Anda di halaman 1dari 19

WILAYAH &TATA RUANG

penisaptorini@gmail.com
DEFINISI WILAYAH/REGION
• Sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu
dengan daerah sekitarnya. (Bintarto)
• Suatu daerah geografi yang mempunyai luas terntentu tanpa atau
dengan adanya batas administratif. (Soefaat)
• Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan fungsional. (Ditjen Penataan Ruang Departemen
Pekerjaan Umum)
• Suatu daerah tertentu di permukaan bumi yang dapat dibedakan dengan
daerah tetangganya atas dasar kenampakan karakteristik atau property
yang menyatu. (E. G. R. Taylor)
UNSUR-UNSUR WILAYAH

• Bagian permukaan bumi yang mempunyai ciri dan luas tertentu.


• Dapat dibedakan dengan daerah lainnya.
• Mempunyai batas dan sistem tertentu.
• Dapat ditentukan berdasarkan aspek administratif dan fungsional.
KLASIFIKASI WILAYAH MENURUT HARTSHORNE (1952)

• Wilayah formal (uniform region/homogeneous region), merupakan


wilayah yang memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
tertentu, baik fisik maupun sosialnya.
• Wilayah fungsional (nodal region/heterogenous region/organic region),
merupakan wilayah yang menunjukkan adanya pusat/inti, serta daerah
penyangga/hinterland serta daerah pinggiran/periphery.
KLASIFIKASI WILAYAH MENURUT BINTARTO & SURASTOPO
• Wilayah seragam (uniform region), merupakan wilayah yang dibagi menurut
keseragaman atau kesamaan dalam hal tertentu. Contoh: wilayah pertanian,
permukiman, industry.
• Wilayah nodal (nodal region), merupakan wilayah yang dalam banyak hal diatur
oleh beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis lingkar.
Contoh: Pelabuhan Tanjung Priuk.
• Wilayah generic (generic region), merupakan wilayah yang didasarkan pada
jenisnya, bukan pada fungsinya. Contoh: wilayah iklim, vegetasi.
• Wilayah khusus (specific region), merupakan klasifikasi wilayah menurut
kekhususannya, merupakan daerah tunggal dan memiliki ciri geografi khusus.
Contoh: kawasan Asia Tenggara, Amerika Latin, dsb.
• Wilayah statistik (statistic region), merupakan wilayah yang menggunakan
metode statistik dalam hal analisisnya.
DASAR PERWILAYAHAN
• Perwilayahan secara Formal, didasarkan pada gejala atau objek yang ada di
tempat tersebut dengan kesamaan dan ciri-ciri yang relatif sama. Kriteria yang
digunakan antara lain: aspek fisik, iklim, dan ekonomi. Contoh: lahan pertanian,
Provinsi Jawa Barat, kawasan perkotaan.
• Perwilayahan secara Fungsional, didasarkan pada fungsi, asal-usul, serta
perkembangan suatu wilayah. Contoh: daerah resapan, kota satelit.
• Perwilayahan secara Geografis, didasarkan pada pembagian waktu, bentuk
dasar laut, wilayah pembangunan, dan struktur geologi. Contoh: (1) daerah
Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), WITA, WIT; (2) Wilayah Pembangunan A
berpusat di Medan, Wilayah Pembangunan B berpusat di DKI Jakarta, Wilayah
Pembangunan C berpusat di Surabaya, Wilayah Pembangunan D berpusat di
Makasar; (3) Dangkalan Sunda dan Sahul; (4) Sirkum Pasifik dan Mediterania.
PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN WILAYAH
• Pembangunan wilayah (regional development) merupakan studi yang
berfokus pada modal sosial dan kemanusiaan, inovasi, serta dinamika
keruangan-perubahan demografis sebagai komponen kunci untuk
mengetahui seberapa jauh ekonomi wilayah dipengaruhi. (Tony McCall,
2009: Institute for Regional Development, University of Tasmania)
• Studi yang mengarah pada proses pengendalian, inovasi, dan
pertumbuhan ekonomi yang secara fundamental mempunyai sifat
keruangan. (Casey J. Dawkins, 2005)
• Proses yang merupakan kelanjutan dari program pembangunan yang
diharapkan dapat menghasilkan suatu perubahan-perubahan sebagai
konsekuensinya. (Prof. Dr. Emil Salim, 1987)
TAHAPAN PEMBANGUNAN WILAYAH (Tony McCall, 2009)

Perbaikan kualitas infrastruktur.

Perbaikan pelayanan komunitas/masyarakat.

Peningkatan volume dan keragaman produksi.

Pengurangan pengangguran & pertumbuhan


kesempatan kerja.

Peningkatan kesejahteraan & perbaikan kualitas


hidup.
PEMBANGUNAN WILAYAH VS PENGEMBANGAN WILAYAH

Persamaan Perbedaan
• Mengarah ke analisis kewilayahan. • Pembangunan wilayah berorientasi pada
pembangunan faktor fisik dan sosial
• Meningkatkan kualitas keruangan dan
ekonomi untuk meningkatkan kualitas
kualitas hidup manusia.
hidup dengan memperhatikan factor
• Mengarah ke perbaikan infrastruktur keruangan di suatu wilayah; sedangkan
serta peningkatan volume dan keragaman pengembangan wilayah membagi
produksi. wilayah menjadi beberapa wilayah
• Mendorong pertumbuhan wilayah
pengembangan berdasarkan rencana tata
ruang dan potensi wilayahnya.
berdasarkan potensi wilayah dan
peningkatak kesempatan kerja.
PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH
(Dirjen Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002)

Sebagai pusat pertumbuhan (growth center), sehingga harus memperhatikan


sebaran/pengaruh (spread effect) yang ditimbulkan bagi daerah sekitarnya.

Memerlukan upaya kerja sama pengembangan antar daerah dan menjadi


syarat utama bagi keberhasilan pengembangan wilayahnya.

Pola pengembangan wilayah bersifat integrasi dari daerah-daerah yang


tercakup dalam kawasan melalui pendekatan kesetaraan.
TEORI PEMBANGUNAN WILAYAH
• Teori Basis Ekspor (Douglas C. North, 19560; membagi sektor produksi atau
jenis pekerjaan yang terdapat di dalam suatu wilayah atas pekerjaan basis
(dasar) dan pekerjaan non basis (service); faktor penentu pertumbuhan daerah
adalah keuntungan komparatif (keuntungan lokasi) yang dimilikinya.
• Teori Pertumbuhan Jalur Cepat/Turnpike (Samuelson, 1955); setiap wilayah
harus mengetahui komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan
dengan cepat; kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa
entrepreneurship warga masyarakat dalam melihat peluang dan mengambil
resiko untuk membuka lapangan kerja baru.
• Teori Pusat Pertumbuhan (Perroux, 1949); menunjukkan adanya hubungan
intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya
multiplier effect, adanya konsentrasi geografis, serta bersifat mendorong
pertumbuhan daerah penyangganya.
lanjutan
• Teori Neoklasik (Borst Stein: 1964, Roman: 1965; Siebert: 1969); Negara yang sedang
berkembang, pada saat awal pembangunan akan memiliki tingkat perbedaan
kemakmuran yang tinggi; mendasarkan analisisnya pada komponen fungsi produksi
yang dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, dan teknologi.
• Teori Model Irregional; merupakan perluasan Teori Basis Ekspor, dengan
menambahkan beberapa sumber perubahan pendapatan nasional (di luar ekspor)
antara lain: pengeluaran ekonomi regional (investasi dan pengeluaran pemerintah),
perubahan parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan
interregional/tingkat pajak marginal).
• Teori Lokasi (Von Thunen: 1854); petani yang jauh dari pusat kota/pasar akan
menempuh jarak cukup jauh untuk menjual hasil panen (hal ini menunjukkan mahalnya
kota sebagai pasar); harga sewa lahan pertanian beragam, tergantung pada tata guna
lahannya (yang berada di pusat kota akan lebih mahal dibandingkan yang ada di
pinggiran).
• Teori Lokasi Industri (Alfred Weber: 1909);penentuan lokasi industri didasarkan pada
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan bahan mentah.
KONSEP PEMBANGUNAN WILAYAH (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2006)

Berbasis
Karakter
Sumber Berbasis
Berdasarkan
Daya Penataan Terpadu
Klaster
Ruang
1. PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SUMBER DAYA

• Pengembangan wilayah berbasis input, namun surplus sumberdaya manusia.


• Pengembangan wilayah berbasis input, namun surplus sumberdaya alam.
• Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya modal dan manajemen.
• Pengembangan wilayah berbasis seni budaya dan keindahan alam.
• Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya unggulan.
• Pengembangan wilayah berbasis efisiensi.
• Pengembangan wilayah berbasis pelaku pelaku pembangunan (usaha kecil
menengah/rumah tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan, koperasi, dan
pemerintah).
2. PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS PENATAAN RUANG

Pendekatan
Pusat Pertumbuhan

Pendekatan Integrasi Fungsional

Pendekatan Desentralisasi
Pendekatan Pusat Pertumbuhan
• Peranan pusat/kutub pertumbuhan dalam pengembangan wilayah adalah
sebagai penggerak utama (lokomotif) pertumbuhan, yang akan menyebarkan
efek ke daerah di sekitarnya (trickling down effect).
• Penerapannya di Indonesia, misalnya melalui pengembangan Kawasan
Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET), Kawasan Andalan, Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK), dan pembagian Wilayah Pembangunan Indonesia.
• KAPET dan KEK merupakan pelaksanaan dari Teori Polarisasi Pertumbuhan dan
Teori Polarisasi Ekonomi, dengan tujuan untuk menarik investasi dan sebagai
penggerak perekonomian wilayah-wilayah yang belum berkembang/pinggiran.
• Berdasarkan Teori Christaller dan Perroux, maka pusat pertumbuhan di
Indonesia dibagi menjadi empat kawasan Wilayah Pembangunan Utama: A
(pusatnya di Medan), B (pusatnya di Jakarta), C (pusatnya di Surabaya), D
(pusatnya di Makasar).
Pendekatan Integrasi Fungsional & Desentralisasi
• Pendekatan Integrasi Fungsional merupakan alternative pendekatan yang
mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan karena adanya prinsip saling
melengkapi/komplementer. Misalnya, pembangunan pabrik pupuk pada pusat
pertumbuhan akan mendorong peningkatan pertanian bagi daerah di
sekitarnya.
• Pendekatan Desentralisasi bertujuan mencegah terjadinya aliran ke luar dari
sumberdaya modal dan sumberdaya manusia; sehingga pembangunan di
pedesaan diharapkan dapat mencegah tenaga kerja terampil masuk ke wilayah
kota/pusat pertumbuhan. Selain itu, untuk mencegah backwash effect (daerah
kurang maju) diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengendalikan
urbanisasi, mencegah keluarnya modal, pembangunan daerah pinggiran, serta
program pembangunan pedesaan.
3. PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU
• Perlunya kerja sama antar sector untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menanggulangi kemiskinan di daerah-daerah tertinggal.
• Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) mencatat sekitar
199 daerah tertinggal di Indonesia (data tahun 2004) dengan
menggunakan indikator berupa perekonomian masyarakat, sumberdaya
manusia, kemampuan finansial, aksesibilitas, dan karakteristik
geografis.
• Ketertinggalan suatu daerah dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: kondisi geografis, kondisi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, sarana prasarana, bencana dan konflik sosial, serta kebijakan.
4. PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS KLASTER

• Klaster diartikan sebagai konsentrasi dari suatu usaha/bisnis atau pun


unit-unit dan lembaga-lembaga yang bersaing, bekerja sama, saling
tergantung satu sama lain, terkonsentrasi dalam suatu wilayah tertentu
dengan aspek keunggulan tertentu. Contoh: sentra industri batik di
Pekalongan.
• Tindakan untuk mengembangkan klaster, antara lain: memahami
kondisi dan standar ekonomi kawasan, menjalin kerjasama, mengelola
dan meningkatkan pelayanan, mengembangkan tenaga ahli,
mendorong inovasi dan kewirausahaan, mengembangkan pemasaran
dan memberi label bagi kawasan.

Anda mungkin juga menyukai