Kelompok 1
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul “analisis Persebaran
Permukiman, Analisis Tetangga Terdekat” pada mata kuliah Geografi Transport dan
Permukiman.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
3
tempat tinggal manusia. Umumnya manusia akan tinggal berdekatan atau berkelompok
dengan manusia lain yang memilik kesamaan. Dengan kesamaan tempat tinggal
manusia sehingga membentuk pola persebaran permukiman, yang secara jelas
dipengaruhi oleh variasi penggunaan lahan, kondisi topografi, ketinggian tempat dan
faktor aksesibilitas daerah kondisi sosial-ekonomi, yang dalam perekmbangannya akan
sangat mempengaruhi pola maupun persebaran pemukiman di suatu daerah.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
• Seragam (Uniform), apabila permukiman permukiman tersebut jaraknya sama
atau sama jauhnya dengan tetangganya.
7
tanah longsor. Ditinjau dari letak ketinggian wilayah, faktor ini mempunyai hubungan
erat dengan kualitas lahan. Bahwa semakin meningkatnya letak ketinggian tempat suatu
wilayah, maka semakin meningkat pula kekasaran topografinya. Sebaliknya, dari letak
ketinggian tempat ini lebih banyak menunjukkan bahwa keadaan permukaan air sumur
semakin dalam dengan semakin meningkatnya letak ketinggian tempat, sehingga
kemungkinan untuk terjadinya pengelompokkan permukiman secara teratur maupun
penyebaran secara teratur sangat kecil. Dengan demakin meningkatnya letak ketinggian
tempat pada suatu wilayah, pola permukiman semakin tersebar secara tidak teratur.
8
Ditinjau dari perkembangan bentuk-bentuk penggunaan lahan untuk usaha
pertanian rakyat, bahwa perkembangan tertinggi dari usaha pertanian kecil adalah
persawahan dengan pengairan teratur, apabila memungkinkan penduduk akan membuat
sawah pada medan dengan lereng yang bagaimanapun, baik rawa, lereng gunung dan
daerah datar. Dengan demikian, daerah-daerah usaha pertanian lahan sawah merupakan
daerah pusat penduduk yang terbesar (Su Ritohardoyo, 1989).
Analisis tetangga terdekat adalah sebuah analisa untuk menentukan suatu pola
permukiman penduduk. Dengan menggunakan perhitungan analisa tetangga terdekat,
sebuah permukiman dapat ditentukan polanya, misalnya pola mengelompok, tersebar
ataupun seragam. Analisa tetangga terdekat memerlukan data tentang jarak antara satu
permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya
yang terdekat. Pada hakekatnya, analisa tetangga terdekat digunakan untuk daerah
dimana antara satu permukiman dengan permukiman lain tidak ada hambatan-hambatan
alamiah yang belum dapat teratasi, misalnya jarak antara dua permukiman yang relatif
dekat tetapi dipisahkan oleh jurang atau sungai besar.
Pola persebaran dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol
atau mengelompok (clustered pattern), pola tersebar tidak merata (random pattern), dan
pola tersebar merata (dispersed pattern). Pola bergerombol atau mengelompok sering
juga disebut dengan aglomerasi. (Bintarto dan Surastopo, 1987).
Analisa tetangga terdekat atau yang lebih dikenal dengan nama nearest
neighbour analysis memerlukan data tentang jarak antara satu permukiman dengan
permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya yang terdekat. Analisa
ini dikenalkan oleh Clark dan Evans merupakan suatu metode analisa kuantitatif
geografi yang digunakan untuk menentukan pola persebaran permukiman.
9
Dalam melakukan analisa ini harus diperhatikan berbagai langkah sebagai
berikut:
1. Tentukan batas wilayah yang akan diamati. Dalam tugas ini, saya
menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar 1507 – 431
(Pacitan) dengan skala 1:25.000.
2. Membuat deliniasi wilayah permukiman, lalu mengubah pola penyebaran
pemukiman seperti yang terdapat dalam peta RBI menjadi pola penyebaran
dengan titik. Pelaksanaan langkah ini menggunakan kertas kalkir.
3. Berikan nomor urut bagi setiap titik untuk mempermudah cara
menganalisanya.
4. Ukurlah jarak tedekat, yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran
jarak ini
5. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat.
Salah satu cara untuk mengukur pola permukiman sapat menggunakan model
analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis) yaitu dengan menghitung
besarnya parameter tetangga terdekat. analisis ini dilakukan dengan mengukur jarak
antar permukiman. Untuk mengetahui apakah pola permukiman yang dianalisis
termasuk mengelompok, acak atau seragam, nilai hasil perhitungan dibandingkan
dengan continuum (rangkaian kesatuan) nilai parameter tetangga terdekat (T) untuk
masing-masing pola, sehingga dapat diketahui apakah pola yang terbentuk berupa pola
mengelompok, pola acak (random), atau pola seragam.
10
Apabila nilai T = 0, maka pola permukiman tersebut adalah mengelompok.
Apabila nilai T = 1,0, maka pola permukiman tersebut adalah random atau acak.
Sedangkan apabila nilai T = 2,15, maka pola permukiman tersebut adalah seragam.
Keterangan:
Ju = Jarak rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat Jh = Jarak rata – rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
Contoh:
No P jarak peta X skala jarak lapangan (km)
(cm)
1 7-1 4,2 105000 1,05
2 1-2 1,7 42500 0,425
3 3-6 3,4 85000 0,85
4 6 -4 3,7 92500 0,925
5 4-5 3,2 80000 0,8
11
6 5 - 11 3,2 80000 0,8
7 11 - 10 2,5 62500 0,625
8 10 - 14 2,7 67500 0,675
9 14 - 13 1,6 40000 0,4
10 13 - 12 0,9 22500 0,225
11 9 - 15 2,9 72500 0,725
12 8 - 16 2,5 62500 0,625
13 16 - 18 3,8 95000 0,95
14 28 - 27 2,6 65000 0,65
15 19 - 20 1,6 40000 0,4
16 20 - 24 2,5 62500 0,625
17 17 - 20 3,5 87500 0,875
18 26 - 23 2,6 65000 0,65
19 23 - 21 1,8 45000 0,45
20 21 - 22 3,2 80000 0,8
21 22 - 25 2,5 62500 0,625
22 34 - 33 4,5 112500 1,125
23 33 - 32 1,2 30000 0,3
24 32 - 31 1,6 40000 0,4
25 31 - 29 4,5 112500 1,125
26 29 - 30 4 100000 1
27 35 - 36 5 125000 1,25
77,4 19,35
Diketahui :
N ( jumlah titik ) = 36
Ditanyakan :
12
Penyelesaian :
Skala 1 : 25.000
= 13252500 cm2
= 132,525 km2
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai T atau parameter
tetangga terdekatnya adalah 0,560287. Dengan memperhatikan kontinum tentang nilai
tetangga terdekat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pola penyebaran permukiman
di Kecamatan x adalah mengelompok ( cluster ).
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persebaran permukiman sangat menentukan terhadap pola permukiman, dalam
hal ini ada tiga variasi persebaran yaitu: Mengelompok (clustered), apabila
permukimanpermukiman tersebut cenderung berkelompok pada satu atau dua bagian
tempat, Acak (Random), apabila tidak ada susunan tertentupada sebuah persebaran,
Seragam (Uniform), apabila permukiman permukiman tersebut jaraknya sama atau
sama jauhnya dengan tetangganya.
Salah satu cara untuk mengukur pola permukiman sapat menggunakan model
analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis) yaitu dengan menghitung
besarnya parameter tetangga terdekat. analisis ini dilakukan dengan mengukur jarak
antar permukiman. Untuk mengetahui apakah pola permukiman yang dianalisis
termasuk mengelompok, acak atau seragam, nilai hasil perhitungan dibandingkan
dengan continuum (rangkaian kesatuan) nilai parameter tetangga terdekat (T) untuk
masing-masing pola. Apabila nilai T = 0, maka pola permukiman tersebut adalah
mengelompok. Apabila nilai T = 1,0, maka pola permukiman tersebut adalah random
atau acak. Sedangkan apabila nilai T = 2,15, maka pola permukiman tersebut adalah
seragam.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
http://jembatan4.blogspot.com/2013/08/pola-permukiman.html (Selasa. 24 Novemver
2020)
https://www.researchgate.net/publication/336991932_POLA_PERSEBARAN_PERMU
KIMAN_PENDUDUK_DI_KECAMATAN_TALIABU_BARAT_LAUT_KABUPAT
EN_TALIABU (Selasa. 24 Novemver 2020)
http://ojs.uho.ac.id/index.php/ppg/article/view/9307 (Selasa. 24 Novemver 2020)
http://www.donisetyawan.com/pola-pemukiman-penduduk/ (Selasa. 24 Novemver
2020)
https://www.gurugeografi.id/2017/03/4-tipe-pola-pemukiman-pedesaan.html (Selasa.
24 Novemver 2020)
http://eprints.ums.ac.id/5011/. http://hanageoedu.blogspot.com/2011/12/analisis-
tetangga-terdekat.html?m=1. (Selasa. 24 Novemver 2020)
https://pewedhi.wordpress.com/2017/02/26/pola-pesebaran-pemukiman-analisis-
tetanggaterdekat/ (Selasa. 24 Novemver 2020)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat.ac.id.
(Selasa. 24 Novemver 2020)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.staimadiun.ac.id(Selasa. 24 Novemver
2020)
http://repository.warmadewa.ac.id/id/eprint/482/1/Pola-Permukiman-Desa-Desa-di-
Pulau-Nusa-Penida-Bali.pdf (Selasa. 24 Novemver 2020)
16