Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ARTI ISTILAH DESA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah geografi desa kota

Dosen Pengampu :

Drs. Edy Haryono, M.Si.

Di susun oleh :

1. Sanda Dara Saskia (2113034011)


2. Jullia Fradian Sari (2113034039)
3. Dwita Ramadhona (2113034043)
4. immas lailiya (2113034077)
5. Santa Feni Brigita (2153034003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ARTI
ISTILAH DESA” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari bapak
Drs. Edy Haryono, M.Si. Pada mata kuliah geografi desa kota. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang arti istilah desa baik untuk
penulis dan untuk pembaca. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs.
Edy Haryono, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah geografi desa kota yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang study yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 02 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Rural Sattlement (Pola Pemukiman) ............................................................. 3
2.2 Arti Dari Desa ............................................................................................... 7
2.3 Perumusan Desa .......................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geografi desa merupakan cabang dari ilmu geografi yang mengkususkan diri
pada studi pedesaan. Desa merupakan obyek studi, sedang Geografi sebagai
subyek studi artinya didalam memp"elajari desa dan permasalahannya dilihat
melalui kaca mata teori-teori geografi. Geografi sebagai suatu disiplin ilmu
mempunyai ciri-ciri khusus dalam meninjau obyek studinya. Geografi selalu
berbicara tentang interelasi, interaksi, interdependensi maupun integrasi
antara unsur-unsur alam, manusia, ruang dan waktu, sehingga diperlukan
kemampuan untuk melihat gejala, proses, perubahan, perkembangan maupun
asosiasi-asosiasi antar unsur-unsur. Analisa keruangan mempelajari
perbedaan lokasi mengenai sifat- sifat penting atau seri sifat-sifat penting.

Ahli geografi akan bertanya faktor-faktor apakah yang menguasai pola


penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar
penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat
diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah
pertarna: penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua:
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang
dirancang. Pendekatan wilayah merupakan kombinasi antara pendekatan
keruangan dengan pendekatan ekologi. Dalam pendekatan ini wilayah-
wilayah yang menjadi ajang penelitiannya didekati dengan dasar konsep areal
defferentiation yaitu suatu konsep yang mengetengahkan bahwa interaksi

1
antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya terdapat perbedaan
karakteristik antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka makalah tentang model pembelajaran
sosial ini akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan settlement ?
2. Bagaimana penjelasan tentang arti dari desa ?
3. Bagaimana perumusan desa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari settlement


2. Untuk mengetahui arti dari desa
3. Untuk mengetahui perumusan desa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rural Sattlement (Pola Pemukiman)

Pola permukiman (Rural Sattlement) adalah tempat manusia bermukim dan


melakukan aktivitas sehari-hari. Bentuk penyebaran penduduk dapat dilihat
berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduk. Adapun pendapat lain yaitu
Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat
tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.
Pengertian pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat.

Dunia dimulai dengan munculnya sekelompok orang yang mendiami suatu


wilayah yaitu desa. Lambat laun pemukiman berkembang dan menghasilkan
pola pemukiman atau ruang yang bervariasi. Tipe pola pemukian desa di
dunia sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi terutama fisiografis
wilayahnya. Saat dunia semakin berkembang pesat, para penghuni desa mulai
meninggalkan daerahnya menuju desa. Akan tetapi beberap orang memilih
tinggal di desa dengan tujuan masing-masing. Pemukiman di desa
menawarkan suasana kesejukan, udara segar dan kehidupan yang serasi
dengan alam.

Ada banyak jenis pola pemukiman atau keruangan desa. Berikut ini
contohnya:

1. Clustered Rural Settlements (pola memusat/berkelompok)


Pola pemukiman desa ini cenderung berkelompok dimana sejumlah
keluarga tinggal berdekatan satu sama lain dengan area di sekitarnya
berupa lahan pertanian. Biasanya pola pemukiman memusat ada di
daerah dataran rendah subur dengan sumber air yang baik atau lembah,
contohnya Kampung Naga di Neglasari Tasikmalaya. Pemukiman desa

3
model ini biasanya akan dijumpai rumah, lumbung padi, gudang
perkakas, tempat ibadah hingga sekolah. Setiap penduduk yang hidup
disana akan diberikan sebidang lahan atau menyewa lahan untuk
diusahakan. Saat populasi tumbuh semakin pesat maka pemukiman baru
akan dibangun di dekat rumah yang sudah ada. Pola pemukiman seperti
ini membuat kekerabatan diantara penduduk sangat erat karena jarak
yang berdekatan.

Pola ini termasuk yang paling umum ditemui di desa-desa Indonesia. Ciri
khas dari pemukiman pola memusat adalah, pembangunan rumah
penduduknya cenderung berdekatan pada suatu titik lokasi tertentu. Pola
memusat banyak terdapat di wilayah dataran rendah. Pola semacam ini
kemungkinan terbentuk karena dihuni secara turun-temurun oleh
beberapa generasi. Ciri khas dari penduduk dengan desa pola memusat
adalah tingkat kekerabatannya yang tinggi.

2. Circular Rural Settlements (pola melingkar)

Pola pemukiman ini membentuk lingkaran dengan ruang terbuka di


tengah-tengah pemukiman. Pemukiman dibangun mengikuti garis
lingkaran dari pusat daerah terbuka. Pengaturan bangunan biasanya akan
dilakukan sesuai kesepakatan atau hukum adat. Model ini menyerupai
pola ruang Von Thunen karena strukturnya melingkar dengan titik pusat
di tengahnya. Pola mengelilingi fasilitas pada prinsipnya mirip dengan
pola memanjang, namun perbedaannya ada pada pembangunan dari
desanya tidak memanjang, namun mengelilingi suatu fasilitas tertentu
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pola ini umumnya ditemukan di dataran rendah, dimana fasilitas umum


yang ada dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya
mengelilingi waduk atau mata air. Fasilitas yang dikelilingi tersebut
sudah pasti berada ditengah-tengah pemukiman, dan digunakan sebagai
pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan industri maupun sehari-hari.

4
3. Linier Rural Settlements (pola memanjang)

Pola pemukiman ini berbentuk memanjang mengikuti suatu kenampakan


seperti sungai, rel kereta atau jalan raya. Transportasi utama
mengandalkan sungai atau jalanan sempit jika diantara rel kereta atau
jalan raya. Banjarmasin menjadi salah satu daerah dengan banyak
pemukiman memanjang di pinggir sungai sehingga menghasilkan budaya
sungai. Pola pemukiman ini, dapat dikenali dengan pola
pembangunannya yang memanjang pada suatu garis. Garis tersebut
bukan garis biasa, melainkan menjadi sumber penghidupan, atau
kemudahan mobilitas penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Pola ini
sering ditemui pada desa yang berada di pesisir laut, karena umumnya
penduduk bekerja sebagai nelayan. Selain itu, pola memanjang juga bisa
kamu temui pada desa yang dekat dengan jalan raya. Rumah-rumah yang
berdiri diatasnya, cenderung mengikuti dari garis yang memanjang.

4. Dispersed Rural Settlements (pola menyebar)

Pola pemukiman ini tersebar tidak merata di berbagai titik dan biasanya
berada di wilayah seperti pegunungan karst dan perbukitan. Para
penduduk cenderung terisolasi satu sama lain dengan kondisi transportasi
yang sulit. Pada pemukiman ini, umumnya ada pada daerah dataran
tinggi, karna rata-rata penduduknya, akan mencari dataran yang rendah,
morfologinya rata dan mudah untuk didirikan bangunan, sebagai tempat
tinggal para penduduknya. Selain dari faktor morfologi tadi,
kecenderungan pembangunan yang menyebar pada desa dengan pola
menyebar, antara lain karena alasan kesuburan tanah, sumber air, dan
topografi dari lingkungannya.

5
Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Desa

Bentuk dan pola desa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan geografisnya.


Kondisi lingkungan geografis tersebut antara lain letak desa, iklim, tanah, dan
air.

1. Kesuburan Tanah

Tingkat kesuburan tanah mempengaruhi peroduktivitas lahan, khususnya


untuk pertanian. Desa yang tanahnya subur, pola permukiman
penduduknya cenderung mengelompok di sekitar areal pertanian. Desa
yang tanahnya tidak subur, pola permukiman penduduknya tidak
bergantung pada kesuburan tanah, tetapi menyebar.

2. Air

Kondisi air yang dimaksud adalah air tanah. Desa dengan air tanah yang
dangkal, memiliki pola permukiman mengelompok. Desa dengan air
tanah yang dalam, cenderung membentuk pola permukiman menyebar
atau tidak beraturan karena mencari sumber-sumber air.

3. Letak Desa

Desa-desa yang terletak di dataran rendah memiliki pola persebaran yang


lebih kompak dan teratur. Hal ini disebabkan oleh kemudahan
pembangunan yang didukung oleh topografi yang cenderung datar.
Berbeda dengan desa-desa di daerah pegunungan. Desa ini membentuk
pola tidak beraturan. Hal itu disebabkan oleh pembangunan-
pembangunan permukiman yang menghindari tebing-tebing terjal dan
lahan yang tidak rata.

4. Iklim

Iklim dipengaruhi oleh suhu dan ketinggian tempat. Selain itu, curah
hujan juga turut serta mempengaruhi perkembangan suatu desa.

6
5. Kultur penduduk.

Budaya penduduk memengaruhi pola permukiman penduduk. Suku


Badui di Banten, Suku dayak di Kalimantan cenderung memiliki
permukiman berkelompok.

2.2 Arti Dari Desa

Secara etimologi, kata “desa” berasal dari bahasa Sansekerta, deshi, yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Oleh karena itu, kata “desa”
sering dipahami sebagai tempat atau daerah (sebagai tanah asalnya) tempat
penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat,
untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan kehidupan
mereka.

Oleh karena itu, ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai
tempat tinggal, tanah asal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang
relatif kecil. Dengan kata lain, suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya
terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan ini selain untuk tempat tinggal,
juga untuk menyangga kehidupan mereka. Dari perspektif geografis, desa
atau village diartikan sebagai “a groups of houses or shops in a country area,
smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten.

Untuk memahami pengertian desa secara menyeluruh, berikut ini


beberapa definisi desa, sebagaimana dijelaskan para tokoh.

1. Secara umum, desa adalah gejala yang bersifat universal, yang


terdapat di mana pun di dunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil,
yang terikat pada lokalitas tertentu, baik sebagai tempat tinggal
(secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, terutama

7
yang bergantungpada pertanian. Desa di mana pun cenderung
memiliki karakteristik tertentu yang sama.
2. Desa menurut Widjaja adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa
adalah keragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan
pemberdayaan masyarakat.
3. Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga,
yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang
kepala desa). Adapun perdesaan adalah daerah pemukiman penduduk
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, air, sebagai syarat
penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat
itu.
4. Egon E. Bergel, menjelaskan bahwa desa selalu dikaitkan dengan
pertanian dan desa sebagai pemukiman para petani (peasants).
Sekalipun demikian, faktor pertanian bukanlah satu-satunya ciri yang
harus melekat pada setiap desa.
5. Koentjaraningrat

memberikan pengertian tentang desa melalui pemilahan pengertian


komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti kota,
negara bagian, dan negara) dan komunitas kecil (seperti band, desa,
rukun tetangga, dan sebagainya). Koentjaraningrat mendefinisikan
desa sebagai “komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat”. Ia
tidak memberikan penegasan bahwa komunitas desa secara khusus
bergantung pada sektor pertanian. Dengan kata lain, masyarakat desa
sebagai sebuah komunitas kecil dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas
ekonomi yang beragam, tidak di sektor pertanian saja.

6. Paul H. Landis, seorang sarjana sosiologi perdesaan dari

Amerika Serikat, mengemukakan definisi desa dengan cara membuat


tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Pertama, untuk
tujuan analisis statistik, desa didefinisikan sebagai lingkungan yang

8
penduduknya kurang dari 2.500 orang. Kedua, untuk tujuan analisa
sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba-informal di
antara sesama warganya. Ketiga, untuk tujuan analisis ekonomi, desa
didefinisikan sebagai lingkungan yang penduduknya bergantung pada
pertanian.

7. Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1979, desa dipahami sebagai


suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat, termasuk kesatuan masyarakat hukum, yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara yuridis
administratif desa dalam pengertian Undang-Undang Nomor 5 tahun
1979 tentang Pemerintah Desa adalah kesatuan masyarakat dalam
susunan pemerintah terendah di Indonesia dan pemerintahannya
langsung di bawah kecamatan, khususnya di Jawa.
8. Menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah mengartikan desa sebagai berikut, “Desa atau yang disebut


nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
1 ayat 12).

Berdasarkan beberapa pengertian desa tersebut, jelas bahwa


pengertian desa menurut para tokoh dan UU nomor 32 tahun 2004,
merupakan self community, yaitu komunitas yang mengatur dirinya
sendiri. Dengan pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk
mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan
kondisi dan sosial budaya setempat, posisi desa yang memiliki

9
otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang
seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Hal tersebut
dengan otonomi desa yang kuat akan memengaruhi secara signifikan
perwujudan otonomi daerah.

Oleh karena itu, desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang desa, yaitu:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan


hak asal-usul desa.
2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yaitu
urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan
pelayanan masyarakat.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa.

2.3 Perumusan Desa

Perumusan-perumusan desa dapat disusun dari pelbagai sudut pandangan


misalnya, dari sudut sosiologis, sudut hukum, sudut ekonomi, sudut adminis
tratif, sudut kulturil, sudut geografi dan sebagainya.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas perlu dikemuka beberapa


pendapat antara lain:

a) The rural vilage is principally a place of residence and not primarily a


business center.it is composed chiefly of farm dwellings and their
associated outbuildings

10
b) Lowry Nelson dalam bukunya Rural Sosiology menyatakan sukar
memberi definisi yang tepat mengenai desa dan kota. Beberapa
kalimat dapat disebut di sini antara lain: while precise definitions of
"rural" and "urban" are not possible,not necessary for out purposes,it
is important that the two fields be roughtly defined.because every one
have a general idea of the meaning of these terms,the student may be
surprised to learn that a precise definition can not be given.
Selanjutnya hanya ditunjukkan beberapa faktor perbedaan antara desa
dan kota, tersebut dalam halaman 15 sebagai berikut. Bila ditinjau
pendapat Lowry Nelson itu maka memang suatu definisi mengenai
desa yang tepat sukar diberikan karena materinya sendiri tidak
merupakan sesuatu yang statis dan tidak mudah diamati secara tepat.
Se lanjutnya dapat diambil kesimpulan dari tabel tersebut bahwa
faktor-faktor geografis mempunyai pengaruh pula terhadap desa. Oleh
karena itu menurut hemat kami dari segi geografi dapat dikatakan
sebagai berikut: “Desa adalah suatu perujudan geografis yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi,sosial,ekonomis,politis,dan
kultural yang terdapat disitu dalam hubungannya dan pengaruh timbal
balik dengan daerah daerah lainnya”.
c) Dari tulisan S.D. Misra dapat dikutip sebagai berikut :Since the area is
essentially agricultural in outlook,the rural settlement froms
predominate everywhere ,the farming family ordinarily resides in a
village and not in the midst of its field.therefore,the complete
agglomeration of 500 to under 5.000 inhabitans rather than the
isolated farmstead must be considered as the residented unit of the
rural populatio. A village is not just a collection of dwellings.it is a
compact agricultural area with defined boundaries,usually 50-1.000
acres in extent (1 acre =4,047 m²). Dari pendapat S.D Misra dapat
dijelaskan di sini bahwa ternyata pengertian desa atau rural settlement
tidak hanya meliputi bangunan tetapi juga daerah-daerah agrikultur,
sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan dalam perumusan
shuttlement

11
d) Pandangan atau pengertian desa dalam artian administratif dapat kami
kutip dari tulisan Drs The Liang Gie
" pengertian desa sebagai daerah otonom tingkat terbawah menurut
UU 1945/22 adalah lain dengan desa sebagai inlandsch game mente
menurut I.G.O/I.G.O.B penjelasan resmi pasal 1 UUD 1945 / 22
menyatakan bahwa dengan Desa dimaksudkan daerah yang terdiri dari
suatu atau lebih dari satu desa yang digabungkan hingga merupakan
suatu daerah yang mempunyai syarat-syarat cukup untuk berdiri
menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri dalam lingkungan desa atau kota kecil yang
berotonom dengan sendirinya sudah tidak akan terdapat lagi desa-desa
yang mempunyai pemerintahan sendiri sebab desa atau kota kecil itu
adalah pemerintahan daerah-daerah yang terbawah.
e) Menurut cold and bruner dinyatakan sebagai berikut "strictly speaking
a village is a population center range in the from 250 to 2.500 people"
f) Menurut saudara sutardjo kartonadikusumo dinyatakan bahwa : "Desa
ialah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri"
g) Menurut William ogburn dan M.F nimkoff Desa diartikan sebagai :
"total organization of social Life within a limited area
h) Dari sudut demografis bila diartikan secara bebas pengertian dari W.S
Thomson maka dapat diartikan sebagai berikut : "desa merupakan
salah satu tempat untuk menampung penduduk"

Oleh sebab itu sering terjadi berbagai masalah-masalah penduduk,karena


persoalan penduduk ini berhubungan erat dengan perkembangan kehidupan
masyarakat yang dinamis antara lain perubahan jumlah jiwa manusia, hal
mana perubahan-perubahan jumlah ini akan mempengaruhi Kesejahteraan
Rakyat

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Geografi desa merupakan cabang dari ilmu geografi yang mengkususkan diri
pada studi pedesaan. Ahli geografi akan bertanya faktor-faktor apakah yang
menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah
agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dalam pendekatan
ini wilayah-wilayah yang menjadi ajang penelitiannya didekati dengan dasar
konsep areal defferentiation yaitu suatu konsep yang mengetengahkan bahwa
interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya terdapat
perbedaan karakteristik antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan referensi


pembelajaran, dan juga sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan
dalam pembuatan makalah ini.Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wiriantari, F. (2014). POLA PEMUKIMAN DESA SIDATAPA. Jurnal


Anala, 2(1).

Kumurur, V., & Damayanti, S. (2012). Pola perumahan dan pemukiman desa
tenganan bali. Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan dan
Arsitektur, 3(2).

Jamaludin, Adon Nasrullah. "Sosiologi perdesaan." (2015).

Sutardjo kartohadikusumo: Desa-yogyakarta 1953 (hal.2)

Bintarti,Geografi Desa (1977) Penerbit U.P spring Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai