN 2089-7790.

Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta


Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor

Dahuri, R. 1996. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda


Hutan Mangrove di Sumatera. PPLH. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta Dalimunthe, R. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan
Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Ermawan, R. W. 2008. Kajian Sumberdaya Pantai untuk Kesesuaian Ekowisata di
Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Institut Pertanian Bogor.

BogorHoney, M. 1999. Ecotourism and Sustainable Development. Who owns


Paradise?Island Press. Washington D.C.

Irianto, H. 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir (Studi


Kasus Pemanfaatan dan Konfigurasi Ruang Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak Provinsi Jawa Tengah). Universitas Diponegoro. Semarang

Maifat, S. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata (Studi


Tentang Pembangunan Ekowisata di Kenagarian Lasi Kecamatan Candung
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Universitas Sumatera Utara. Medan

Mangindaan, P., Wantesan, A., Stephanus V. dan Mandagi. 2012. Analisis potensi
sumberdaya mangrove di Desa Sarawet, Sulawesi Utara, sebagai kawasan
ekowisata. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis VIII (2) : 44-51.

Siagian, M. 2014. Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir


Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera
Utara. Universitas Sumatera Utara. MedanUniversitas Sumatera Utara

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. 2018. Statistik
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun
2017. Jakarta : Sekretariat Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tersedia pada
ksdae.menlhk.go.id. Diakses pada 28 Maret 2019.

Moeliono, Moira, et.al. 2010. Meretas kebuntuan Konsep dan panduan


pengembangan zona khusus bagi Taman Nasional di Indonesia. Bogor :
CIFOR. Tersedia pada www.cifor.cgiar.org. Diakses pada 28 Maret 2019
Sumarto, S., et.al. 2012. Biologi Konservasi. Bandung : CV Patra Media
Grafindo. Tersedia pada repo.unstrat.ac.id . Diunduh Pada 14 April 2019.

http://jadiberita.com/14024/10-areal-konservasi-terluas-di-dunia.html. Diakses 13
Mei 2019.
https://www.hijauku.com/2018/11/25/inilah-15-kawasan-konservasi-baru-terbaik-
versi-iucn/. Diakses 13 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai