Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Larar belakang


Menurut Sutardjo Kartohakusumo (1953), desa adalah suatu kesatuan hokum
di mana bertempat tinggal suatu masyrakat yang berkuasa mengadakan
pemerintah sendiri (dalam Bintarto, 1983). Sementara itu, Koentjaraningrat
dalam indrizal (2013) memberikan pengertian tentang desa melalui pemilihan
pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar ( seperti kota,
Negara bagian, Negara) dan komunitas kecil (seperti band, desa, rukun
tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini Koentjaraningrat mendefinisan desa
sebagai komunitas komunitas kecil yang menetap di suatu tempat. Bintarto
(1983) memandang desa suatu hasil perpaduan antara kegiatan masyarakat
dangan lingkungannya. Hasil dari perpadun itu ialah suatu ujud atau
kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi,
sosial, ekonomi, politik, dan, cultural yang saling berinteraksi antar unsur
tersebut dan juda dalam hubungannya dengan daeah-daeah lain.
1.2. Rumusan masalah
1. Ciri-ciri desa
2. Unsur-unsur desa
3. Fungsi desa
4. Potensi desa
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri desa
2. Untuk mengetahui unsur-unsur desa
3. Untuk mengetahui fungsi desa
4. Untuk mengetahui potensi desa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ciri- ciri desa
1. Terdiri dari sekelompok rumah, sejumlah lumbung padi, dan gudang-
gudang yang dipakai bersama, disamping terdapat yang dimiliki sendiri.
2. Terdapat lahan pekarangan untuk lahan usaha dalam mendukung
kehidupan dan kehidupan sehari-hari.
3. Lahan usaha tani biasanya terdapat jauh atau terpisah dari pusat
permukiman. Sering pula disekitar lahan usaha tani terdapat padang
penggembalaan.
4. Terdapat hutan semak belukar yang merupakan sumber energy bagi
pemukin desa (Smith dan Zopf, 1970; Sugihen, 1996).
2.2. Unsur-unsur desa
Adapun yang perlu diperhatikan adalah bahwa unsur-unsur desa tersebut
bukanlah unsur yang statis, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari darah
lainnya sehingga akan mengikuti perubahan dan perkembangan yang akan
merubah pola pemanfaatan tanah dan lingkungan, pola kependudukan dan
pola pergaulan masyarakatnya. Dengan demikian desa secara individual
maupun kawasan pedesaan ditinjau dari segi geografi merupakan sebuah
wilayah. Oleh karena itu untuk memahami desa maupun kawasan pedesaan
serta untuk memahami masalah-masalah pedesaan di perlukan pendekatan
kewilayahan atau dengan kata lain menempatkan didalam konteks
kewilayahan.
Oleh karena itu dalam usaha kearah penyusunan definisi desa perlu
diperhatikan, ada tiga unsur desa yang perlu penting yaitu:
1. Unsur daeah : dalam artian tanah-tanah di desa yang produktif dan yang
tidak produktif, beserta penggunaanya, termasuk juga unsur lokasi, luas
dan batas yang merupakan unsur geografi setempat.
2. Penduduk : dalam hal ini meliputi jumlah, pertambahan, krpadatan,
penyebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
3. Tata kehidupan : dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan tata desa. Jadi seluk beluk kehidupan masyarakat desa (rural
society) (R. Bintarto, 1997).
2.3. Fungsi desa
Adapun fungsi dari desa sebagai berikut:
1. Dalam hubungannya dengan kota, maka desa yang merupakan
hinterland atau daeah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi
bahan makan pokok sepeti padi, jagung, ketela, disamping bahan makan
lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan, dan bahan makan lainnya
yang berasal dari hewan.
2. Desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung
bahan mentah dan tenaga kerja.
3. Dari segi kegiatan kerja, desa merupakan desa agraris, desa manufaktur,
desa industry,desa nelayan dan sebagainya (R. Bintarto, 1986).
2.4. Potensi desa
Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Jadi
potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang
dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat.
Secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; pertama
adalah potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis,
binatang ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non-fisik
berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga sosial,
lembaga pendidikan, dan organisasi sosial desa, serta aparatur dan pamong
desa.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiada setempat yang diakui dalam sisitem
pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa-kota dan Permasalahannya. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Indrizal, Edi. 2013. “Memahami Konsep Pedasaan dan Tipologi Desa di
Indonesia”.
Kartohadikusumo, Soeterdjo, Desa, Jogjakarta: Sumur Bandung, 1953.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Program Pemberdayan Potensi
Desa/Kelurahan (Sumberdaya: Bapermas Jawa Timur, 2010).
Sugihenm, T, (1996). Sosiologi Pedasaan Suatu Pengantar, PT,Raja
Garafindo, Jakarta.
Undang-Undang No.22 Tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai