Anda di halaman 1dari 190

BUPATI REMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

NOMOR 14 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN REMBANG


TAHUN 2011-2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI REMBANG,

Menimbang : a. bahwa untuk memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya


guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat maka perlu adanya pengaturan penataan ruang;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan
antar sektor dan antar wilayah
wilayah maka perlu disusun rencana tata
ruang wilayah yang merupakan arahan lokasi investasi
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat
dan/atau dunia usaha;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang
Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Penataan Ruang disebutkan
bahwa penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang
wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
dilakukan secara berjenjang dan komplementer;
d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang Undang-
Undang Nomor 26 Tahun Tahun 2007, rencana penataan ruang
wilayah Daerah perlu diatur dengan Peraturan Daerah; dan
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten
bupaten Rembang Tahun 2011-2031.
2011

Mengingat : 1. Pasal
asal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
asar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perubahan kedua;
kedua

2. Undang-Undang
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Teng
Tengah;

3. Undang-Undang
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Pokok-Pokok
tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);

4. Undang-Undang
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981

1
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3274);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar


Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem


Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3478);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4377);

12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik

2
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);

16. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132);

17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

18. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

19. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);

20. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);

21. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4726);

22. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4746);

23. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4849);

24. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);

25. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4959);
3
26. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

27. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan


Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5015);

28. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);

29. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang


Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5052);

30. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

31. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan


Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

32. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan


Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);

33. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang


Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
pelaksanaan kitab undang-undang hukum acara pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

34. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3441);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3445);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);

4
37. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang


Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4385);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem


Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4624);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);

43. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

44. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan


dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696);

45. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);

47. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);

5
48. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

49. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5070);

50. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara


Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);

51. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);

52. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk


dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

53. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah


Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5110);

54. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5111);

55. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5112);

56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);

57. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009 - 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 28);

58. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 2 Tahun 2008


tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang (Lembaran Daerah
Kabupaten Rembang Nomor 2008/2, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Rembang Nomor 81);

59. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2010


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Rembang Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Daerah
6
Kabupaten Rembang Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Nomor 92).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN REMBANG

dan

BUPATI REMBANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011-2031.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Definisi

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah


Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

3. Daerah adalah Kabupaten Rembang.

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati Rembang dan perangkat


daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Bupati adalah Bupati Rembang.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat


DPRD adalah Dewan Pewakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Rembang.

7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan


sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.

10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu


wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

7
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,


pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataan ruang.

14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat.

15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan


ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.

19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.

20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

21. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang yang selanjutnya disingkat
RTRW kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif yang memuat tujuan,
kebijakan, strategi, struktur ruang, pola ruang, penetapan kawasan strategis,
arahan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah daerah.

22. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.

23. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten.

24. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.

25. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.

26. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah PPK
yang dipromosikan menjadi PKLp yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten atau beberapa kecamatan.

27. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
8
28. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan.

29. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.

30. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan.

31. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya lama hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

32. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.

33. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

34. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

35. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

36. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.

37. Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi


kandungan kadar garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga
air dapat digunakan.

38. Kawasan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan memenuhi kriteria
untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan adalah lahan potensial yang
dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya tetap
terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
pada masa yang akan datang.

39. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai satu sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.

40. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B adalah
bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
9
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

41. Kawasan perikanan adalah kawasan untuk kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis ikan.

42. Kawasan peternakan adalah kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan yang
berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat
dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, dan pengusahaan peternakan.

43. Kawasan pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi sumberdaya


bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/ data
geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum,
eksplorasi, operasi produksi/ eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah
daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik
kawasan budidaya maupun kawasan lindung.

44. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

45. Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan
sejauh 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa
payau dan laguna.

46. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi
utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.

47. Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan


karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional maupun
daerah terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

48. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan
negara, ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia.

49. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disingkat KSP adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.

50. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.

51. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
10
52. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.

53. Lalu lintas angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu
lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta
pengelolanya.

54. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan
menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul
jaringan transportasi.

55. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik secara
struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun
nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi
bencana.

56. Garis sempadan adalah garis batas luar pengamanan yang ditarik pada jarak
tertentu sejajar dengan tepi sungai, tepi saluran kaki tanggul, tepi danau, tepi
mata air, tepi sungai pasang surut, tepi pantai, as jalan, tepi luar kepala
jembatan dan sejajar tepi daerah manfaat jalan rel kereta api yang merupakan
batas tanah yang boleh dan tidak boleh didirikan bangunan / dilaksanakan
kegiatan.

57. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam.

58. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional
yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

59. Vegetasi/tumbuhan adalah keseluruhan tetumbuhan dari suatu kawasan baik


yang berasal dari kawasan itu atau didatangkan dari luar, meliputi pohon,
perdu,semak, dan rumput.

60. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perundangan.

61. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.

62. Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi


pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan tata ruang.

63. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

64. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat


hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.

65. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

66. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antar keduanya.

11
67. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukan ke
dalamnya.

68. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan wilayah tata
pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran
sungai.

69. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

70. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan lahan yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi.

71. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mencari dan


mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

72. Penyidikan tindak pidana di bidang tata ruang adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang tata ruang yang terjadi
serta menemukan tersangkanya.

73. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat atau
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan.

74. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan
terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

75. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat BKPRD
adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Rembang.

Bagian Kedua
Wilayah

Pasal 2

(1) Wilayah RTRW Kabupaten adalah daerah dalam pengertian wilayah


administrasi meliputi :
a. ruang daratan, seluas 101.408 Ha (seratus satu ribu empat ratus delapan
hektar) atau sekitar 1.014,08 km2 (seribu empat belas koma nol delapan
kilometer persegi);
b. ruang pesisir dan laut, sepanjang 4 (empat) mil dari garis pantai;
c. ruang udara; dan
d. ruang dalam bumi.

(2) Batas koordinat, adalah 6030’ lintang selatan - 7000’ lintang selatan dan 111000’
bujur timur – 111030’ bujur timur.

(3) Batas administrasi, terdiri atas :


a. sebelah utara : Laut Jawa;
b. sebelah selatan : Kabupaten Blora;

12
c. sebelah barat : Kabupaten Pati;
d. sebelah timur : Kabupaten Tuban.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup RTRW kabupaten mencakup:


a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Daerah;
b. rencana struktur ruang wilayah Daerah;
c. rencana pola ruang wilayah Daerah;
d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Daerah;
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Daerah;
g. hak, kewajiban dan peran masyarakat; dan
h. ketentuan pidana.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH DAERAH

Bagian Pertama
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Daerah

Pasal 4

Tujuan penataan ruang wilayah daerah adalah untuk mewujudkan penataan ruang
wilayah Daerah Rembang sebagai kawasan pantai unggulan yang didukung
pengembangan sektor kelautan dan perikanan, pertanian, pertambangan dan
industri dalam keterpaduan pembangunan wilayah utara dan selatan serta antar
sektor yang berwawasan lingkungan.

Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Daerah

Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Daerah

Pasal 5

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4, disusun kebijakan penataan ruang wilayah Daerah.

(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi:
a. pengembangan potensi sektor pertanian di bagian tengah dan bagian
selatan;
b. pengembangan potensi sektor perikanan kelautan di bagian utara;
c. pengembangan potensi sektor pertambangan;
d. pengembangan potensi sektor industri;
e. pengembangan dan pemantapan fungsi pusat pelayanan yang terkoneksi
dengan sistem prasarana wilayah dalam rangka pengurangan
kesenjangan antar wilayah;
f. pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

13
Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang Wilayah Daerah

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang wilayah Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) ditetapkan strategi penataan ruang wilayah
Daerah.

(2) Strategi pengembangan potensi sektor pertanian di bagian tengah dan bagian
selatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a meliputi:
a. mengembangkan kawasan produksi pertanian;
b. mengembangkan kawasan agropolitan;
c. mengembangkan produk unggulan perdesaan; dan
d. mengembangkan prasarana dan sarana kawasan perdesaan.

(3) Strategi pengembangan potensi sektor perikanan dan kelautan di bagian utara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b meliputi:
a. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan budidaya;
c. mengembangkan kawasan wisata bahari terpadu;
d. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan;
e. mengembangkan kawasan pelabuhan perikanan dan pelabuhan umum;
f. mengembangkan kawasan pesisir kabupaten sebagai kota pantai
unggulan;
g. menetapkan dan mengembangkan kawasan minapolitan;
h. mempertahankan luasan lahan perikanan darat yang telah ditetapkan
sebagai kawasan minapolitan;
i. mengembangkan kawasan minapolitan yang meliputi subsistem hulu,
subsistem usaha perikanan, subsistem hilir dan subsistem penunjang; dan
j. mengembangkan sentra-sentra produksi dan usaha berbasis perikanan,
dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sebagai
pendukung keanekaragaman aktivitas ekonomi.

(4) Strategi pengembangan potensi sektor pertambangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c meliputi:
a. mengkaji kawasan potensi pertambangan dan zonasi wilayah
pertambangan;
b. mengelola kawasan peruntukan pertambangan sesuai peraturan
perundangan yang berlaku;
c. merehabilitasi dan merevegetasi kawasan bekas pertambangan; dan
d. mengelola lingkungan sekitar kawasan peruntukan pertambangan.

(5) Strategi pengembangan potensi sektor industri sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat (2) huruf d meliputi:
a. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang terletak di semua
wilayah kecamatan;
b. membangun kawasan industri Kabupaten Rembang; dan
c. mengembangkan dan pemantapan klaster industri.

(6) Strategi pengembangan dan pemantapan fungsi pusat pelayanan yang


terkoneksi dengan sistem prasarana wilayah dalam rangka pengurangan
kesenjangan antar wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf e meliputi:
a. mengembangkan dan memantapkan sistem pusat kegiatan;
b. mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi;
c. mengembangkan sistem jaringan prasarana sumberdaya air;
d. mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
14
e. mengembangkan sistem jaringan prasarana telekomunikasi; dan
f. mengembangkan sistem jaringan prasarana lingkungan.

(7) Strategi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f meliputi:
a. melestarikan kawasan hutan lindung;
b. melestarikan kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
c. melestarikan kawasan perlindungan setempat; dan
d. mengelola kawasan sumber daya alam dengan memperhatikan daya
tampung dan daya dukung lingkungan.

(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf g meliputi:
a. mendukung penetapan KSN dengan fungsi khusus Pertahanan dan
Keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar KSN untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Kemanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun disekitar KSN dengan kawasan budidaya terbangun; dan
d. turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

BAB III

STRUKTUR RUANG WILAYAH DAERAH

Bagian Pertama
Umum

Pasal 7

(1) Rencana struktur ruang wilayah Daerah meliputi:


a. sistem pusat kegiatan; dan
b. sistem jaringan prasarana wilayah Daerah.

(2) Rencana struktur ruang wilayah Daerah digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 8

(1) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi:
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.

(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. PKL adalah Perkotaan Rembang.
b. PKLp meliputi:
1. Perkotaan Lasem;
2. Perkotaan Pamotan; dan
3. Perkotaan Kragan.
c. PPK meliputi:
1. Perkotaan Sulang;
2. Perkotaan Sluke;
3. Perkotaan Kaliori;
4. Perkotaan Pancur;
15
5. Perkotaan Sumber;
6. Perkotaan Bulu;
7. Perkotaan Gunem;
8. Perkotaan Sedan;
9. Perkotaan Sale; dan
10. Perkotaan Sarang.

(3) Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) meliputi:
a. PKL Perkotaan Rembang sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
Rembang, pusat pemerintahan Kecamatan Rembang, pusat permukiman,
pusat transportasi wilayah, pusat perdagangan dan jasa, pusat
pengembangan industri, pengembangan perikanan dan kelautan, dan
pariwisata;
b. PKLp Perkotaan Lasem sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Lasem,
pusat permukiman, pusat pengembangan perdagangan dan jasa,
perikanan dan kelautan, perhubungan laut, pertanian dan kehutanan,
industri, pertambangan dan pariwisata;
c. PKLp Perkotaan Pamotan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan
Pamotan, pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan,
pertambangan, dan industri pengolahan berbasis pertanian, dan
pertambangan;
d. PKLp Perkotaan Kragan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Kragan,
pusat permukiman, pengembangan perikanan dan kelautan, pertanian dan
kehutanan, industri dan pertambangan;
e. PPK Perkotaan Sulang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sulang,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, dan industri
berbasis pertanian;
f. PPK Perkotaan Sluke sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sluke,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, perikanan
dan kelautan, perhubungan laut, industri, pertambangan dan pariwisata;
g. PPK Perkotaan Kaliori sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Kaliori,
pusat permukiman, pengembangan pertanian, industri, perikanan dan
kelautan, dan pariwisata;
h. PPK Perkotaan Pancur sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pancur,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, dan
pertambangan;
i. PPK Perkotaan Sumber sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sumber,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, dan industri
berbasis pertanian;
j. PPK Perkotaan Bulu sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Bulu, pusat
permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, industri berbasis
pertanian dan pariwisata;
k. PPK Perkotaan Gunem sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Gunem,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan,
pertambangan, dan industri pengolahan berbasis pertanian dan
pertambangan;
l. PPK Perkotaan Sedan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sedan,
pusat permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan,
pertambangan, dan industri pengolahan berbasis pertanian, dan
pertambangan;
m. PPK Perkotaan Sale sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sale, pusat
permukiman, kawasan pengembangan pertanian dan kehutanan,
pertambangan, pariwisata, dan industri pengolahan berbasis pertanian dan
pertambangan; dan
n. PPK Perkotaan Sarang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sarang,
pusat permukiman, kawasan pengembangan sektor perikanan dan
kelautan, pertanian, kehutanan, industri dan pertambangan.

16
(4) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. PPL Desa Padaran Kecamatan Rembang;
b. PPL Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori;
c. PPL Desa Landoh Kecamatan Sulang;
d. PPL Desa Sudo Kecamatan Sulang;
e. PPL Desa Krikilan Kecamatan Sumber;
f. PPL Desa Kedungasem Kecamatan Sumber;
g. PPL Desa Tlogotunggal Kecamatan Sumber;
h. PPL Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu;
i. PPL Desa Kajar Kecamatan Lasem;
j. PPL Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur;
k. PPL Desa Japerejo Kecamatan Pamotan;
l. PPL Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan;
m. PPL Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke;
n. PPL Desa Tahunan Kecamatan Sale;
o. PPL Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem;
p. PPL Desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan;
q. PPL Desa Sendangwaru Kecamatan Kragan;
r. PPL Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang; dan
s. PPL Desa Gandrirejo Kecamatan Sedan.

(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memiliki fungsi utama sebagai pusat
pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.

(6) Untuk operasionalisasi Kawasan PKL, PKLp dan PPK disusun Rencana Rinci
Tata Ruang PKL, PKLp dan PPK yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Daerah

Paragraf 1
Umum

Pasal 9

(1) Sistem jaringan prasarana wilayah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem jaringan prasarana utama; dan
b. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Sistem jaringan prasarana wilayah Daerah dibentuk oleh sistem jaringan
prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 10

(1) Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf a meliputi:
a. rencana pengembangan sistem prasarana transportasi darat; dan
b. rencana pengembangan sistem prasarana transportasi laut.

(2) Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi darat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rencana pengembangan jaringan jalan;
b. rencana pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;
17
c. rencana pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan; dan
d. rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian.

(3) Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
a. jaringan jalan bebas hambatan;
b. jaringan jalan nasional;
c. jaringan jalan provinsi; dan
d. jaringan jalan kabupaten.

(4) Rencana pengembangan jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf a adalah pengembangan Jalan tol sepanjang Semarang - Demak
- Kudus - Pati - Rembang - perbatasan Jawa Timur melalui Kecamatan Kaliori -
Kecamatan Rembang - Kecamatan Lasem - Kecamatan Sluke - Kecamatan
Kragan - Kecamatan Sarang.

(5) Rencana pengembangan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b adalah jalan pantura yang menghubungkan Kecamatan Kaliori –
Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan
Kragan – Kecamatan Sarang.

(6) Rencana pengembangan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c meliputi :
a. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Lasem - Kecamatan
Pancur - Kecamatan Pamotan - Kecamatan Sedan - Kecamatan Sale -
Kabupaten Tuban; dan
b. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Rembang -
Kecamatan Sulang - Kecamatan Bulu - Kabupaten Blora.

(7) Rencana pengembangan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) huruf d meliputi:
a. pembangunan jalan lingkar dalam Perkotaan Rembang dengan jalur
lintasan melalui Desa Kelurahan Magersari - Desa Waru - Desa
Sendangagung - Desa Pulo - Desa Ketanggi - Desa Mondoteko - Desa
Ngotet - Desa Weton - Desa Tireman;
b. pembangunan jalan lingkar luar perkotaan Rembang dengan jalur
lintasan melalui Desa Banyudono - Desa Bogorejo - Desa Sendangagung
- Desa Ngadem - Desa Mondoteko - Desa Kedungrejo - Desa Turusgede -
Desa Kumendung - Desa Sridadi - Desa Pasarbanggi;
c. pembangunan jalan lingkar Perkotaan Lasem dengan jalur lintasan
melalui Jembatan Kiringan - Desa Gedongmulyo - Desa Dasun - Desa
Sendangasri;
d. pembangunan jalan wisata pantai Kabupaten Rembang;
e. pembangunan jalan akses menuju kawasan pertambangan;
f. peningkatan jalan poros desa;
g. peningkatan jalan lingkungan;
h. pembangunan jalan tembus untuk membuka daerah terisolir dan daerah
yang mempunyai potensi perekonomian;
i. pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang;
j. peningkatan jalan yang menuju ke kawasan Bumi Perkemahan Karangsari
Park; dan
k. peningkatan jalan lokal primer sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

(8) Rencana pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :
a. rencana pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang
menjadi tipe A di Kecamatan Rembang;

18
b. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B di Desa Gedongmulyo
Kecamatan Lasem;
c. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C meliputi :
1. Kecamatan Bulu;
2. Kecamatan Sumber;
3. Kecamatan Pamotan;
4. Kecamatan Sulang;
5. Kecamatan Gunem;
6. Kecamatan Sedan;
7. Kecamatan Kragan;
8. Kecamatan Sarang;
9. Kecamatan Sale;
10. Kecamatan Kaliori;
11. Kecamatan Pancur; dan
12. Kecamatan Sluke.
d. pemantapan fungsi jembatan timbang di Desa Temperak Kecamatan
Sarang; dan
e. pembangunan terminal barang di Desa Sendangasri Kecamatan Lasem.

(9) Rencana pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. penambahan armada minibus dan angkutan perdesaan di setiap
kecamatan dengan trayek meliputi :
1. Rembang-Lasem-Kragan-Sarang-Sale-Pamotan-Sale-Sarang-Kragan-
Lasem-Rembang dengan kode AA;
2. Rembang-Lasem-Kragan-Sarang-Kragan-Lasem-Rembang dengan
kode AB;
3. Rembang-Lasem-Pamotan-Kragan-Sarang-Kragan-Pamotan-Lasem-
Rembang dengan kode AC;
4. Rembang-Lasem-Pamotan-Sedan-Sale-Sedan-Pamotan-Lasem-
Rembang dengan kode AD;
5. Rembang-Lasem-Pamotan-Sedan-Pamotan-Lasem-Rembang dengan
kode AE;
6. Rembang-Lasem-Pamotan-Lasem-Rembang dengan kode AF;
7. Rembang-Clangapan-Pamotan-Clangapan-Rembang dengan kode A;
8. Rembang-Sulang-Rembang dengan kode B;
9. Rembang-Ngadem-Sumber-Ngadem-Rembang dengan kode C;
10. Rembang-Kaliori/Batangan-Rembang dengan kode D;
11. Rembang-Banyudono-Sumber-Banyudono-Rembang dengan kode E;
12. Lasem-Banyuurip-Sulang-Banyuurip-Lasem dengan kode F;
13. Pamotan-Gunem-Tegaldowo-Gunem-Pamotan dengan kode G;
14. Sarang-Lodan-Sedan-Kragan-Sedan-Lodan-Sarang dengan kode H;
15. Sedan-Gandrirejo- Pandangan-Gandrirejo-Sedan dengan kode I;
16. Sumber-Sulang-Gunem-Sulang-Sumber dengan kode K; dan
17. Lasem-Banyuurip-Gunem-Banyuurip-Lasem.
b. pengembangan trayek ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau
pelayanan transportasi meliputi:
1. Lasem-Kajar-Lasem;
2. Rembang-Lasem-Pulo-Pasar-Ngebrak-Pasar-Pulo-Lasem-Rembang;
dan
3. Sale-Tahunan-Sale.

(10) Rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:
a. pengembangan jaringan jalur kereta api meliputi:
1. jalur komuter Rembang - Pati - Kudus - Semarang;
2. jalur Cepu - Blora - Rembang – Sluke; dan
3. jalur kawasan pertambangan di wilayah Kecamatan Sale dan
Kecamatan Gunem ke pelabuhan umum di Kecamatan Sluke.
19
b. revitalisasi Stasiun Rembang.

(11) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi laut


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pelabuhan Rembang dan
Terminal Sluke di wilayah pantai Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan
Pengumpan.

Paragraf 3
Rencana Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 11

(1) Rencana sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
b meliputi:
a. Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan;
b. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi;
c. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan
d. Rencana Jaringan Prasarana Lingkungan.

(2) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi meliputi:
1. pengembangan jaringan pipa bahan bakar minyak Cepu - Rembang-
Pengapon Semarang melalui Kecamatan Kaliori - Kecamatan
Rembang - Kecamatan Sulang - Kecamatan Bulu;
2. pengembangan stasiun pengisian bahan bakar umum di setiap
kecamatan Kabupaten Rembang;
3. pengembangan jaringan pipa gas Kepodang– Rembang – Pati –
Jepara – Semarang melalui Kecamatan Kaliori - Kecamatan Rembang
- Kecamatan Lasem - Kecamatan Sluke - Kecamatan Kragan -
Kecamatan Sarang; dan
4. pengembangan stasiun pengisian bahan bakar elpiji pada lokasi yang
strategis.
b. pengembangan pembangkit tenaga listrik dan gardu induk meliputi:
1. pengembangan pembangkit listrik tenaga uap di Kecamatan Sluke;
2. pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di kawasan yang belum
terjangkau jaringan listrik;
3. pembangunan energi alternatif meliputi :
a) pembangkit listrik tenaga angin/bayu;
b) pembangkit listrik tenaga mikro hidro; dan
c) pembangkit energi biogas.
4. pembangunan satu unit gardu induk baru di Kecamatan Sluke.
c. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa pengembangan
saluran udara tegangan tinggi 150 kV dari pembangkit listrik tenaga uap
Sluke sampai dengan gardu induk Rembang melalui Desa Trahan, Desa
Jurangjero, Desa Leran, Desa Binangun, Desa Bonang, Desa Sriombo,
Desa Sendangasri, Desa Dasun, Desa Gedongmulyo, Desa Dorokandang
di Kecamatan Lasem dan Desa Punjulharjo, Desa Tritunggal, Desa
Pasarbanggi, Desa Tireman, Desa Gedangan, Desa Kabongan Kidul,
Desa Ngotet, Desa Leteh di Kecamatan Rembang; dan
d. penambahan dan perbaikan jaringan listrik pada daerah yang belum
terlayani.

(3) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan terestrial berupa pengembangan jaringan
distribusi telepon kabel dan prasarana penunjang telepon kabel sampai ke
tingkat ibukota perdesaan untuk memenuhi kebutuhan sambungan

20
telepon rumah tangga 60% (enam puluh persen), kebutuhan sosial 20%
(dua puluh persen), dan kebutuhan komersial 20% (dua puluh persen);
b. pengembangan jaringan satelit pada daerah yang tidak terjangkau
jaringan telekomunikasi;
c. penggunaan gelombang untuk komunikasi dan penyiaran diatur tata
laksananya sesuai ketentuan peraturan perundangan; dan
d. pengembangan jaringan nirkabel dengan pembangunan dan penggunaan
menara telekomunikasi bersama pada titik-titik zona yang tersebar di
wilayah kecamatan Kabupaten Rembang sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan daerah ini.

(4) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
a. jaringan sumberdaya air meliputi WS termasuk dalam WS Jratun Seluna
dan WS Bengawan Solo;
b. jaringan sumber daya air strategis nasional yang termasuk dalam WS
Jratun Seluna meliputi :
1. DAS Randugunting;
2. DAS Widodaren;
3. DAS Anyar;
4. DAS Capluk;
5. DAS Sambung;
6. DAS Panggang;
7. DAS Jambangan;
8. DAS Kiringan;
9. DAS Lasem;
10. DAS Keris;
11. DAS Dukoh;
12. DAS Bonang/Nyamplung;
13. DAS Kladen;
14. DAS Banu;
15. DAS Jatisari;
16. DAS Dalananyar;
17. DAS Sanduk;
18. DAS Grasak
19. DAS Randualas;
20. DAS Kepel;
21. DAS Kresak;
22. DAS Kesambi;
23. DAS Belitung/Ngepang; dan
24. DAS Wangon.
c. jaringan sumberdaya air lintas provinsi adalah DAS Kening WS Bengawan
Solo;
d. rencana pembangunan dan pengelolaan embung meliputi:
1. Embung Lodan dengan kapasitas kurang lebih 5.390.000 m³ (lima juta
tiga ratus sembilan puluh ribu meter kubik);
2. Embung Banyukuwung dengan kapasitas kurang lebih 2.416.000 m³
(dua juta empat ratus enam belas ribu meter kubik);
3. Embung Grawan dengan kapasitas kurang lebih 42.000 m³ (empat
puluh dua ribu meter kubik);
4. Embung Panohan dengan kapasitas kurang lebih 1.165.000 m³ (satu
juta seratus enam puluh lima ribu meter kubik);
5. Embung Tlogo dengan kapasitas kurang lebih 3.700.000 m³ (tiga juta
tujuh ratus ribu meter kubik);
6. Embung Gedari dengan kapasitas kurang lebih 166.000 m³ (seratus
enam puluh enam ribu meter kubik);
7. Embung Trenggulunan dengan kapasitas kurang lebih 4.000.000 m³
(empat juta meter kubik); embung Pasedan dengan kapasitas kurang
21
lebih 64.420.000 m³ (enam puluh empat juta empat ratus dua puluh
ribu meter kubik);
8. Embung Gambiran dengan kapasitas kurang lebih 3.090.000 m³ (tiga
juta sembilan puluh ribu meter kubik);
9. Embung Palemsari dengan kapasitas kurang lebih 340.000 m³ (tiga
ratus empat puluh ribu meter kubik);
10. Embung Sendangmulyo dengan kapasitas kurang lebih 3.270.000 m³
(tiga juta dua ratus tujuh puluh ribu meter kubik);
11. Embung Kaliombo dengan kapasitas kurang lebih 2.150.000 m³ (dua
juta seratus lima puluh ribu meter kubik);
12. Embung Sambiroto dengan kapasitas kurang lebih 7.070.000 m³
(tujuh juta tujuh puluh ribu meter kubik);
13. Embung Mojosari dengan kapasitas kurang lebih 2.630.000 m³ (dua
juta enam ratus tiga puluh ribu meter kubik); dan
14. potensi embung lainnya.
e. rencana sistem jaringan irigasi di DI meliputi:
1. DI kewenangan Pusat adalah DI Semen seluas kurang lebih 564 Ha
(lima ratus enam puluh empat hektar);
2. DI kewenangan provinsi adalah DI Kedung Sapen seluas kurang lebih
1.590 Ha (seribu lima ratus sembilan puluh hektar); dan
3. DI kewenangan kabupaten seluas kurang lebih 12.259 Ha (dua belas
ribu dua ratus lima puluh sembilan hektar) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan daerah ini.
f. rencana pengembangan jaringan air baku untuk air bersih meliputi:
1. instalasi pengolahan air Jakinah dan Ngandang Kecamatan Sale;
2. instalasi pengolahan air Desa Gunungsari Kecamatan Kaliori;
3. instalasi pengolahan air Desa Kalipang Kecamatan Sarang;
4. instalasi pengolahan air Desa Grawan Kecamatan Sumber;
5. instalasi pengolahan air Desa Jatimudo Kecamatan Sulang;
6. instalasi pengolahan air Mudal Desa Pamotan Kecamatan Pamotan;
7. instalasi pengolahan air Kajar dan Gowak Kecamatan Lasem;
8. instalasi pengolahan air Taban dan Pasedan Kecamatan Bulu;
9. instalasi pengolahan air Sumber Suco Kecamatan Gunem; dan
10. instalasi pengolah air dengan sistem desalinasi air laut.
g. sistem pengendalian banjir meliputi:
1. normalisasi sungai;
2. pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah atau
tanggul;
3. pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan pintu air;
4. pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman;
5. penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap kawasan
permukiman mandiri; dan
6. penanaman pohon di sempadan sungai dan lahan-lahan kritis.

(5) Rencana jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. pengelolaan sistem jaringan persampahan meliputi:
1. revitalisasi tempat pemrosesan akhir menjadi tempat pengolahan
sampah terpadu di Desa Kerep Kecamatan Sulang;
2. pembangunan tempat penampungan sementara di Kecamatan Sedan;
3. pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle di permukiman;
4. peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman; dan
5. peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan bahan
berbahaya dan beracun.
b. pengelolaan sistem drainase meliputi:
1. pengembangan drainase mikro meliputi :
a) pembangunan prasarana drainase permukiman perkotaan dan
perdesaan; dan
22
b) penataan sistem prasarana drainase secara terpadu meliputi
primer, sekunder dan tersier.
2. pengembangan drainase makro melalui normalisasi dan rehabilitasi
sungai.
c. pengembangan sistem pengelolaan limbah meliputi:
1. pengembangan sistem pengelolaan air limbah setempat; dan
2. pengembangan sistem pengelolaan air limbah terpusat meliputi :
a) pembangunan instalasi pengolahan limbah terpusat di Kabupaten
Rembang;
b) instalasi pengolahan air limbah terpusat di permukiman; dan
c) peningkatan prasarana sanitasi komunal lingkungan permukiman.
d. pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum meliputi:
1. peningkatan prasarana pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi di Kabupaten Rembang;
2. pembangunan kawasan olahraga terpadu di Desa Besi Kecamatan
Rembang;
3. pembangunan rumah sakit tipe b di Kecamatan Rembang;
4. pengembangan rumah sakit tipe c di Kecamatan Kragan;
5. penyediaan puskesmas pembantu tersebar di setiap kecamatan;
6. pembangunan pusat kebudayaan di Kecamatan Rembang dan
Kecamatan Lasem;
7. penyediaan pemakaman umum tersebar di kawasan perdesaan dan
perkotaan; dan
8. pengembangan prasarana perdagangan meliputi :
a) pembangunan dan pengembangan pasar skala kabupaten berupa
pasar tradisional, pusat perbelanjaan, pertokoan, mall, plasa,
pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; dan
b) pembangunan dan pengembangan pasar tradisional kecamatan
dan pasar tradisional desa.
e. rencana jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
daerah ini, meliputi:
1. jalur evakuasi bencana gelombang pasang di Kecamatan Sarang,
Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem, Kecamatan
Rembang dan Kecamatan Kaliori melalui jalan nasional, provinsi dan
kabupaten menuju ruang evakuasi berupa ruang terbuka dan/atau
fasilitas umum terdekat yang dapat menampung pengungsi;
2. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Kragan, Kecamatan
Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan,
Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sale, Kecamatan Sumber dan
Kecamatan Kaliori melalui jalan nasional, provinsi dan kabupaten
menuju ruang evakuasi berupa ruang terbuka dan/atau fasilitas umum
terdekat yang dapat menampung pengungsi; dan
3. Jalur evakuasi bencana gerakan tanah / longsor di Kecamatan Pancur,
Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang,
Kecamatan Gunem, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan
Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sale dan Kecamatan Sedan
melalui jalan nasional, provinsi dan kabupaten menuju ruang evakuasi
berupa ruang terbuka dan/atau fasilitas umum terdekat yang dapat
menampung pengungsi.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH DAERAH

Bagian Pertama
Umum

23
Pasal 12

(1) Rencana pola ruang wilayah Daerah meliputi :


a. rencana kawasan lindung; dan
b. rencana kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah Daerah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung

Pasal 13

(1) Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12 ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 29.212 Ha (dua puluh sembilan
ribu dua ratus dua belas hektar) meliputi:
a. mempertahankan kawasan hutan lindung;
b. mempertahankan fungsi kawasan lindung non hutan;
c. merehabilitasi kawasan lindung berupa penanaman mangrove di kawasan
pesisir; dan
d. mengembangkan ekowisata.

(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana;
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung

Pasal 14

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a
seluas kurang lebih 2.451 Ha (dua ribu empat ratus lima puluh satu hektar) meliputi:
a. Kecamatan Sedan;
b. Kecamatan Kragan;
c. Kecamatan Lasem;
d. Kecamatan Pancur; dan
e. Kecamatan Sluke.

Paragraf 2
Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya

Pasal 15

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b berupa kawasan resapan air.

(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas kurang lebih
11.314 Ha (sebelas ribu tiga ratus empat belas hektar ) meliputi:
a. Kecamatan Lasem;
b. Kecamatan Bulu;
c. Kecamatan Gunem;
24
d. Kecamatan Sale;
e. Kecamatan Sluke;
f. Kecamatan Kragan;
g. Kecamatan Sedan; dan
h. Kecamatan Pancur.

Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 16

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat


(2) huruf c meliputi:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi;
c. kawasan sekitar waduk/embung/bendung;
d. kawasan sekitar mata air;
e. kawasan sekitar sempadan jalan; dan
f. kawasan RTH.

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 649 Ha (enam ratus empat puluh sembilan hektar) meliputi:
a. Kecamatan Kaliori;
b. Kecamatan Rembang;
c. Kecamatan Lasem;
d. Kecamatan Sluke;
e. Kecamatan Kragan; dan
f. Kecamatan Sarang.

(3) Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 9.888 Ha (sembilan ribu delapan ratus
delapan puluh delapan hektar) terletak di setiap kecamatan yang dilewati
sungai.

(4) Kawasan sekitar waduk/embung/bendung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c seluas kurang lebih 116 Ha (seratus enam belas hektar) meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Sulang;
c. Kecamatan Gunem;
d. Kecamatan Rembang;
e. Kecamatan Kragan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Sluke;
h. Kecamatan Pancur;
i. Kecamatan Bulu; dan
j. Kecamatan Pamotan.

(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d seluas
kurang lebih 501 Ha (lima ratus satu hektar) meliputi :
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Rembang;
d. Kecamatan Sulang;
e. Kecamatan Pamotan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Kragan;
h. Kecamatan Lasem;
i. Kecamatan Sale;
j. Kecamatan Sedan;
25
k. Kecamatan Pancur;
l. Kecamatan Gunem;
m. Kecamatan Bulu; dan
n. Kecamatan Sluke.

(6) Kawasan sempadan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e seluas
kurang lebih 1.034 Ha (seribu tiga puluh empat hektar) meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Rembang;
d. Kecamatan Sulang;
e. Kecamatan Pamotan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Kragan;
h. Kecamatan Lasem;
i. Kecamatan Sale;
j. Kecamatan Sedan;
k. Kecamatan Pancur;
l. Kecamatan Gunem;
m. Kecamatan Bulu; dan
n. Kecamatan Sluke.

(7) Kawasan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f seluas kurang
lebih 2.720 Ha (dua ribu tujuh ratus dua puluh hektar) yang luasnya 32% (tiga
puluh dua persen) dari luas perkotaan, meliputi:
a. RTH publik, berupa hutan kota , taman kota, jalur hijau jalan dan sungai,
tempat pemakaman umum meliputi:
1. Perkotaan Rembang;
2. Perkotaan Lasem;
3. Perkotaan Sumber;
4. Perkotaan Kaliori;
5. Perkotaan Sulang;
6. Perkotaan Pamotan;
7. Perkotaan Sarang;
8. Perkotaan Kragan;
9. Perkotaan Sale;
10. Perkotaan Sedan;
11. Perkotaan Pancur;
12. Perkotaan Gunem;
13. Perkotaan Bulu; dan
14. Perkotaan Sluke.
b. RTH privat, berupa kebun atau pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan.

Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 17

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf d seluas kurang lebih 392 Ha (tiga
ratus sembilan puluh dua hektar) meliputi:
a. cagar alam;
b. taman wisata alam;
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; dan
e. kawasan hutan bakau.

26
(2) Cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu cagar alam
Gunung Butak Kecamatan Gunem dan Kecamatan Sale seluas sebesar kurang
lebih 45 Ha (empat puluh lima hektar ).

(3) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 17 Ha (tujuh belas hektar) berupa Taman Wisata Alam Sumber
Semen di Kecamatan Sale.

(4) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi :
a. eks Gereja Portugis di komplek Taman Rekreasi Pantai Kartini, Museum
R.A Kartini, Pendopo Kabupaten Rembang, Masjid Agung Rembang,
Klenteng Tjoe Hwie Kiong, Peninggalan Kapal Kuno Desa Punjulharjo di
Kecamatan Rembang;
b. Makam dan Pasujudan Sunan Bonang, Masjid Agung Lasem, Klenteng
Thian Siang Sing Bo, Vihara Ratanavana Arama di Kecamatan Lasem;
c. Makam R.A Kartini di Kecamatan Bulu; dan
d. situs Plawangan dan situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan.

(5) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi:
a. kawasan perairan Pulau Gede; dan
b. kawasan perairan Pulau Marongan.

(6) Kawasan hutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e seluas
kurang lebih 330 Ha (tiga ratus tiga puluh hektar) meliputi:
a. Kecamatan Rembang seluas kurang lebih 166,73 Ha (seratus enam puluh
enam hektar) dengan panjang kurang lebih 3 km (tiga kilometer);
b. Kecamatan Kaliori seluas kurang lebih 106,98 Ha (seratus enam hektar)
dengan panjang kurang lebih 2 km (dua kilometer); dan
c. Kecamatan Lasem seluas kurang lebih 56,29 Ha (lima puluh enam hektar)
dengan panjang kurang lebih 2,8 km (dua kilometer).

Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 18

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf e meliputi:
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan gerakan tanah/longsor;
c. kawasan rawan gelombang pasang/abrasi; dan
d. kawasan rawan kekeringan.

(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kecamatan Kragan;
b. Kecamatan Rembang;
c. Kecamatan Lasem;
d. Kecamatan Pancur;
e. Kecamatan Sedan;
f. Kecamatan Sale;
g. Kecamatan Pamotan;
h. Kecamatan Kaliori; dan
i. Kecamatan Sumber.

(3) Kawasan rawan gerakan tanah/ longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Kecamatan Pancur;
27
b. Kecamatan Pamotan;
c. Kecamatan Kragan;
d. Kecamatan Sarang;
e. Kecamatan Lasem;
f. Kecamatan Sluke;
g. Kecamatan Gunem;
h. Kecamatan Bulu;
i. Kecamatan Sumber;
j. Kecamatan Sale; dan
k. Kecamatan Sedan.

(4) Kawasan rawan gelombang pasang/abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c meliputi:
a. Kecamatan Sarang;
b. Kecamatan Kragan;
c. Kecamatan Sluke;
d. Kecamatan Lasem;
e. Kecamatan Rembang; dan
f. Kecamatan Kaliori.

(5) Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi:
a. Kecamatan Sulang;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Sedan;
d. Kecamatan Sarang;
e. Kecamatan Sluke;
f. Kecamatan Sumber;
g. Kecamatan Kragan;
h. Kecamatan Lasem;
i. Kecamatan Pancur;
j. Kecamatan Gunem;
k. Kecamatan Bulu;
l. Kecamatan Rembang;
m. Kecamatan Pamotan; dan
n. Kecamatan Sale.

(6) Kawasan rawan bencana alam digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi

Pasal 19

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf f
berupa kawasan imbuhan air meliputi:
a. Cekungan Watuputih; dan
b. Cekungan Lasem.

Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 20

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf
g berupa kawasan perlindungan plasma-nutfah.

28
(2) Kawasan perlindungan plasma-nutfah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah kawasan perlindungan terumbu karang yang tersebar dalam 17 (tujuh
belas) gugusan seluas kurang lebih 145 Ha (seratus empat puluh lima hektar)
meliputi :
a. Karang Pulau Penowo kurang lebih 2,6 Ha (dua hektar);
b. Karang Pulau Cilik seluas kurang lebih 1 Ha (satu hektar);
c. Karang Pulau Tubanan seluas kurang lebih 15 Ha (lima belas hektar);
d. Karang Pulau Tapa kurang lebih 1 Ha (satu hektar);
e. Karang Pulau Kelem seluas kurang lebih 28 Ha (dua puluh delapan hektar);
f. Karang Pulau Masaran seluas kurang lebih 0,5 Ha (setengah hektar);
g. Karang Seliro seluas kurang lebih 1 Ha (satu hektar);
h. Karang Pulau Gurian seluas kurang lebih 9,132 Ha (tiga hektar);
i. Karang Jetak seluas kurang lebih 21,617 Ha (dua puluh satu hektar);
j. Karang Kapayu seluas kurang lebih 5,48 Ha (lima hektar);
k. Karang Lasuk seluas kurang lebih 0,57 Ha (setengah hektar);
l. Karang Sualang seluas kurang lebih 20,46 Ha (dua puluh hektar);
m. Karang Guriang seluas kurang lebih 9,13 Ha (sembilan hektar);
n. Karang Pinggir seluas kurang lebih 9,34 Ha (sembilan hektar);
o. Karang Tengah seluas kurang lebih 14,03 Ha (empat belas hektar);
p. Karang Gondo seluas kurang lebih 3 Ha (tiga hektar); dan
q. Karang Gosong seluas kurang lebih 13,592 Ha (tiga belas hektar).

Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya

Pasal 21

(1) Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman;
i. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
j. kawasan peruntukan budidaya lainnya.

(2) Rencana kawasan budidaya digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 22

(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf
a terdiri dari hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 1.801 Ha (seribu
delapan ratus satu hektar) dan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 19.656
Ha (sembilan belas ribu enam ratus lima puluh enam hektar), sehingga jumlah
seluas kurang lebih 21.457 Ha (dua puluh satu ribu empat ratus lima puluh
tujuh hektar) meliputi:
a. kawasan hutan produksi terbatas meliputi:
1. Kecamatan Gunem; dan
2. Kecamatan Sale.

29
b. kawasan hutan produksi tetap meliputi:
1. Kecamatan Kaliori;
2. Kecamatan Rembang;
3. Kecamatan Lasem;
4. Kecamatan Sumber;
5. Kecamatan Sulang;
6. Kecamatan Bulu;
7. Kecamatan Sedan;
8. Kecamatan Pamotan; dan
9. Kecamatan Sarang.

(2) Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi dilaksanakan berdasarkan


peraturan perundangan.

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Pasal 23

(1) Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(1) huruf b diarahkan untuk menunjang fungsi lindung, sosial dan ekonomi.

(2) Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas
kurang lebih 8.837 Ha (delapan ribu delapan ratus tiga puluh tujuh hektar)
meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Sulang;
c. Kecamatan Bulu;
d. Kecamatan Gunem;
e. Kecamatan Sale;
f. Kecamatan Sedan;
g. Kecamatan Sarang;
h. Kecamatan Kragan;
i. Kecamatan Lasem;
j. Kecamatan Pancur;
k. Kecamatan Sluke; dan
l. Kecamatan Pamotan.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 24

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c


meliputi:
a. kawasan peruntukan tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a seluas kurang lebih 69.516 Ha (enam puluh sembilan ribu lima ratus
enam belas hektar) meliputi:
a. kawasan pertanian lahan basah seluas kurang lebih 29.702 Ha (dua puluh
Sembilan ribu tujuh ratus dua hektar) meliputi :
1. Kecamatan Sumber;
2. Kecamatan Kaliori;
3. Kecamatan Rembang;
4. Kecamatan Sulang;
30
5. Kecamatan Pamotan;
6. Kecamatan Sarang;
7. Kecamatan Kragan;
8. Kecamatan Lasem;
9. Kecamatan Sale;
10. Kecamatan Sedan;
11. Kecamatan Pancur;
12. Kecamatan Gunem;
13. Kecamatan Bulu; dan
14. Kecamatan Sluke.
b. kawasan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 39.814 Ha (tiga puluh
sembilan ribu delapan ratus empat belas hektar) meliputi:
1. Kecamatan Sumber;
2. Kecamatan Kaliori;
3. Kecamatan Rembang;
4. Kecamatan Sulang;
5. Kecamatan Pamotan;
6. Kecamatan Sarang;
7. Kecamatan Kragan;
8. Kecamatan Lasem;
9. Kecamatan Sale;
10. Kecamatan Sedan;
11. Kecamatan Pancur;
12. Kecamatan Gunem;
13. Kecamatan Bulu; dan
14. Kecamatan Sluke.
c. dari kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering
seluas kurang lebih 69.516 Ha (enam puluh sembilan ribu lima ratus enam
belas hektar) tersebut ditetapkan menjadi LP2B seluas kurang lebih 37.339
Ha (tiga puluh tujuh ribu tiga ratus tiga puluh sembilan hektar) meliputi:
1. Kecamatan Sumber;
2. Kecamatan Kaliori;
3. Kecamatan Rembang;
4. Kecamatan Sulang;
5. Kecamatan Pamotan;
6. Kecamatan Sarang;
7. Kecamatan Kragan;
8. Kecamatan Lasem;
9. Kecamatan Sale;
10. Kecamatan Sedan;
11. Kecamatan Pancur;
12. Kecamatan Gunem;
13. Kecamatan Bulu; dan
14. Kecamatan Sluke.

(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 1.804 Ha (seribu delapan ratus empat hektar) ditetapkan
menjadi cadangan LP2B meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Rembang;
d. Kecamatan Sulang;
e. Kecamatan Pamotan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Kragan;
h. Kecamatan Lasem;
i. Kecamatan Sale;
j. Kecamatan Sedan;
k. Kecamatan Pancur;
31
l. Kecamatan Gunem;
m. Kecamatan Bulu; dan
n. Kecamatan Sluke.

(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
seluas kurang lebih 3.983 ha (tiga ribu sembilan ratus delapan puluh tiga
hektar) meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Sulang;
d. Kecamatan Pamotan;
e. Kecamatan Sarang;
f. Kecamatan Kragan;
g. Kecamatan Lasem;
h. Kecamatan Sale;
i. Kecamatan Sedan;
j. Kecamatan Pancur;
k. Kecamatan Gunem;
l. Kecamatan Bulu; dan
m. Kecamatan Sluke.

(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
seluas kurang lebih 318 Ha (tiga ratus delapan belas hektar) meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Kaliori;
c. Kecamatan Rembang;
d. Kecamatan Sulang;
e. Kecamatan Pamotan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Kragan;
h. Kecamatan Lasem;
i. Kecamatan Sale;
j. Kecamatan Sedan;
k. Kecamatan Pancur;
l. Kecamatan Gunem;
m. Kecamatan Bulu; dan
n. Kecamatan Sluke.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 25

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat


(1) huruf d, meliputi:
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan perikanan budidaya;
c. kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan
d. sarana dan prasarana perikanan.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa kawasan perikanan tangkap di laut meliputi :
a. Perairan Kecamatan Kaliori;
b. Perairan Kecamatan Rembang;
c. Perairan Kecamatan Lasem;
d. Perairan Kecamatan Sluke;
e. Perairan Kecamatan Kragan; dan
f. Perairan Kecamatan Sarang.

32
(3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. kawasan perikanan budidaya air tawar seluas kurang lebih 538 Ha (lima
ratus tiga puluh delapan hektar) meliputi:
1. Kecamatan Pamotan;
2. Kecamatan Sale;
3. Kecamatan Rembang;
4. Kecamatan Bulu;
5. Kecamatan Kragan; dan
6. Kecamatan Sulang.
b. kawasan perikanan budidaya air payau seluas kurang lebih 2.452 Ha (dua
ribu empat ratus lima puluh dua hektar); dan
c. kawasan perikanan budidaya air laut.

(4) Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. sentra pengolahan ikan; dan
b. sentra pemasaran ikan berupa pasar ikan di tempat pelelangan ikan
Tasikagung seluas 10 Ha (sepuluh hektar).

(5) Peningkatan prasarana dan sarana perikanan meliputi:


a. unit pembenihan rakyat Kabupaten Rembang;
b. balai benih ikan yang terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Pamotan;
c. pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Kecamatan
Rembang menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara sebagai sentra
kelautan dan perikanan Kabupaten Rembang; dan
d. pengembangan Tempat Pelelangan Ikan meliputi:
1. Tempat Pelelangan Ikan Desa Tunggulsari, Kecamatan Kaliori;
2. Tempat Pelelangan Ikan Desa Tanjungsari, Kecamatan Rembang;
3. Tempat Pelelangan Ikan Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang;
4. Tempat Pelelangan Ikan Desa Pasar Banggi, Kecamatan Rembang;
5. Tempat Pelelangan Ikan Desa Pangkalan, Kecamatan Sluke;
6. Tempat Pelelangan Ikan Desa Pandangan, Kecamatan Kragan;
7. Tempat Pelelangan Ikan Desa Karang Lincak, Kecamatan Kragan;
8. Tempat Pelelangan Ikan Desa Karanganyar, Kecamatan Kragan;
9. Tempat Pelelangan Ikan Desa Sarang, Kecamatan Sarang;
10. Tempat Pelelangan Ikan Kelurahan Pacar, Kecamatan Rembang;
11. Tempat Pelelangan Ikan Kelurahan Gegunung Wetan, Kecamatan
Rembang;
12. Tempat Pelelangan Ikan Desa Kabongan, Kecamatan Rembang; dan
13. Tempat Pelelangan Ikan Desa Binangun, Kecamatan Lasem.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


ayat (1) huruf e meliputi:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara; dan
b. kawasan peruntukan wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas 27.628 Ha (dua puluh tujuh ribu enam
ratus dua puluh delapan hektar) meliputi:
a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam meliputi:
1. kawasan peruntukan pertambangan pasir kuarsa meliputi:
a) Kecamatan Sedan;
b) Kecamatan Bulu;
33
c) Kecamatan Sarang;
d) Kecamatan Sale; dan
e) Kecamatan Gunem.
2. kawasan peruntukan pertambangan pospat meliputi:
a) Kecamatan Pamotan;
b) Kecamatan Gunem; dan
c) Kecamatan Sale.
3. kawasan peruntukan pertambangan ball clay meliputi:
a) Kecamatan Sarang;
b) Kecamatan Sedan;
c) Kecamatan Gunem;
d) Kecamatan Bulu, dan
e) Kecamatan Sale.
4. kawasan peruntukan pertambangan dolomite berada di Kecamatan
Gunem;
5. kawasan peruntukan pertambangan gypsum meliputi:
a) Kecamatan Sedan;
b) Kecamatan Gunem;
c) Kecamatan Lasem; dan
d) Kecamatan Sarang.
6. kawasan peruntukan pertambangan kalsit meliputi:
a) Kecamatan Pamotan;
b) Kecamatan Sale;
c) Kecamatan Gunem;
d) Kecamatan Sumber; dan
e) Kecamatan Bulu.
7. kawasan peruntukan pertambangan batu gamping meliputi:
a) Kecamatan Sarang;
b) Kecamatan Sedan;
c) Kecamatan Pamotan;
d) Kecamatan Sale;
e) Kecamatan Gunem;
f) Kecamatan Bulu; dan
g) Kecamatan Sumber.
b. Kawasan peruntukan pertambangan mineral batuan meliputi:
1. kawasan peruntukan pertambangan tras meliputi:
a) Kecamatan Sluke;
b) Kecamatan Pancur;
c) Kecamatan Kragan;
d) Kecamatan Gunem; dan
e) Kecamatan Sale.
2. kawasan peruntukan pertambangan tanah liat meliputi:
a) Kecamatan Sluke;
b) Kecamatan Sedan;
c) Kecamatan Kragan;
d) Kecamatan Lasem;
e) Kecamatan Bulu;
f) Kecamatan Sulang;
g) Kecamatan Sumber;
h) Kecamatan Gunem; dan
i) Kecamatan Sale.
3. kawasan peruntukan pertambangan andesit meliputi:
a) Kecamatan Sluke;
b) Kecamatan Sedan;
c) Kecamatan Lasem;
d) Kecamatan Kragan;
e) Kecamatan Pancur;
f) Kecamatan Gunem; dan
g) Kecamatan Sale.
34
c. Kawasan peruntukan pertambangan batubara dan lignit meliputi:
a) Kecamatan Gunem;
b) Kecamatan Pamotan;
c) Kecamatan Sarang;
d) Kecamatan Sale;
e) Kecamatan Lasem; dan
f) Kecamatan Sedan.

(3) Kawasan peruntukan wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Gunem;
c. Kecamatan Sale;
d. Kecamatan Bulu;
e. Kecamatan Sulang;
f. Kecamatan Rembang;
g. Kecamatan Lasem;
h. Kecamatan Sluke;
i. Kecamatan Kragan;
j. Kecamatan Sarang;
k. Kecamatan Kaliori;
l. Kecamatan Sedan;
m. Kecamatan Pamotan; dan
n. Kecamatan Pancur.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf f meliputi:
a. peruntukan industri besar;
b. peruntukan industri menengah; dan
c. peruntukan industri kecil dan mikro.

(2) Peruntukan industri besar seluas kurang lebih 869 Ha (delapan ratus enam
puluh sembilan hektar) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan industri Rembang seluas kurang lebih 173 Ha (seratus tujuh
puluh tiga hektar) berada di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang;
b. kawasan industri Sluke seluas kurang lebih 291 Ha (dua ratus sembilan
puluh satu hektar) berada di Desa Leran dan Trahan Kecamatan Sluke
dan seluas kurang lebih 200 Ha (dua ratus hektar) di Desa Sendangmulyo
Kecamatan Sluke; dan
c. kawasan industri pertambangan seluas kurang lebih 205 Ha (dua ratus
lima hektar) berada di wilayah Kecamatan Gunem.

(3) Peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. kawasan peruntukan industri di sepanjang koridor Jalan Pantura
Kabupaten Rembang seluas kurang lebih 8.864 Ha (delapan ribu delapan
ratus enam puluh empat hektar);
b. kawasan peruntukan industri pengolahan perikanan kelautan di wilayah
pesisir Kabupaten Rembang meliputi:
1. Kecamatan Kaliori;
2. Kecamatan Rembang;
3. Kecamatan Lasem;
4. Kecamatan Sluke;
5. Kecamatan Kragan; dan
35
6. Kecamatan Sarang.
c. kawasan peruntukan agroindustri meliputi:
1. Kecamatan Gunem;
2. Kecamatan Sale;
3. Kecamatan Pamotan;
4. Kecamatan Sedan;
5. Kecamatan Kragan;
6. Kecamatan Sarang;
7. Kecamatan Sluke;
8. Kecamatan Pancur;
9. Kecamatan Rembang;
10. Kecamatan Lasem;
11. Kecamatan Sumber;
12. Kecamatan Kaliori;
13. Kecamatan Sulang; dan
14. Kecamatan Bulu.
d. kawasan peruntukan industri pertambangan meliputi:
1. Kecamatan Gunem;
2. Kecamatan Sale;
3. Kecamatan Pamotan;
4. Kecamatan Sedan;
5. Kecamatan Kragan;
6. Kecamatan Sarang;
7. Kecamatan Sluke;
8. Kecamatan Pancur;
9. Kecamatan Rembang;
10. Kecamatan Lasem;
11. Kecamatan Sumber;
12. Kecamatan Kaliori;
13. Kecamatan Sulang; dan
14. Kecamatan Bulu.

(4) Peruntukan industri kecil dan mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a. peruntukan klaster industri mebel meliputi:
1. Kecamatan Pancur;
2. Kecamatan Bulu;
3. Kecamatan Pamotan;
4. Kecamatan Sale;
5. Kecamatan Kaliori;
6. Kecamatan Kragan;
7. Kecamatan Gunem;
8. Kecamatan Sulang;
9. Kecamatan Rembang;
10. Kecamatan Lasem;
11. Kecamatan Sedan;
12. Kecamatan Sluke;
13. Kecamatan Sarang; dan
14. Kecamatan Sumber.
b. peruntukan klaster industri batik meliputi:
1. Kecamatan Lasem;
2. Kecamatan Pancur; dan
3. Kecamatan Gunem.
c. peruntukan klaster industri kuningan meliputi:
1. Kecamatan Lasem; dan
2. Kecamatan Pancur.
d. peruntukan klaster industri bordir meliputi:
1. Kecamatan Sedan;
2. Kecamatan Lasem;
36
3. Kecamatan Rembang;
4. Kecamatan Kaliori; dan
5. Kecamatan Sluke.
e. peruntukan klaster industri gula tumbu meliputi:
1. Kecamatan Sulang;
2. Kecamatan Pamotan;
3. Kecamatan Gunem; dan
4. Kecamatan Pancur.
f. peruntukan klaster industri genteng dan batu bata meliputi:
1. Kecamatan Bulu;
2. Kecamatan Sedan;
3. Kecamatan Sale;
4. Kecamatan Kaliori;
5. Kecamatan Lasem;
6. Kecamatan Sluke;
7. Kecamatan Kragan; dan
8. Kecamatan Sarang.
g. peruntukan klaster industri garam meliputi:
1. Kecamatan Kaliori;
2. Kecamatan Rembang;
3. Kecamatan Lasem;
4. Kecamatan Sluke;
5. Kecamatan Kragan; dan
6. Kecamatan Sarang.
h. peruntukan klaster olahan perikanan meliputi:
1. Kecamatan Kaliori;
2. Kecamatan Rembang;
3. Kecamatan Lasem;
4. Kecamatan Sluke;
5. Kecamatan Kragan; dan
6. Kecamatan Sarang.
i. peruntukan klaster ternak tersebar meliputi:
1. Kecamatan Pancur;
2. Kecamatan Bulu;
3. Kecamatan Pamotan;
4. Kecamatan Sale;
5. Kecamatan Kaliori;
6. Kecamatan Kragan;
7. Kecamatan Gunem;
8. Kecamatan Sulang;
9. Kecamatan Rembang;
10. Kecamatan Lasem;
11. Kecamatan Sedan;
12. Kecamatan Sluke;
13. Kecamatan Sarang; dan
14. Kecamatan Sumber.
j. peruntukan klaster industri mangga meliputi:
1. Kecamatan Kragan;
2. Kecamatan Lasem; dan
3. Kecamatan Sulang.
k. peruntukan klaster industri galangan kapal meliputi:
1. Kecamatan Kragan; dan
2. Kecamatan Sarang.
l. peruntukan industri kecil kawis berada di Kecamatan Rembang.

37
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat


(1) huruf g meliputi:
a. pengembangan wisata alam;
b. pengembangan wisata budaya; dan
c. pengembangan wisata buatan/binaan manusia.

(2) Pengembangan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Pantai Pasir Putih Tasikharjo di Kecamatan Kaliori;
b. Pulau Gede dan Pulau Marongan di Kecamatan Rembang;
c. Pantai Soka di Kecamatan Sluke;
d. Wisata Alam Kajar, Watu Layar dan Pantai Caruban Gedongmulyo di
Kecamatan Lasem;
e. Wana Wisata Mantingan di Kecamatan Bulu;
f. Embung Lodan di Kecamatan Sarang;
g. Embung Banyu Kuwung dan Embung Kaliombo di Kecamatan Sulang;
h. Gua Pasucen dan Embung Panohan di Kecamatan Gunem;
i. Embung Trenggulunan di Kecamatan Pancur; dan
j. Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale.

(3) Pengembangan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Museum R.A Kartini, Klenteng Tjoe Hwie Kiong, Masjid Agung Rembang,
Situs Kapal Kuno Punjulharjo di Kecamatan Rembang;
b. Vihara Ratanavana Arama, Klenteng Thian Siang Sing Bio, Masjid Agung
Lasem, Makam Eyang Sambu, Makam dan Petilasan Sunan Bonang di
Kecamatan Lasem;
c. Makam Sunan Langgar di Kecamatan Sluke;
d. Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu; dan
e. Situs Plawangan dan Situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan.

(4) Pengembangan wisata buatan/binaan manusia sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c meliputi :
a. Taman Rekreasi Pantai Kartini di Kecamatan Rembang;
b. Kawasan Bonang-Binangun-Sluke I di Kecamatan Lasem dan Kecamatan
Sluke dan kawasan Bonang-Binangun-Sluke II di Kecamatan Kragan dan
Kecamatan Sarang; dan
c. Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat


(1) huruf h, meliputi:
a. permukiman perdesaan; dan
b. permukiman perkotaan.

(2) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf seluas kurang lebih 6.090 Ha (enam ribu sembilan puluh hektar)
berada di kawasan perdesaan.

38
(3) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b seluas kurang lebih 3.214 Ha (tiga ribu dua ratus empat belas
hektar) berada di perkotaan kabupaten dan perkotaan kecamatan di Kabupaten
Rembang.

(4) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) di atas tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.

Paragraf 9
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pasal 30

(1) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 21 ayat (1) huruf i berupa pengembangan pulau-pulau kecil.

(2) kawasan pengembangan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) seluas kurang lebih 85 Ha (delapan puluh lima hektar) meliputi:
a. Pulau Gede; dan
b. Pulau Marongan.

(3) Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut dan pulau-pulau kecil
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 10
Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya

Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


ayat (1) huruf j meliputi:
a. kawasan pertahanan dan keamanan; dan
b. kawasan bumi perkemahan.

(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Komando Distrik Militer di Kecamatan Rembang;
b. Polisi Resort di Kecamatan Rembang;
c. Pos Angkatan Laut Rembang meliputi :
1. Kecamatan Rembang; dan
2. Kecamatan Sluke.
d. Komando Rayon Militer meliputi :
1. Kecamatan Sumber;
2. Kecamatan Bulu;
3. Kecamatan Gunem;
4. Kecamatan Sedan;
5. Kecamatan Sarang;
6. Kecamatan Pancur;
7. Kecamatan Pamotan;
8. Kecamatan Sulang;
9. Kecamatan Kaliori;
10. Kecamatan Rembang;
11. Kecamatan Kragan;
12. Kecamatan Sluke;
13. Kecamatan Sale; dan
14. Kecamatan Lasem.
e. Polisi Sektor meliputi :
1. Kecamatan Sumber;
39
2. Kecamatan Bulu;
3. Kecamatan Gunem;
4. Kecamatan Sedan;
5. Kecamatan Sarang;
6. Kecamatan Pancur;
7. Kecamatan Pamotan;
8. Kecamatan Sulang;
9. Kecamatan Kaliori;
10. Kecamatan Rembang;
11. Kecamatan Kragan;
12. Kecamatan Sluke;
13. Kecamatan Sale; dan
14. Kecamatan Lasem.

(3) Kawasan bumi perkemahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 20 Ha (dua puluh hektar) adalah Bumi Perkemahan
Karangsari Park di Kecamatan Sulang.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 32

(1) Kawasan strategis meliputi:


a. KSP; dan
b. KSK.

(2) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:.


a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi adalah
Kawasan Koridor Perbatasan Blora - Tuban - Rembang - Bojonegoro; dan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya
alam dan/atau teknologi tinggi adalah Kawasan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Rembang.

(3) KSK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:


a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:
1. Kawasan Bahari Terpadu;
2. Kawasan Bonang-Binangun-Sluke Zona I dan Zona II;
3. Kawasan Pertanian Terpadu;
4. Kawasan Agropolitan;
5. Kawasan Pelabuhan dan sekitarnya;
6. Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura;
7. Kawasan Kota Pantai Unggulan;
8. Kawasan Minapolitan.
9. PKLp Lasem;
10. PKLp Pamotan; dan
11. PKLp Kragan.
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi:
1. Kawasan Lindung Gunung Lasem; dan
2. Kawasan Mangrove Pasarbanggi.
c. peta kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b di atas tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini dan tabel kawasan strategis
kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) di atas
tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

40
Pasal 33

(1) Untuk operasionalisasi Rencana Kawasan Strategis Kabupaten disusun


Rencana Rinci Tata Ruang KSK.

(2) Rencana Tata Ruang KSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH DAERAH

Bagian Pertama
Umum

Pasal 34

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Daerah berisi indikasi program utama
penataan ruang wilayah meliputi:
a. perwujudan struktur ruang wilayah Daerah; dan
b. perwujudan pola ruang wilayah Daerah.

(2) Indikasi program utama yang tercantum dalam lampiran II memuat uraian
tentang program, kegiatan, sumber pendanaan, instansi pelaksana serta waktu
dalam tahapan pelaksanaan RTRW Kabupaten.

(3) Pelaksanaan RTRW Kabupaten Tahun 2011-2031 terbagi dalam 4 (empat)


tahapan antara lain meliputi:
a. Tahap I (Tahun 2011-2015);
b. Tahap II (Tahun 2016 – 2020);
c. Tahap III (Tahun 2021-2025); dan
d. Tahap IV (Tahun 2026-2031).

Bagian Kedua
Perwujudan Struktur Ruang Wilayah Daerah

Pasal 35

Perwujudan struktur ruang wilayah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34


ayat (1) huruf a meliputi:
a. perwujudan pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem prasarana.

Pasal 36

Perwujudan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a meliputi:


a. peninjauan kembali rencana rinci tata ruang ibu kota kecamatan;
b. pemantapan fungsi dan peran perkotaan Rembang sebagai PKL;
c. percepatan pengembangan fungsi dan peran Perkotaan Lasem, Perkotaan
Pamotan dan Perkotaan Kragan sebagai PKLp;
d. pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan PPK;
e. pemantapan perwujudan PPL;
f. peningkatan prasarana dan sarana PKL, PKLp, PPK dan PPL; dan
g. pengembangan kelembagaan PKL, PKLp, PPK dan PPL.

41
Pasal 37

(1) Perwujudan sistem prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b


meliputi:
a. perwujudan sistem jaringan transportasi;
b. perwujudan sistem jaringan energi/kelistrikan;
c. perwujudan sistem prasarana telekomunikasi;
d. perwujudan sistem prasarana sumberdaya air; dan
e. perwujudan jaringan prasarana lingkungan.

(2) Perwujudan sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
a meliputi:
a. penyusunan rencana induk pengembangan sistem transportasi
b. pembangunan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan bebas hambatan
adalah pengembangan Jalan tol sepanjang Semarang – Demak – Kudus
– Pati - Rembang - perbatasan Jawa Timur;
c. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan nasional adalah peningkatan arteri primer jalan pantura yang
menghubungkan Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan
Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang;
d. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan provinsi meliputi:
1. jalan yang menghubungkan Kecamatan Rembang – Kecamatan
Sulang – Kecamatan Bulu - Kabupaten Blora; dan
2. jalan yang menghubungkan Kecamatan Lasem – Kecamatan Pancur
– Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan - Kecamatan Sale -
Kabupaten Tuban Provinsi JawaTimur.
e. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan kabupaten meliputi:
1. pembangunan jalan lingkar dalam perkotaan Rembang dengan jalur
lintasan melalui Desa Kelurahan Magersari – Desa Waru – Desa
Sendangagung - Desa Pulo – Desa Ketanggi – Desa Mondoteko –
Desa Ngotet - Desa Weton - Desa Tireman;
2. pembangunan jalan lingkar luar perkotaan Rembang dengan jalur
lintasan melalui Desa Banyudono – Desa Bogorejo - Desa
Sendangagung – Desa Ngadem – Desa Mondoteko - Desa
Kedungrejo - Desa Turusgede - Desa Kumendung - Desa Sridadi –
Desa Pasarbanggi;
3. pembangunan jalan lingkar perkotaan Lasem dengan jalur lintasan
melalui Jembatan Kiringan - Desa Gedongmulyo – Desa Dasun –
Desa Sendangasri;
4. pembangunan jalan wisata pantai Kabupaten Rembang;
5. pembangunan jalan akses menuju kawasan pertambangan;
6. peningkatan jalan poros desa;
7. peningkatan jalan lingkungan;
8. pembangunan jalan tembus untuk membuka daerah terisolir dan
daerah yang mempunyai potensi perekonomian;
9. pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang;
10. peningkatan jalan yang menuju ke kawasan Bumi Perkemahan
Karangsari Park; dan
11. peningkatan jalan lokal primer sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
f. pembangunan terminal penumpang meliputi:
1. pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang menjadi tipe
A di Kecamatan Rembang;
2. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B di Desa Gedongmulyo
Kecamatan Lasem; dan
3. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C di setiap kecamatan.
42
g. pengembangan jalur dan stasiun kereta api meliputi:
1. pengembangan jalur komuter Rembang - Pati - Kudus - Semarang;
2. pengembangan jalur Cepu - Blora - Rembang – Sluke;
3. pengembangan jalur kawasan pertambangan di wilayah Kecamatan
Sale dan Kecamatan Gunem ke pelabuhan umum di Kecamatan
Sluke; dan
4. revitalisasi Stasiun Rembang.
h. pembangunan prasarana pelabuhan Rembang dan Terminal Sluke di
wilayah Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan pengumpan.

(3) Perwujudan sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf b meliputi :
a. pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pengembangan pembangkit listrik;
c. pengembangan jaringan transmisi listrik;
d. peningkatan kapasitas terpasang listrik; dan
e. pengembangan energi alternatif.

(4) Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf c meliputi :
a. peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi; dan
b. pembangunan menara bersama.

(5) Perwujudan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf d meliputi :
a. penyediaan air baku dengan pembangunan waduk/embung/bendung;
b. pengembangan jaringan irigasi;
c. peningkatan pelayanan jaringan air bersih; dan
d. pembangunan prasarana pengendali banjir.

(6) Perwujudan jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf e meliputi :
a. revitalisasi tempat pemrosesan akhir menjadi tempat pengolahan sampah
terpadu di Desa Kerep Kecamatan Sulang;
b. pembangunan tempat penampungan sementara di Kecamatan Sedan;
c. pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle di permukiman;
d. peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman;
e. peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan bahan berbahaya
dan beracun;
f. pembangunan prasarana drainase permukiman perkotaan dan perdesaan;
g. penataan sistem prasarana drainase secara terpadu meliputi primer,
sekunder dan tersier;
h. pengembangan drainase makro melalui normalisasi dan rehabilitasi
sungai;
i. pembangunan instalasi pengolahan limbah terpusat di Kabupaten
Rembang;
j. pembangunan instalasi pengolahan air limbah terpusat di permukiman;
k. peningkatan prasarana sanitasi komunal lingkungan permukiman; dan
l. pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial di kawasan permukiman.

Pasal 38

Perwujudan pola ruang wilayah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1) huruf b meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung; dan
b. perwujudan kawasan budidaya.

43
Pasal 39

(1) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a


meliputi:
a. perwujudan kawasan hutan lindung;
b. perwujudan kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
c. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
d. perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. perwujudan kawasan rawan bencana;
f. perwujudan kawasan lindung geologi; dan
g. perwujudan kawasan lindung lainnya.

(2) Perwujudan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a. pemantapan batas kawasan hutan lindung;
b. penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan;
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan;
d. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan; dan
e. peningkatan kegiatan konservasi kawasan.

(3) Perwujudan kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pemantapan kawasan resapan air;
b. penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan;
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan;
d. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan; dan
e. peningkatan kegiatan konservasi kawasan resapan air.

(4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c meliputi:
a. penetapan batas kawasan;
b. penyusunan, sosialisasi dan penegakkan perda tentang sempadan;
c. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan;
d. pemantauan dan pengendalian kegiatan di kawasan;
e. perencanaan dan pembangunan prasarana pengaman pantai;
f. rehabilitasi bangunan penahan gelombang pasang / abrasi;
g. kegiatan konservasi kawasan;
h. peningkatan kegiatan penanaman mangrove;
i. penyusunan masterplan RTH;
j. pengadaan lahan dan pembangunan RTH Publik meliputi:
1. hutan kota;
2. taman kota;
3. taman kelurahan;
4. taman lingkungan; dan
5. taman pemakaman umum.
k. pembangunan sarana dan prasarana pendukung RTH;
l. sosialisasi sadar penghijauan pada pekarangan atau RTH Privat dan RTH
Publik; dan
m. pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan.

(5) Perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. penyusunan rencana tindak pelestarian kawasan;
b. pengendalian dan pemantauan kegiatan sekitar kawasan;
c. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan; dan
44
d. kegiatan pelestarian kawasan.

(6) Perwujudan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
a. penetapan kawasan rawan bencana;
b. penyusunan rencana tindak manajemen bencana;
c. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan;
d. pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang; dan
e. penanganan pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

(7) Perwujudan kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f meliputi:
a. penetapan batas kawasan lindung geologi;
b. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan;
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang; dan
d. kegiatan konservasi kawasan.

(8) Perwujudan kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g meliputi:
a. penetapan batas kawasan lindung lainnya;
b. penyusunan rencana tindak penanganan kawasan;
c. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan;
d. pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang; dan
e. kegiatan konservasi kawasan.

Pasal 40

(1) Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b


meliputi:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman;
i. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
j. kawasan peruntukan budidaya lainnya.

(2) Perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemantapan batas kawasan hutan produksi;
b. penyusunan rencana pengelolaan hutan produksi;
c. peningkatan kegiatan konservasi tanah dan air;
d. pelaksanaan pola tanam, pola tata tanam dan pemilihan jenis yang
menguntungkan;
e. pemantuan dan pengendalian kegiatan untuk mencegah terjadinya
penebangan liar dan kebakaran hutan; dan
f. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
hutan.

(3) Perwujudan kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b meliputi:
a. pemanfaatan dan penanaman kembali hutan oleh masyarakat;
b. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan hutan rakyat; dan
45
c. pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan hutan rakyat.

(4) Perwujudan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c meliputi:
a. penetapan lahan pangan berkelanjutan;
b. penyusunan perangkat insentif dan disinsentif terhadap lahan pertanian
pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan;
c. sosialisasi, pembinaan, pemantauan dan pengendalian kegiatan
pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
d. peningkatan produktifitas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;
e. pengendalian perubahan penggunaan lahan basah dan lahan kering;
f. pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu;
g. pengembangan Kawasan Sentra Produksi Perkebunan;
h. pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu;
i. pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat; dan
j. penyuluhan pertanian.

(5) Perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf d meliputi:
a. sosialisasi dan penerapan teknologi tepat guna dan teknologi ramah
lingkungan dalam usaha perikanan;
b. peningkatan kualitas dan kuantitas usaha perikanan budidaya;
c. peningkatan kualitas, kuantitas dan ragam produk hasil pengolahan ikan;
d. penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan;
e. pengembangan jejaring pasar perikanan;
f. peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani/nelayan; dan
g. pemantauan dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya dan
perikanan tangkap.

(6) Perwujudan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf e meliputi:
a. penyusunan dan penegakkan perda tentang usaha pertambangan;
b. pemantauan, pengawasan dan pengendalian usaha pertambangan;
c. pengembangan pertambangan melalui penelitian-penelitian potensi
tambang;
d. reklamasi dan penghijauan kembali bekas area tambang;
e. pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan
pertambangan; dan
f. pembangunan industri berbahan baku bahan tambang.

(7) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f meliputi:
a. fasilitasi bimbingan teknis dan permodalan industri kecil dan rumah
tangga;
b. pengembangan klaster industri;
c. pemantapan kawasan peruntukan industri;
d. penyediaan kapling lahan kawasan industri;
e. penyusunan perda tentang pengelolaan kawasan industri;
f. pembangunan prasarana dan sarana kawasan industri; dan
g. pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring industri.

(8) Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf g meliputi:
a. pengembangan daya tarik wisata andalan;
b. pembangunan prasarana dan sarana pariwisata;
c. pengembangan penyediaan fasilitas pariwisata;
d. pengembangan promosi pariwisata;
e. pengembangan paket wisata lokal dalam skala provinsi dan nasional;
f. pengembangan festival atau event wisata atau gelar seni budaya;
46
g. pengembangan pusat oleh - oleh khas daerah;
h. kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengembangan pariwisata daerah;
i. pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat pariwisata tentang
usaha pariwisata; dan
j. pengembangan kapasitas kelembagaan dan jejaring pariwisata.

(9) Perwujudan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf h meliputi:
a. penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman;
b. penyediaan prasarana sarana dasar / prasarana sarana utilitas
perumahan permukiman;
c. peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;
d. pengembangan perumahan formal untuk masyarakat penghasilan rendah;
e. pengendalian pemanfaatan ruang permukiman; dan
f. pengembangan kelembagaan perumahan permukiman.

(10) Perwujudan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf i meliputi:
a. penyusunan rencana pengembangan ekowisata;
b. pengembangan prasarana dan sarana ekowisata;
c. pengembangan kelembagaan ekowisata; dan
d. pengembangan ekowisata Pulau Gede dan Pulau Marongan.

(11) Perwujudan kawasan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf j meliputi:
a. Perwujudan kawasan pertahanan dan keamanan meliputi:
1. penataan dan pengelolaan kawasan pertahanan dan keamanan; dan
2. penataan permukiman penduduk disekitar kawasan pertahanan dan
keamanan yang disesuaikan dengan standar kebutuhan.
b. Perwujudan kawasan bumi perkemahan meliputi:
1. penataan dan pengelolaan kawasan bumi perkemahan; dan
2. penataan permukiman sekitar kawasan yang disesuaikan dengan
standar kebutuhan.

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian pertama
Umum

Pasal 41

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam


pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Daerah.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diselenggarakan melalui arahan ketentuan umum.

(3) Arahan ketentuan umum pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. ketentuan umum pengaturan zonasi;
b. ketentuan umum perizinan pemanfaatan ruang;
c. ketentuan umum pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. ketentuan umum arahan pengenaan sanksi.

47
Bagian kedua
Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi

Pasal 42

(1) Ketentuan umum pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41


ayat (3) huruf a disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
kabupaten dan berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang kabupaten.

(2) Dalam ketentuan umum pengaturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata
ruang wilayah Daerah dimaksud meliputi:
a. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem perkotaan kabupaten;
b. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem perdesaan kabupaten;
c. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan transportasi
kabupaten;
d. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan energi
kabupaten;
e. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan sumber daya
air kabupaten;
f. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan telekomunikasi
kabupaten;
g. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem prasarana lingkungan
kabupaten;
h. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan lindung kabupaten;
i. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan budidaya kabupaten;
dan
j. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan strategis.

(3) Ketentuan umum pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat tentang hal-hal yang harus ada, hal-hal yang boleh dan apa yang tidak
boleh.

Pasal 43

(1) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem perkotaan daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:
a. fungsi kawasan;
b. kawasan lindung; dan
c. kawasan budidaya.

(2) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan fungsi kawasan di perkotaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. boleh dilakukan pengembangan secara terbatas, yakni pada zona yang
tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona
harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja,
yakni maksimum 25% (dua puluh lima persen) dari luasan zona yang
ditetapkan;
b. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara
keseluruhan fungsi dasarnya; dan
c. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk
fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan
industri polutan.

(3) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan lindung di perkotaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa RTH meliputi:
a. tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk
kepentingan lain selama masih menunjang fungsi lindung;

48
b. tetap dilakukan upaya konservasi pada kawasan lindung yang berupa
bangunan dan dapat dilakukan nilai tambah;
c. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-
masing dan tidak boleh dilakukan alih fungsi; dan
d. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan
sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan boleh dilakukan alih
fungsi untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau
perbandingan antara kawasan terbangun dan RTH tidak berubah sesuai
rencana detail tata ruang kawasan perkotaan masing-masing.

(4) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan budidaya di perkotaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui
arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota
kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;
b. pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik
juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak
mengganggu fungsi jalan;
c. pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama
permukiman padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai
dengan kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;
d. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu boleh dilakukan
sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek
negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
e. tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari ruang milik jalan atau ruang pengawasan
jalan, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah
ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah design
kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melakukan
kompensasi tertentu yang disepakati;
f. pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus
disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai
kebutuhan masing-masing;
g. pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan kawasan
khusus pengembangan sektor informal;
h. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan
tidak dilakukan alih fungsi;
i. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pertanian
pangan berkelanjutan di kawasan perkotaan tidak boleh dilakukan alih
fungsi lahan; dan
j. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat
komunikasi dan jaringan pengaman saluran udara tegangan tinggi tidak
boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan
dimaksud.

Pasal 44

Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem perdesaan kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi:
a. pengaturan pada rencana kawasan terbangun di perdesaan dapat dilakukan
penambahan fungsi yang masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan
besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
b. pengaturan pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian
yang produktif harus dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak
dialihfungsikan menjadi non pertanian;

49
c. mengefisienkan ruang yang berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi
ruang untuk kawasan terbangun hanya dilakukan secara infitratif pada
permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif;
d. pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-
masing;
e. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di
kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
f. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perdesaan
harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi;
g. pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak dilakukan
alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain selama masih
menunjang fungsi lindung;
h. pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya
konservasi baik berupa situs, bangunan peninggalan kolonial,
bangunan/monumen perjuangan rakyat, dan sebagainya;
i. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan terbangun di
perdesaan boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak
menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
j. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di
perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun
secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang produktivitasnya kurang
tinggi, dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun
dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai rencana detail tata ruang
kawasan perdesaan masing-masing;
k. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan
fungsi dasarnya, sesuai rencana detail tata ruang kawasan perdesaan masing-
masing;
l. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi
yang bertentangan;
m. pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam jumlah
kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas tinggi
yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya;
n. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif di
perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
o. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pertanian pangan
berkelanjutan di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
dan
p. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi
dan jaringan pengaman saluran udara tegangan tinggi tidak boleh melakukan
kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.

Pasal 45

(1) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan transportasi


kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf c meliputi:
a. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan arteri primer;
b. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan kolektor primer;
c. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan lokal primer; dan
d. ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalur kereta api.

(2) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan arteri primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
11 (sebelas) meter;
b. jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata;
50
c. pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
d. jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa
sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan
huruf c harus tetap terpenuhi;
e. lebar ruang pengawasan jalan arteri primer minimal 15 (lima belas) meter;
f. persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b dan huruf c; dan
g. jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan:
1) pengembangan perkotaan tidak boleh terputus;
2) ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan nasional; dan
3) penetapan garis sempadan bagunan di sisi jalan
nasional/provinsi/kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang
pengawasan jalan.

(3) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan kolektor primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter;
b. jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume
lalu lintas rata-rata;
c. jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b masih tetap terpenuhi;
d. persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan
tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c;
e. jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus; dan
f. lebar ruang pengawasan jalan kolektor primer minimal 10 (sepuluh)
meter.

(4) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalan lokal primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
7,5 (tujuh koma lima) meter;
b. jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus; dan
c. lebar ruang pengawasan jalan lokal primer minimal 7 (tujuh) meter.

(5) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan jaringan jalur kereta api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan
dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi;
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api
yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
transportasi perkeretaapian;
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan
akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api
dan jalan; dan
e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api
dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan
pengembangan jaringan jalur kereta api.

51
Pasal 46

Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan energi kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf d meliputi:
a. keberadaan pembangkit listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan
ruang di sekitar pembangkit listrik dengan memperhatikan jarak aman dari
kegiatan lain;
b. ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang bebas di sepanjang
jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi saluran udara tegangan
tinggi yang melewati Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem dan Kecamatan
Sluke;
d. menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi saluran udara tegangan tinggi
yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan bagi masyarakat;
e. menetapkan sempadan Saluran udara tegangan tinggi 150 Kv tanah datar;
f. di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh ada fungsi bangunan yang
langsung digunakan masyarakat;
g. dalam kondisi di bawah jaringan tinggi terdapat bangunan maka harus
disediakan jaringan pengamanan; dan
h. stasiun pengisian bahan bakar elpiji tidak diletakkan di kawasan permukiman
dan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 47

Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan sumber daya air
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf e meliputi:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksud
untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;
d. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas provinsi
secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di
negara/provinsi yang berbatasan.

Pasal 48

Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem jaringan telekomunikasi kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf f disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar
telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktifitas
kawasan disekitarnya.

Pasal 49

Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sistem prasarana lingkungan kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf g meliputi:
a. arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas
wilayah secara administratif dengan kerjasama antar wilayah dalam hal
pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah
perkotaan;
b. pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle
komunal;
c. penanganan persampahan selain menggunakan reduce, reuse, recycle juga
dengan pengembangan sistem komposting;
52
d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung
lingkungan;
e. pengalokasian tempat pemosesan akhir sesuai dengan persyaratan teknis;
f. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan
kaidah teknis dan dengan konsep reduce, reuse, recycle;
g. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung
lingkungan;
h. penyediaan ruang untuk tempat pembuangan sementara dan/atau tempat
pembuangan akhir terpadu;
i. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah
sampah terutama di wilayah perkotaan;
j. penerapan pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya terbentuk yang
didasarkan atas konsep cradle-to grave dan mendorong industri penghasil
limbah untuk mengolah, mendaur ulang serta menimbun Limbahnya dekat
dengan pabrik, dan menerapkan teknik pengelolaan Limbah berbahaya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku;
k. memberi kemudahan kredit pembelian alat pengolahan limbah bagi industri
kecil, atau mengurangi pajak impor alat pengolah limbah; dan
l. peningkatan kemampuan institusional dalam memberi fungsi bagi pencemar,
pemberlakuan secara ketat tentang baku mutu lingkungan; dan
m. penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai standar kebutuhan.

Pasal 50

(1) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan lindung kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf h meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan resapan air;
c. kawasan sempadan pantai dan pantai berhutan bakau;
d. kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar waduk/embung/bendung;
e. kawasan sempadan mata air;
f. kawasan sempadan irigasi;
g. ruang terbuka hijau perkotaan;
h. kawasan cagar alam;
i. kawasan taman wisata alam;
j. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
k. kawasan rawan gelombang pasang/abrasi pantai;
l. kawasan rawan banjir;
m. kawasan rawan tanah longsor; dan
n. kawasan lindung geologi.

(2) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan hutan lindung kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam dan kepentingan lingkungan hidup
tanpa merubah bentang alam;
b. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
hutan dan tutupan vegetasi;
c. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih
peruntukan/kerusakan hutan melalui pengembangan vegetasi hutan yang
mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu
meresapkan air;
d. pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan
hutan lindung;
e. penetapan larangan untuk melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan
kecuali berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung
yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam
serta ekosistem alam;
f. pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung;
53
g. pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
mengganggu fungsi lindung;
h. penerapan ketentuan yang berlaku tentang analisis mengenai dampak
Lingkungan bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di
kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi
lingkungan hidup;
i. pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan
lindung;
j. percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman
yang sesuai dengan fungsi lindung; dan
k. penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung
kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan hutan lindung
untuk kepentingan hidrologis.

(3) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan resapan air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang
sudah ada;
c. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya;
d. peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke
dalam tanah;
e. percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
f. mengoptimalkan fungsi lahan melalui pengembangan hutan;
g. meningkatkan kegiatan pariwisata alam; dan
h. pengolahan tanah secara sipil teknis sehingga kawasan ini memberikan
kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.

(4) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan sempadan pantai dan
pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. sosialisasi rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai kepada
seluruh masyarakat yang bermukim di sekitar pantai dan kepada seluruh
stakeholders pembangunan terkait;
b. melarang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
pantai, merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar pantai;
c. mengembangkan terumbu karang buatan untuk meningkatkan fungsi
ekologis pesisir;
d. pada kawasan sempadan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya
seperti: permukiman perkotaan dan perdesaan, pariwisata, pelabuhan,
pertahanan dan keamanan, serta kawasan lainnya, pengembangannya
harus sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam
rencana tata ruang kawasan pesisir;
e. memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kelestarian
kawasan lindung pantai;
f. bangunan yang boleh ada di sempadan pantai antara lain dermaga, tower
penjaga keselamatan pengunjung pantai;
g. pemanfaatan ruang untuk kegiatan yang mampu melindungi atau
memperkuat perlindungan sempadan pantai dari abrasi dan infiltrasi air
laut ke dalam tanah;
h. pemanfaatan ruang untuk kegiatan sarana dan prasarana yang
mendukung transportasi laut;
i. menjadikan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai
ekologis sebagai obyek wisata dan penelitian;
54
j. pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan;
k. inventarisasi dan evaluasi potensi, lokasi dan penyebaran ekosistem
mangrove;
l. penunjukkan, penatabatasan dan pengukuhan ekosistem mangrove
sesuai dengan fungsi dan tata ruangnya;
m. rehabilitasi ekosistem mangrove yang mengalami degradasi;
n. perlindungan ekosistem mangrove dari perusakan, gangguan, ancaman,
hama dan penyakit;
o. pengembangan kawasan pantai berhutan bakau harus disertai dengan
pengendalian pemanfaatan ruang; dan
p. koefisien dasar kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau maksimum
30 % (tiga puluh persen).

(5) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan sempadan sungai dan kawasan
sekitar waduk/embung/bendung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi:
a. mempertahankan sempadan sungai sehingga terhindar dari erosi dan
kerusakan kualitas air sungai;
b. pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat
mengganggu atau merusak kualitas air sungai;
c. pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai agar
tidak berkembang lebih jauh;
d. melarang pembuangan limbah industri ke sungai;
e. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
f. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
g. perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
h. pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
i. waduk yang digunakan untuk pariwisata diijinkan membangun selama
tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
j. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
k. membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi
embung/waduk/bendung;
l. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman
rekreasi; dan
m. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(6) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan sempadan mata air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
b. pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi;
c. selain sebagai sumber air minum dan irigasi, juga digunakan untuk
pariwisata, dimana peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi
kualitas tata air yang ada;
d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
e. membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air;
f. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
g. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
mata air.

55
(7) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan sempadan irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi
dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kualitas air irigasi;
b. bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan
pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;
c. saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan
perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka
keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi
drainase;
d. melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;
e. perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; dan
f. pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi.

(8) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan RTH perkotaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf g, disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan;
c. penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
d. pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud diatas.

(9) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan cagar alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
a. pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengatasi
meluasnya kerusakan terhadap ekosistemnya;
b. mempertahankan hutan hujan tropis yang lengkap vegetasinya dari perdu
hingga kanopi;
c. pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai data tarik wisata, dengan
tidak mengurangi fungsi perlindungan;
d. program pengelolaan hutan kemasyarakatan dengan konsep
berkelanjutan dan konsep desa hutan;
e. program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan selain mempunyai
fungsi ekologis juga secara tidak langsung memiliki nilai ekonomis
pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan
kondisi/kualitas ekosistem terumbu karang;
f. peningkatan partisipasi masyarakat untuk menciptakan mekanisme
kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara pemerintah Kabupaten
Rembang dengan masyarakatnya; dan
g. pengembangan kapasitas dan kapabilitas pemerintah dan masyarakat
daerah dalam menyusun dan melaksanakan program-program
pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan
antara eksploitasi sumberdaya dan lingkungan hidup yang sesuai dengan
nilai-nilai kearifan masyarakat maupun karakteristik biofisik dan ekonomi
wilayah.

(10) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan taman wisata alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi:
a. perlindungan terhadap taman nasional, dilakukan untuk pengembangan
pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu;
b. peningkatan kualitas lingkungan bagi wilayah sekitarnya;
c. perlindungan lingkungan dari pencemaran;
d. taman wisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang
kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut;
e. taman wisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan,
sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi
56
obyek wisata alam sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan
menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian dan pendidikan; dan
f. penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan obyek wisata alam
yang sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan
obyek wisata alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.

(11) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j meliputi:
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata;
b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
fungsi kawasan;
c. pada kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan
keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan,
pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai
sudut pandang;
d. candi juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga
diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai
salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau
obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-
menengah;
e. benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti bangunan
peninggalan kolonial harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan
yang sudah mulai rusak; dan
f. penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan
pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami
perubahan fungsi.

(12) Untuk pengaturan kawasan rawan gelombang pasang/abrasi pantai, ketentuan


umum zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k meliputi:
a. pendekatan rekayasa struktur dengan cara sistem polder, bangunan
pemecah gelombang, penurapan; dan
b. pendekatan rekayasa non struktur dengan cara merehabilitasi hutan
mangrove di daerah pesisir.

(13) Untuk pengaturan kawasan rawan banjir ketentuan umum zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l meliputi:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;
b. melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai;
c. pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan perkotaan dan
perdesaan, kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung
maupun cek dam, pembuatan bendungan baru;
d. membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada
jaringan primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi
irigasi untuk drainase;
e. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
f. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum;
g. penetapan batas dataran banjir;
h. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan
fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
i. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan
fasilitas umum penting lainnya.

(14) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan rawan longsor


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m meliputi:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;

57
b. mengembalikan fungsi lindung pada hutan lindung melalui sistem vegetatif
dengan memperhatikan kaidah konservatif;
c. pengendalian pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor dilakukan
dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis atau rencana detail tata ruang;
d. dalam pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor harus
memperhitungkan tingkat kerawanan/tingkat risiko terjadinya longsor dan
daya dukung lahan/tanah;
e. tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung
kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan/ tingkat risiko
tinggi, terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan
bahkan ditingkatkan fungsi lindungnya;
f. kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukkan
bagi kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang dengan persyaratan yang
ketatapenentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
dan
g. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum.

(15) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan lindung geologi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n meliputi:
a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang
sudah ada; dan
c. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya.

Pasal 51

(1) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan budi daya kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf i meliputi:
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman;
i. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
j. kawasan peruntukan budidaya lainnya.

(2) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan hutan produksi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat
kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan
percepatan reboisasi;
b. pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
c. pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan
tumpang sari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman
pokok;
d. peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan
hutan kerakyatan;
e. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan hutan lainnya;
58
f. pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga
memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
g. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih,
tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam;
h. mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan perkotaan
untuk membentuk hutan kota;
i. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca
sumber daya hutan;
j. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan;
k. upaya pelestarian kawasan lindung, pengolahan hasil hutan secara
terbatas melalui hak penguasaan hutan kemasyarakatan;
l. peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh pemerintah daerah;
dan
m. usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan pengembangan
obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan hutan.

(3) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan hutan rakyat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. beberapa hutan rakyat yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat
kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan
reboisasi;
b. pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
c. pengelolaan kawasan hutan rakyat dengan pengembangan kegiatan
tumpang sari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman
pokok;
d. peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan
hutan kerakyatan;
e. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan hutan lainnya;
f. pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga
memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
g. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih,
tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam;
h. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca
sumber daya hutan; dan
i. meningkatkan produktivitas hutan rakyat.

(4) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan pertanian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;
b. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan;
c. perubahan fungsi sawah hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan
perubahan maksimum 50 % (lima puluh persen) dan sebelum dilakukan
perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi
irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah
yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
d. pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada
sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran
perubahan maksimum 20 % (dua puluh persen) dari luasan sawah yang
ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang
akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
e. pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih
fungsi;

59
f. sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap
dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
g. kawasan pertanian tegalan, kebun campur dan sawah tadah hujan secara
spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang
produktif yang diperuntukkan untuk menunjang kehidupan secara
langsung untuk rumah tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan
lahan campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang
perkebunan dalam skala kecil;
h. dalam beberapa hal, tegalan, kebun campur dan sawah tadah hujan
merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun
dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan rencana detail tata ruang;
i. alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan
meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan
fasilitas dan berbagai sarana masyarakat;
j. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah;
k. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non
pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama;
l. kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di daerah
dilakukan dengan memperhatikan besaran suplai dan permintaan pasar
untuk menstabilkan harga produk;
m. lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
memiliki kemampuan pemasaran yang luas terutama ekspor;
n. kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk
kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;
o. kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan
memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan
berbagai jenis komoditas yang menunjukan ciri khas daerah;
p. pengembangan penyedia bibit, pengembangan wilayah bibit ternak sapi
perah dan tersedianya hijauan makanan ternak (HMT);
q. pengembangan pusat pengembangan pemasaran produk peternakan
serta pengembangan sapi perah dan pasar agrobis sektor peternakan;
r. pengembangan pembibitan ternak perdesaan;
s. kawasan perkebunan tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain,
dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan
penelitian;
t. peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui
peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan
masing-masing; dan
u. penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan
kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, keindahan/estetika dan
keuangan.

(5) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan perikanan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. mengendalikan dan membatasi metode dan penggunaan alat tangkap
dalam rangka mengendalikan pemanfaatan potensi perikanan tangkap;
b. mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Utara Jawa melalui
peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan;
c. pengembangan Tempat Pengelolaan Ikan (TPI);
d. pengadaan dan pengembangan koperasi nelayan;
e. pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan
pengelolaan perikanan;
f. peningkatan prasarana dan sarana Pelabuhan Perikanan Pantai;
g. pemanfaatan teknologi informasi untuk perikanan;
h. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan
kepadatan rendah;

60
i. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk
hijau; dan
j. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.

(6) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan pertambangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara
resiko dan manfaat;
b. pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan
geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
c. pengembangan kegiatan pertambangan diarahkan pada wilayah
pertambangan;
d. pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai
dengan zona peruntukan yang ditetapkan, sehingga menjadi lahan yang
dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan
budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup;
e. setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan
mengamankan tanah atas untuk keperluan rehabilitasi lahan bekas
penambangan;
f. pada kawasan yang teridentifikasi keterdapatan minyak dan gas yang
bernilai ekonomi tinggi, sementara lahan pada bagian atas dari potensi
bahan tambang tersebut meliputi kawasan lindung atau kawasan
budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman,
maka pengeboran eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan gas bumi
dapat dilaksanakan, namun harus disertai AMDAL;
g. menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif
dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan,
sekaligus disertai pengendalian yang ketat;
h. pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk
pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti
tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.Pengaturan bangunan lain
disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi
menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;
i. tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya
terdapat mata air penting atau pemukiman;
j. tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam
sungai yang terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan; dan
k. percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain
diperbolehkan sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama
kawasan.

(7) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan industri


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan
kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan
industri kecuali bagi perumahan untuk karyawan industri;
c. pengembangan kawasan sentra industri rumah tangga terutama pada
kawasan perdesaan dan perkotaan;
d. pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat
kegiatan perkotaan dan perdesaan;
e. pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan usaha
kecil menengah (UKM); dan
f. penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan
dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi.
61
(8) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:
a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau; dan
c. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pariwisata.

(9) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan permukiman


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
a. penetapan amplop bangunan;
b. penetapan tema arsitektur bangunan;
c. kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan
sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung
oleh sarana dan prasarana permukiman;
d. setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
e. permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak
dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
f. pengembangan permukiman perkotaan besar dan menengah, diarahkan
pada penyediaan kasiba dan lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas
permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;
g. pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan kecamatan;
h. permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan
dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan
kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
i. permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan
dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil,
permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis
pengembangannya meliputi pertanian tanaman pangan dan perikanan
darat, serta pengolahan hasil pertanian;
j. membentuk klaster-klaster permukiman untuk menghindari penumpukan
dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara klaster
permukiman disediakan ruang terbuka hijau (RTH);
k. pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat
peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru
sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi,
sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah
lingkungan hidup dan sesuai dengan rencana tata ruang;
l. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
m. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

(10) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi:
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;
b. penetapan zona preservasi, konservasi, penyangga dan zona
pemanfaatan; dan
c. tinjauan terhadap daya dukung lingkungan mengingat rentannya kawasan
ini terhadap kemungkinan perusakan lingkungan akibat kegiatan yang
berlangsung diatasnya.

(11) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan peruntukan budidaya


lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf j meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pengaturan kawasan pertahanan
dan keamanan meliputi:
1) penetapan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan
keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan
62
2) penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan keamanan.
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pengaturan kawasan bumi
perkemahan meliputi :
1) penetapan zona penyangga yang memisahkan kawasan bumi
perkemahan dengan kawasan budidaya terbangun;
2) pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
bumi perkemahan;
3) pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
4) penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan untuk menjaga fungsi bumi perkemahan.

Pasal 52

(1) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan strategis kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf j meliputi:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.

(2) Arahan ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a. kawasan penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa
kawasan perkotaan, harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai
sehingga menimbulkan minat investasi yang besar;
b. pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus diupayakan
untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun
melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing;
c. pada kawasan strategis secara ekonomi ini harus dialokasikan ruang atau
zona secara khusus untuk industri, perdagangan – jasa dan jasa wisata
perkotaan;
d. pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk
memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta
zona tersebut harus tetap dipertahankan;
e. pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang
pada zona yang bukan zona inti tetapi harus tetap mendukung fungsi
utama kawasan sebagai penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa
merubah fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
f. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang terbuka di
kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang
penyediaan ruang terbuka tetapi tidak boleh untuk Ruang Terbuka Hijau
(RTH) kawasan perkotaan;
g. dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi, zona yang dinilai penting
tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
h. pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila didekatnya
akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan mengganggu
permukiman harus disediakan fungsi penyangga sehingga fungsi zona
tidak boleh bertentangan secara langsung pada zona yang berdekatan;
dan
i. untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada
kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar
area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja,
termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan.

(3) Ketentuan umum zonasi untuk pengaturan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
63
a. pada kawasan ini yang termasuk dalam katagori zona inti harus dilindungi
dan tidak dilakukan perubahan yang dapat mengganggu fungsi lindung;
b. pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan
terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona penunjang harus
dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga kehidupan satwa langka
dan dilindungi dapat lestari;
c. untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam jangka
panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;
d. pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam sekaligus
menanamkan gerakan cinta alam;
e. pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan
tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk
pembuatan sumur-sumur resapan;
f. pada kawasan hutan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau fungsi
produksi tertentu boleh dimanfaatkan buah atau getahnya tetapi tidak
boleh mengambil kayu yang mengakibatkan kerusakan fungsi lindung;
g. pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang mengganggu
fungsi lindung apalagi bila didalamnya terdapat kehidupan berbagai satwa
maupun tanaman langka yang dilindungi; dan
h. pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan budidaya
khususnya permukiman dan budidaya tanaman semusim, tidak boleh
dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara bertahap
dialihfungsikan kembali ke zona lindung.

Bagian ketiga
Ketentuan Umum Perizinan Pemanfaatan Ruang

Paragraf 1
Umum

Pasal 53

Ketentuan perijinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat


(3) huruf b adalah proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum
kegiatan pemanfaatan ruang dilaksanakan dan untuk menjamin kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang meliputi:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lainnya.

Pasal 54

(1) Segala bentuk kegiatan pemanfaatan ruang dan pembangunan prasarana


harus memperoleh ijin pemanfaatan ruang yang mengacu pada RTRW
Kabupaten.

(2) Setiap orang atau badan yang memerlukan tanah dalam rangka penanaman
modal wajib memperoleh ijin pemanfaatan ruang dari Bupati.

(3) Pelaksanaan prosedur izin pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh instansi yang
berwenang dengan mempertimbangkan rekomendasi BKPRD.

64
Paragraf 2
Izin Prinsip

Pasal 55

(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a adalah persetujuan
pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan di
wilayah Daerah, yang sesuai dengan arahan kebijakan dan alokasi penataan
ruang wilayah.

(2) Izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin
lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, izin mendirikan
bangunan, dan izin lainnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin prinsip ditetapkan dengan peraturan
bupati.

Paragraf 3
Izin Lokasi

Pasal 56

(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b adalah ijin yang
diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh
tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan dalam
rangka penanaman modal dengan kriteria batasan luasan tanah lebih dari 1 ha
(satu hektar).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi ditetapkan dengan peraturan bupati.

Paragraf 4
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah

Pasal 57

(1) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53


huruf c adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
kegiatan pemanfaatan ruang yang merupakan dasar untuk permohonan
mendirikan bangunan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin penggunaan pemanfaatan tanah


ditetapkan dengan peraturan bupati.

Paragraf 5
Izin Mendirikan Bangunan

Pasal 58

(1) Izin Mendirikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53


huruf d adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan
teknis.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

65
Paragraf 6
Izin Lainnya

Pasal 59

(1) Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf e merupakan ketentuan izin usaha pertambangan, perhubungan,
perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan dan pengembangan sektoral
lainnya, yang disyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin usaha pengembangan sektoral akan
ditetapkan dengan peraturan bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Umum Pemberian
Insentif dan Disinsentif

Paragraf 1
Insentif

Pasal 60

(1) Insentif diberikan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana
tata ruang.

(2) Insentif dapat berupa insentif fiskal dan atau insentif non fiskal.

(3) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. keringanan pajak;
b. kompensasi;
c. subsidi silang;
d. imbalan;
e. sewa ruang; dan
f. kontribusi saham.

(4) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan dan pengadaan prasarana;
b. kemudahan prosedur perizinan; dan
c. penghargaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif diatur
dengan peraturan bupati.

Paragraf 1
Disinsentif

Pasal 61

(1) Pemberian disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang meliputi:
a. pengenaan pajak atau retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; dan/atau
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.

66
(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang wilayah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian disinsentif
diatur dengan peraturan bupati.

Bagian Ke Lima
Ketentuan Umum
Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 62

(1) Arahan sanksi sebagai salah satu cara dalam pengendalian pemanfaatan.

(2) Setiap orang atau badan hukum yang melakukan pelanggaran pemanfaatan
ruang dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) Arahan sanksi dikenakan pelaku pembangunan yang tidak sesuai dengan
RTRW kabupaten meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana atau melangar
ketentuan umum peraturan zonasi;
b. pemanfaatan ruang tanpa izin yang diterbitkan berdasarkan RTRW
kabupaten;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang
diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten; dan
e. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar.

Pasal 63

(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi atau
sanksi pidana.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada perseorangan
atau korporasi yang melakukan pelanggaran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

(4) Sanksi pidana sebagaimana disebut pada ayat (1) diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan.

Pasal 64

Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63


ayat (3) meliputi:
67
a. peringatan tertulis dapat dilaksanakan dengan prosedur bahwa Pejabat yang
berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang dapat
memberikan peringatan tertulis melalui penertiban surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali; dan
b. penghentian sementara dapat dilakukan meliputi:
1. penertiban surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
dan
2. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara
secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang.

Pasal 65

(1) Setiap orang atau badan hukum yang dalam pemanfaatan ruang melanggar
ketentuan peraturan zonasi, ketentuan perijinan, serta ketentuan insentif dan
disinsentif dikenai sanksi administratif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pengenaan sanksi diatur
dengan peraturan bupati.

BAB VIII

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 66

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat pemerintah daerah
berwenang;
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah daerah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan
g. mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui pengumuman
atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 67

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

68
Pasal 68

(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf b,
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang
terkandung didalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dapat berupa manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan
dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebiasaan yang
berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 69

Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau penyebarluasan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf g, dilakukan dengan penempelan/
pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat
umum, media masa dan pembangunan sistem informasi tata ruang.

Pasal 70

(1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan
status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan
RTRW Kabupaten diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak
yang berkepentingan.

(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 71

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib berperan serta dalam
memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Pasal 72

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 67 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan
kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara
turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya
dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang
serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

Pasal 73

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat berbentuk:


a. pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan
peraturan perundang-undangan, agama, atau kebiasaan yang berlaku;
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah dan mencakup lebih dari satu kawasan pada
wilayah Daerah;
c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW kabupaten dan
rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu kawasan;

69
d. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW kabupaten
yang telah ditetapkan;
e. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan
menjaga, memelihara, serta meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
dan
f. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan.

Pasal 74

(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 75

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk:


a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan, termasuk
pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan;
dan
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.

Pasal 76

(1) Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 75 dapat disampaikan secara tertulis kepada Bupati
atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Tata cara dan mekanisme peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX

KELEMBAGAAN

Pasal 77

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan


kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD.

(2) Penetapan keanggotaan BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

BAB X
PENYIDIKAN

Pasal 78

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :


a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

70
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan di
bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
berkenaan tindak pidana di bidang penataan ruang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembuktian,
pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli da!am rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang penataan ruang;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
penataan ruang;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang penataan ruang menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya berada dibawah koordinasi dan pengawas Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 79

Ketentuan pidana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 80

(1) Jangka waktu RTRW kabupaten adalah 20 (dua puluh) yaitu tahun 2011 – 2031
dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial provinsi yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, RTRW kabupaten dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijaan nasional dan strategi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal kabupaten.
71
BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 81

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan daerah ini berlaku ketentuan meliputi:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuiakan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan daerah
ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi selama 5 tahun berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang di Kabupaten yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan daerah ini, ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peratutan daerah ini,
agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

(2) Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
peraturan daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan daerah ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 82

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan dalam Peraturan Bupati.

(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

72
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Dae
Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Rembang.

Ditetapkan di Rembang
pada tanggal 25 Agustus 2011

BUPATI REMBANG,

H. MOCH. SALIM

Diundangkan di Rembang
pada tanggal 25 Agustus 2011

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN REMBANG,

HAMZAH FATONI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 NOMOR 14

73
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

NOMOR 14 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN REMBANG


TAHUN 2011-2031

I. UMUM

Sesuai dengan amanat Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang, penyusunan RTRW kabupaten mengacu pada : rencana tata
ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi; pedoman dan
petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan rencana pembangunan jangka
panjang daerah.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan :


perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan
ruang kabupaten; upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kabupaten; keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten; daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup; rencana pembangunan jangka panjang daerah; rencana
tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat : tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan ruang wilayah kabupaten; rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang
meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan
dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten; rencana pola ruang wilayah
kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya
kabupaten; penetapan kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan; dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang
berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif; hak, kewajiban dan peran masyarakat; serta arahan sanksi.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk penyusunan


rencana pembangunan jangka panjang daerah; penyusunan rencana pembangunan
jangka menengah daerah; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di wilayah kabupaten; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan penataan ruang
kawasan strategis kabupaten.

Oleh karena itu, RTRW disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan


yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah,
keseimbangan perkembangan antara kawasan, kondisi fisik wilayah yang rentan
terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan
pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan daerah,
dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk mengantisipasi dinamika
pembangunan tersebut, upaya pembangunan daerah juga harus ditingkatkan melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik
agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud
tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala
bidang pembangunan yang secara spasial dirumuskan dalam RTRW.
1
Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur
ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap
pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman
hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan
itu, RTRW yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
merupakan matra spasial dalam pembangunan daerah yang mencakup pemanfaatan
sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat
dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.

RTRW memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna
air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan
yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan
memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan
RTRW ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang daerah,
antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian
perkembangan antar wilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah daerah. Struktur ruang
wilayah mencakup sistem pusat perkotaan kabupaten, sistem jaringan transportasi
wilayah, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan
sumber daya air. Pola ruang wilayah kabupaten mencakup kawasan lindung dan
kawasan budidaya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang
prospektif dikembangkan serta kawasan strategis kabupaten.

2
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.

3
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “jalan bebas hambatan” adalah jalan umum untuk
lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan
tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar
ruang milik jalan.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “jaringan jalan nasional” adalah kumpulan ruas
jalan dengan status jalan nasional yang membentuk satu sistem jaringan
jalan.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “jaringan jalan provinsi” adalah kumpulan ruas
jalan dengan status jalan provinsi yang membentuk satu sistem jaringan
jalan di dalam satu provinsi.

Huruf d
Yang dimaksud dengan “jaringan jalan kabupaten/kota” adalah kumpulan
ruas jalan dengan status jalan kabupaten/kota yang membentuk satu
sistem jaringan jalan di dalam satu kabupaten/kota.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.
4
Ayat (7)
Penetapan jalan kabupaten berdasarkan pada Keputusan Bupati Rembang
Nomor 600/175/2007 Tanggal 30 Mei 2007 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
Kabupaten yang ada di wilayah Kabupaten Rembang tahun 2007.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (9)
Cukup jelas.

Ayat (10)
Cukup jelas.

Ayat (11)
Yang dimaksud dengan ”pelabuhan pengumpan” adalah pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan
laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.

Peningkatan fungsi pelabuhan meliputi :


a. pembangunan fasilitas pokok pada peruntukan wilayah daratan;
b. pembangunan fasilitas penunjang peruntukan wilayah perairan;
c. pembangunan fasilitas pokok pada peruntukan wilayah daratan; dan
d. pembangunan fasilitas pokok pada peruntukan wilayah perairan.

Yang dimaksud dengan pembangunan fasilitas pokok pada peruntukan wilayah


daratan pengembangan pelabuhan umum Rembang di wilayah pantai
Kecamatan Sluke meliputi :
1. dermaga;
2. gudang lini 1;
3. lapangan penumpukan lini 1;
4. terminal penumpang;
5. terminal peti kemas;
6. terminal ro-ro;
7. fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;
8. fasilitas bunker;
9. fasilitas pemadam kebakaran;
10. fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun; dan
11. fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu navigasi
pelayaran.

Yang dimaksud dengan pembangunan fasilitas penunjang pada peruntukan


wilayah daratan pengembangan pelabuhan umum Rembang di wilayah pantai
Kecamatan Sluke, meliputi :
1. kawasan perkantoran;
2. fasilitas pos dan telekomunikasi;
3. fasilitas pariwisata dan perhotelan;
4. instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;
5. jaringan jalan dan rel kereta api;
6. jaringan air limbah, drainase, dan sampah;
7. areal pengembangan pelabuhan;
8. tempat tunggu kendaraan bermotor;
9. kawasan perdagangan;
10. kawasan industri; dan
11. fasilitas umum lainnya.

5
Yang dimaksud dengan pembangunan fasilitas pokok pada peruntukan wilayah
perairan pengembangan pelabuhan umum Rembang di wilayah pantai
Kecamatan Sluke, meliputi :
1. alur-pelayaran;
2. perairan tempat labuh;
3. kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;
4. perairan tempat alih muat kapal;
5. perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya dan
beracun;
6. perairan untuk kegiatan karantina;
7. perairan alur penghubung intrapelabuhan;
8. perairan pandu; dan
9. perairan untuk kapal pemerintah.

Yang dimaksud dengan pembangunan fasilitas penunjang pada peruntukan


wilayah perairan pengembangan pelabuhan umum Rembang di wilayah pantai
Kecamatan Sluke, meliputi :
1. perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;
2. perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
3. perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
4. perairan tempat kapal mati;
5. perairan untuk keperluan darurat; dan
6. perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Penetapan lokasi menara telekomunikasi berdasarkan pada Peraturan
Daerah Kabupaten Rembang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Bersama.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Ayat (4)
Huruf a
Penetapan WS berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum
Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

6
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Penetapan DI berdasarkan pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 390/KPTS/M/2007 tentang Status Daerah Irigasi Yang
Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Angka 1
Fasilitas umum dan fasilitas sosial terdekat meliputi :
(a) balai desa;
(b) kantor kecamatan;
(c) sekolah dasar, menengah dan tinggi; dan
(d) lapangan.

Angka 2
Fasilitas umum dan fasilitas sosial terdekat meliputi :
(a) balai desa;
(b) kantor kecamatan;
(c) sekolah dasar, menengah dan tinggi; dan
(d) lapangan.

Angka 3
Fasilitas umum dan fasilitas sosial terdekat meliputi :
(a) balai desa;
(b) kantor kecamatan;
(c) sekolah dasar, menengah dan tinggi; dan
(d) lapangan.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.

7
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan di bawahnya” adalah kawasan yang memiliki
karakteristik berada pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl dengan
kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi atau mampu meresapkan
air kedalam tanah.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “kawasan perlindungan setempat” adalah
kawasan yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai dan saluran
irigasi, kawasan sekitar danau/waduk/rawa, kawasan sekitar mata air,
kawasan sempadan jalan dan RTH.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan bencana alam” adalah daerah
yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam
seperti banjir, letusan gunung, gempa bumi, longsor dan lain lain.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Yang dimaksud dengan “kawasan lindung lainnya” adalah konservasi
wilayah pesisir sampai sepanjang 4 (empat) mil dari garis pantai dan
pulau–pulau kecil yang diselenggarakan dengan menjaga kelestarian
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, melindungi alur dan migrasi ikan
dan biota laut lain, melindungi habitat biota laut dan melindungi situs
budaya tradisional.

Pasal 14
Penetapan luas hutan lindung berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 Tanggal 1 Oktober 2004 tentang
Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 435/KTPS-
II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah
dan Surat Menteri Kehutanan Nomor S.939/Menhut-VII/2009 Tanggal 11
Desember 2009.

Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kawasan resapan air” adalah daerah yang memiliki
kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai penyedia sumber air.

Ayat (2)
Penetapan kawasan Gunung Lasem sebagai kawasan resapan air
berdasarkan pada Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 545/478/91
Tanggal 8 Agustus 1990 tentang Larangan Penambangan Bahan Galian
Golongan C di Kawasan Gunung Lasem dan Gunung Tinatah Kabupaten
Daerah Tingkat II Rembang.

8
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “kawasan sempadan pantai” sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah kawasan sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai.

Kriteria berupa daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional


dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi”
adalah kawasan sepanjang kanan-kiri
kanan kiri sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk melestarikan fungsi sungai.

Kriteria sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah


3 (tiga) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Kriteria sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah 5


(lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan


dengan kedalaman kurang dari 3 (tiga) meter adalah 10 (sepuluh) meter.

Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan


dengan kedalaman 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) met
meter
adalah 15 (lima belas) meter.

Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan


dengan kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter adalah 30 (tiga puluh)
meter.

9
Garis sempadan sungai
sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk
sungai
ngai besar adalah 100 (seratus) meter, untuk sungai kecil 50 (lima
puluh)
meter.

Yang dimaksud dengan “sungai


“ besar”” adalah sungai yang mempunyai
daerah pengaliran seluas 500 km2 (lima ratus kilometer persegi) atau
lebih.

Yang dimaksud dengan “sungai


“ kecil”” adalah sungai yang mempunyai
daerah pengaliran seluas kurang dari 500 km2 (lima ratus) kilometer
persegi.

empadan diukur dari tepi sungai pada waktu ditetapkan pada


Garis sempadan
setiap ruas daerah pengaliran sungai.

Garis sempadan
empadan saluran terbagi menjadi
menjadi 2 (dua) yaitu garis sempadan
saluran bertanggul dan tidak bertanggul.

Garis sempadan saluran


saluran sungai bertanggul 3 (tiga) meter untuk saluran
irigasi pembuangan dengan debit 4 (empat) meter kubik per detik atau
lebih.

Garis sempadan saluran


s sungai bertanggul 2 (dua) meter untuk saluran
irigasi pembuangan dengan debit 1 s/d 4 (satu sampai dengan empat)
meter kubik per detik atau lebih.

Garis sempadan saluran


saluran sungai bertanggul 1 (satu) meter untuk saluran
irigasi pembuangan dengan debit kurang dari 1 (satu) meter kubik per
detik.

Garis sempadan saluran


aluran sungai tidak bertanggul 4 (empat) kali kedalaman
saluran ditambah 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan
dengan debit 4 (empat) meter kubik per detik.

Garis sempadan saluran


s sungai bertanggul
ggul 4 (empat) kali kali kedalaman
saluran saluran ditambah 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan

10
pembuangan dengan debit 1 s/d 4 (satu sampai dengan empat) meter
kubik per detik.

Garis sempadan saluran


saluran sungai bertanggul 4 (empat) kali kali kedalaman
saluran
aluran saluran ditambah 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan
pembuangan dengan debit kurang dari 1 (satu) meter kubik per detik.

Garis sempadan
empadan saluran bertanggul dan tidak bertanggul diukur dari tepi
saluran.

Ayat (4)
Yang dimaksud “kawasan sekitar waduk/embung/bendung” adalah
kawasan tertentu di sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau
bendungan.

Kriteria garis sempadan pagar terhadap waduk/embung/bendung paling


sedikit 50 (lima
ma puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kriteria garis sempadan bangunan terhadap waduk/embung/bendung


paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “kawasan sekitar mata air” adalah kawasan di
sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting mernpertahankan
kelestarian fungsi mata air.
Kriteria garis sempadan kawasan sekitar mata air paling sedikit 200 (dua
ratus) meter dari mata air.

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “kawasan san sempadan jalan” adalah kawasan
sempadan jalan yang dibatasi oleh as jalan dan garis sempadan jalan
sepanjang jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.
Kriteria garis sempadan jalan arteri primer paling sedilit 20 (dua puluh)
meter dari as jalan, sempadan jalan arteri sekunder paling sedikit 20 (dua
puluh) meter dari as jalan, sempadan jalan kolektor primer paling sedikit 15
(lima belas) meter dari as jalan, sempadan jalan kolektor sekunder paling
sedikit 10,5 (sepuluh koma lima) meter dari as jalan,
jalan, sempadan jalan lokal
primer paling sedikit 10 (sepuluh) meter dari as jalan, sempadan jalan lokal
sekunder paling sedikit 7 (tujuh) meter dari as jalan.

11
Jalan Arteri Sekunder

Jalan Kolektor Primer

12
Ayat (7)
Yang termasuk RTH kota antara lain meliputi hutan kota, taman kota dan jalur
hijau disepanjang jaringan jalan. Ditetapkan dengan kriteria :
1. lahan dengan luas paling sedikit 2500 (dua ribu lima ratus) meter persegi.
2. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur atau kombinasi da dari bentuk satu
hamparan dan jalur.
3. didominasi komunitas tumbuhan.

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “cagar alam” adalah kawasan suaka alam karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.

13
Huruf b
Yang dimaksud dengan “taman wisata alam” adalah kawasan pelestarian
alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan”
adalah kawasan diperuntukkan untuk kegiatan yang bertujuan untuk
melindungi atau melestarikan budaya dan kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan.

Huruf d
Yang dimaksud dengan “kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya”
adalah daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan
lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun
perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
yang ada.

Huruf e
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan bakau” adalah kawasan pesisir
laut yang merupakan habitat alami hutan bakau atau mangrove yang
berfungsi memberi perlindungan pada perikehidupan pantai dan lautan.

Ayat (2)
Penetapan Gunung Butak sebagai cagar alam berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 55/KPTS/UM/2/1975 Tanggal 17 Pebruari
1975 tentang penunjukan petak 47 di kawasan hutan Gunung Butak seluas
45,1 Ha yang terletak di wilayah Kabupaten Rembang sebagai cagar alam.

Ayat (3)
Penetapan Sumber Semen Sale sebagai taman wisata alam sesuai Keputusan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 54/KPTS/UM/2/1975 Tanggal 17
Pebruari 1975 tentang penunjukan petak 112b dari kawasan Sumber Semen
Sale seluas 17,1 Ha yang terletak di wilayah Kabupaten Rembang di kawasan
hutan Gunung Butak.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan banjir” adalah tempat-tempat
yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari 6
(enam) jam pada saat hujan dalam keadaan musim hujan normal.
Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat
sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh
dan permanen di tempat tersebut.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan gerakan tanah/longsor” adalah
kawasan yang kondisi tanahnya mudah longsor karena terdapat zona
yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk
pembentuk tanah.
14
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan gelombang pasang/kawasan
rawan abrasi” adalah kawasan yang pernah dan kemungkinan dapat
mengalami bencana gelombang pasang.

Huruf d
Yang dimaksud dengan “kawasan rawan kekeringan” adalah kawasan
yang berpotensi dan/atau pernah kekeringan pada daerah irigasi dan
pada daerah permukiman penduduk.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kawasan perlindungan plasma nutfah” adalah kawasan
yang karena keadaan flora dan/atau faunanya perlu dilindungi secara khusus
untuk melestarikan ekosistemnya.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan industri” adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

15
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.

Huruf g
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan pariwisata” adalah kawasan
dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata. Klaster kawasan peruntukan pariwisata didasarkan
kedekatan wilayah dan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana
kemudahan aksesibilitas, karakteristik potensi pariwisata dan wilayah
serta sosial budaya, Keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan melalui
pengembangan kawasan berdasarkan koridor, pendekatan
pengembangan kawasan berdasarkan prioritas sesuai kekuatan daya tarik
wisata.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Penetapan luas hutan produksi berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 Tanggal 1 Oktober 2004 tentang
Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 435/KTPS-
II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah
dan Surat Menteri Kehutanan Nomor S.939/Menhut-VII/2009 Tanggal 11
Desember 2009.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

16
Ayat (3)
Komoditas buah-buahan meliputi :
a. mangga;
b. pisang;
c. nanas;
d. pepaya;
e. jambu air;
f. rambutan;
g. durian;
h. jeruk;
i. alpukat;
j. belimbing;
k. jambu biji;
l. nangka;
m. salak;
n. sawo;
o. sukun;
p. sirsak;
q. melon;
r. semangka;
s. blewah;
t. kedondong; dan
u. duku.

Komoditas sayur-sayuran meliputi :


a. bawang merah;
b. cabe;
c. ketimun;
d. tomat;
e. kacang merah;
f. terong;
g. bayam;
h. kacang panjang;
i. kangkung;
j. petai; dan
k. melinjo.

Ayat (4)
Komoditas perkebunan meliputi :
a. tanaman kelapa;
b. kapuk;
c. jambu mete;
d. cengkeh;
e. kopi;
f. siwalan;
g. tebu; dan
h. wijen.

Ayat (5)
Komoditas peternakan meliputi :
a. sapi;
b. kerbau;
c. kambing;
d. domba;
e. kelinci;
f. ayam kampung;
g. burung puyuh;
h. entok; dan
i. itik.
17
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan perikanan tangkap” adalah
kawasan yang diperuntukkan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan perikanan budidaya” adalah
kawasan yang diperuntukkan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Ayat (2)
Komoditas perikanan tangkap meliputi :
a. layang;
b. bawal Hitam;
c. kembung;
d. selar;
e. tembang;
f. tongkol;
g. tengiri;
h. cumi-cumi;
i. petek;
j. tiga waja;
k. ekor kuning;
l. swangi;
m. kwee;
n. kurisi;
o. beloso;
p. kerapu;
q. pari;
r. teri;
s. rajungan;
t. udang;
u. lemuru;
v. kapas-kapas;
w. layur;
x. manyung;
y. kakap merah;
z. biji nangka;
aa. barakuda;
bb. kurau;
cc. siro;
dd. lemadang;
ee. bentong;
ff. badong; dan
gg. bukur.
18
Ayat (3)
Komoditas perikanan budidaya meliputi :
a. komoditas perikanan budidaya air payau meliputi :
1) udang;
2) bandeng; dan
3) kista artemia
b. komoditas perikanan budidaya air tawar meliputi :
1) lele; dan
2) nila.
c. komoditas perikanan budidaya air laut berupa rumput laut

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “lignit” adalah batubara relatif lunak atau rapuh
dengan kandungan bahan karbon sedikit, nilai kalori rendah, kandungan
air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak, zat terbang
tinggi, panas rendah dengan suhu nyala rendah, kurang ekonomis.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.
19
Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Komoditas klaster ternak meliputi :
a. sapi; dan
b. itik.

Huruf j
Cukup jelas.

Huruf k
Cukup jelas.

Huruf l
Cukup jelas.

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kawasan permukiman perdesaan” adalah suatu
kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh
lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas
umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas,
terletak di sebagian besar wilayah kecamatan Kabupaten Rembang.

Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan permukiman perkotaan” adalah
kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang
bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang
ada pada wilayah sekitarnya, terletak di perkotaan Rembang dan desa /
kelurahan di wilayah perkotaan se-Kabupaten Rembang.

Ayat (2)
Cukup jelas.

20
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ”kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi” dengan kriteria:
1. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
2. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional dan daerah;
3. memiliki potensi ekspor;
4. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
5. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
6. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan daerah
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah;
7. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional dan daerah;
atau
8. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Huruf b
Yang dimaksud dengan ”kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi” dengan
kriteria:
1. diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
2. memiliki sumber daya alam strategis nasional;
3. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
4. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
5. berfungsi sebagai lokasi teknologi tinggi strategis.
21
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Yang dimaksud dengan ” kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup” dengan kriteria :
1. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
2. merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan
ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan
akan punah yangharus dilindungi dan/atau dilestarikan;
3. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
4. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
5. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

22
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j
Cukup jelas.

Huruf k
Cukup jelas.

Huruf l
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

23
Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (9)
Cukup jelas.

Ayat (10)
Cukup jelas.

Ayat (11)
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “peraturan zonasi” adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan


ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.

24
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.
25
Pasal 49
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j
Yang dimaksud dengan konsep “cradle to grave” adalah prinsip pakai-
gunakan-buang untuk barang-barang beracun dan berbahaya yang tidak
bisa di daur ulang.

Huruf k
Cukup jelas.

Huruf l
Cukup jelas.

Huruf m
Cukup jelas.

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

26
Huruf c
Yang dimaksud dengan prinsip “zero delta Q policy” adalah keharusan
agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke
sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Huruf h
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (9)
Cukup jelas.

Ayat (10)
Cukup jelas.

Ayat (11)
Cukup jelas.

Ayat (12)
Cukup jelas.

Ayat (13)
Cukup jelas.

Ayat (14)
Cukup jelas.

Ayat (15)
Cukup jelas.

Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas.

27
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (9)
Cukup jelas.

Ayat (10)
Cukup jelas.

Ayat (11)
Cukup jelas.

Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “izin prinsip” adalah.surat izin yang diberikan oleh
pemerintah daerah untuk menyatakan suatu kegiatan secara prinsip
diperkenankan untuk diselenggarakan atau beroperasi.

28
Izin prinsip merupakan pertimbangan pemanfaatan lahan berdasarkan aspek
teknis, politis, dan sosial budaya sebagai dasar dalam pemberian izin lokasi.
Izin prinsip dapat berupa surat penunjukan penggunaan lahan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “izin lokasi” adalah izin yang diberikan kepada
pemohon untuk memperoleh ruang yang diperlukan dalam rangka melakukan
aktivitasnya.
Izin lokasi merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan dalam rangka
pemanfaatan ruang. Izin lokasi diberikan berdasarkan izin prinsip apabila
berdasarkan peraturan daerah yang berlaku diperlukan izin prinsip.
Izin lokasi diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin
pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan
usaha penanaman modalnya.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 57
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “izin penggunaan pemanfaatan tanah” adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-perundangan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 58
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “izin mendirikan bangunan” adalah perizinan yang
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung
untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “insentif” dengan perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang.

29
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “disinsentif” adalah perangkat atau upaya untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan tata ruang.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

30
Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 77
Ayat (1)
Kelembagaan penataan ruang daerah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah. Bentuk koordinasi penyelenggaraan penataan ruang adalah koordinasi
31
penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, berupa keterlibatan antar
instansi/dinas/sektor terkait dalam kabupaten melalui forum koordinasi
penataan ruang dengan tetap memperhatikan kewenangan masing-masing
instansi/dinas/sektor tersebut; koordinasi penyelenggaraan penataan ruang
lintas wilayah, berupa kerjasama antar pemerintah kabupaten yang berbatasan
guna mensinergikan rencana tata ruang masing-masing daerah; koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang lintas pemangku kepentingan, berupa suatu
pelibatan para pemangku kepentingan lainnya (masyarakat, dunia usaha,
perguruan tinggi, dan lain lain) dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 78
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 NOMOR 112

32
1
Lampiran II.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

TABEL INDIKASI PROGRAM UTAMA

Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
A Perwujudan Struktur Ruang
1 Perwujudan Pusat Kegiatan

1.1 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan wilayah Perkotaan Perkotaan Rembang
Rembang sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

a. Review dan penetapan perda RUTRK/RDTRK Perkotaan Rembang 500 APBD Bappeda, DPU,
Bag.
Pemerintahan,
Bag. Hukum,
KLH,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan Ls APBN, DPU, PDAM,
APBD, Dinkes, KLH,
Inventaris Dinperindagkop
swasta &UMKM,
dan/atau Dinpendik,
kerja sama Distanhut,
pendanaan Kecamatan,
Desa
c. Pengembangan Kelembagaan Perkotaan Ls APBN, Bappeda, DPU,
APBD, BPMP&KB,
Inventaris KLH, Dintanhut,

1
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
swasta Dinlutkan,
dan/atau Dinperindagkop
kerja sama &UMKM, Bag
pendanaan Hukum,
Kecamatan,
Desa
d. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Ls APBN, DPPKAD,
APBD, Bappeda, DPU,
Inventaris Bag. Hukum,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerja sama
pendanaan
1.2 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan wilayah Perkotaan 1. Perkotaan Lasem,
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan dan Kecamatan Kragan sebagai 2. Perkotaan Pamotan,
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) 3. Perkotaan Kragan
a. Review dan penetapan perda RUTRK/RDTRK Perkotaan PKLp 1.200 APBD Bappeda, DPU,
Bag.
Pemerintahan,
Bag. Hukum,
KLH,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan Ls APBN, DPU, PDAM,
APBD, Dinkes, KLH,
Inventaris Dinperindagkop
swasta &UMKM,
dan/atau Dinpendik,
kerja sama Distanhut,
pendanaan Kecamatan,
Desa
c. Pengembangan Kelembagaan Perkotaan Ls APBN, Bappeda, DPU,
APBD, BPMP&KB,
Inventaris KLH, Dintanhut,
swasta Dinlutkan,
dan/atau Dinperindagkop

2
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
kerja sama &UMKM, Bag
pendanaan Hukum,
Kecamatan,
Desa
d. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Ls APBN, DPPKAD,
APBD, Bappeda, DPU,
Inventaris Bag. Hukum,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerja sama
pendanaan
1.3 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan Perkotaan Kecamatan 1. Perkotaan Sarang,
Sarang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sulang, 2. Perkotaan Sluke,
Kecamatan Sumber, Kecamatan Gunem, Kecamatan Bulu, Kecamatan 3. Perkotaan Pancur,
Sulang, Kecamatan Sedan dan Kecamatan Sale sebagai Pusat Pelayanan 4. Perkotaan Kaliori,
Kawasan (PPK) 5. Perkotaan Sulang,
6. Perkotaan Sumber,
7. Perkotaan Gunem,
8. Perkotaan Bulu,
9. Perkotaan Sedan, dan
10. Perkotaan Sale
a. Review dan penetapan RUTRK/RDTRK Perkotaan PPK 2.000 APBD Bappeda, DPU,
Bag.
Pemerintahan,
Bag. Hukum,
KLH,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan Ls APBN, DPU, PDAM,
APBD, Dinkes, KLH,
Inventaris Dinperindagkop
swasta &UMKM,
dan/atau Dinpendik,
kerja sama Distanhut,
pendanaan Kecamatan,
Desa

3
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
c. Pengembangan Kelembagaan Perkotaan Ls APBN, Bappeda, DPU,
APBD, BPMP&KB,
Inventaris KLH, Dintanhut,
swasta Dinlutkan,
dan/atau Dinperindagkop
kerja sama &UMKM, Bag
pendanaan Hukum,
Kecamatan,
Desa
d. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan Ls APBN, DPPKAD,
APBD, Bappeda, DPU,
Inventaris Bag. Hukum,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerja sama
pendanaan
1.4 Perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 1. Desa Padaran Ls APBN, Bappeda, DPU,
Kecamatan Rembang, APBD, DPPKAD,
2. Desa Mojorembun Inventaris BPMP&KB,
Kecamatan Kaliori, swasta KLH, Dintanhut,
3. Desa Landoh dan/atau Dinlutkan,
Kecamatan Sulang, kerja sama Dinperindagkop
4. Desa Sudo Kecamatan pendanaan &UMKM, Bag
Sulang, Hukum,
5. Desa Krikilan Kecamatan,
Kecamatan Sumber, Desa
6. Desa Kedungasem
Kecamatan Sumber,
7. Desa Tlogotunggal
Kecamatan Sumber,
8. Desa Lambangan
Wetan Kecamatan
Bulu,
9. Desa Kajar Kecamatan
Lasem,
10. Desa Tuyuhan

4
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Kecamatan Pancur,
11. Desa Japerejo
Kecamatan Pamotan,
12. Desa Kepohagung
Kecamatan Pamotan,
13. Desa Sendangmulyo
Kecamatan Sluke,
14. Desa Tahunan
Kecamatan Sale,
15. Desa Tegaldowo
Kecamatan Gunem,
16. Desa Pandangan
Wetan Kecamatan
Kragan,
17. Desa Sendangwaru
Kecamatan Kragan,
18. Desa Lodan Wetan
Kecamatan Sarang
19. Desa Gandrirejo
Kecamatan Sedan
a. Penyusunan Rencana Rinci Ruang Kawasan 1.900 APBN, Bappeda, DPU,
APBD, Bag.
Inventaris Pemerintahan,
swasta Bag. Hukum,
dan/atau KLH,
kerja sama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan Ls APBN, DPU, PDAM,
APBD, Dinkes, KLH,
Inventaris Dinperindagkop
swasta &UMKM,
dan/atau Dinpendik,
kerja sama Distanhut,
pendanaan Kecamatan,
Desa
c. Pengembangan kelembagaan kawasan Ls APBN, Bappeda, DPU,

5
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
APBD, BPMP&KB,
Inventaris KLH, Dintanhut,
swasta Dinlutkan,
dan/atau Dinperindagkop
kerja sama &UMKM, Bag
pendanaan Hukum,
Kecamatan,
Desa
2 Perwujudan Sistem Prasarana Kabupaten Rembang
2.1. Perwujudan sistem jaringan transportasi
a. Penyusunan rencana induk pengembangan sistem transportasi Kabupaten Rembang 300 APBN, Bappeda, DPU,
APBD, Dinhubkominfo,
Inventaris KLH,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerja sama
pendanaan
b. pembangunan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan bebas
hambatan
1. pengembangan Jalan tol sepanjang Semarang – Demak – Kudus – Kabupaten Rembang Ls APBN, DPU, DPU Kab
Pati - Rembang - perbatasan Jawa Timur APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
c. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan nasional
1. peningkatan arteri primer jalan pantura yang menghubungkan Kabupaten Rembang Ls APBN, Bina Marga
Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – APBD, Prov, DPU Kab
Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan

6
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
d. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan provinsi :
1. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Rembang – Kecamatan Rembang – Ls APBN, Bina Marga
Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu menuju ke arah Kabupaten Kecamatan Sulang – APBD, Prov, DPU Kab
Blora. Kecamatan Bulu Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
2. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Lasem – Kecamatan Lasem – Ls APBN, Bina Marga
Kecamatan Pancur – Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan - Kecamatan Pancur – APBD, Prov, DPU Kab
Kecamatan Sale - Kabupaten Tuban (Provinsi JawaTimur) Kecamatan Pamotan – Inventaris
Kecamatan Sedan - swasta
Kecamatan Sale dan/atau
kerja sama
pendanaan
e. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan
jalan kabupaten
1. pembangunan jalan lingkar dalam (inner ring road) Perkotaan Kecamatan Rembang Ls APBN, DPU Kab.
Rembang APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
2. pembangunan jalan lingkar luar Perkotaan Rembang (outer ring Kecamatan Rembang Ls idem idem
road)
3. pembangunan jalan lingkar Perkotaan Lasem Kecamatan Lasem Ls idem idem
4. pembangunan jalan wisata pantai Kabupaten Rembang Kabupaten Rembang Ls idem idem
5. pembangunan jalan akses menuju kawasan pertambangan Kecamatan Gunem, Ls idem idem
Kecamatan Sale
6. peningkatan jalan poros desa Kabupaten Rembang Ls idem idem
7. peningkatan jalan lingkungan Kabupaten Rembang Ls idem idem

7
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
8. pembangunan jalan tembus untuk membuka daerah terisolir dan Kabupaten Rembang Ls idem idem
daerah yang mempunyai potensi perekonomian
9. pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang Kabupaten Rembang Ls idem idem
10. peningkatan jalan yang menuju ke kawasan Bumi Perkemahan Kecamatan Sulang Ls idem idem
Karangsari Park
11. peningkatan jalan lokal primer Kabupaten Rembang Ls idem idem
f. pembangunan terminal penumpang

1. rencana pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang Kecamatan Rembang Ls APBN, Dinhubkominfo
menjadi tipe A APBD, Prov,
Inventaris Dinhubkominfo
swasta Kab.
dan/atau
kerja sama
pendanaan
2. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B Kecamatan Lasem Ls APBN, Dinhubkominfo
APBD, Kab.
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
3. pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C di setiap kecamatan Kecamatan Sumber, Ls idem idem
Gunem, Sale, Gunem,
Sulang, Pamotan, Sedan,
Kragan, Sluke, Pancur,
Kaliori, Sarang
g. pengembangan jalur dan stasiun kereta api
1. pengembangan jalur komuter Rembang - Pati - Kudus - Semarang Kabupaten Rembang Ls APBN, Kementerian
APBD, Perhubungan
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama

8
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
pendanaan
2. pengembangan jalur Cepu - Blora - Rembang – Sluke Kabupaten Rembang Ls APBN, Kementerian
APBD, Perhubungan
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
3. pengembangan jalur kawasan pertambangan di wilayah Kecamatan Kecamatan Gunem, Sale, Ls APBN, Dinhubkominfo
Sale dan Kecamatan Gunem ke pelabuhan umum di Kecamatan Pamotan, Pancur, Lasem, APBD, Kab.
Sluke Sluke Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
4. revitalisasi Stasiun Rembang Kecamatan Rembang Ls APBN, Kementerian
APBD, Perhubungan
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
h. pembangunan prasarana pelabuhan Rembang dan Terminal Sluke di
wilayah Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan Pengumpan
1. Pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang dalam rangka Kecamatan Sluke Ls APBN, Kementerian
peningkatan fungsi pelabuhan Rembang dari pelabuhan APBD, Perhubungan,
pengumpan menjadi pelabuhan pengumpul dan pelabuhan utama Inventaris Dinhubkominfo,
di wilayah pantai Kecamatan Sluke swasta Kanpel
dan/atau Rembang
kerja sama
pendanaan
2. Peningkatan keamanan dan ketertiban laur (SAR) Perairan Kabupaten Ls APBN, Dinhubkominfo,
Rembang APBD, Kanpel
Inventaris Rembang,
swasta Dinlutkan, DPU,
dan/atau Bappeda

9
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
kerja sama
pendanaan
3. Pengadaan kapal patroli, sarana bantu navigasi dan lampu Ls idem idem
penerangan pantai serta peralatan SAR
2.2. Perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan
1. Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi Kabupaten Rembang Ls APBN, Pertamina,
APBD, DESDM,
Inventaris Swasta
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
2. pengembangan pembangkit listrik Ls APBN, PLN
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
3. pengembangan jaringan transmisi listrik Ls APBN, PLN
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
4. peningkatan kapasitas terpasang listrik Ls APBN, PLN
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
5. pengembangan energi alternatif Ls APBN, DESDM, KLH,
APBD, Distanhut

10
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Inventaris
swasta
dan/atau
kerja sama
pendanaan
2.3. Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
a. Penyusunan dan penetapan perda tentang pedoman penyelenggaraan Kabupaten Rembang Ls APBN, Telkom,
dan pengendalian menara telekomunikasi bersama APBD, Dinhubkominfo,
Inventaris DPU, KPPT,
swasta Bag
dan/atau Perekonomian,
kerjasama Bag Hukum
pendanaan
b. Pembangunan tower BTS (Base Tranceiver Station) yang digunakan Kabupaten Rembang Ls idem Dinhubkominfo,
secara bersama (menara telekomunikasi bersama) KPPT,
Kecamatan,
Desa, Investor
c. Peningkatan kapasitas sambungan telepon untuk kebutuhan rumah Kabupaten Rembang Ls idem Dinhubkominfo,
tangga, kebutuhan sosial dan kebutuhan komersial. KPPT,
Kecamatan,
Desa, Telkom
2.4. Perwujudan sistem jaringan sumberdaya air
1. penyediaan air baku dengan pengelolaan dan pembangunan 1. Embung Lodan Ls APBN, DPSDA Prov,
waduk/embung/bendung 2. Embung Banyukuwung APBD, BBWS, DPU,
3. Embung Grawan Inventaris Bag.
4. Embung Panohan; swasta Pemerintahan,
5. Embung Kaliombo; dan/atau Kecamatan dan
6. Embung Tlogo; kerjasama Desa
7. Embung Gedari; pendanaan
8. Embung Trenggulunan;
dan
9. potensi embung
lainnya.
2. pengembangan jaringan irigasi Jaringan Irigasi Kabupaten Ls APBN, BBWS, UPT
Rembang APBD, DPSDA Prov,

11
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Inventaris DPU,
swasta Masyarakat
dan/atau
kerjasama
pendanaan
3. peningkatan pelayanan jaringan air bersih melalui pemeliharaan dan Kec. Sale, Kaliori, Sarang, Ls APBN, DPU, PDAM
pembangunan IPA Jakinah dan Ngandang, IPA Gunungsari, IPA Pamotan, Lasem, Bulu, APBD,
Kalipang, IPA Mudal, IPA Kajar dan Gowak, IPA Taban dan Pasedan, Sumber, Sulang, Inventaris
IPA Sumber Suco, IPA Grawan, IPA Jatimudo, IPA Desalinasi Air Laut Rembang. swasta
dan IPA yang direncanakan lainnya. dan/atau
kerjasama
pendanaan
4. pembangunan prasarana pengendali banjir
a. Normalisasi Sungai Sungai di Kab. Rembang Ls APBN, DPU, KLH,
APBD, DISTANHUT,
Inventaris Dinlutkan
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
b. Pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah Sungai di Kab. Rembang Ls idem idem
(tanggul)
c. Pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan pintu air Kabupaten Rembang Ls idem idem
d. Pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman Kabupaten Rembang Ls idem idem
e. Penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap Kabupaten Rembang Ls idem idem
kawasan permukiman mandiri
f. Penanaman pohon di sempadan sungai dan lahan-lahan kritis Kabupaten Rembang Ls idem idem
2.5. Perwujudan jaringan prasarana lingkungan
a. revitalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menjadi Tempat Pengolahan Kecamatan Rembang Ls APBN, Dincipkataru
Sampah Terpadu dengan sistem Sanitary Controll Landfill di Desa Kerep APBD, Prov, DPU,
Kecamatan Sulang; Inventaris KLH, BPMPKB,
swasta Dinkes,
dan/atau

12
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
kerjasama
pendanaan
b. pembangunan Tempat Penampungan Sementara di Kecamatan Sedan Kecamatan Sedan Ls idem idem
c. pengelolaan sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) di permukiman Kabupaten Rembang Ls idem idem
d. peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman Kabupaten Rembang Ls idem idem
e. peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan B3 (Bahan Kabupaten Rembang Ls idem idem
Berbahaya dan Beracun)
f. pembangunan prasarana drainase permukiman Perkotaan dan perdesaan Kabupaten Rembang Ls idem idem
g. penataan sistem prasarana drainase secara terpadu meliputi primer, Kabupaten Rembang Ls idem idem
sekunder dan tersier
h. pengembangan drainase makro melalui normalisasi dan rehabilitasi Kabupaten Rembang Ls idem idem
sungai
i. pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Terpusat (IPLT) di Kabupaten Kabupaten Rembang Ls idem idem
Rembang
j. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat di permukiman; Kabupaten Rembang Ls idem idem
k. peningkatan prasarana sanitasi komunal lingkungan permukiman Kabupaten Rembang Ls idem idem
l. pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial di kawasan permukiman Kabupaten Rembang Ls idem idem

1. peningkatan prasarana pendidikan dasar, pendidikan menengah dan Kabupaten Rembang Ls APBN, Kementerian
pendidikan tinggi di Kabupaten Rembang APBD, Pendidikan,
Inventaris Dinpendik,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerjasama
pendanaan
2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan (rumah sakit tipe B, Kabupaten Rembang Ls APBN, Kementerian
tipe C, Puskesmas, Puskemas Pembantu) di Kabupaten Rembang APBD, Kesehatan,
Inventaris Dinkes,
swasta Kecamatan,
dan/atau Desa
kerjasama
pendanaan

13
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
3. pembangunan kawasan olahraga terpadu di Desa Besi Kecamatan Kabupaten Rembang Ls APBN, Kemeneterian
Rembang APBD, OR,
Inventaris Dinbudparpora,
swasta Kecamatan,
dan/atau desa
kerjasama
pendanaan
4. pembangunan pusat kebudayaan di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Rembang dan Ls APBN, Kemeneterian
Kecamatan Lasem Lasem APBD, Kebudayaan
Inventaris dan Pariwisata,
swasta Dinbudparpora,
dan/atau Kecamatan,
kerjasama desa
pendanaan
5. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdagangan Kabupaten Rembang Ls APBN, Kementerian
APBD, Perdagangan,
Inventaris Dinperindag
swasta prov,
dan/atau Dinperindagkop
kerjasama &UMKM,
pendanaan Kecamatan,
desa
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan Kawasan Lindung
1.1. Pemantapan kawasan hutan lindung Kabupaten Rembang
a. Pemantapan batas kawasan hutan lindung dan penyusunan rencana Ls APBN, Dintanhut,
tindak pengelolaan kawasan APBD, Bappeda, BPN,
Inventaris Dinas ESDM,
swasta KLH, KPH,
dan/atau DPU, BPMPKB,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,

14
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Desa
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
c. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar Ls Idem Idem
hutan lindung
d. Peningkatan kegiatan konservasi hutan lindung Ls Idem Idem
1.2. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan di bawahnya (Kawasan Kabupaten Rembang
resapan air)
a. Penetapan batas kawasan resapan air (catchment area) dan penyusunan Ls APBN, KLH, Bappeda,
rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, BPN, Dintanhut,
Inventaris Dinas ESDM,
swasta Dinlutkan, KLH,
dan/atau DPU, BPMPKB,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem

c. Pengembangan kelembagaaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar Ls Idem Idem


d. Peningkatan kegiatan konservasi kawasan resapan air Ls idem Idem
1.3. Pelestarian kawasan perlindungan setempat
1.3.1. Pelestarian kawasan sempadan pantai Kec. Sarang, Kragan,
Sluke, Lasem, Rembang,
Kaliori
a. Penetapan batas kawasan sempadan pantai Ls APBN, Bappeda, DPU,
APBD, Dinas PSDA
Inventaris Prov, Kantor
swasta Pertanahan,
dan/atau Dinas ESDM,
kerjasama KLH, Dinlutkan,
pendanaan Dinhubkominfo,

15
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Penyusunan dan sosialisasi perda tentang sempadan pantai Ls Idem Idem
c. Penegakkan perda tentang sempadan pantai Ls Idem Idem
d. Pengembangan kelembagaan dan pembinaan masyarakat di
kawasan sempadan pantai
e. Pemantauan dan pengendalian perijinan kegiatan di kawasan Ls Idem Idem
sempadan pantai
f. Perencanaan bangunan pengaman pantai Ls Idem BBWS Pemali
Juwana, Dinas
PSDA Prov,
DPU, Kantor
Pertanahan,
Dinas ESDM,
KLH, Dinlutkan,
Bappeda,
Dinhubkominfo,
Bagian
Pemerintahan,
Kecamatan,
Desa
g. Pembangunan prasarana pengaman pantai Kec. Sarang Ls Idem BBWS Pemali
Juwana, Dinas
PSDA Prov,
DPU
Kec. Kragan Ls Idem Idem
Kec. Sluke Ls Idem Idem
Kec. Lasem Ls Idem Idem

16
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Kec. Rembang Ls Idem Idem
Kec. Kaliori Ls Idem Idem
h. Rehabilitasi bangunan penahan gelombang pasang / abrasi Ls Idem Idem
i. Konservasi kawasan sempadan pantai Ls Idem Idem
j. Peningkatan kegiatan penanaman mangrove Ls Idem KLH, Dinlutkan,
Distanhut,
Bappeda,
BPMP&KB,
Kecamatan,
Desa
1.3.2.Kawasan sempadan sungai / irigasi Sungai sungai se
Kabupaten Rembang
a. Penetapan batas kawasan sempadan sungai dan penyusunan Ls APBN, DPU,
rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, Dintanhut,
Inventaris Dinlutkan,
swasta Dinas ESDM,
dan/atau KLH,
kerjasama Dinbudparpora,
pendanaan Bappeda,
Kantor
Pertanahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan.
Desa
b. Rehabilitasi dan konservasi kawasan kritis daerah tangkapan Ls idem Idem
sungai
c. Rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung daerah Ls idem Idem
tangkapan sungai
d. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Ls idem Idem
sempadan sungai
e. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
1.3.3. Kawasan sempadan waduk/embung/bendung Embung embung se
Kabupaten Rembang

17
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
a. Penetapan batas - batas sempadan waduk/ embung/bendung Ls APBN, DPU,
dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan. APBD, Dintanhut,
Inventaris Dinlutkan,
swasta Kantor
dan/atau Pertanahan,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
BPMPKB,
Dinas ESDM,
KLH, PDAM,
Bappeda,
Dinbudparpora,
Dinperindagkop
& UMKM,
Kecamatan dan
Desa
b. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Ls Idem Idem
Danau/Waduk/Rawa/Embung
c. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Ls Idem Idem
d. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
1.3.4. Kawasan sekitar mata air Sumber mata air se
Kabupaten Rembang
a. Penetapan batas Kawasan Sekitar Mata Air dan penyusunan Ls APBN, DPU, KPH,
rencana tindak pengelolaan kawasan sekitar mata air APBD, Dintanhut,
Inventaris Dinlutkan,
swasta Dinas ESDM,
dan/atau KLH, Kantor
kerjasama Pertanahan,
pendanaan Bagian
Pemerintahan,
BPMPKB,
Bappeda,
Kecamatan,
Desa

18
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
a. Pembangunan perlindungan mata air (PMA) Ls Idem Idem
b. Pemeliharaan dan rehabilitasi bangunan PMA Ls Idem Idem
c. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Ls Idem Idem
d. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls Idem Idem
1.3.5. Kawasan sempadan jalan Jalan dan Jembatan se
Kabupaten Rembang
a. Penetapan batas Kawasan Sempadan Jalan dan jembatan Ls APBN, DPU,
APBD, Dinhubkominfo,
Inventaris KPPT, Kantor
swasta Pertanahan,
dan/atau Bagian
kerjasama Pemerintahan,
pendanaan Bappeda,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Penanaman pelindung jalan (vegetasi) dan pembuatan Ls Idem Idem
bangunan pelengkap
c. Pemberdayaan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian Ls Idem Idem
vegetasi dan bangunan pelengkap
d. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
1.3.6. Kawasan ruang terbuka hijau Perkotaan Se Kabupaten
Rembang
a. Penyusunan masterplan RTH Ls APBN, KLH, DPU,
APBD, Bappeda,
Inventaris Dintanhut,
swasta Dinbudparpora,
dan/atau Satpol PP,
kerjasama Dinpendik,
pendanaan , Kecamatan,
Swadaya Desa
masy.

19
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pengadaan lahan ls Idem
c. Pembangunan RTH Publik (hutan kota, taman kota, taman Ls Idem Idem
kelurahan dan taman lingkungan).
d. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung RTH Ls Idem Idem
e. Sosialisasi sadar penghijauan pada pekarangan (RTH Ls idem Idem
Privat) dan RTH Publik
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
1.4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
1.4.1. Pelestarian Cagar Alam Gunung Butak di Kec. Gunem Kec. Gunem
a. Penetapan Kawasan Cagar Alam Gunung Butak dan Ls APBN, KLH, Distanhut,
Penyusunan Rencana Tindak Pelestarian Kawasan APBD, DPU, DESDM,
Inventaris BPMPKB, Bag
swasta Pemerintahan,
dan/atau Satpol PP,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
c. Pemantauan kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
d. Kegiatan pelestarian kawasan Ls idem Idem
1.4.2. Pelestarian kawasan taman wisata alam Wisata alam se
Kabupaten Rembang
a. Penetapan kawasan taman wisata alam dan penyusunan Ls APBN, KLH, Distanhut,
rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, KPH, Bappeda,
Inventaris DPU, BPMPKB,
swasta Dinbudparpora,
dan/atau Dinpendik,
kerjasama Kecamatan dan
pendanaan Pemerintah
Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem

20
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
masyarakat kawasan sekitar
c. Pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung Ls idem Idem
wisata alam
d. Pemantauan kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
e. Kegiatan pelestarian kawasan Ls idem Idem
1.4.3. Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di
Kabupaten Rembang
a. Penetapan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Ls APBN, Dinbudparpora,
dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, Bappeda,
Inventaris Kantor
swasta Pertanahan,
dan/atau Bagian
kerjasama Pemerintahan,
pendanaan BPMPKB,
Dinpendik
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls idem Idem
c. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
d. Kegiatan pelestarian kawasan Ls idem Idem
1.4.4. Pelestarian kawasan suaka alam dan perairan lainnya Kawasan perairan Pulau
Gede dan kawasan
perairan Pulau Marongan
a. Penetapan batas kawasan terumbu karang dan penyusunan Ls APBN, KLH, Bappeda,
rencana tindak pelestarian kawasan suaka alam laut dan APBD, DPU, Dinlutkan,
perairan lainnya. Inventaris Dintanhut,
swasta Bagian Hukum,
dan/atau BPMPKB,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa

21
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pemantauan dan pengendalian perijinan kegiatan pemanfaatan Ls idem Idem
wilayah lindung kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya.
c. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat Ls idem Idem
sekitar kawasan
d. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi kawasan Ls idem Idem
suaka alam laut dan perairan lainnya.
1.4.5. Pelestarian kawasan hutan bakau Pesisir pantai Kabupaten
Rembang
a. Penetapan lokasi kawasan konservasi pantai berhutan bakau Ls APBN, Dinlutkan, KLH,
dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, Bagian
Inventaris Pertanahan,
swasta Bagian
dan/atau Pemerintahan,
kerjasama Dinbudparpora,
pendanaan Dintanhut,
Kecamatan,
Desa
b. Penanaman hutan bakau di kawasan konservasi bakau Ls idem Idem
c. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat Ls idem Idem
sekitar kawasan
d. Pemantauan dan pengendalian perijinan kegiatan pemanfaatan Ls idem Idem
wilayah lindung kawasan
e. Penetapan lokasi kawasan konservasi pantai berhutan bakau Ls APBN, Dinlutkan, KLH,
dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, Bagian
Inventaris Pertanahan,
swasta Bagian
dan/atau Pemerintahan,
kerjasama Dinbudparpora,
pendanaan Dintanhut,
Kecamatan,
Desa
1.5. Kawasan rawan bencana alam
1.5.1. Kawasan rawan bencana banjir Kabupaten Rembang

22
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
a. Penetapan Kawasan Rawan Bencana dan penyusunan Ls APBN, BPBD,Kantor
rencana tindak manajemen bencana banjir APBD, Kesbangpolinm
Inventaris as, Satpol PP,
swasta DPU, Dinkes,
dan/atau Dinhubkominfo,
kerjasama Dinperindagkop
pendanaan UMKM,
Dinpendik,
Distanhut,
DESDM,
BPMPKB, KLH,
Bappeda,
Kantor
Pertanahan,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian kesra, ,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang Ls idem Idem
d. Penanganan Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana Ls idem Idem
1.5.2. Kawasan rawan gelombang pasang/abrasi Kec. Sarang, Kragan,
Sluke,Lasem, Rembang,
Kaliori

a. Penetapan Kawasan Rawan Bencana dan penyusunan Ls APBN, BPBD,Kantor


rencana tindak manajemen bencana gelombang APBD, Kesbangpolinm
pasang/abrasi Inventaris as, Satpol PP,
swasta DPU, Dinkes,
dan/atau Dinhubkominfo,

23
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
kerjasama Dinperindagkop
pendanaan UMKM,
Dinpendik,
Distanhut,
DESDM,
BPMPKB, KLH,
Bappeda,
Kantor
Pertanahan,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian kesra, ,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang Ls idem Idem
d. Penanganan Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana Ls idem Idem
1.5.3. Kawasan rawan bencana gerakan tanah/tanah longsor Kabupaten Rembang
a. Penetapan Kawasan Rawan Bencana dan penyusunan Ls APBN, BPBD,Kantor
rencana tindak manajemen bencana gerakan tanah/tanah APBD, Kesbangpolinm
longsor Inventaris as, Satpol PP,
swasta DPU, Dinkes,
dan/atau Dinhubkominfo,
kerjasama Dinperindagkop
pendanaan UMKM,
Dinpendik,
Distanhut,
DESDM,
BPMPKB, KLH,
Bappeda,
Kantor
Pertanahan,

24
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Bagian
Pemerintahan,
Bagian kesra, ,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang Ls idem Idem
d. Penanganan Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana Ls idem Idem
1.5.4. Kawasan rawan bencana kekeringan Kabupaten Rembang
a. Identifikasi dan Penetapan Kawasan Rawan Kekeringan dan Ls APBN, BPBD,Kantor
penyusunan rencana tindak manajemen bencana kekeringan APBD, Kesbangpolinm
Inventaris as, Satpol PP,
swasta DPU, Dinkes,
dan/atau Dinhubkominfo,
kerjasama Dinperindagkop
pendanaan UMKM,
Dinpendik,
Distanhut,
DESDM,
BPMPKB, KLH,
Bappeda,
Kantor
Pertanahan,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian kesra, ,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan Ls idem Idem
masyarakat sekitar kawasan
c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang Ls idem Idem

25
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
d. Penanganan Pra Bencana, Saat Bencana dan Pasca Bencana Ls idem Idem
1.6. Kawasan lindung geologi

a. Penetapan batas kawasan lindung geologi dan penyusunan rencana Ls APBN, KLH, Bappeda,
tindak pengelolaan kawasan APBD, BPN, Dintanhut,
Inventaris Dinas ESDM,
swasta Dinlutkan, KLH,
dan/atau DPU, BPMPKB,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan kelembagaaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar Ls idem Idem

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan Ls Idem Idem

d. Peningkatan kegiatan konservasi kawasan lindung geologi Ls idem Idem

1.7. Kawasan lindung lainnya yaitu kawasan konservasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
1.7.1. Daerah Perlindungan Plasma-Nutfah Perairan

a. Penetapan batas kawasan perlindungan plasma-nutfah perairan, Ls APBN, KLH, Bappeda,


sosialisasi dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan APBD, DPU, Dinlutkan,
Inventaris Dintanhut,
swasta Bagian Hukum,
dan/atau BPMPKB,
kerjasama Bagian
pendanaan Pemerintahan,
Satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pemantauan dan pengendalian perijinan kegiatan pemanfaatan Ls idem Idem
wilayah lindung kawasan kawasan perlindungan plasma-nutfah

26
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
perairan,

c.
Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat Ls idem Idem
sekitar kawasan
d. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi kawasan Ls idem Idem
perlindungan plasma-nutfah perairan,
2 Perwujudan Kawasan Budidaya

2.1. Hutan Produksi Wilayah KPH Mantingan


dan KPH Kebonharjo
a. Penetapan batas dan pemasangan patok batas kawasan hutan Ls APBN, Perhutani,
produksi dan penyusunan rencana pengelolaan hutan produksi APBD, BPN,Distanhut,
Inventaris Bappeda, KLH,
swasta BPMP&KB, Bag
dan/atau Hukum, Bag
kerjasama Pemerintahan,
pendanaan satpol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Mempertahankan dan meningkatkan upaya konservasi tanah dan air Ls Idem Idem
c. Pelaksanaan pola tanam dan pola tata tanam serta pemilihan jenis yang Ls Idem Idem
menguntungkan
d. Pemantuan dan pengendalian kegiatan untuk mencegah terjadinya Ls idem Idem
penebangan liar dan kebakaran hutan
e. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar Ls idem Idem
hutan
2.2. Hutan Rakyat Kabupaten Rembang

Ls APBN, Dintanhut, KLH,


a. Pemanfaatan dan penanaman kembali hutan dengan melibatkan APBD, BPMP&KB,
masyarakat Inventaris Dinbudparpora,
swasta Satpol PP,
dan/atau Dinpendik,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan desa

27
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan hutan rakyat Ls idem Idem

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan hutan rakyat


2.3. Kawasan pertanian Lahan basah dan lahan
kering Kabupaten
Rembang
a. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan Ls APBN, Distanhut,
APBD, BKP4K, Kantor
Inventaris Pertanahan,
swasta Bagian
dan/atau Perekonomian,
kerjasama Dinlutkan,
pendanaan Bagian
Pemerintahan,
Kecamatan,
Desa
b. Penyusunan perangkat insentif dan disinsentif terhadap lahan pertanian Ls idem Idem
pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan

c. Sosialisasi, pembinaan, pemantauan dan pengendalian kegiatan Ls idem Idem


pemanfaatan lahan pangan berkelanjutan

d. Peningkatan produktifitas tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan Ls idem Idem

e. Pengendalian perubahan penggunaan lahan basah dan lahan kering Ls idem Idem
f. Identifikasi potensi dan masalah kawasan pengembangan tanaman Ls idem Idem
pangan lahan kering

28
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
g. Pengembangan komoditas pertanian lahan kering Ls idem Idem
h. Pengembangan kawasan sentra produksi hortikultura dan tanaman Ls idem Idem
pangan
i. Pengembangan Kawasan Pertanian terpadu Ls idem Idem
j. Pengembangan tanaman perkebunan Ls idem Idem
k. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Perkebunan Jati, Tebu, Ls Idem Idem
Wijen, Siwalan, Mete, Kelapa dll
l. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Sapi Potong, Itik, Kambing Ls Idem Idem
dan Bebek
m. Penyuluhan Pertanian Ls Idem Idem
n. Pengembangan kawasan produksi sentra kawis dan cabe Ls Idem Idem
o. Pencegahan hama dan penyakit tanaman dan ternak Ls Idem Idem

2.4. Kawasan perikanan Kawasan Perikanan dan


Kelautan Kabupaten
Rembang
1. Pengembangan kawasan budidaya air tawar

a. Identifikasi dan penetapan kawasan budidaya air tawar Ls APBN, Dinlutkan,


APBD, Dintanhut,
Inventaris BPMPKB,
swasta Dinperindagkop
dan/atau &UMKM,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Sosialisasi cara budidaya perikanan air tawar Ls Idem Idem
c. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam Ls Idem Idem
pengelolaan budidaya air tawar
d. Peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani Ls Idem Idem
e. Peningkatan produktifitas perikanan budidaya air tawar Ls Idem Idem

29
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya air Ls Idem Idem
tawar
2. Pengembangan kawasan budidaya air payau

a. Identifikasi dan penetapan kawasan budidaya air payau Ls APBN, Dinlutkan,


APBD, Dintanhut,
Inventaris BPMPKB,
swasta Dinperindagkop
dan/atau &UMKM,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Sosialisasi cara budidaya perikanan air payau Ls Idem Idem
c. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam Ls Idem Idem
pengelolaan budidaya air payau
d. Peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani Ls Idem Idem
e. Pengembangan kualitas dan ragam produksi hasil perikanan Ls Idem Idem
budidaya air payau
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya air Ls Idem Idem
payau
3. Pengembangan kawasan budidaya air laut

a. Identifikasi dan penetapan kawasan budidaya air laut Ls APBN, Dinlutkan,


APBD, Dintanhut,
Inventaris BPMPKB,
swasta Dinperindagkop
dan/atau &UMKM,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Sosialisasi batas wilayah kawasan budidaya air laut Ls Idem Idem
c. Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam Ls Idem Idem
pengelolaan budidaya air laut
d. Peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani Ls Idem Idem

30
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
e. Pengembangan kualitas dan ragam produksi hasil perikanan Ls Idem Idem
budidaya air laut
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya air Ls Idem Idem
laut
4. Pengembangan Perikanan Tangkap

a. Identifikasi dan penetapan kawasan perikanan tangkap Ls APBN, Dinlutkan,


APBD, Dintanhut,
Inventaris BPMPKB,
swasta Dinperindagkop
dan/atau &UMKM,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
b. Sosialisasi penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan Ls Idem Idem
c. Peningkatan prasarana dan sarana perikanan tangkap PPP,PPI,TPI Sekab. Ls APBN, Dislutkan,
Rembang APBD, Dinhubkominfo,
Inventaris DPU, KPPT,
swasta Bag
dan/atau Perekonomian,
kerja sama Bag Hukum
pendanaan
d. Peningkatan kapasitas dan kelembagaan petani Ls Idem Idem
e. Pengembangan kualitas dan ragam produksi hasil perikanan Ls Idem Idem
budidaya tangkap
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan perikanan tangkap Ls Idem Idem
5. Pengembangan jejaring pasar perikanan Kabupaten Rembang Ls APBN, Dinlutkan,
APBD, Dintanhut,
Inventaris BPMPKB,
swasta Dinperindagkop
dan/atau &UMKM,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
2.5. Kawasan pertambangan Wilayah Pertambangan

31
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Kabupaten Rembang
2.5.1. Program pengembangan pertambangan rakyat
a. Penyusunan dan penegakkan peraturan tentang usaha Ls APBN, Dinas ESDM,
pertambangan APBD, KLH, Bappeda,
Inventaris Bagian
swasta Hukum,Distanh
dan/atau ut, Satpol PP,
kerjasama Kecamatan,
pendanaan Desa
2.5.2. Peningkatan kerjasama pengelolaan kawasan pertambangan
a. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian usaha Ls Idem Idem
pertambangan
b. Pengembangan pertambangan melalui penelitian-penelitian Ls Idem Idem
potensi tambang.
c. Reklamasi dan penghijauan kembali bekas area tambang Ls Idem Idem
d. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Ls Idem Idem
pertambangan
e. Pembangunan industri berbahan baku tambang Ls Idem Idem
2.6. Kawasan peruntukan industri

2.6.1. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga Kabupaten Rembang
a. Faslitasi bimbingan teknis dan permodalan industri kecil dan Ls APBN, Dinperindagkop
rumah tangga APBD, , Dinlutkan,
Inventaris Bappeda,
swasta BPMP&KB,
dan/atau Bagian
kerjasama Perekonomian,
pendanaan BUMD,
Kecamatan,
Desa, Pelaku
Usaha

32
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Peningkatan dan pengembangan usaha klaster industri Ls Idem Idem

c. Pendirian Gudang Penyangga Garam dan Pabrik Garam Ls Idem Idem


d. Fasilitasi pendirian pabrik garam rakyat Ls Idem Idem
e. Fasilitasi pemasaran industri kecil Ls Idem Idem
f. Pengembangan kelembagaan industri kecil dan rumah tangga Ls Idem Idem
2.6.2. Pembangunan Industri Menengah dan Besar Kec. Sluke dan Kec.
Rembang
a. Penyediaan kapling kawasan industri Ls APBN, Dinperindagkop
APBD, dan UMKM,
Inventaris Bappeda,
swasta Kantor
dan/atau Pertanahan,
kerjasama DPU,
pendanaan Dinhubkominfo,
Bagian
Pemerintahan,
DPPKAD,
Kecamatan,
Desa, Pelaku
Usaha
b. Penyusunan Perda tentang Pengelolaan Kawasan Industri Ls Idem Idem
c. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan industri Ls Idem Idem
d. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring industri Ls Idem Idem
2.7. Pengembangan Kawasan pariwisata
a. Pengembangan Destinasi Pariwisata, Pengembangan Pemasaran Kec. Kaliori : Pantai Pasir Ls APBN, Dinbudparpora,
Pariwisata, dan Pengembangan Kemitraan Putih Tasikharjo, Pulau APBD, DPU, Bappeda,
Gede, Pulau Marongan Inventaris Dinpendik,
swasta Dinhubkominfo,

33
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
dan/atau Dintanhut,
kerjasama Dinas ESDM,
pendanaan KLH, KKPT,
Dinperindagkop
& UMKM,
Kecamatan,
Desa, Pelaku
Usaha
Pariwisata,
Bagian
Perekonomian,
Kawasan BBS Zona II : Ls Idem Idem
Pantai Binangun Indah,
Pulau Gosong, dan
Agrowisata Watu Layar,
Pantai Suko
KBT : Taman Rekreasi Ls Idem Idem
Pantai Kartini
Kec. Sale : Hutan Wisata Ls idem Idem
Sumber Semen
Kec. Gunem : Goa Ls Idem Idem
Pasucen
Kec. Bulu : Wana Wisata Ls Idem Idem
Kartini
Kec. Sulang : Embung Ls Idem Idem
Banyukuwung, Kawasan
Karsangsari Park

34
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pengembangan Nilai Budaya, Pengelolaan Kekayaan Budaya, dan Kec. Rembang : Museum Ls APBN, Dinbudparpora,
Pengelolaan Keragaman Budaya RA Kartini, Masjid Jami' APBD, Dinpendik,
dan Makam Adipati I Inventaris DPU, Bappeda,
Sedolaut, Bangunan Kuno swasta Kecamatan,
Arsitektur Portugis/Gereja dan/atau Desa, Pelaku
Eks Potugis, Jangkar kerjasama Usaha
Dang Puhawang, Klenteng pendanaan Pariwisata
Mak Co Tjoe Hwei Kiong,
Pelabuhan Lama, dan
Klenteng Kong Co, Situs
Kapal Kuno Punjulharjo
Kec. Lasem : Petilasan Ls Idem Idem
dan Makam Sunan
Bonang, Pasujudan dan
Makam Putri Cempa, Bukit
Jejeruk dan Makam Sultan
Mahmud, Situs Goa dan
Batu Prasasti Kajar,
Masjid Jami' Makam
Adipati Tejokusumo I dan
Mbah Sambu,
Klenteng Mak Co Thian Ls Idem Idem
Siang Sing Bo Dasun,
Klenteng Poo An Bio
Karangturi, Galangan
Kapal Dasun, Makam R.
Panji Margono
Dorokandang, Makam Nyi
Ageng Maloko/Caruban,
Makam Sayid
Abubakar/Panti Puspo
Caruban.
Kec. Suke : Makam Putri Ls Idem Idem
Sarijati, Makam Sunan
Langgar, Makam
Pangeran Alas

35
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Kec. Kragan : Megalitikum Ls Idem Idem
Terjan, Situs Plawangan
Kec. Bulu : Makam RA Ls Idem Idem
Kartini
c. Penyusunan RIPOW BBS, Peningkatan sarana dan prasarana BBS dan BBS Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
Fasilitasi Pemasaran Kawasan BBS
d. Pengembangan penyediaan fasilitas pariwisata Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
e. Pengembangan promosi pariwisata Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
f. Pengembangan paket wisata lokal dalam skala provinsi dan nasional Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
g. Pengembangan festival atau event wisata atau gelar seni budaya Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
h. Pengembangan pusat oleh-oleh khas daerah Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
i. Kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
daerah
j. Pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat pariwisata tentang Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
usaha pariwisata
k. Pengembangan kapasitas kelembagaan dan jejaring pariwisata Kabupaten Rembang Ls Idem Idem
2.8. Kawasan permukiman
a. Review Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan Kabupaten Rembang Ls APBN, DPU,
kawasan permukiman APBD, Kemenpera,
Inventaris Dincipkataru
swasta Prov, DPU Kab,
dan/atau BPMP&KB,
kerjasama KPPT, Dinkes,
pendanaan Dinpendik,KLH,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
b. penyediaan prasarana sarana dasar / prasarana sarana utilitas Kawasan permukiman Ls APBN, DPU,

36
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
perumahan permukiman perdesaan dan Perkotaan APBD, Kemenpera,
Inventaris Dincipkataru
swasta Prov, DPU Kab,
dan/atau BPMP&KB,
kerjasama KPPT, Dinkes,
pendanaan Dinpendik,KLH,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
c. Program Perbaikan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kawasan permukiman Ls APBN, DPU,
perdesaan dan Perkotaan APBD, Kemenpera,
Inventaris Dincipkataru
swasta Prov, DPU Kab,
dan/atau BPMP&KB,
kerjasama KPPT, Dinkes,
pendanaan Dinpendik,KLH,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
d. pengembangan perumahan formal untuk masyarakat penghasilan Kawasan permukiman Ls APBN, DPU,
rendah Perkotaan APBD, Kemenpera,
Inventaris Dincipkataru
swasta Prov, DPU Kab,
dan/atau BPMP&KB,
kerjasama KPPT, Dinkes,
pendanaan Dinpendik,KLH,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
e. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk permukiman Kawasan permukiman Ls APBN, DPU,

37
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
perdesaan dan Perkotaan APBD, Kemenpera,
Inventaris Dincipkataru
swasta Prov, DPU Kab,
dan/atau BPMP&KB,
kerjasama KPPT, Dinkes,
pendanaan Dinpendik,KLH,
Bagian
Pemerintahan,
Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
f. pengembangan kelembagaan perumahan permukiman Kawasan permukiman Ls APBN, DPU Kab,
perdesaan dan Perkotaan APBD, BPMP&KB,
Inventaris KPPT, Dinkes,
swasta Dinpendik,KLH,
dan/atau Bagian
kerjasama Pemerintahan,
pendanaan Bagian Hukum,
Kecamatan,
Desa
2.9. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
a. Penyusunan rencana pengembangan ekowisata Kawasan pesisir dan 300 APBN, Dinbudparpora,
pulau-pulau kecil APBD, Bappeda, DPU,
Kabupaten Rembang Inventaris Dinlutkan, KLH,
swasta Dinhubkominfo,
dan/atau Kecamatan
kerjasama
pendanaan
b. Pengembangan prasarana dan sarana ekowisata Kawasan pesisir dan Ls APBN, Dinbudparpora,
pulau-pulau kecil APBD, DPU, Dinlutkan,
Kabupaten Rembang Inventaris KLH,
swasta Dinhubkominfo,
dan/atau Kecamatan
kerjasama
pendanaan

38
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
c. Pengembangan kelembagaan ekowisata Kawasan pesisir dan Ls APBN, Dinbudparpora,
pulau-pulau kecil APBD, DPU, Dinlutkan,
Kabupaten Rembang Inventaris KLH,
swasta Dinhubkominfo,
dan/atau Kecamatan
kerjasama
pendanaan
d. Pengembangan ekowisata Pulau Gede dan Pulau Marongan Kawasan pesisir dan Ls APBN, Dinbudparpora,
pulau-pulau kecil APBD, DPU, Dinlutkan,
Kabupaten Rembang Inventaris KLH,
swasta Dinhubkominfo,
dan/atau Kecamatan
kerjasama
pendanaan
2.9. Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya
a. Kawasan pertahanan dan keamanan
1. Penataan dan pengelolaan kawasan pertahanan dan keamanan Kab. Rembang Ls APBN KODIM,
KORAMIL,
POLRES,
POLSEK
2. Penataan permukiman penduduk disekitar kawasan pertahanan dan Kab. Rembang Ls APBN KODIM,
keamanan yang disesuaikan dengan standar kebutuhan KORAMIL,
POLRES,
POLSEK.,
KemenPU
b. Kawasan bumi perkemahan
1. Penataan dan pengelolaan kawasan bumi perkemahan Kec. Sulang Ls APBN, DPU,
APBD, Dinpendik,
Inventaris Dintanhut,
swasta BPMP&KB,,
dan/atau Dinbudparpora,
kerjasama KLH, Satpol
pendanaan PP,
Kecamatan,

39
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
Desa
2. Penataan permukiman penduduk disekitar kawasan pertahanan dan Kec. Sulang Ls APBN, DPU,
keamanan yang disesuaikan dengan standar kebutuhan APBD, Dinpendik,
Inventaris Dintanhut,
swasta BPMP&KB,,
dan/atau Dinbudparpora,
kerjasama KLH, Satpol
pendanaan PP,
Kecamatan,
Desa
C Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
1 Kawasan Strategis Ekonomi
1.1. Pengembangan Kawasan Bahari Terpadu (KBT) Kecamatan Rembang

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda, DPU,


Dinlutkan,
Dinhubkominfo,
Dinbudparpora,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem

40
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
1.2. Pengembangan Kawasan Bonang Binangun Sluke (BBS I dan II) Kecamatan Lasem, Sluke,
Kragan, Sarang
a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda, DPU,
Dinlutkan,
Dinhubkominfo,
Dinbudparpora,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.3. Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu Kabupaten Rembang

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,


Dintanhut,
Dinlutkan,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa

41
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.4. Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Rembang

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,


Dintanhut,
Dinlutkan,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem

1.5. Pengembangan Pelabuhan Rembang dan Sekitarnya Kecamatan Sluke

42
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,
Dinhubkominfo,
DPU, Dinlutkan,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Parasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.6. Pengembangan Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura Kecamatan Kaliori,
Rembang, Lasem, Sluke,
Kragan, Sarang
a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,
Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa

43
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem

1.7. Kawasan Kota Pantai Unggulan (seafront city) Kecamatan Kaliori,


Rembang, Lasem, Sluke.
a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,
Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem

44
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
1.8. Kawasan Minapolitan Kec. Kaliori, Kec.
Rembang, Kec. Lasem,
Kec. Sluke, Kec. Kragan,
Kec. Sarang sebagai
sentra. Kecamatan sekitar
sebagai penunjang
a. Penyusunan rencana rinci kawasan 500 APBD Kab Bappeda,
Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.9. PKLp Lasem Kecamatan Lasem

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 200 APBD Kab Bappeda,


Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,

45
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.10. PKLp Pamotan Kecamatan Pamotan

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 200 APBD Kab Bappeda,


Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan

46
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
1.11. PKLp Kragan Kecamatan Kragan

a. Penyusunan rencana rinci kawasan 200 APBD Kab Bappeda,


Dinlutkan,
Dintanhut,
Dinhubkominfo,
DPU,
Dinperindagkop
dan UMKM,
KPPT, Bag
Hukum, Satpol
PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
c. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan Ls Idem Idem
2 Kawasan Daya Dukung Lingkungan Hidup

1. Kawasan Lindung Gunung Lasem Kecamatan Lasem

a. Deliniasi Penetapan Kawasan dan Penyusunan Rencana Rinci Kawasan 500 APBD Kab Distanhut, KLH,
Bappeda, DPU,
BPMP&KB,Satp
ol PP,
Kecamatan,
Desa.

47
Waktu Pelaksanaan
Besaran
Program Utama Sumber Instansi 5 TH (I) 5 TH 5 TH 5 TH
No. Lokasi (juta (II) (III) (IV)
Dana Pelaksana 2011-2015
rupiah) 2016 2021 2026
I II III IV V - - -
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2031
b. Pengembangan Kelembagaan Pengelola Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan
2. Kawasan Mangrove Pasarbanggi Kecamatan Rembang .

a. Deliniasi, Penetapan Kawasan dan Penyusunan Rencana Rinci Kawasan 500 APBD Kab Bappeda,
Dinlutkan, KLH,
Distanhut, DPU,
BPMP&KB,Satp
ol PP,
Kecamatan,
Desa
b. Pengembangan Kelembagaan Pengelola Kawasan Ls APBN, Idem
APBD,
Inventaris
swasta
dan/atau
kerjasama
pendanaan

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM

48
Lampiran III.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

PENETAPAN SISTEM DAN FUNGSI JALAN LOKAL PRIMER

LEBAR
NO. NAMA KECAMATAN PANJANG
NAMA RUAS RATA-
RUAS YG DILALUI RUAS (KM)
RATA (M)
1 Dresi - Sekar Arum Kaliori, Sumber 10.00 4.00
2 Sekar Arum - Sumber Sumber 3.00 4.00
3 Sumber - Krikilan Sumber 5.00 4.00
4 Krikilan - Sulang Sulang, Bulu 14.00 4.00
5 Sekar Arum - Seren Sumber, Sulang 9.00 4.00
6 Ps. Ptngan - Pulo Rembang 4.00 4.00
7 Kaliombo - Sudo Sulang 3.00 4.00
8 Sulang - Banyuurip Sulang 5.00 3.50
9 Banyuurip - Japerejo Gunem, Pamotan 9.50 4.00
10 Banyuurip - Gunem Gunem 6.00 4.00
11 Gunem - Pamotan Gunem, Pamotan 6.50 4.00
12 Kalipang - Nglojo Sarang 5.00 4.00
13 Sale - Bancang Sale 4.00 3.00
14 Jolotundo - Japerejo Lasem, Pancur 4.50 3.50
15 Gambiran - Rendeng Pamotan 1.50 3.00
16 Lasem - Tulis Lasem 1.00 4.00
17 Tulis - Kajar Lasem 3.00 4.00
18 Tireman - Japerejo Rembang, Pamotan 10.00 4.00
19 Japerejo - Pamotan Pamotan 5.00 4.00
20 Mrayun - Ngajaran Sale 5.00 3.00
21 Kedungubul - Pacing Sedan 3.70 3.00
22 Kunir - Kepohagung Sulang 2.50 3.00
23 Pacing - Gedur Sedan 4.00 4.00
24 Pandangan - Gandri Kragan, Sedan 6.00 4.00
25 Gandri - Sidomulyo Sedan 4.30 4.00
26 Karas - Sidomulyo Sedan 4.00 4.00
27 Ketangi - Sendang Agung Pamotan 5.00 3.00
28 Wuwur - Banyuurip Pancur 3.00 3.00
29 Sumberejo - Pulo Rembang 2.50 4.00
30 Tambak Agung - Dresi Kulon Kaliori 2.50 4.00
31 Mojo Rembun - Sembiyan Kaliori 2.00 4.00
32 Ngandang - Sumbermulyo Sale 3.00 3.00
33 Terongan - Tahunan Sale 5.00 3.00
34 Sidomulyo - Sedan Sedan 1.00 4.00
35 Sedan - Lodan Sedan, Sarang 4.00 4.00
36 Sarang - Lodan Sarang 10.00 4.00
37 Kragan - Sedan Kragan, Sedan 10.50 4.00
38 Kalipang - Lodan Sarang 9.00 4.00
39 Seren - Landoh Sulang 4.50 4.00
40 Sumberejo - Seren Rembang 6.00 4.00
41 Lasem - Dasun Lasem 2.00 4.00
42 Pulo - Ngotet Rembang 3.00 4.00
43 Gunem - Trembes Gunem 3.00 4.00
44 Ngadem - Nganguk Rembang 3.00 4.00
45 Sekararum - Jatiadi Sumber 2.00 4.00
46 TegalDowo - Mantingan Gunem, Bulu 12.00 4.00
47 Trembes - TegalDowo Gunem 12.10 4.00
48 Mrayun - Pakel Sale 9.00 4.00
49 Sale - Mrayun Sale 3.50 4.00
50 SendangAgung - Gunung Sari Kaliori 6.00 4.00

1
LEBAR
NO. NAMA KECAMATAN PANJANG
NAMA RUAS RATA-
RUAS YG DILALUI RUAS (KM)
RATA (M)
51 Grawan - Gunung Sari Kaliori 2.00 4.00
52 Banyu Dono - Pengkol Kaliori 5.00 4.00
53 Wiroto - Nganguk Kaliori 8.40 3.00
54 Ngotet - Tireman Rembang 5.00 4.00
55 Kaliori - Meteseh Kaliori 7.00 4.00
56 Wiroto - Meteseh Kaliori 2.20 4.00
57 Pamotan - Trembes Pamotan, Gunem 6.80 3.00
58 Wonokerto - Mrayun Sale 3.40 4.00
59 Suntri - Sumbermulyo Sale, Gunem 9.00 3.00
60 Kerep - KepohAgung Sulang, Pamotan 8.00 3.00
61 Ngulahan - Candimulyo Sedan 2.00 3.00
62 Gandri - KedungRingin Sedan 3.10 3.00
63 Karas - Lodan Sedan, Sarang 7.30 3.00
64 Bonjor - Tawangrejo Sarang 5.20 4.00
65 Sendangwaru - KendalAgung Kragan 7.00 3.00
66 Sendang - Sudan Kragan 6.40 3.00
67 Pandangankulon - Terjan Kragan 4.20 3.00
68 KepohAgung - Pragen Pamotan 6.60 3.00
69 Nglojo - Karangasem Sedan 4.10 3.00
70 Babagan - Jeruk Lasem, Pancur 5.80 4.00
71 Pasucen - Kajar Gunem 6.00 3.00
72 Sluke - Rakitan Sluke 4.00 3.00
73 Sumbersari - Pilang Sluke 3.00 3.00
74 Sendangasri - Gowak Lasem 3.00 3.00
75 Sumbergirang - Criwik Lasem, Pancur 4.50 3.00
76 Gandri - Sambong Sedan 3.00 4.00
77 Kedungrejo - Ps. Banggi Rembang 5.60 4.00
78 Tireman - Padaran Rembang 5.40 4.00
79 Kasreman - Punjulharjo Rembang 5.30 4.00
80 Pancur - Punggurharjo Pancur 4.50 3.00
81 Pancur - Pandan Pancur 3.80 3.00
82 Pandan - Jolotundo Pancur, Lasem 4.70 3.00
83 Sumurtawang - Sumbergayam Kragan 6.50 3.00
84 Kemadu - Pasedan Bulu 4.00 3.00
85 Bawang - Karangasem Bulu 3.00 3.00
86 Sumbermulyo - Lambangan Wt Bulu 3.00 3.00
87 Karangasem - Cabean Bulu 4.70 3.00
88 Warugunung - Sendangmulyo Bulu 3.20 3.00
89 Sendangmulyo - Mlatirejo Bulu 3.00 3.00
90 Dawe - Pasedan Bulu 4.00 3.00
91 Grawan - Sumber Sumber 7.00 3.00
92 Besi - Kebonagung Sulang 3.20 3.00
93 Jadi - Kedungasem Sumber 6.00 3.00
94 Kedungasem - Sekarsari Sumber 2.00 3.00
95 Krikilan - Ronggomulyo Sumber 6.00 4.00
96 Landoh - Kunir Sulang 4.00 3.00
97 Sumberagung - Sambong Pancur, Sedan 9.00 3.00
98 Pomahan - Korowelang Sulang 3.00 3.00
99 Sekeras - Pragu Sulang 1.00 3.00
100 Seren - Sudo Sulang 4.00 3.00
101 Sudo - Pondokrejo Sulang 5.00 3.00
102 Purworejo - Karangsekar Kaliori 2.00 3.00
103 Besi - Pranti Sulang 3.50 3.00
104 Bangunrejo - Pakis Pamotan, Sale 6.00 3.00
105 Sendangmulyo - Pondokrejo Bulu 1.30 3.00
106 Kunir - Sulang Sulang 2.00 3.00
107 Jl. Pahlawan (ex Jl. Taman Bahagia) Rembang 1.30 4.00
108 Jl. Mojopahit (ex Jl. Cikar) Rembang 1.00 4.00
2
LEBAR
NO. NAMA KECAMATAN PANJANG
NAMA RUAS RATA-
RUAS YG DILALUI RUAS (KM)
RATA (M)
109 Jl. Achmad Yani (ex Jl. Sawahan) Rembang 0.40 4.00
110 Jl. Achmad Yani (ex Jl. Grajen) Rembang 0.50 4.00
111 Jl. KS. Tubun Rembang 0.70 4.00
112 Jl. Yos Sudarso (ex. Jl. Kamp. Baru) Rembang 0.70 4.00
113 Jl. Piere Tendean Rembang 0.30 12.00
114 Jl. Dr. Wahidin Rembang 0.80 12.00
115 Jl. Dr. Sutomo Rembang 0.70 12.00
116 Jl. HOS Cokroaminoto Rembang 1.20 12.00
117 Jl. Veteran Rembang 0.80 12.00
118 Jl. Setia Budi Rembang 0.30 4.00
119 Jl. Asnawi (ex Jl. Senawi) Rembang 0.30 4.00
120 Jl. KH Mansyur Rembang 0.30 8.00
121 Jl. K. H. A. Chafidz (ex Jl. Krapyak) Rembang 0.30 4.00
122 Jl. Notoprojo (ex Jl. Noyosentiko) Rembang 0.30 4.00
123 Jl. Notoprojo (ex Jl. Sarehan) Rembang 0.20 4.00
124 Jl. Erlangga (ex Jl. Gambiran) Rembang 0.40 4.00
125 Jl. DampoAwang (ex Jl. Perikanan) Rembang 0.30 4.00
126 Jl. MH Thamrin (ex Jl. Bandan) Rembang 0.30 4.00
127 Jl. MH Thamrin Rembang 0.20 4.00
128 Jl. R. Saleh Rembang 0.30 4.00
129 Jl. P. Sedolaut (ex Jl. M. Yamim) Rembang 0.30 4.00
130 Jl. Gatot Subroto Rembang 0.20 6.00
131 JL. Yos Sudarso (ex. Jl. Pasar) Rembang 0.40 6.00
132 Jl. M. Yamim (ex Jl. Pasar Rojokoyo) Rembang 0.30 4.00
133 Jl. WR. Supratman Rembang 0.40 4.00
134 Jl. Pesantren Rembang 0.30 4.00
135 Jl. Sukoharjo Rembang 0.30 3.00
136 Jl. Adipati Honggojoyo (ex Jl. Rojokoyo) Rembang 0.80 4.00
137 Jl. Bisri Mustofa (ex Jl. Mujur) Rembang 0.30 4.00
138 Jl. Bisri Mustofa (ex Jl. Kundi) Rembang 0.30 4.00
139 Jl. Bisri Mustofa (ex. Jl. Mulyo) Rembang 0.40 4.00
140 Jl. Sidodadi Rembang 0.10 4.00
141 Jl. Dampo Awang (ex Jl. Rembang I) Rembang 0.10 4.00
142 Jl. Sumberejo Rembang 0.40 4.00
143 Jl. Lumba-lumba (ex Jl. Pelabuhan) Rembang 0.30 3.00
144 Jl. Dorang (ex Jl. Nelayan) Rembang 0.25 3.00
145 Jl. Palen Rembang 0.30 3.00
146 Jl. Kulit Rembang 0.30 3.00
147 Jl. Sumber Girang Lasem 4.66 4.00
148 Jl. Karangturi Lasem 2.38 3.00
149 Jl. Ngemplak Lasem 0.82 4.00
150 Jl. Soditan Lasem 1.51 4.00
151 Jl. Gambiran Lasem 0.50 4.00
152 Jl. Dasun Lasem 4.01 3.00
153 Jl.Jolotundo Lasem 0.53 4.00
154 Jl. Bagan Lasem 1.35 4.00
155 Jl. Stasiun Lasem 0.14 4.00
156 Jl. Dorokandang Lasem 1.15 4.00
157 Jl. Pasar Lasem 0.22 4.00
158 Jl. Gedongmulyo Lasem 2.79 3.00
159 Jl. Sawahan Lasem 0.38 4.00
160 Jl. Caruban Lasem 0.50 3.00
161 Jl. Lumba-lumba Rembang 1.26 8.00
162 Tulung - Sumberejo Pamotan 5.50 3.00
163 Bonjor - Bts Prop. Jatim Sarang 6.60 3.00
164 Kunir - Segoromulyo Sulang 3.00 3.00
165 Bagel - Besi Rembang 2.00 4.00
166 Krikilan - Grawan Sumber 7.00 2.50
3
LEBAR
NO. NAMA KECAMATAN PANJANG
NAMA RUAS RATA-
RUAS YG DILALUI RUAS (KM)
RATA (M)
167 Karangsekar - Banggi Kaliori 3.30 2.50
168 Karangsekar - Dresi Kulon Kaliori 4.50 2.50
169 Kedungasem - Tlogotunggal Sumber 6.00 2.50
170 Pelemsari - Randuagung Sumber 8.00 2.50
171 Korowelang - Karangharjo Sulang 2.50 2.50
172 Korowelang - KepohAgung Sulang 2.00 2.50
173 Bancang - Bts Kab.Blora Sale 1.50 2.50
174 Sidowayah - Ngroto Pancur 2.50 2.50
175 Kenongo - Menoro Sedan 4.00 2.50
176 Selopuro - Sendangcoyo Lasem 7.00 2.50
177 Sambong - Dadapan Sedan 2.50 2.50
178 Gunungmulyo - KendalAgung Kragan 4.00 2.50
179 Nglojo - Babaktulung Sarang 6.00 2.50
180 Baturno - Temperak Sarang 5.50 2.50
Total Panjang Jalan 642.75

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM

4
Lampiran IV.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

TABEL SEBARAN/TITIK LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA


(CELL PLAN) DI KABUPATEN REMBANG

KOORDINAT
NO. NAMA SITE DESA KECAMATAN
LONGITUDE LATTITUDE
1 mp_rmbg72 111.439047 -6.678983 Gedongmulyo Lasem
2 mp_rmbg51 111.436586 -6.693502 Dorokandang Lasem
3 mp_rmbg12 111.446073 -6.699632 Karangturi Lasem
4 mp_rmbg50 111.450486 -6.707567 Jolotundo Lasem
5 mp_rmbg64 111.455891 -6.681272 Sendangasri Lasem
6 mp_rmbg112 111.474044 -6.678656 Sendangasri Lasem
7 mp_rmbg14 111.466677 -6.662430 Bonang Lasem
8 mp_rmbg15 111.487608 -6.691619 Ngargomulyo Lasem
9 mp_rmbg113 111.456891 -6.696247 Ngemplak Lasem
10 mp_rmbg13 111.468558 -6.649677 Binangun Lasem
11 mp_rmbg36 111.483604 -6.636103 Trahan Sluke
12 mp_rmbg35 111.500529 -6.635367 Sluke Sluke
13 mp_rmbg65 111.526866 -6.632211 Manggar Sluke
14 mp_rmbg39 111.550327 -6.637739 Sendangmulyo Sluke
15 mp_rmbg37 111.535281 -6.647551 Blimbing Sluke
16 mp_rmbg38 111.532501 -6.659816 Bendo Sluke
17 mp_rmbg111 111.515419 -6.666063 Rakitan Sluke
18 mp_rmbg74 111.570531 -6.651018 Sumurtawang Kragan
19 mp_rmbg40 111.585978 -6.667339 Pandangan Wetan Kragan
20 mp_rmbg41 111.595463 -6.675025 Balongmulyo Kragan
21 mp_rmbg76 111.609443 -6.687317 Kragan Kragan
22 mp_rmbg42 111.621301 -6.696856 Karanganyar Kragan
23 mp_rmbg43 111.6283334 -6.706751 Tanjungan Kragan
24 mp_rmbg90 111.605853 -6.719373 Mojokerto Kragan
25 mp_rmbg116 111.571839 -6.710054 Sendangwaru Kragan
26 mp_rmbg75 111.582142 -6.694355 Narukan Kragan
27 mp_rmbg114 111.540277 -6.693538 Watupecah Kragan
28 mp_rmbg115 111.559902 -6.673423 Terjan Kragan
29 mp_rmbg77 111.646725 -6.720021 Kalipang Sarang
30 mp_rmbg109 111.638058 -6.737683 Kalipang Sarang
31 mp_rmbg45 111.667203 -6.739475 Bajingjowo Sarang
32 mp_rmbg110 111.654131 -6.760172 Banowan Sarang
33 mp_rmbg79 111.641798 -6.781392 Sampung Sarang
34 mp_rmbg34 111.622034 -6.782089 Bonjor Sarang
35 mp_rmbg87 111.607481 -6.784121 Lodan Wetan Sarang
36 mp_rmbg46 111.616068 -6.750743 Dadapmulyo Sarang
37 mp_rmbg32 111.559073 -6.816105 Sumbermulyo Sale
38 mp_rmbg108 111.596197 -6.811759 Wonokerto Sale
39 mp_rmbg85 111.574449 -6.843151 Wonokerto Sale
40 mp_rmbg49 111.602574 -6.861078 Sale Sale
41 mp_rmbg118 111.599625 -6.900240 Bancang Sale
42 mp_rmbg98 111.584859 -6.875987 Mrayun Sale
43 mp_rmbg86 111.552046 -6.883214 Tahunan Sale
44 mp_rmbg99 111.540114 -6.843825 Bitingan Sale
45 mp_rmbg68 111.510350 -6.824021 Pakis Sale
46 mp_rmbg83 111.523749 -6.723628 Kumbo Sedan
47 mp_rmbg44 111.565863 -6.726375 Gandirojo Sedan
48 mp_rmbg80 111.586223 -6.742750 Kedungringin Sedan
49 mp_rmbg33 111.574087 -6.768076 Sedan Sedan
50 mp_rmbg78 111.557280 -6.778070 Mojosari Sedan
51 mp_rmbg31 111.550732 -6.800896 Karas Sedan
1
KOORDINAT
NO. NAMA SITE DESA KECAMATAN
LONGITUDE LATTITUDE
52 mp_rmbg84 111.536667 -6.752081 Ngulahan Sedan
53 mp_rmbg73 111.439373 -6.723792 Jeruk Pancur
54 mp_rmbg17 111.465532 -6.720890 Pancur Pancur
55 mp_rmbg16 111.474689 -6.726449 Punggurharjo Pancur
56 mp_rmbg81 111.480253 -6.745867 Sumberagung Pancur
57 mp_rmbg97 111.422361 -6.792639 Sambongpayak Gunem
58 mp_rmbg117 111.444766 -6.812426 Panohan Gunem
59 mp_rmbg27 111.464142 -6.807025 Telgawah Gunem
60 mp_rmbg59 111.418605 -6.812755 Banyuurip Gunem
61 mp_rmbg63 111.503645 -6.856583 Tegaldowo Gunem
62 mp_rmbg1 111.243059 -6.706909 Tambakagung Kaliori
63 mp_rmbg92 111.258338 -6.697462 Mojowarno Kaliori
64 mp_rmbg2 111.280997 -6.693663 Tasikharjo Kaliori
65 mp_rmbg101 111.269949 -6.711200 Dresi Kulon Kaliori
66 mp_rmbg91 111.298567 -6.696644 Purworejo Kaliori
67 mp_rmbg52 111.291471 -6.722857 Babadan Kaliori
68 mp_rmbg100 111.321626 -6.730986 Sendangagung Kaliori
69 mp_rmbg88 111.242601 -6.740470 Maguan Kaliori
70 mp_rmbg102 111.268968 -6.733113 Sambiyan Kaliori
71 mp_rmbg53 111.296278 -6.741780 Kuangsan Kaliori
72 mp_rmbg54 111.256049 -6.765655 Kedungasem Sumber
73 mp_rmbg47 111.298334 -6.766917 Tlogotunggal Sumber
74 mp_rmbg23 111.257613 -6.798971 Sumber Sumber
75 mp_rmbg105 111.283687 -6.788877 Grawan Sumber
76 mp_rmbg61 111.276654 -6.826818 Kedungtulup Sumber
77 mp_rmbg106 111.298731 -6.835159 Logede Sumber
78 mp_rmbg3 111.321193 -6.701358 Gegunung Wetan Rembang
79 mp_rmbg5 111.338230 -6.705436 Tasik Agung Rembang
80 mp_rmbg4 111.348695 -6.706091 Tasik Agung Rembang
81 mp_rmbg93 111.362838 -6.707110 Kabongan Lor Rembang
82 mp_rmbg10 111.376330 -6.707563 Tireman Rembang
83 mp_rmbg11 111.391189 -6.702373 Pasar Banggi Rembang
84 mp_rmbg57 111.415987 -6.692719 Punjul Harjo Rembang
85 mp_rmbg7 111.333815 -6.714549 Waru Rembang
86 mp_rmbg6 111.343953 -6.713286 Sawahan Rembang
87 mp_rmbg8 111.346570 -6.723751 Sumberjo Rembang
88 mp_rmbg9 111.353764 -6.732908 Mondoteko Rembang
89 mp_rmbg103 111.369379 -6.723791 Kabongan Kidul Rembang
90 mp_rmbg58 111.363593 -6.748016 Kedungrejo Rembang
91 mp_rmbg56 111.387532 -6.732294 Kumendung Rembang
92 mp_rmbg60 111.414353 -6.722482 Kasreman Rembang
93 mp_rmbg119 111.328284 -6.724603 Waru Rembang
94 mp_rmbg120 111.339055 -6.739287 Ngadem Rembang
95 mp_rmbg104 111.318519 -6.763040 Karangsari Sulang
96 mp_rmbg55 111.339453 -6.754371 Seren Sulang
97 mp_rmbg69 111.323426 -6.789859 Sudo Sulang
98 mp_rmbg21 111.367009 -6.771009 Landoh Sulang
99 mp_rmbg70 111.393747 -6.761731 Kerep Sulang
100 mp_rmbg20 111.373223 -6.794556 Glebeg Sulang
101 mp_rmbg71 111.397018 -6.790186 Kunir Sulang
102 mp_rmbg19 111.380582 -6.809436 Sulang Sulang
103 mp_rmbg66 111.388842 -6.833687 Kemadu Sulang
104 mp_rmbg94 111.424165 -6.746849 Sendangagung Pamotan
105 mp_rmbg48 111.450156 -6.748564 Japerejo Pamotan
106 mp_rmbg29 111.424317 -6.771295 Kepohagung Pamotan
107 mp_rmbg95 111.449672 -6.773831 Tempaling Pamotan
108 mp_rmbg96 111.475020 -6.776776 Sidorejo Pamotan
109 mp_rmbg18 111.489078 -6.765245 Pamotan Pamotan
110 mp_rmbg82 111.511158 -6.773992 Bangunrejo Pamotan
2
KOORDINAT
NO. NAMA SITE DESA KECAMATAN
LONGITUDE LATTITUDE
111 mp_rmbg30 111.
111.531598 -6.778655 Bangunrejo Pamotan
112 mp_rmbg28 111.
111.456043 -6.791084 Pragen Pamotan
113 mp_rmbg107 111.
111.490229 -6.798363 Gambiran Pamotan
114 mp_rmbg22 111.
111.324330 -6.837889 Sendangmulyo Bulu
115 mp_rmbg24 111.
111.321713 -6.856531 Sendangmulyo Bulu
116 mp_rmbg62 111.
111.357606 -6.836630 Lambangan Kulon Bulu
117 mp_rmbg67 111.
111.377884 -6.869010 Pasedan Bulu
118 mp_rmbg25 111.
111.405437 -6.861436 Bulu Bulu
119 mp_rmbg26 111.
111.422444 -6.864380 Bulu Bulu
120 mp_rmbg89 111.
111.453935 -6.854125 Kadiwono Bulu

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM

3
Lampiran V.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

PENETAPAN DAERAH IRIGASI DI KABUPATEN REMBANG

AREAL SALURAN
NO. NAMA D.I DESA KEC. KEWENANGAN
D.I (Ha) (m)

1. DI. Semen Gading Sale 564 12.767 Pemerintah Pusat


2. DI. Kedung Sapen Jatihadi Sumber 1.590 29.492 Pemerintah Provinsi
3. DI. Jatihadi Jatihadi Sumber 39 900 Pemerintah Kabupaten
4. DI. Bulak Sempu Bulak Sempu Sumber 35 500 Pemerintah Kabupaten
5. DI. Gayam Logede Sumber 45 - Pemerintah Kabupaten
6. DI. Tlogo Tunggal Tlogotunggal Sumber 500 5.903 Pemerintah Kabupaten
7. DI. Babadan Babadan Kaliori 589 7.543 Pemerintah Kabupaten
8. DI. Pengkol Pengkol Kaliori 267 3.290 Pemerintah Kabupaten
9. DI. Pentil Gunung Sari Kaliori 775 6.896 Pemerintah Kabupaten
10. DI. Sembiyan Sembiyan Kaliori 30 1.000 Pemerintah Kabupaten
11. DI. Mujur Mojowarno Kaliori 40 1.300 Pemerintah Kabupaten
12. DI. Bulu Pasedan Bulu 44 1.929 Pemerintah Kabupaten
13. DI. Pakel Beruk Pasedan Bulu 35 1.165 Pemerintah Kabupaten
14. DI. Jatigrowong Pasedan Bulu 50 834 Pemerintah Kabupaten
15. DI. Jurangan Pasedan Bulu 25 483 Pemerintah Kabupaten
16. DI. Simoturun Karang Asem Bulu 252 7.900 Pemerintah Kabupaten
17. DI. Dongbulu Bulu Bulu 52 950 Pemerintah Kabupaten
18. DI. Ngori Jukung Bulu 64 1.006 Pemerintah Kabupaten
DI.
61 1.170 Pemerintah Kabupaten
19. SumberKadiwono Kadiwono Bulu
20. DI. Kedung Semar Sendangmulyo Bulu 101 3.077 Pemerintah Kabupaten
21. DI. Dawe Mantingan Bulu 10 502 Pemerintah Kabupaten
22. DI. Gondang Pasedan Bulu 30 545 Pemerintah Kabupaten
23. DI. Ngampo Sridadi Rembang 310 5.397 Pemerintah Kabupaten
24. DI. Kasreman Kasreman Rembang 355 1.782 Pemerintah Kabupaten
25. DI. Kumendung Kumendung Rembang 102 1.719 Pemerintah Kabupaten
26. DI. Padaran Padaran Rembang 60 1.371 Pemerintah Kabupaten
27. DI. Pomahan Pomahan Sulang 64 2.610 Pemerintah Kabupaten
28. DI. Sidowayah Sidowayah Pancur 465 19.571 Pemerintah Kabupaten
29. DI. Pasar Kalitengah Pancur 31 865 Pemerintah Kabupaten
30. DI. Ngulangan Ngulangan Pancur 80 765 Pemerintah Kabupaten
31. DI. Ngaglik Punggurharjo Pancur 40 547 Pemerintah Kabupaten
32. DI. Tumbun Gemblengmulyo Pancur 42 1.035 Pemerintah Kabupaten
33. DI. Bogoran Pandan Pancur 196 4.970 Pemerintah Kabupaten
34. DI. Warugunung Warugunung Pancur 54 800 Pemerintah Kabupaten
35. DI. Talang Warugunung Pancur 69 2.382 Pemerintah Kabupaten
36. DI. Pakis Warugunung Bulu 13 20 Pemerintah Kabupaten
37. DI. Gayam Ngemplak Lasem 113 2.000 Pemerintah Kabupaten
38. DI. Patiyan Sendang Asri Lasem 66 2.677 Pemerintah Kabupaten
39. DI. Bebeg Sendang Asri Lasem 126 3.885 Pemerintah Kabupaten
40. DI. Janggan Selopuro Lasem 135 1.616 Pemerintah Kabupaten
41. DI. Gepuro Selopuro Lasem 50 900 Pemerintah Kabupaten
42. DI. Keben Sriombo Lasem 9 773 Pemerintah Kabupaten
43. DI. Bedol Binangun Lasem 62 138 Pemerintah Kabupaten

1
AREAL SALURAN
NO. NAMA D.I DESA KEC. KEWENANGAN
D.I (Ha) (m)
44. DI. Kajar Kajar Lasem 15 600 Pemerintah Kabupaten
45. DI. Mudal Pamotan Pamotan 197 10.312 Pemerintah Kabupaten
46. DI. Ngulakan Ringin Pamotan 132 2.948 Pemerintah Kabupaten
47. DI. Tulung Ringin Pamotan 71 2.002 Pemerintah Kabupaten
48. DI. Gembul Sumberjo Pamotan 93 2.320 Pemerintah Kabupaten
49. DI. Samaran Samaran Pamotan 43 660 Pemerintah Kabupaten
50. DI. Bamban Bamban Pamotan 50 125 Pemerintah Kabupaten
51. DI. Sumbreng Samaran Pamotan 60 1.700 Pemerintah Kabupaten
52. DI. Brubul Pamotan Pamotan 8 150 Pemerintah Kabupaten
53. DI. Sumber Pragen Pragen Pamotan 18 55 Pemerintah Kabupaten
54. DI. Panohan Panohan Gunem 329 12.354 Pemerintah Kabupaten
55. DI. Taban Telgawah Gunem 60 2.664 Pemerintah Kabupaten
56. DI. Dukuh Pasedan Bulu 10 694 Pemerintah Kabupaten
57. DI. Precet Trembes Gunem 124 5.050 Pemerintah Kabupaten
58. DI.Dowan Dowan Gunem 20 100 Pemerintah Kabupaten
59. DI. Dukoh Trembes Gunem 45 400 Pemerintah Kabupaten
60. DI. Nglodro Suntri Gunem 19 100 Pemerintah Kabupaten
61. DI. Sumber Kajar Dowan Gunem 10 624 Pemerintah Kabupaten
DI. Sumber
20 450 Pemerintah Kabupaten
62. Pasucen Pasucen Gunem
63. DI. Kemloko Kerep Tengger Sale 45 360 Pemerintah Kabupaten
64. DI. Beran Tengger Sale 17 255 Pemerintah Kabupaten
67. DI. Bara'an Sendang Mulyo Sale 56 550 Pemerintah Kabupaten
68. DI. Pengaron Sendang Mulyo Sale 20 198 Pemerintah Kabupaten
69. DI. Penewen Wonokerto Sale 51 1.123 Pemerintah Kabupaten
70. DI. Terongan Wonokerto Sale 68 692 Pemerintah Kabupaten
71. DI. Genuk Ngajaran Sale 35 550 Pemerintah Kabupaten
72. DI. Bancang Ngajaran Sale 100 1.750 Pemerintah Kabupaten
73. DI. Pengilon Rendeng Sale 76 255 Pemerintah Kabupaten
DI. Sumber
178 1,250 Pemerintah Kabupaten
74. Brubulan Tahunan Sale
75. DI. Sulo Kenongo Sedan 253 2.815 Pemerintah Kabupaten
76. DI. Sambiroto Sambiroto Sedan 85 1.497 Pemerintah Kabupaten
77. DI. Buloh Karas Sedan 65 2.632 Pemerintah Kabupaten
78. DI. Grasak Sambong Sedan 45 240 Pemerintah Kabupaten
79. DI. Ngepreh Sambong Sedan 27 50 Pemerintah Kabupaten
80. DI. Bojo Sidomulyo Sedan 102 195 Pemerintah Kabupaten
81. DI. Jenggreng Sidorejo Sedan 43 498 Pemerintah Kabupaten
82. DI. Kopen Gandrirejo Sedan 129 160 Pemerintah Kabupaten
83. DI. Pacing Pacing Sedan 52 598 Pemerintah Kabupaten
84. DI. Pengapus Karas Sedan 12 400 Pemerintah Kabupaten
85. DI. Ngelo Karas Sedan 15 343 Pemerintah Kabupaten
86. DI. Ploso Menoro Sedan 50 550 Pemerintah Kabupaten
87. DI. Kedung Ringin Kedung Ringin Sedan 30 340 Pemerintah Kabupaten
88. DI. Dadapan Dadapan Sedan 75 1.080 Pemerintah Kabupaten
89. DI. Gandri Bogorejo Sedan 68 1.219 Pemerintah Kabupaten
90. DI. Sumber Pacing Pacing Sedan 10 30 Pemerintah Kabupaten
91. DI. Jambeyan Tanjungsari Kragan 165 3.311 Pemerintah Kabupaten
92. DI. Woro Woro Kragan 101 904 Pemerintah Kabupaten
93. DI. Kedung Rumpit Sudan Kragan 324 674 Pemerintah Kabupaten
94. DI. Sekijing Kragan Kragan 273 917 Pemerintah Kabupaten
2
AREAL SALURAN
NO. NAMA D.I DESA KEC. KEWENANGAN
D.I (Ha) (m)
95. DI. Gede Terjan Kragan 59 496 Pemerintah Kabupaten
96. DI. Pule Terjan Kragan 65 150 Pemerintah Kabupaten
97. DI. Terjan Terjan Kragan 30 220 Pemerintah Kabupaten
98. DI. Ngetuk Sendangwaru Kragan 136 1.441 Pemerintah Kabupaten
99. DI. Pelem Sendang Mulyo Kragan 40 1.600 Pemerintah Kabupaten
100. DI. Sumurtawang Sumurtawang Kragan 125 1.231 Pemerintah Kabupaten
101. DI. Narukan Narukan Kragan 50 1.070 Pemerintah Kabupaten
102. DI. Sebale / Gilang Narukan Kragan 30 840 Pemerintah Kabupaten
103. DI. Kenong Sumbersari Kragan 25 890 Pemerintah Kabupaten
104. DI. Giyok Tanjungan Kragan 35 591 Pemerintah Kabupaten
105. DI. Mojokerto Mojokerto Kragan 250 1.830 Pemerintah Kabupaten
106. DI. Greng Kendalagung Kragan 114 3.451 Pemerintah Kabupaten
107. DI. Cangaan Baturno Sarang 129 977 Pemerintah Kabupaten
108. DI. Bonjor Bonjor Sarang 297 2.539 Pemerintah Kabupaten
109. DI. Kramat Sendang Mulyo Sarang 197 2.300 Pemerintah Kabupaten
110. DI. Putat Sendang Mulyo Sarang 73 565 Pemerintah Kabupaten
111. DI. Tawangrejo Tawangrejo Sarang 29 1.044 Pemerintah Kabupaten
112. DI. Sampung Sampung Sarang 31 696 Pemerintah Kabupaten
113. DI Banowan Banowan Sarang 206 707 Pemerintah Kabupaten
114. DI. Ropoh Lodan Kulon Sarang 25 575 Pemerintah Kabupaten
115. DI. Kasur Temperak Sarang 190 830 Pemerintah Kabupaten
116. DI. Lodan Lodan Wetan Sarang 100 3,990 Pemerintah Kabupaten
117. DI. Wunut Jurangjero Sluke 79 1.300 Pemerintah Kabupaten
118. DI. Trahan Trahan Sluke 76 1.289 Pemerintah Kabupaten
119. DI. Dalem Sluke Sluke 182 5.925 Pemerintah Kabupaten
120. DI. Sono Manggar Sluke 45 300 Pemerintah Kabupaten
121. DI. Suruhan Blimbing Sluke 36 300 Pemerintah Kabupaten
122. DI. Jambu Sendang Mulyo Sluke 25 550 Pemerintah Kabupaten
123. DI. Gebang Sendang Mulyo Sluke 87 2.638 Pemerintah Kabupaten
124. DI. Bendo Bendo Sluke 20 404 Pemerintah Kabupaten
125. DI. Jatimudo Jatimudo Sulang 25 572 Pemerintah Kabupaten
126. DI. Kerep Kerep Sulang 35 400 Pemerintah Kabupaten
JUMLAH 14.413 255.854

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM

3
Lampiran VI.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

PENETAPAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI BENCANA

LOKASI RAWAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI


NO. DAYA TAMPUNG
BENCANA BENCANA
I. Rawan Bencana Banjir
1 Kecamatan Sarang
1. Desa Nglojo 1. Balai Desa Nglojo, SDN Nglojo 1. Desa Nglojo kurang lebih 150 jiwa
2. Desa Sampung 2. Balai Desa Sampung, SDN 2. Desa Sampung kurang lebih 100
Sampung jiwa
2 Kecamatan Pancur
1. Desa Trenggulunan 1. Balai Desa Trenggulunan, SDN 1. Desa Trenggulunan kurang lebih
2. Desa Karaskepoh Trenggulunan 100 jiwa
3. Desa Jeruk 2. Balai Desa Karaskepoh, SDN 2. Desa Karaskepoh kurang lebih
4. Desa Japeledok Karaskepoh 140 jiwa
3. Balai Desa Jeruk, SDN Jeruk 3. Desa Jeruk kurang lebih 100 jiwa
4. Balai Desa Japeledok, SDN 4. Desa Japeledok kurang lebih 150
Japeledok jiwa
3 Kecamatan Lasem
1. Desa Sendangasri 1. Balai Desa Sendangasri, SDN 1. Desa Sendangasri kurang lebih
2. Desa Dasun Sendangasri 300 jiwa
3. Desa 2. Balai Desa Dasun, SDN Dasun 2. Desa Dasun kurang lebih 150 jiwa
Gedongmulyo 3. Balai Desa Gedongmulyo, 3. Desa Gedongmulyo kurang lebih
4. Desa Soditan SDN Gedongmulyo 200 jiwa
5. Desa Ngemplak 4. Balai Desa, SDN Soditan, 4. Desa Soditan kurang lebih 300
6. Desa Jolotundo Gedung pertemuan, Pendopo jiwa
7. Desa Kecamatan 5. Desa Ngemplak kurang lebih 500
Sumbergirang 5. Balai Desa Ngemplak, SDN jiwa
8. Desa Babagan Ngemplak, SMA dan MAN 6. Desa Jolotundo kurang lebih 150
9. Karangturi Lasem jiwa
10. Dorokandang 6. Balai Desa Jolotundo, SDN 7. Desa Sumbergirang kurang lebih
Jolotundo 250 jiwa
7. Balai Desa Sumbergirang, 8. Desa Babagan kurang lebih 400
SDN Sumbergirang jiwa
8. Balai Desa, SDN Babagan, 9. Desa Karangturi kurang lebih 150
Gedung Rukun Santosa jiwa
9. Balai Desa Karangturi, SDN 10. Desa Dorokandang kurang lebih
Karangturi 200 jiwa
10. Balai Desa Dorokandang, SDN
Dorokandang
4 Kecamatan Rembang
1. Punjulharjo 1. Balai Desa Punjulharjo, SDN 1. Desa Punjulharjo kurang lebih 120
2. Waru Punjulharjo jiwa
3. Tanjungsari 2. Balai Desa Waru, SDN Waru 2. Desa Waru kurang lebih 100 jiwa
3. Balai Desa Tanjungsari, SDN 3. Desa Tanjungsari kurang lebih
Tanjungsari 100 jiwa

5 Kecamatan Gunem
1. Desa Panohan 1. Balai Desa Panohan, SDN 1. Desa Panohan kurang lebih 100
Panohan jiwa
6 Kecamatan Sumber
1. Desa Jatihadi 1. Balai Desa Jatihadi, SDN 1. Desa Jatihadi kurang lebih 130
2. Desa Sekarsari Jatihadi jiwa
2. Balai Desa Sekarsari, SDN 2. Desa Sekarsari kurang lebih 150
Sekarsari jiwa

1
LOKASI RAWAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI
NO. DAYA TAMPUNG
BENCANA BENCANA
7 Kecamatan Kaliori
1. Desa Wiroto 1. Balai Desa Wiroto, SDN 1. Desa Wiroto kurang lebih 150 jiwa
2. Desa Maguwan Wiroto 2. Desa Maguwan kurang lebih 145
3. Desa Mojowarno 2. Balai Desa Maguwan, SDN jiwa
4. Desa Dresi Kulon Maguwan 3. Desa Mojowarno kurang lebih 120
5. Desa Tunggulsari 3. Balai Desa Mojowarno, SDN jiwa
6. Desa Kuangsan Mojowarno 4. Desa Dresi Kulon kurang lebih
4. Balai Desa Dresi Kulon, SDN 150 jiwa
Dresi Kulon 5. Desa Tunggulsari kurang lebih
5. Balai Desa Tunggulsari, SDN 100 jiwa
Tunggulsari 6. Desa Kuangsan kurang lebih 140
6. Balai Desa Kuangsan, SDN jiwa
Kuangsan
8 Kecamatan Sedan
1. Menoro 1. Balai Desa Menoro, SDN 1. Desa Menoro kurang lebih 140
2. Kedungringin Menoro jiwa
3. Gandrirejo 2. Balai Desa Kedungringin, 2. Desa Kedungringin kurang lebih
4. Gesikan SDN Kedungringin 170 jiwa
3. Balai Desa Gandrirejo, SDN 3. Desa Gandrirejo kurang lebih 150
Gandrirejo jiwa
4. Balai Desa Gesikan, SDN 4. Desa Gesikan kurang lebih 100
Gesikan jiwa
9 Kecamatan Kragan
1. Desa Pandangan 1. Balai Desa Pandangan 1. Desa Pandangan Wetan kurang
Wetan Wetan, SD Pandangan lebih 200 jiwa
2. Desa Kragan Wetan, SMU Kragan 2. Desa Kragan kurang lebih 400 jiwa
3. Desa Kendalagung 2. Balai Desa Kragan, SD 3. Desa Kendalagung kurang lebih
Kragan SMPN I, SMPN II 150 jiwa
Kragan
3. Balai Desa Kendalagung,
SDN Kendalagung
10 Kecamatan Pamotan
1. Desa Segoromulyo 1. Balai Desa Segoromulyo, SDN 1. Desa Segoromulyo kurang lebih
2. Desa Tempaling Segoromulyo 100 jiwa
2. Balai Desa Tempaling dan 2. Desa Tempaling kurang lebih 100
SDN Tempaling jiwa
II. Rawan Bencana Gelombang Pasang
1 Kecamatan Sarang
1. Desa Kalipang 1. Balai Desa Kalipang, SDN 1. Desa Kalipang kurang lebih 150 jiwa
2. Desa Kalipang 2. Desa Sendangmulyo kurang lebih
Sendangmulyo 2. Balai Desa Sendangmulyo, 400 jiwa
3. Desa Temperak SDN Sendangmulyo, SMPN I 3. Desa Temperak kurang lebih 100
4. Desa Sarang jiwa
Karangmangu 3. Balai Desa Temperak, SDN 4. Desa Karangmangu kurang lebih
5. Desa Bajingjowo Temperak 150 jiwa
6. Desa Bajingmeduro 4. Balai Desa Karangmangu, 5. Desa Bajingjowo kurang lebih 150
7. Desa SDN Karangmangu jiwa
Sarangmeduro 5. Balai Desa Bajingjowo, SDN 6. Desa Bajingmeduro kurang lebih
Bajingjowo 150 jiwa
6. Balai Desa Bajingmeduro 7. Desa Sarangmeduro kurang lebih
7. Balai Desa Sarangmeduro 100 jiwa
SDN Sarangmeduro
2 Kecamatan Kragan
1. Desa Tanjungan 1. Balai Desa Tanjungan 1. Desa Tanjungan kurang lebih 150
2. Desa Kebloran 2. Balai Desa Kebloran jiwa
3. Desa Karanganyar 3. Balai Desa Karanganyar 2. Desa Kebloran kurang lebih 100
4. Desa Karangharjo 4. Balai Desa Karangharjo jiwa
5. Desa Kragan 5. Balai Desa Kragan, SMPN I dan 3. Desa Karanganyar kurang lebih
6. Desa Tegalmulyo II Kragan 150 jiwa
7. Desa Balongmulyo 6. Balai Desa Tegalmulyo, SDN 4. Desa Karangharjo kurang lebih
8. Desa Plawangan Tegalmulyo 150 jiwa
9. Desa Pandangan 7. Balai Desa Balongmulyo, SDN 5. Desa Kragan kurang lebih 300 jiwa
2
LOKASI RAWAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI
NO. DAYA TAMPUNG
BENCANA BENCANA
Wetan Balongmulyo 6. Desa Tegalmulyo kurang lebih 100
10. Desa Pandangan 8. Balai Desa Plawangan, SDN jiwa
Kulon Plawangan 7. Desa Balongmulyo kurang lebih
11. Desa Sumurtawang 9. Balai Desa Pandangan Wetan 100 jiwa
12. Desa Sumbersari 10. Balai Desa Pandangan Kulon, 8. Desa Plawangan kurang lebih 150
SDN Pandangan Kulon dan jiwa
SMU Kragan 9. Desa Pandangan Wetan kurang
11. Balai Desa Sumurtawang, SDN lebih 100 jiwa
Sumur Tawang 10. Desa Pandangan Kulon kurang
12. Balai Desa Sumbersari lebih 200 jiwa
11. Desa Sumurtawang kurang lebih
100 jiwa
12. Desa Sumbersari kurang lebih 100
jiwa

3 Kecamatan Sluke
1. Desa Labuhan 1. Balai Desa Labuhan Kidul, SDN 1. Desa Labuhan Kidul kurang lebih
Kidul Labuhan 150 jiwa
2. Desa 2. Balai Desa Sendangmulyo, 2. Desa Sendangmulyo kurang lebih
Sendangmulyo SDN Sendangmulyo 150 jiwa
3. Desa Blimbing 3. Balai Desa Blimbing 3. Desa Blimbing kurang lebih 100
4. Desa Manggar 4. Balai Desa Manggar, SDN jiwa
5. Desa Jatisari Manggar 4. Desa Manggar kurang lebih 100
6. Desa Sluke 5. Balai Desa Jatisari SDN, jiwa
7. Desa Leran Jatisari 5. Desa Jatisari kurang lebih 300 jiwa
8. Desa Trahan 6. Balai Desa Sluke ,SMPN I 6. Desa Sluke kurang lebih 350 jiwa
9. Desa Pangkalan Sluke 7. Desa Leran kurang lebih 100 jiwa
7. Balai Desa Leran, SDN Leran 8. Desa Trahan kurang lebih 120 jiwa
8. Balai Desa Trahan, SDN 9. Desa Pangkalan kurang lebih 100
Trahan jiwa
9. Balai Desa Pangkalan, SDN
Pangkalan

4 Kecamatan Lasem
1. Desa Dasun 1. Balai Desa Dasun, SDN Dasun 1. Desa Dasun kurang lebih 150 jiwa
2. Desa Gedongmulyo 2. Balai Desa Gedongmulyo, 2. Desa Gedongmulyo kurang lebih
3. Desa Tasiksono SDN Gedongmulyo 200 jiwa
4. Desa Bonang 3. Balai Desa Tasiksono, SDN 3. Desa Tasiksono kurang lebih 150
5. Desa Binangun Tasiksono jiwa
4. Balai Desa Bonang, SDN 4. Desa Bonang kurang lebih 150
Bonang jiwa
5. Balai Desa Binangun, SDN 5. Desa Binangun kurang lebih 250
Binangun jiwa

5 Kecamatan Rembang
1. Desa Punjulharjo 1. Balai Desa Punjulharjo, SDN 1. Desa Punjulharjo kurang lebih 120
2. Desa Tritunggal Punjulharjo jiwa
3. Desa Pasarbanggi 2. Balai DesaTritunggal, SDN 2. DesaTritunggal kurang lebih 100
4. Desa Gegunung Tritunggal jiwa
Kulon 3. Balai Desa Pasar Banggi, 3. Desa Pasar Banggi kurang lebih
5. Desa Gegunung SMPN 4 Rembang, SMK 2 100 jiwa
Wetan Rembang 4. Desa Gegunung Kulon kurang
6. Desa Pacar 4. Balai Desa Gegunung Kulon, lebih 100 jiwa
7. Desa Tanjungsari SMPN 1 Rembang, SMU 2 dan 5. Desa Gegunung Wetan kurang
8. Desa Tasikagung 3 Rembang lebih 500 jiwa
9. Desa Pandean 5. Balai Desa Gegunung Wetan, 6. Desa Pacar kurang lebih 50 jiwa
10. Desa Sukoharjo SMA 1 Rembang 7. Desa Tanjungsari kurang lebih 50
11. Desa Kabongan 6. Balai Desa Pacar, SDN Pacar jiwa
Lor 7. Balai Desa Tanjungsari, SDN 8. Desa Tasikagung kurang lebih 100
12. Desa Tireman Tasikagung jiwa
3
LOKASI RAWAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI
NO. DAYA TAMPUNG
BENCANA BENCANA
8. Balai Desa Tasikagung, SDN 9. Desa Pandean kurang lebih 400
Tasikagung jiwa
9. Balai Desa Pandean, SDN 10. Desa Sukoharjo kurang lebih 100
Pandean, SMPN 5 Rembang jiwa
10. Balai Desa Sukoharjo, SDN 11. Desa Kabongan Lor kurang lebih
Sukoharjo 200 jiwa
11. Balai Desa Kabongan Lor, SDN 12. DesaTireman kurang lebih 150
Kabongan Lor, SMP N 2 jiwa
Rembang, SMPN 3 Rembang
12. Balai DesaTireman, SDN
Tireman

6 Kecamatan Kaliori
1. Desa Tunggulsari 1. Balai Desa Tunggulsari, SDN 1. Desa Tunggulsari kurang lebih 100
2. Desa Tunggulsari jiwa
Tambakagung 2. Balai DesaTambakagung, SDN 2. DesaTambakagung kurang lebih
3. Desa Tasikharjo Tambakagung, SMPN 1 Kaliori 400 jiwa
4. Desa Banyudono 3. Balai Desa Tasikharjo, SDN 3. Desa Tasikharjo kurang lebih 100
5. Desa Purworejo Tasikharjo jiwa
6. Desa Pantiharjo 4. Balai Desa Banyudono, SDN 4. Desa Banyudono kurang lebih 100
Banyudono jiwa
5. Balai Desa Purworejo, SDN 5. Desa Purworejo kurang lebih 100
Purworejo jiwa
6. Balai Desa Pantiharjo 6. Desa Pantiharjo kurang lebih 150
jiwa
III Rawan Bencana Longsor
1 Kecamatan Sluke
1. Desa Bendo 1. Balai Desa Bendo, SDN Bendo 1. Desa Bendo kurang lebih 120
2. Desa Rakitan 2. Balai Desa Rakitan, SDN jiwa
3. Desa Sanetan Rakitan 2. Desa Rakitan kurang lebih 130
3. Balai Desa Sanetan, SDN jiwa
Sanetan 3. Desa Sanetan kurang lebih 100
jiwa
2 Kecamatan Lasem
1. Desa Gowak 1. Balai Desa Gowak, SDN Bendo 1. Desa Gowak kurang lebih 100
2. Desa Ngargomulyo 2. Balai Desa Ngargomulyo, SDN jiwa
3. Desa Sendangcoyo Rakitan 2. Desa Ngargomulyo kurang lebih
3. Balai Desa Sendangcoyo, SDN 140 jiwa
Sanetan 3. Desa Sendangcoyo kurang lebih
120 jiwa
3 Kecamatan Pancur
1. Desa Criwik 1. Balai Desa Criwik, SDN Criwik 1. Desa Criwik kurang lebih 100 jiwa
2. Desa Ngroto 2. Balai Desa Ngroto, SDN Ngroto 2. Desa Ngroto kurang lebih 100
jiwa
4 Kecamatan Sedan
1. Dadapan 1. Balai Desa Dadapan, SDN 1. Desa Dadapan kurang lebih 100
2. Lemahputih Dadapan jiwa
3. Candimulyo 2. Balai Desa Lemahputih, SDN 2. Desa Lemahputih kurang lebih
4. Sidomulyo Lemahputih 100 jiwa
3. Balai Desa Candimulyo, SDN 3. Desa Candimulyo kurang lebih
Candimulyo 100 jiwa
4. Balai Desa Sidomulyo, SDN 4. Desa Sidomulyo kurang lebih 100
Sidomulyo jiwa
5 Kecamatan Kragan
1. Tanjungsari 1. Balai Desa Tanjungsari, SDN 1. Desa Tanjungsari kurang lebih
2. Watupecah Tanjungsari 100 jiwa
2. Balai Desa Watupecah, SDN 2. Desa Watupecah kurang lebih
Watupecah 100 jiwa
6 Kecamatan Gunem
1. Pakis 1. Balai Desa Pakis, SDN Pakis 1. Desa Pakis kurang lebih 100 jiwa
2. Dowan 2. Balai Desa Dowan, SDN Dowan 2. Desa Dowan kurang lebih 100 jiwa
3. Suntri 3. Balai Desa Suntri, SDN Suntri 3. Desa Suntri kurang lebih 100 jiwa
4
LOKASI RAWAN ALTERNATIF LOKASI EVAKUASI
NO. DAYA TAMPUNG
BENCANA BENCANA
4. Bitingan 4. Balai Desa Bitingan, SDN 4. Desa Bitingan kurang lebih 100
Bitingan jiwa
7 Kecamatan Sale
1. Tengger 1. Balai Desa Tengger, SDN 1. Desa Tengger kurang lebih 100
Tengger jiwa

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM

5
LampiranVII.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN PERDESAAN


DI KABUPATEN REMBANG

NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN LUAS (Ha)

1 Kecamatan Rembang
Kel. Gegugunung Kulon 4,22 Desa Tlogomojo 16,96
Desa Gegunung Wetan 4,97 Desa Kasreman 38,49
Kel. Pacar 6,05 Desa Punjulharjo 51,66
Kel. Tanjungsari 21,43 Desa Tritunggal 33,26
Desa Pandean 18,32 -
Desa Sukoharjo 9,58 -
Desa Kabongan Lor 13,91 -
Desa Kabongan Kidul 127,57 -
Desa Sumberjo 70,79 -
Desa Tasikagung 55,06 -
Desa Sawahan 13,30 -
Desa Leteh 50,95 -
Kel. Sidowayah 29,83 -
Kel. Kutoharjo 22,04 -
Desa Gedangan 19,75 -
Desa Ngotet 24,12 -
Desa Pulo 50,83 -
Desa Tireman 53,73 -
Desa Pantiharjo 9,23 -
Desa Weton 8,70 -
Desa Ketanggi 24,78 -
Kel. Magersari 51,65 -
Desa Pasarbanggi 54,65 -
Desa Mondoteko 54,13 -
Desa Waru 74,69 -
Desa Sridadi 36,70 -
Desa Turusgede 18,46 -
Desa Padaran 21,77 -
Desa Kumendung 19,74 -
Desa Ngadem 25,50 -
Ds Sendangagung 67,71 -
Desa Kedungrejo 19,34 -
1.083,52 140,38
2 Kecamatan Lasem
Desa Jolotundo 52,80 Desa Karasgede 33,36
Desa Sumbergirang 38,74 Desa Dasun 3,36
Desa Karangturi 12,10 Desa Selopuro 46,20
Desa Babagan 16,54 Desa Sendangcoyo 62,78
Desa Dorokandang 26,90 Desa Ngargomulyo 5,93
Desa Soditan 27,58 Desa Kajar 20,74
Desa Ngemplak 26,12 Desa Gowak 28,66
Desa Gedongmulyo 27,13 Desa Sendangasri 44,56
- Desa Tasiksono 17,43
- Desa Sriombo 25,43
- Desa Bonang 22,81
1
NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN LUAS (Ha)

- Desa Binangun 25,09


227,92 336,35
3 Kecamatan Pamotan
Desa Pamotan 160,45 Desa Megal 42,52
Desa Bangunrejo 62,56 Desa Ngemplakrejo 17,46
Desa Sidorejo 28,51 Desa Pragen 23,85
- Desa Samaran 45,87
- Desa Gambiran 50,15
- Desa Bamban 7,95
- Desa Tempaling 37,50
- Desa Joho 20,64
- Desa Mlagen 46,32
- Desa Kepohagung 22,82
- Desa Mlawat 36,86
- Desa Segoromulyo 18,69
- Desa Ketangi 37,43
- Desa Sendangagung 27,56
- Desa Gegersimo 26,47
- Desa Sumbangrejo 31,21
- Desa Japerejo 18,67
- Desa Tulung 16,54
- Desa Ringin 28,79
- Desa Sumberejo 43,69
251,52 600,98
4 Kecamatan Kragan
Desa Kragan 13,51 Desa Tanjungsari 4,39
Desa Karangharjo 16,18 Desa Sendangmulyo 16,32
Desa Tegalmulyo 21,68 Desa Sendangwaru 32,07
- Desa Ngasinan 18,18
- Desa Kendalagung 22,89
- Desa Mojokerto 14,01
- Desa Tanjungan 38,90
- Desa Kebloran 11,40
- Desa Karanganyar 23,29
- Desa Karanglincak 18,09
- Desa Balongmulyo 17,36
- Desa Narukan 14,99
- Desa Sudan 13,26
- Desa Terjan 18,11
- Desa Sendang 11,89
- Desa Watupecah 22,73
- Desa Woro 27,21
- Desa Sumurpule 29,29
- Desa Plawangan 25,31
- Desa Sumbergayam 11,12
- Desa Pandangan Wetan 6,53
- Desa Pandangan Kulon 49,15
- Desa Sumurtawang 36,98
- Desa Sumbersari 27,70
51,37 511,16
5 Kecamatan Kaliori
Desa Tambakagung 59,91 Desa Meteseh 44,33
Desa Mojowarno 30,73 Desa Maguan 45,47

2
NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN LUAS (Ha)

Desa Dresi Kulon 36,54 Desa Sidomulyo 16,54


- Desa Wiroto 27,62
- Desa Banggi 35,94
- Desa Kuangsan 30,86
- Desa Gunungsari 36,49
- Desa Karangsekar 70,55
- Desa Babadan 67,42
- Desa Pengkol 44,33
- Desa Sambiyan 20,90
- Desa Mojorembun 33,85
- Desa Tunggulsari 8,35
- Desa Dresi Wetan 55,28
- Desa Tasikharjo 16,65
- Desa Purworejo 9,69
- Desa Bogoharjo 34,20
- Desa Banyudono 18,96
127,18 617,42
6 Kecamatan Sluke
Desa Sluke 47,03 Desa Sanetan 26,03
Desa Jatisari 22,23 Desa Rakitan 7,10
Desa Pangkalan 16,59 Desa Bendo 21,49
Desa Trahan 36,55 Desa Labuhan Kidul 32,88
- Desa Sendangmulyo 31,91
- Desa Blimbing 2,64
- Desa Manggar 30,25
- Desa Langgar 14,00
- Desa Leran 59,93
122,39 226,22
7 Kecamatan Pancur
Desa Pancur 32,59 Desa Japeledok 15,73
Desa Wuwur 30,13 Desa Jeruk 70,92
Desa Punggurharjo 19,70 Desa Doropayung 40,72
Desa Langkir 11,96 Desa Karaskepoh 19,74
- Desa Tuyuhan 49,66
- Desa Pandan 34,22
- Desa Gemblengmulyo 20,83
- Desa Sumberagung 31,85
- Desa Kalitengah 43,68
- Desa Sidowayah 13,05
- Desa Kedung 8,50
- Desa Pohlandak 16,42
- Desa Warugunung 45,74
- Desa Criwik 16,68
- Desa Ngulangan 17,51
- Desa Banyuurip 17,20
- Desa Johogunung 29,59
- Desa Trenggulunan 8,83
- Desa Ngroto 12,91
94,38 513,76
8 Kecamatan Sulang
Desa Sulang 61,81 Desa Tanjung 28,10
Desa Kemadu 47,25 Desa Pomahan 27,50
Desa Jatimudo 22,06 Desa Rukem 26,31

3
NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN LUAS (Ha)

- Desa Korowelang 8,04


- Desa Karangharjo 17,22
- Desa Kunir 46,09
- Desa Glebeg 20,76
- Desa Bogorame 10,64
- Desa Kaliombo 33,09
- Desa Sudo 10,82
- Desa Karangsari 20,25
- Desa Pragu 11,78
- Desa Kebonagung 11,16
- Desa Seren 39,61
- Desa Pranti 18,70
- Desa Pedak 26,86
- Desa Landoh 45,01
- Desa Kerep 24,26
131,11 426,19
9 Kecamatan Bulu
Desa Bulu 18,04 Desa Mlatirejo 17,92
Desa Pasedan 59,70 Desa Sendangmulyo 57,16
Desa Jukung 43,54 Desa Pondokrejo 19,84
Desa Mantingan 12,89 Desa Warugunung 18,00
- Desa Pinggan 25,59
- Desa Cabean 30,53
- Desa Lambangan Kulon 14,28
- Desa Lambangan Wetan 24,98
- Desa Sumbermulyo 23,27
- Desa Karangasem 18,11
- Desa Ngulaan 14,64
- Desa Kadiwono 17,88
134,17 282,20
10 Kecamatan Sumber
Desa Sumber 68,98 Desa Ronggomulyo 27,76
Desa Jatihadi 78,63 Desa Logede 55,07
Desa Sekarsari 87,87 Desa Pelemsari 23,92
Desa Kedungasem 32,91 Desa Logung 29,14
Desa Megulun 10,27 Desa Krikilan 39,17
- desa Kedungtulup 22,10
- Desa Polbayem 20,68
- Desa Jadi 33,18
- Desa Grawan 54,56
- Desa Randuagung 30,36
- Desa Sukorejo 38,78
- Desa Tlogotunggal 70,00
- Desa Bogorejo 29,73
278,66 474,43
11 Kecamatan Gunem
Desa Gunem 50,23 Desa Kajar 54,68
Desa Kulutan 14,51 Desa Timbrangan 17,58
Desa Sidomulyo 27,61 Desa Tegaldowo 57,94
Desa Telgawah 11,00 Desa Pasucen 36,68
Desa Sendangmulyo 28,69 Desa Suntri 15,16
- Desa Dowan 19,90
- Desa Trembes 25,55

4
NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN LUAS (Ha)

- Desa Panohan 28,54


- Desa Demaan 16,99
- Desa Banyuurip 19,14
- Desa Sambongpayak 16,98
132,05 309,16
12 Kecamatan Sedan
Desa Sedan 53,16 Desa Ngulahan 26,47
Desa Karangasem 81,66 Desa Pacing 58,57
Desa Sidorejo 92,76 Desa Gesikan 16,00
Desa Karas 68,01 Desa Sambiroto 33,14
Desa Mojosari 48,10 Desa Sidomulyo 54,93
- Desa Kedungingin 26,86
- Desa Gandrirejo 45,15
- Desa Candimulyo 45,67
- Desa Lemahputih 13,37
- Desa Kumbo 39,45
- Desa Dadapan 49,18
- Desa Sambong 53,15
- Desa Bogorejo 50,60
- Desa Kenongo 18,68
- Desa Jambeyan 18,81
- Desa Menoro 43,01
343,69 593,05
13 Kecamatan Sale
Ds Sale 35,54 Desa Tahunan 61,71
Ds Wonokerto 38,65 Desa Ngajaran 38,39
- Desa Mrayun 56,08
- Desa Bancang 22,95
- Desa Joho 28,35
- Desa Jinanten 53,89
- Desa Gading 40,72
- Desa Sumbermulyo 22,20
- Desa Tengger 24,84
- Desa Bitingan 17,48
- Desa Pakis 37,19
- Desa Ukir 12,81
- Desa Rendeng 25,01
74,20 441,61
14 Kecamatan Sarang
Desa Sarang Meduro 10,20 Desa Lodan Kulon 24,52
Desa Sendangmulyo 15,50 Desa Lodan Wetan 23,61
Desa Kalipang 76,49 Desa Bonjor 28,65
Desa Temperak 23,55 Desa Tawangrejo 53,65
Desa Bajingjowo 11,98 Desa Sampung 29,27
Desa Bajingmeduro 5,20 Desa Baturno 24,09
Desa Karangmangu 19,65 Desa Babaktulung 63,75
- Desa Nglojo 29,62
- Desa Jambangan 28,89
- Desa Pelang 44,83
- Desa Gilis 73,56
- Desa Gunungmulyo 80,40
- Desa Gonggang 17,98
- Desa Sumbermulyo 39,66

5
NO PERMUKIMAN PERKOTAAN LUAS (Ha) PERMUKIMAN PERDESAAN
ERDESAAN LUAS (Ha)

- Desa Dadapmulyo 39,77


- Desa Banowan 15,64
162,57 617,88
TOTAL PERMUKIMAN TOTAL PERMUKIMAN
3.214,73 6.090,80
PERKOTAAN PERDESAAN

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALI
SALIM

6
LampiranVIII.
Perda RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Nomor : 14 Tahun 2011
Tanggal : 25 Agustus 2011

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

JENIS KAWASAN
NO. KAWASAN KRITERIA STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK)
STRATEGIS PROVINSI (KSP)
1. Kawasan strategis 1. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; a. Kawasan Koridor Perbatasan Blora a. Kawasan Bahari Terpadu (KBT)
dari sudut 2. memiliki sektor unggulan yang dapat – Tuban – Rembang- Bojonegoro Merupakan perwujudan pengembangan kawasan yang berupaya mengelola
kepentingan menggerakkan pertumbuhan ekonomi (RATUBANGNEGORO) kawasan pesisir secara terpadu beberapa sektor potensi yaitu pengembangan
pertumbuhan nasional dan daerah; Merupakan kawasan yang penting sektor perikanan kelautan, sektor industri pengolahan perikanan,
ekonomi 3. memiliki potensi ekspor; dalam bidang sumberdaya pengembangan pariwisata bahari dan penataan permukiman. KBT terletak di
4. didukung jaringan prasarana dan fasilitas perminyakan, industri pertambangan, Desa Tasikagung Kecamatan Rembang.
penunjang kegiatan ekonomi; bahari, dan sebagainya. Kawasan ini
5. memiliki kegiatan ekonomi yang meliputi Kabupaten Blora, Kabupaten b. Kawasan Bonang-Binangun-Sluke (BBS)
memanfaatkan teknologi tinggi; Tuban (Jawa Timur, Kabupaten Kawasan BBS terdiri dari kawasan BBS I dan kawasan BBS II merupakan
6. berfungsi untuk mempertahankan tingkat Rembang, dan Kabupaten perwujudan pengembangan kawasan secara terpadu beberapa sektor potensi
produksi pangan daerah dalam rangka Bojonegoro (Jawa Timur). yaitu pariwisata bahari, perikanan kelautan, cagar budaya dan pelestarian
mewujudkan ketahanan pangan nasional Pengembangan kawasan ini SDA yang meliputi wilayah Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan
dan daerah; didukung pengembangan prasarana Kragan dan Kecamatan Sarang.
7. berfungsi untuk mempertahankan tingkat dan sarana wilayah. • Pengembangan kawasan BBS I berupaya mewujudkan kawasan wisata
produksi sumber energi dalam rangka yang didukung kawasan cagar budaya, perikanan kelautan dan
mewujudkan ketahanan pangan pelestarian SDA. Lokasi meliputi Kecamatan Lasem dan Kecamatan
nasional; atau Sluke.
8. ditetapkan untuk mempercepat • Pengembangan kawasan BBS II berupaya mewujudkan kawasan sebagai
pertumbuhan kawasan tertinggal. simpul rest area bagi pengguna jalan Pantura dengan kawasan wisata
bahari dengan dukungan kegiatan penunjang lainnya seperti penginapan,
pusat jajan dan makanan, pelayanan kesehatan dan etalase produk
unggulan kerajinan lokal Kabupaten Rembang. Lokasi meliputi Kecamatan
Sarang dan Kecamatan Kragan.

1
JENIS KAWASAN
NO. KAWASAN KRITERIA STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK)
STRATEGIS PROVINSI (KSP)
c. Kawasan Pertanian Terpadu (KPT)
Merupakan perwujudan kawasan sentra produksi pertanian dalam satu
kawasan pengembangan pertanian terpadu mulai dari pengolahan lahan,
panen dan pengolahan pasca panen dan sampai dengan pemasaran hasil.
Pengembangan kawasan ini dilakukan secara bersama-sama secara
kelompok/klaster. Lokasi kawasan strategis pengembangan pertanian
terpadu ini adalah di Kecamatan Sulang.

d. Kawasan Agropolitan Rembang (KAR)


Merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai satu sistem produksi pertanian dan pengelolaan
sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis. Lokasi di Kecamatan Pamotan dan Kecamatan Sulang.

e. Kawasan Pelabuhan dan Sekitarnya (KPS)


Kondisi eksisting pelabuhan regional pengumpan yang berada di Desa
Tasikagung Kecamatan Rembang saat ini secara teknis, lingkungan, sosial
budaya dan keruangan tidak layak lagi untuk dikembangkan menjadi
pelabuhan umum dan kedepan direncanakan berubah fungsinya terpadu
dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara.
Sedangkan pengembangan pelabuhan umum Rembang telah dan sedang
dibangun di wilayah Kecamatan Sluke. Peluang pengembangan potensi
pembangunan umum Rembang tersebut adalah
q Mendorong pengembangan industri berbasis sumber daya alam, pertanian
dan perkebunan.
q Peluang penyediaan fasilitas pendukung dalam rangka pengembangan
industri minyak ‘Exxon Mobil’ Blok Cepu.
q BOR Pelabuhan Umum Semarang dan Tanjung Perak cukup tinggi
sehingga berpeluang besar menjadi alternatif pengembangan pelabuhan.
q Pengembangan pelabuhan terintegrasi dengan rencana pembangunan
kawasan industri.

2
JENIS KAWASAN
NO. KAWASAN KRITERIA STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK)
STRATEGIS PROVINSI (KSP)
Pengembangan pelabuhan umum Rembang di wilayah pantai Kecamatan
Sluke diproyeksikan akan menjadi pusat pertumbuhan baru terhadap wilayah
sekitar.

f. Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura (KTCJP)


Kawasan sepanjang koridor jalur pantura Kabupaten Rembang dengan
peruntukan sebagai kawasan budidaya. Adanya potensi dan daya tarik utama
atau magnet pertumbuhan di Kabupaten Rembang terletak di sepanjang
koridor ini. Guna mengantisipasi perkembangan yang sangat tinggi
diantaranya dengan telah dan sedang dilaksanakan pembangunan pelabuhan
baru, PLTU dan kawasan industri maka kawasan koridor ini akan digunakan
sebagai pusat kegiatan ekonomi.
Kawasan ini berada di koridor jalan Pantura Kabupaten Rembang meliputi
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem dan
Kecamatan Sluke.

g. Kawasan Kota Pantai Unggulan (seafront city)


Merupakan perwujudan pengelolaan kawasan pesisir menjadi kawasan kota
pantai unggulan melalui pengembangan pusat kegiatan dan jaringan
prasarana transportasi jalan dan transportasi laut dalam keterpaduan
pengembangan kawasan pariwisata, kawasan perikanan dan kawasan
industri Kabupaten Rembang. Kawasan ini meliputi wilayah pesisir Kecamatan
Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem dan Kecamatan Sluke.

h. Kawasan Minapolitan
Merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah
dengan pendekatan sistem dan manajemen kawasan integrasi, dengan
prinsip efisien, kualitas dan akselerasi. Kawasan Minapolitan adalah kawasan
ekonomi yang terdiri dari sentra - sentra produksi dan perdagangan
komoditas kelautan dan perikanan, jasa perumahan dan kegiatan terkait
lainnya. Minapolitan di Kabupaten Rembang di arahkan untuk kawasan
Minapolitan Garam.

3
JENIS KAWASAN
NO. KAWASAN KRITERIA STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK)
STRATEGIS PROVINSI (KSP)
h. PKLp Lasem
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Perkotaan Lasem sebagai pusat
pemerintahan Kecamatan Lasem, pusat permukiman, pusat pengembangan
perdagangan dan jasa, perikanan dan kelautan, perhubungan laut, pertanian
dan kehutanan, industri, pertambangan dan pariwisata. PKLp Lasem saat ini
telah menjadi simpul dan pusat pelayanan terhadap wilayah kecamatan
sekitarnya dan ke depan mempunyai peran strategis menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah utara bagian tengah Kabupaten Rembang.

i. PKLp Pamotan
PKLp Pamotan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pamotan, pusat
permukiman, pengembangan pertanian dan kehutanan, pertambangan, dan
industri pengolahan berbasis pertanian, dan pertambangan. PKLp Pamotan
saat ini telah menjadi simpul dan pusat pelayanan terhadap wilayah
kecamatan sekitarnya dan ke depan mempunyai peran strategis menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi wilayah tengah Kabupaten Rembang.

j. PKLp Kragan
PKPp Kragan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Kragan, pusat
permukiman, pengembangan perikanan dan kelautan, pertanian dan
kehutanan, industri dan pertambangan. PKLp Kragan saat ini telah menjadi
simpul dan pusat pelayanan terhadap wilayah kecamatan sekitarnya dan ke
depan mempunyai peran strategis menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah utara bagian timur Kabupaten Rembang.

2. Kawasan strategis 1. diperuntukan bagi kepentingan a. Kawasan Rembang


dari sudut pengembangan ilmu pengetahuan dan Merupakan kawasan yang memiliki
kepentingan teknologi berdasarkan lokasi sumber sumberdaya alam yang sangat
pendayagunaan daya alam strategis nasional, strategis (Rangkain dengan Minyak
sumberdaya alam pengembangan antariksa, serta tenaga Blok Cepu), potensi bahari, dan
dan/atau teknologi atom dan nuklir; sebagai lokasi pengembangan
tinggi. 2. memiliki sumber daya alam strategis tekhnologi tinggi (PLTU, dan

4
JENIS KAWASAN
NO. KAWASAN KRITERIA STRATEGIS KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN (KSK)
STRATEGIS PROVINSI (KSP)
nasional; sebagainya) yang sangat penting
3. berfungsi sebagai pusat pengendalian bagi kepentingan Provinsi dan
dan pengembangan antariksa; Nasional. Lokasi PLTU di wilayah
4. berfungsi sebagai pusat pengendalian Desa Leran dan Desa Trahan
tenaga atom dan nuklir; atau Kecamatan Sluke
5. berfungsi sebagai lokasi teknologi
logi tinggi
strategis.

3. Kawasan strategis 1. merupakan tempat perlindungan a. Kawasan Lindung Gunung Lasem (KLGL)
dari sudut keanekaragaman hayati; Merupakan kawasan pelestarian keanekaragaman hayati dan berfungsi
kepentingan 2. merupakan kawasan lindung yang sebagai daerah tangkapan air terletak di Kecamatan Lasem dan Kecamatan
fungsi dan daya ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, Pancur.
dukung flora dan/atau fauna yang hampir punah
lingkungan hidup. atau diperkirakan akan punah yangharus b. Kawasan Mangrove Pasarbanggi (KMP)
dilindungi dan/atau dilestarikan; Merupakan kawasan pusat pelestarian mangrove yang berfungsi memberi
3. memberikan perlindungan terhadap perlindungan pada perikehidupan pantai dan lautan
keseimbangan iklim makro; terletak di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang.
4. menuntut prioritas tinggi peningkatan
kualitas lingkungan hidup; atau
5. sangat menentukan dalam perubahan
rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

BUPATI REMBANG

H. MOCH. SALIM
SALI

Anda mungkin juga menyukai