Anda di halaman 1dari 28

SMA PGRI 1 AMLAPURA

Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA

BAHAN AJAR
PEMANFAATAN PETA, PENGINDERAAN
JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

A. Unsur-Unsur Interpretasi Citra


Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi
yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu
obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat
pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil
kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.

Gambar 1: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)


Sumber: geografi lingkungan - blogger

Gambar 2: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)


Sumber: Blog Guru Geografi MAN Wonosari - WordPress.com

Gambar 3: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)

Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh


1
dan Sistem Informasi
Geografis
SMA PGRI 1 AMLAPURA

Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA

Sumber: Materi Geografi - blogger

Gambar 4: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik hitam putih)
Sumber: geografi lingkungan - blogger

Gambar 5: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Otokromatik)


Sumber: Blog Guru Geografi MAN Wonosari - WordPress.com

Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang


digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk
mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah
ini :

Gambar 6: Unsur-unsur Interpretasi Citra


Sumber:

Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh


2
dan Sistem Informasi
Geografis
SMA PGRI 1 AMLAPURA

Bahan Ajar Geografi Kelas XII SMA

https://skepticalinquirer.wordpress.com

Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh


3
dan Sistem Informasi
Geografis
Unsur Interpretasi Citra, sebagai berikut:
1. Rona
Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada
citra. Rona pada foto udara pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang
berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut dengan sinar
putih. Rona merupakan tingkatan dari putih ke hitam atau selanjutnya. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi rona pada citra, yaitu:
a. Karakteristik obyek
Karakterisitik obyek yang mempengaruhi rona antara lain :
1) Warna obyek yang gelap cenderung menghasilkan rona yang gelap
2) Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada citra karena
sinar yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi pantulan
sinarnya.
3) Obyek yang basah/lembab cenderung menghasilakn rona gelap
4) Pantulan obyek, misalnya perairan akan menghasilkan rona yang gelap.
Sedangkan perbukitan kapur akan menghasilkan rona yang terang
b. Cuaca
Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki
rona yang terang/gelap. Jika kondisi udara di atmosfer sangat lembab dan
berkabut akan menyebabkan rona pada citra cenderung gelap
c. Letak Obyek dan waktu pemotretan
Letak obyek berkaitan dengan lintang dan bujur. Letak lintang
menentukan besarnya sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan juga
mempengaruhi sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan pada siang
hari cenderung akan menghasilkan rona yang lebih terang dibandingkan
dengan pemotretan pada sore/pagi hari.

2. Warna
Warna adalah ujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit,
lebih sempit dari spektrum tampak. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan
tingkat kegelapan dalam wujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan
yang lebih beraneka. Contoh penggunaan unsur warna dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 8: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)


Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
3. Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka
suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari
adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api
dari bentuknya yang cembung. Sekolahan berbentuk I, L, U, atau kotak.
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau
kerangka obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak
obyek-obyek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi
citra melalui unsur bentuk saja. Ada dua istilah mengenai bentuk, yaitu :
a. Shape (bentuk umum/luar)
Merupakan bentuk secara umum atau dapat dikatakan “bentuk
sekilas” dari suatu obyek. Bentuk umum melihat ciri khas suatu obyek
secara umum, misal : Gunung dengan type strato berbentuk kerucut jika
foto udara yang digunakan berskala kecil.
b. Form (bentuk rinci)
Form merupakan bentuk yang bersifat lebih rinci, maksudnya
dalam bentuk umum suatu obyek masih ada bentuknya yang terlihat lebih
rinci, misal: Jika gunung berapi dengan tipe strato diamati dengan
menggunakan foto udara yang berskala lebih besar maka kelihatan bahwa
sebenarnya bentuknya tidak mutlak kerucut, tetapi masih ada bentuk-
bentuk lain yang lebih rinci. Contoh bentuk rinci :
1) pada lereng gunung tersebut terdapat aliran sungai yang memanjang
menuruni lereng.
2) terdapat patahan-patahan sehingga membentuk puncak-puncak kecil,
jurang dan lembah.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci keduanya merupakan unsur


interpretasi yang penting. Banyak bentuk yang mempunyai ciri khas sehingga
mempermudah pengenalan obyeknya pada citra. Contoh-contoh obyek yang dapat
dikenali menurut bentuknya misalnya:

Gambar 9: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)


Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
1) Gedung sekolah pada umumnya memiliki bentuk seperti huruf I, L, U
dan persegi panjang atau kotak.
2) Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon kerucut
berbentuk kerucut dan tajuk pohohn bambu seperti buu-bulu.
3) Bekas Meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai dataran
rendah yang berbentuk tapal kuda dan kadang berisi air yang menjadi
danau tapal kuda (danau oxbow).
4) Lapangan sepakbola yang memiliki lintasan lari berbentuk elips,
sedangkan yang tidak memiliki lintasan lari akan berbentuk persegi
panjang.
5) Masjid dapat dikenali dari bentuknya yang relatif persegi atau bentuk
khas pada kubahnya.

4. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi
lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam
memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya..
Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m – 100 m). Ukuran adalah atribut obyek
yang meliputi jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng.
Beberapa obyek yang dapat dikenali dari ukuran-ukuran yang berbeda
misalnya :

Gambar 10: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
a. Ukuran bangunan untuk pemukiman memiliki ukuran yang berbeda dengan
ukuran bangunan sekolah, perkantoran dan pabrik. Permukiman pendudukan
memiliki ukuran yang lebih kecil dari bangunan sekolah dan perkantoran.
b. Nilai kayu selain ditentukan menurut jenis kayunya juga dapat volumenya.
Volume kayu dapat ditaksir dari ketinggian pohon, diameter batang pohon,
luas hutan serta kepadatan pohonnya.
c. Lapangan olahraga selain berbentuk segi empat juga dapat dibedakan dari
ukurannya. Misalnya :
1) Lapangan sepakbola memiliki ukuran yang luas, sekitar 100 m X 80 m
2) Lapangan tenis memiliki ukuran kecil, sekitar 15 m X 30 m

5. Tekstur
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan
dengan: kasar, halus, dan sedang.Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Tekstur adalah frekwensi
perubahan rona pada citra, atau pengulangan rona kelompok obyek yang
terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. Tekstur sedang
dinyatakan dengan kasar, belang-belang, sedang dan halus.

Gambar 11: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Suatu obyek dalam foto udara memiliki perbedaan tekstur dapat dilihat dari :
a. Permukaan buminya tidak rata atau tidak
b. Keadaaan dan keberadaan obyek lain di atas permukaan bumi misal
pepohonan, perairan, permukiman dll.
Beberapa contoh pengenalan obyek berdasarkan teksturnya adalah :
a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertektur halus.
b. Lahan kosong bertekstur halus, lahan tebu bertekstur sedang, kumpulan
pepohonan bertekstur kasar.
c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus, sedikit beriak bertekstur sedang,
berombak besar bertekstur kasar.
6. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran
sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan.
Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah
dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa,
kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya
yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek yang. Tingkat kerumitan
pola lebih tinggi dari pada tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur. Pola atau
susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan
manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Beberapa contoh obyek dipermukaan bumi yang dapat dikenali dengan
menggunakan unsur pola misalnya :
a. Pola Aliran Sungai
Beberapa contoh pola aliran sungai yang dapat kita amati misalnya :
1) Aliran sungai konsekuen, adalah sungai yang memeiliki arah aliran yang
sesuai dengan kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.

Gambar 12: Citra foto pola aliran sungai konsekuen hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

2) Aliran sungai radial sentrifugal


Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya
meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah vulkan
atau puncak yang berbentuk kerucut
Gambar 13: Citra foto pola aliran sungai radial sentrifugal hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Pola Aliran Radial Sentrifugal: arah aliran menjauhi/meninggalkan titik pusat.


3) Aliran sungai radial sentripetal
Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju
ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah ledokan/basin
atau aliran sungai yang masuk ke danau.

Gambar 14: Citra foto pola aliran sungai radial sentripetal hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.


b. Permukiman
Perumahan rakyat yang disediakan khusus oleh suatu proyek baik
pemerintah atau swasta memiliki pola yang teratur, biasanya memiliki jarak dan
ukuran seragam. Sedangkan rumah yang di bangun oleh penduduk cenderung
memiliki pola tidak beraturan, dengan bentuk dan jarak yang tidak seragam.
Gambar 15: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Perumahan Teratur, ukuran dan jarak antar rumah cenderung sama jika
dibandingkan dengan perumahan di atasnya.
c. Pola tanam pada tanaman di lahan perkebunan
Kebun kelapa, kebun karet, kebun kopi, kebun kelapa sawit dapat dibedakan
dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola dan
jarak tanamannya.

Gambar16: Citra foto pola tanam kelapa sawit hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Perkebunan kelapa sawit terlihat teratur pada pola tanam dan jarak antar
tanamannya.

7. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi
lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,
begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan.
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah
gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan biasanya hanya tampak
samar-samar atau bahkan tidak tampak sama sekali. Meskipun bayangan
membatasi gambaran penuh suatu obyek pada foto udara, kadang justru menjadi
kunci penting dalam interpretasi terutama untuk mengenali suatu obyek yang
justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Beberapa contoh
obyek yang dapat dikenali dari bayangannya misalnya :

a. Jalan layang
Jalan layang dapat dikenali dari posisinya yang lebih tinggi dari jalan lain
disekitarnya sehingga pancaran sinar matahari akan menghasilkan bayangan jalan
layang tersebut.

Gambar17: Citra foto jalan hasil pengindraan jauh


Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Jembatan layang jelas terlihat dari bayangannya.

b. Jembatan
Jembatan dapat dikenali dari bayangannya yang memotong sebuah sungai.

Gambar18: Citra foto jembatan hasil pengindraan jauh


Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Bayangan jembatan terlihat pada aliran sungai di bawahnya


1) Tembok stadion dan gawang terlihat lebih tampak dari bayangannya.
2) Cerobong asap, tangki minyak dan bak air. Cerobong asap, tangki minyak dan
bak air yang dipasang pada sebuah pabrik terlihat lebih tinggi dari
bayangannya.
3) Menara. Menara suatu bangunan terlihat jelas dari bayangannya
Gambar19: Citra foto hasil pengindraan jauh
Sumber:
https://skepticalinquirer.wordpress.com

Monumen Nasional (Monas) terlihat lebih jelas pada foto udara karena ada
bayangannya yang tampak.

Gambar 20: Citra foto hasil pengindraan jauh


Sumber:
https://skepticalinquirer.wordpress.com
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Bayangan yang terbentuk pada suatu obyek sangat dipengaruhi oleh arah
datang sinar matahari dan letak lintang. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi
hari, bayangan obyek akan terletak di sebelah barat.

Gambar 21: Arah datang sinar matahari


Sumber:
https://skepticalinquirer.wordpress.com
Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan obyek akan terletak di
sebelah timur.

Gambar 22: Posisi bayangan obyek berdasarkan sudut dating sinar matahari
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Posisi bayangan obyek pada foto udara yang dipotret pada sore hari dan bulan-
bulan tertentu di Equator.
1) Gerak semu matahari juga akan menyebabkan letak bayangan berbeda
meskipun sama-sama dipotret pada pagi atau sore hari. Gerak semu
matahari menyebabkan matahari seolah-olah mengalami perpindahan
letaknya di garis paralel bumi pada bulan-bulan tertentu.
2) Bayangan dapat digunakan untuk menentukan orientasi/arah mata angin
pada foto udara.

8. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul
alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah
dataran rendah, dan sebagainya. Situs adalah tempat kedudukan suatu obyek
dengan obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara
langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.
Situs dapat diartikan sebagai berikut :
a. Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonet,
1975). Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situasi atau situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu obyek
terhadap obyek lain di sekitarnya. Misal pengaruh letak iklim terhadap
interpretasi citra untuk geomorfologi.
b. Letak suatu obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonet, 1975), seperti
misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering dan di
sepanjang tepi sungai. Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situs
topografi, yaitu letak suatu obyek dengan obyek lain di sekitarnya.
Gambar 23: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh
Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
1) Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan.
2) Pola permukiman memanjang sejajar dengan garis pantai.
3) Pola permukiman memanjang sejajar dengan sungai.
4) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma, bila
tumbuhnya menggerombol dan berada di daerah air payau maka mungkin
sekali pohon nipah.

9. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu (bercabang), bandara berasosiasi dengan bandara.
Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain.
Karena adanya keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu obyek sering
merupakan petunjuk bagi obyek lain. Keterkaitan suatu obyek dengan obyek
lain dapat dimaksudkan sebagai berikut :
a. Sebuah obyek A dapat dikenali karena adanya obyek B yang mempunyai
kaitan/hubungan dengan obyek A.
b. Dengan kata lain obyek B merupakan petunjuk bagi obyek A.
c. Obyek B dapat merupakan bagian dari obyek A, atau merupakan ciri-ciri
khusus obyek A.
d. Obyek B belum tentu ciri-ciri khusus obyek A, tetapi sangat berhubungan
dengan obyek A.
Beberapa contoh obyek dalam citra yang dapat dikenali melalui interpretasi
mengggunakan unsur asosiasi misalnya :
a. Lapangan Sepak bola
Sebuah obyek dikenali sebagai lapangan sepakbola jika lapangan
tersebut memiliki gawang pada dua sisi lapangannya. Obyek gawang dapat
dikatakan sebagai ciri-ciri khas dari lapangan sepakbola.

Gambar 24: Citra foto lapangan sepak bola hasil pengindraan


jauh Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com
Lapangan Sepakbola berasosiasi dengan gawang yang ada di dua sisi
lapangan.
b. Stasiun Kereta Api
1) Sebuah bangunan dengan bentuk memanjang dikenali sebagai stasiun
kereta api jika pada sekitar bangunan tersebut terdapat rel kereta api
lebih dari satu jalur. Rel bukan merupakan ciri-ciri bangunan stasiun
tetapi sangat berhubungan dengan keberadaan stasiun.
2) Selain jumlah rel, bangunan stasiun kereta api dapat juga di asosiasikan
dengan adanya gerbong-gerbong yang diparkir karena belum/tidak
beroperasi.

Gambar 25: Citra foto hasil pengindraan jauh


Sumber:
https://skepticalinquirer.wordpress.com
B. Alat dan metode Interpretasi Citra Foto Udara

1. Alat Pengamat
a. Stereoskopik
b. Non Stereoskopik

2. Alat Pengukur Objek


a) Alat Pengukur Arah
Arah dinyatakan dengan bearing atau dengan asimut. Beraing
diukur dari utara atau dari selatan sebagai pangkal, dengan arah jarum
jam atau sebaliknya. Besarnya berkisar dari 00 hingga 900. Contoh: U 400
berarti arahnya 400 dari utara, ke arah barat. Asimut dihitung searah
jarum jam, utara sebagai pangkalnya. Alat yang digunakan untuk
mengukur arah ialah busur derajad. Baik dengan bearing ataupun asimut,
pengukuran arah pada foto dilakukan dari salah satu arah sebagai
pangkalnya atau sebagai arah 00 nya. Menurut Paine, 1981 (dalam
Sutanto, 1986:187) Arah pangkal ditentukan di medan dengan tiga cara,
yaitu:
1) Arah kompas
2) Arah utara peta
3) Arah suatu perujudan yang telah diketahui

b) Alat Pengukur Jarak


Estes dan Simonet (1975) dalam Sutanto (1986), ada dua jenis alat
pengukur jarak pada foto, yaitu:
1) Alat pengukur jarak yang tanpa pembesaran
Dibedakan atas pengukur jarak sederhana (penggaris) dan alat
pengukur teliti (metal microruler).
2) Alat pengukur jarak dengan pembesaran
Berupa lensa pembesar sederhana yang diberi skala mikromeer di
dalamnya. Pembesarannya berkisar antara 4 – 10 kali.

c) Alat Pengukur Luas


Dibedakan atas tiga kategori, yaitu:
1) Alat sederhana
Dalam kategori ini terdapat tiga alat sederhana berupa lembaran
tembus cahaya, yang dibedakan berdasarkan cara pengukurannya,
yaitu:
a) Metode Strip
Alat yang digunakan berupa lembaran tembus cahaya yang
ditarik garis-garis sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran
tembus cahaya tersebut diletakkan pada obyek yang diukur
luasnya, kemudian ditarik garis-garis tegak lurus pada batas
obyek sehingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian
yang ditambahkan. Garis-garis ini disebut “give and take lines”.
b) Metode Bujursangkar
Dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter yang tembus
cahaya. Kertas milimeter ini diletakkan di atas obyek yang
diukur luasnya.
c) Metode Jaringan Titik
Disebut juga dot grid methode, yang merupakan pengembangan
lebih lanjut dari metode bujursangkar. Alat pengukurnya berupa
lembaran tembus cahaya yang diberi jaringan titik
denganmasing-masing jarak yang sama. Titik-titik itu serupa
dengan titik yang dibuat pada tengah-tengah tiap bujursangkar
yang kemudian garis bujursangkarnya dihapus. Pada metode ini,
kita hanya menghitung berapa titik yang masuk dalam batas
obyek yag diukur luasnya.
2) Alat mekanik
Alat mekanik pengukur luas yaitu planimeter, yang dilengkapi
dengan batang yang dapat digerakkan ke segala arah dengan
menggunakan roda. Alat ini menghitung luas obyek bila rodanya
digerakkan searah jarum jam sepanjang garis batas obyek yang
diukur luasnya.
3) Alat elektronik
Alat elektronik pengukur luas yaitu electronic digitizer. Untuk
ketelitian pengukuran luas ini bertingkat sesuai alat pengukurnya
mulai dari alat pengukur sederhana, mekani, dan elektronik.

d) Alat Pengukur Tinggi


Dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Alat Sederhana
Dengan alat sederhana, tinggi obyek dapat diukur dengan dua cara,
yaitu:
a) Pergeseran letak topografik
b) Panjang bayangan.

2) Alat Pengukur Paralaks


Paralaks stereoskopik ialah perubahan kedudukan gambaran titik
pada foto udara yang bertampalan sehubungan dengan perubahan
kedudukan kamera. Paralaks ini juga disebut paralaks absolut atau
paralaks total. Alat pengukur paralaks ada tiga macam, yaitu:
a) Mistar
Pengukuran paralaks dengan mistar hasilnya kurang teliti,tetapi
alatnya sedrehana dan murah.pengukurannya dapat dilakukan di
luar pengamatan stereoskopik.
b) Paralaks tangga
Berupa lembaran transparan yang diberi skala, digunakan untuk
mengukur paralaks dengan menggunakan stereskop saku. Hasil
pengukuran paralaks tangga tidak seteliti hasil pengukuran
dengan paralaks meter.
c) Paralaks batang
Paralaks batang terdiri dari sebuah batang. Di kedua ujung
batang ini dipasang kaca, dan pada setiap kaca terdapat tanda
berupa titik, silang, atau lingkaran kecil yang disebut tanda
apung (floating marks).

e) Alat Pengukur Lereng


Lereng dapat diukur dengan hasil teliti yaitu dengan
menggunakan paralaks, dan dengan hasil yang ketelitiannya lebih
rendah tetapi pelaksanaannya cepat yaitu dengan alat pengukur lereng
buatan ITC.
1) Paralaks
Hasil pengukuran lereng menggunakan paralaks akan
menghasilkan ketelitian tinggi. Dalam hal ini dapat digunakan
paralaks tangga maupun paralaks batang untuk pengukuran tinggi.
2) Pengukur Lereng Buatan ITC
Jika tidak diperlukan ketelitian tinggi, pengukuran lereng dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yaitu alat pengukur
lereng (slope meter) buatan ITC.pengukurannya dilakukan dengan
pengamatan stereoskopik. Satu bidang pada alat ini dapat
digerakkan sehingga lerengnya tampak sama dengan lereng yang
diukur. Bila angka yang terbaca dikalikan dengan konstante, maka
akan diperoleh besarnya kemiringan lereng yang dicari.

3. Alat Pemindah Data Hasil Interpretasi Citra


Baik interpretasi citra secara stereoskopik maupun non
stereoskopik, hasi interpretasinya digambarkan pada lembaran tembus
cahaya. Ukuran lembaran tembus cahaya ini sebesar ukuran citra bagi
interpretasi non stereoskopik, dan sebesar daerah pertampalan atau sebesar
daerah efektif bagi interpretasi stereoskopik. Untuk maksud ini maka hasil
interpretasi citra yang tergambar kecil-kecil dalam jumlah banyak itu harus
dipindahkan ke peta dasar. Pemindahannya memerlukan alat pemindah
data. Pemindahannya dilakukan ke peta dasar yang geometrinya teliti.
Karena peta menggambarkan obyek seperti tampaknya bila dilihat dari
atas, sedang foto udara menggambarkan obyek secara sentris seperti
seperti tampaknya bila dilihat dari kamera atau sensor lainnya, letak obyek
pada foto atau citra tidak sama dengan letaknya pada peta. Oleh karena itu
dalam pemindahan data hasil interpretasi citra ke peta dasar sambil
dilakukan koreksi.
a) Alat Pemindah Data Planimetrik
Alat pemindah data ini dibedakan atas dua jenis yaitu:
1) Jenis kamera lusida
Pada alat ini mata kita mengamati dua gambaran tumpang tindih,
yaitu data interpretasi citra dan peta dasar yang menyajikan
gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan titik-
titik untuk menentukan letak obyek yang benar.
Jenis kamera lusida ada empat yaitu: (a) sketsmaster, alat ini
menggunakan cermin semi transparan pada bagian pengamatan
dan sebuah cermin diatas foto udara. (b) aero-sketchmaster,
menggunakan prisma ganda pada bagian pengamatan dengan
permukaan yang memantulkan dan mentransmisikan sinar secara
penuh. (c) rectoplanigraph, alat ini menggunakan prisma ganda
dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna dan
mentransmisikan seperdua sinar yang mengenalinya. (d) zoom
transfer scope, terdapat keunggulan seperti pembesaran dengan
zoom atau pergantian lensa, dapat digunakan dengan citra cetakan
maupun transparensi.
2) Proyektor optik, alat memantulkan gambaran pada foto ke peta.
Pemantulannya dapat diarahkan kebawah yaitu kepeta yang
diletakkan dimeja atau pada bagian belakang permukaan kaca
buram. Proyektor optic digunakan untuk memindahkan data dari
foto udara vertikal.

b. Alat pemindah data stereoskopik


Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu:
1) Dapat dihilangkannya pergeseran letak oleh tilt dan topografi
2) Tidak selalu diperlukan delineasi stereoskopik sebelum
pemindahan datanya (paine, 1981).

4. Alat Analisi Digital


Ada empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis data
digital data pengindraan jauh dengan menggunkan computer, yaitu
a) Ketersediaan data pengindraan jauh yang nilai spektralnya dinyatakan
di dalam bentuk digit terutama data multispectral
b) Teknologi komputer yang canggih
c) Algoritma yang dapat diterapkan bagi pengindraan jauh
d) Metodologi atau strategi untuk analisis (Maurel, 1985)

C. Langkah-Langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh


Interprestasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra
dengan maksud mengidentifikasi dan menilai arti penting sebuah objek. Jadi
dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui terapan kegiatan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh secara viual


Adapun langkah-langkah interpretasi citra :

Gambar 26. analisis data secara digital


a. Pengenalan objek melalui proses deteksi
Pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau
tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan
gejala disekitar kita dengan menggunakan alat pengindra (sensor). Untuk
mendeteksi benda dan gejala disekitar kita, pengidraannya tidak
dilakukan secara langsung atas benda, tetapi dengan mengkaji hasil
rekaman foto udara atau satelit

b. Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar
pada citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor, yaitu sebagai berikut.
1) Ciri spektoral yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna
2) Ciri Spasial yaitu ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi
bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasit
3) Temporal yaitu ciri yang terkait dengan umur benda atausaat
perekaman
c. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antarobjek dengan cara
menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa
klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnta dapat ditarik
kesimpulan penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan
oleh seorang yang sangat ahli pada bilang tersebut karena hasilnya
sangat bergantung pada kemampuan penafsir citra
d. Deduksi
Merupakan kegiatan pemprosesan citra berdasarkan objek yang
terdapat pada citra ke arah yang lebih khusus
e. Klasifikasi
Meliputi deskripsi dan pembatasan atau deliniasi dari objek yang
terdapat pada citra
f. Idealisasi
Pengkajian data hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap
pakai

Urutan dalam kegiatan interpretasi citra adalah sebagai berikut:


a. Menguraikan objek yang rona atau warnanya berbeda. Selanjutnya
ditarik garis batas atau delineasi bagi objek yang rona dan warna yang
sama
b. Setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik
spasial atau unsur temporal
c. Objek yang telah dikenal jenisnya kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan tujuan interpretasi dan digambarkan ke dalam peta kerja atau
peta sementara
d. Pekerjaan medan atau lapangan dilakukan untuk menjaga ketelitian
dan kebenaran
e. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilanjutkan dengan interpretasi
akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan atau objek
yang dapat dipergunakan sesuai tujuan
f. Untuk ketelitian murni, kajian diarahkan pada penyusunan teori,
sementara pengindraan jauh digunakan untuk analisis. Adapun untuk
penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk
analisis dalam bidang tertentu, seperti geografi, oveanografi, dan
lingkungan hidup
g. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian
yang sangat penting karena tanpa pengenalan identitas dan jenis,
objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis
h. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan
karakteristik citra atau unsur interpretasi citra
2. Langkah-langkah Interpretasi Citra Penginderaan Jauh secara
manual
Interpretasi data pengindraan jauh yang mendasarkan pada pengenalan
ciri atau karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat
dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola,
bayangan, rona atau warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti.

Gambar 27. Tahapan analisis data secara manual

a. Bentuk
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek. Contoh:
rumah mukim dari foto udara dikenali dengan bentuk persegi panjang atau
kumpulan beberapa persegi panjang. Gedung sekolah biasanya ditandai
dengan bentuk leter L atau U.
b. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk
membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan setapak,
digunakan ukuran.
c. Pola
Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan
ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh-
tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola, juga berfungsi
untuk mengenali berbagai bentuk pola aliran sungai
d. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang berlawanan,
yaitu a) Bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek
yang dapat membantu dalam interpretasi, dan b) Objek yang tertutup
bayangan, memantulkan sinar sedikit menyebabkan objek sulit dikenali.
Contoh: gedung bertingkat pada foto udara tampak mempunyai bayangan
sehingga dapat diketahui bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi,
tetapi daerah yang tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali
e. Rona atau warna
Objek yang berbeda mempunyai sifat pemantulan cahaya yang berbeda.
Contoh yang jelas yaitu objek sawah. Antara sawah yang tergenang air
dan sawah yang siap panen, rona pada citra atau foto berbeda. Rona
adalah tingkat kegelapan dan kecerahan objek dalam format hitam putih.
Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh karakteristik objek dan kondisi
objek waktu perekaman, jenis sensor, cuaca, letak objek, bahan film yang
digunakan, serta waktu pemotretan. Objek yang mempunyai karakter
banyak menyerap sinar dan sedikit memantulkan, maka objek tersebut
akan berona gelap. Sebaliknya, jika objek banyak memancarkan maupun
memantulkan sinar kembali, rona objek cerah. Objek yang tertutup oleh
bayangan akan sulit diinterpretasi. Cuaca berawan akan memengaruhi
kualitas keluaran data penginderaan jauh terutama citra.
f. Tekstur
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh tekstur
rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak jelas
perbedaannya. Tekstur kawasan pegunungan akan berbeda dengan
dataran rawa
g. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang
menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel
kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api, maka dapat
disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan stasiun. Contoh lain
misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting
pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak
terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
h. Konvergensi bukti
penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh:
Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon
palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah
becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
i. Asosiasi
keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh:
Stasiun kereta apii berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya
lebih dari satu (bercabang). Bandar udara berasosiasi dengan landasan
pesawat.
D. Komponen Sistem Penginderaan Jauh (PJ)

1. Radiasi Elektromagnetik
Sistem Penginderaan Jauh, energi elektromagnetik adalah sebuah
komponen utama, yaitu sebagai medium untuk pengiriman informasi dari
target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat \dalam gelombang
dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang
gelombang/wavelength, frekuensi, amplitude/amplitude, kecepatan.
Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah
jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui
suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan
merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah
konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding
terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya,
dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi
elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam
semesta pada level yang berbeda-beda. Semakin tinggi level energi dalam
suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang
dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi
gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.

2. Resolusi sensor
“Resolusi adalah kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk
membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral
mempunyai kemiripan” (Swain dan Davis, 1978)
Rancangan dan penempatan sebuah sensor terutama ditentukan oleh
karakteristik khusus dari target yang ingin dipelajari dan informasi yang
diinginkan dari target tersebut. Setiap aplikasi Penginderaan Jau hmempunyai
kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dan
tipe energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu
memberikan resolusi spasial, spectral dan temporal yang sesuai dengan
kebutuhan aplikasi.
a. Resolusi spasial

Gambar 28. Resolusi Spasial


Resolusi spasial dalam penginderaan jauh bukanlah konsep yang
mudah untuk didefinisikan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada bentuk
angka dengan berbagai cara tergantung tujuan penggunanya (Mather,
2004). Pada pemahaman secara komprehensif, Townsend (1980)
menjelaskan bahwa terdapat empat kriteria tersendiri yang berguna
menjadi dasar dalam pendefinisian resolusi spasial. Kriteria-kriteria
tersebut ialah informasi geometris dari sistem penginderaan jauh,
kemampuan untuk membedakan antar titik-titik target, kemampuan untuk
mengukur secara periodik target yang berulang, dan kemampuan untuk
mengukur informasi spektral dari target-target yang kecil. Danoedoro
(2012) menjelaskan pengertian praktis dari resolusi spasial adalah ukuran
terkecil yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem pencitraan. Semakin
kecil ukuran objek (terkecil) yang dapat terdeteksi, semakin halus atau
tinggi resolusi spasialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin besar ukuran
objek terkecil yang dapat terdeteksi, semakin kasar atau rendah
resolusinya. Sebagai contoh ialah, citra satelit SPOT yang beresolusi 10
dan 20 meter dapat dikatakan beresolusi lebih tinggi dibandingkan dengan
citra satelit Landsat TM yang beresolusi 30 meter
Resolusi spasial; merupakan ukuran terkecil obyek di lapangan
yang dapat direkam pada data digital maupun pada citra. Pada data digital
resolusi dilapangan dinyatakan dengan pixel. Semakin kecil ukuran
terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor itu
semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang semakin
rinci. Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus,
sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau rendah. Dalam
menentukan range resolusi, ada tiga tingkat ukuran resolusi yang perlu
diketahui, yaitu:
1) Resolusi spasial tinggi, berkisar : 0.6-4 m.
2) Resolusi spasial menengah, berkisar : 4-30 m
3) Resolusi spasial rendah, berkisar : 30 - > 1000 m

b. Resolusi spektral
Resolusi spektral dari suatu sensor adalah lebar dan banyaknya
saluran yang dapat diserap oleh sensor. Semakin banyak saluran yang
dapat diserap dan semakin sempit lebar spektral tiap salurannya maka
resolusi spektralnya semakin tinggi. Tetapi jumlah band-band bukanlah
hanya aspek yang penting dari resolusi spektral. Bebarapa contoh satelit
bumi yang mempunyai resolusi spektral:
a. Resolusi spektral tinggi berkisar antarara: - 220 band
b. Resolusi spektral sedang berkisar antara: 3 - 15 band
c. Resolusi spektral rendah berkisar antara: - 3 band

c. Resolusi temporal
Resolusi temporal ialah kemampuan suatu sistem untuk merekam
ulang daerah yang sama (Danoedoro, 2012). Satuan dari resolusi temporal
ialah jam atau hari. Contohnya ialah Satelit IKONOS resolusi temporalnya
ialah 3 hari, satelit NOAA resolusi temporalnya 12 jam, dan satelit Landsat 8
resolusi temporalnya ialah 30 hari. Landsat 8 memiliki resolusi temporal lebih
rendah dibandingkan IKONOS sedangkan IKONOS memiliki resolusi
temporal lebih rendah dibandingkan NOAA.
Resolusi temporal; Resolusi temporal ialah frekuensi perekaman ulang
kembali ke daerah yang sama pada rentang waktu tertentu. Rentang waktu
perulangan ke asal daerah yang sama satuannya dinyakan dalam jam atau hari,
contoh resolusi temporal ini:
a. Resolusi temporal tinggi berkisar antara : <24 jam - 3 hari.
b. Resolusi temporal sedang berkisar antara : 4-16 hari
c. Resolusi temporal rendah berkisar antara:> 16 hari
Tabel 1. Spektrum elektromagnetik dan bagian-bagiannya.
Spektrum saluran Panjang gelombang Keterangan
Gamma 0,03 µm Diserap oleh atmosfer, tetapi benda
radioaktif dapat diindra dari
pesawat terbang rendah.
X 0,03-µm Diserap oleh atmosfer, sinar buatan
digunakan dalam kodokteran.
Ultraviolet 0,3 µm-0,4 µm 0,3 µm diserap oleh atmosfer.
(UV) UV 0,3 µm-0,4 µm Hamburan atmosfer berat sekali,
Fotografik diperlukan lensa kuarsa dalam
0,4-0,7 µm kamera.
Tampak 0,4-0,5 µm
Biru 0,5-0,6 µm
Hijau 0,6-0,7 µm
Merah 0,7-1000 µm
Inframerah (IV) Jendela atmosfer terpisah oleh
0,7-3 µm saluran absorpsi.
IM pantulan 0,7-0,9 µm
IM Film khusus dapat merekam hingga
fotografik 3-5 µm panjang gelombang hampir 1,2 µm
Jendela-jendela atmosfer dalam
IV Termal 8-14 µm spektrum.
Gelombang panjang yang mampu
Gelombang Mikro menembus awan, citra dapat dibuat
0,3-300 cm dengan cara yang aktif dan pasif.
0,3-300 cm Penginderaan jauh sistem aktif.
Radar 0.8-1.1 cm Yang paling sering digunakan
Ka 1.1-1.7 cm Yang paling sering digunakan
K 1.7-2.4 cm
Ku 2.4-3,8 cm
X 3.8-7.5 cm
C 7,5-15 cm
S 15-30 cm
L 30-100 cm
P Tidak digunakan dalam
Radio pengideraan jauh.

Anda mungkin juga menyukai