SOSIOLOGI PEDESAAN
Dosen Pengampu :
Dra. Fachrina, M.Si.
Dr. Indraddin, S.Sos, M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOISAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
dapat selesai pada waktunya.
Terima kasih di ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini, dengan kerjasamanya makalah ini dapat disusun dengan baik dan
rapi. Makalah ini memuat tentang “Masyarakat Desa dan Perkembangannya”.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Sosiologi Perdesaan di Jurusan
Sosiologi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan bahkan mungkin kesalahan didalamnya. Untuk itu kami
membutuhkan kritik atau saran dari pembaca sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui karakteristik masyarakat desa.
1.3.2 Untuk mengetahui tipologi masyarakat desa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
6. Hubungan antara orang satu dengan yang lebih di dasarkan atas kepentingan dari
pada kedaerahan.
7. Lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan
pelayanan.
8. Lebih banyak mengubah lingkungan.
Pitirim A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T.L Smith dan P. E.Zop, 1970)
mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik
desa dan kota. Ia membedakan desa dan kota atas dasar mata pencaharian; ukuran
komunitas; tingkat kepadatan penduduk; lingkungan; diferensiasi sosial; stratifikasi
sosial; interaksi sosial; dan solidaritas sosial. Perbedaan aspek tersebut dijelaskan seperti
berikut.
6
1. Fisik (anorganik); 1. Fisik (anorganik); tidak
berhadapan langsung berhadapan langsung.
dan dipengaruhi. 2. Biologi (organik); tanah
2. Biologi (organik); tanah, identik dengan ”bakteri”.
kekotoran. indentik 3. Sosio-kultural:
dengan hidup mereka. a) Physiososial;
3. Sosio-kultural: bangunan fisik yang
Lingkungan
a) Physiososial; bervariasi.
bangunan fisik b) Biososial; komposisi
homogeny. ras beragam.
b) Biososial; komposisi c) Psychososial; lebih
ras homogeny. kompleks
c) Psychososial;
sederhana.
Dalam hal jumlah, variasi Dalam hal jumlah, variasi dan
dan kompleksitasnya kompleksitasnya tinggi, karena
Diferensiasi sosial
rendah, karena penduduknya heterogen,
penduduknya homogen. banyak pendatang.
Sederhana, perbedaan jarak
Kompleks, perbedaan jarak
sosial dekat, mengelompok
sosial jauh, tersebar merata
pada lapisan menengah,
Stratifikasi sosial pada setiap lapisan, dasar
dasar pembeda cenderung
pembeda tidak begitu kaku,
kaku, mobilitas sosial
mobilitas sosial tinggi.
rendah.
Ada juga perbandingan Karakteristik Desa dan Kota menurut Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt. Karakteristik desa menurut mereka adalah :
7
1. Penduduknya cenderung terisolasi dengan pola pemukimannya cenderung
berpencar (meskipun mulai berubah seiring revolusi desa).
2. Hubungan dan cara pandang terhadap orang lain sebagai pribadi utuh bukan
sekadar seseorang yang mempunyai fungsi tertentu.
3. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial.
4. Homogenitas dalam etnis, budaya, dan pekerjaan.
5. Ekonomi keluarga bersifat subsistem (meskipun sudah mulai komersial, yang
ditandai dengan munculnya agribisnis atau pertanian berskala besar).
Sedangkan karakterisitik kota menurut mereka adalah :
1. Teknologi rasional, yang berkembang seiring dengan pertumbuhan kota-kota kecil
yang terbuka terhadap daerah lain.
2. Institusi pemerintah formal yang berdasarkan pada batas wilayah bukannya pada
sistem kekeluargaan.
3. Organisasi sosial yang berdasarkan bidang pekerjaan dan kelas sosial, bukan pada
sistem kekerabatan.
4. Adanya pembagian kerja ke dalam beberapa bidang pekerjaan khusus.
5. Sistem perdagangan dan dunia usaha.
8
6. Asosiasi sukarela, yaitu masyarakat kota lebih memilki kebebasan untuk
memutuskan berbagai hal secara perseorangan, sehingga cenderung pada asosiasi
sukarela, yaitu asosiasi yang anggotanya bebas keluar dan masuk.
7. Individualis, masyarakat kota cenderung melepaskan diri dari koleksivitas atau
cenderug individualis.
8. Segregasi spasial. Dalam masyarakat kota, berbagai kelompok sosial yang
berbeda cenderung memisahkan secara fisik.
Terlihat jelas dari semua karakteristik yang dikemukakan oleh K. Davis tersebut
apabila dilihat sebaliknya akan secara implisit menunjukkan karakteristik masyarakat
pedesaan.
Desa mengandung sejumlah kearifan lokal (local wisdom) yang apabila dicermati,
nilai yang terkandung dalam kearifan tersebut menjadi kekuatan untuk beradaptasi
dengan lingkungan tempat suatu masyarakat berdomisili di suatu wilayah desa. Kearifan
tersebut dapat dicermati dari aturan, norma, tatakrama/tata susila, bahasa, kelembagaan,
nama dan gelaran, teknologi yang digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik
irigasi, teknik pengolahan tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/jembatan, teknik
perahu, dan sebagainya).
9
2. Dari segi pola pemukiman.
Farm village type, yaitu suatu desa yang didiami secara bersama dengan sawah
ladang disekitar tempat tersebut. Tipe ini kebanyakan terdapat di Asia Tenggara
termasuk Indonesia khususnya Jawa. Tradisi sangat dipegang kuat, hubungan
sesame individu dalam proses produksi usaha tani telah bersifat komersial karena
masuknya teknologi modern.
Nebulous farm village type, yaitu suatu desa dimana sejumlah orang yang
berdiam di suatu tempat dan sebagian lainnya menyebar diluar tempat bersama
sawah lading mereka. Tipe ini kebanyakan terdapat di Asia Tenggara dan
Indonesia, khususnya di Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan sebagian di Jawa. Di
Kalimantan bisa juga dijumpai karena masih terdapat pola bertani atau berladang
berpindah. Tradisi dan gotong royong serta kolektifitas sangat kuat di kalangan
anggota masyarakat.
Arrenged isolated farm village type, yaitu suatu desa dimana orang berdiam
disekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan pusat perdagangan dan
selebihnya adalah sawah dan ladang mereka. Tipe ini kebanyakan dijumpaidi
Negara-negara Barat.
10
Desa swakarya (desa peralihan) Keadaan desa sudah dimulai disentuh oleh
pembaharuan. Masyarakat sudah tidak tergantung lagi dengan pimpinan. Kaya,
jasa dan keterampilan serta luasnya pemilikan tanah sudah menjadi ukuran
kedudukan seseorang. Mobilitas social baik secara vertical maupun horizontal
sudah mulai ada.
Desa swasembada, dimana asyarakat telah maju karena sudah mengenal
mekanisasi pertanian dan teknologi ilmiah. Unsur partisipasi masyarakat sudah
efektif dan norma sosial selalu dihubungkan dengan kemampuan dan
keterampilan seseorang. Selain itu, sudah ada pengusaha yang berani mengambil
resiko dalam menanam modal.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa adalah besarnya peranan kelompok primer,
Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/ asosiasi,
Hubungan lebih bersifat intim dan awet, Homogen, Mobilitas sosial rendah, Keluarga
lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi, dan Populasi anak dalam proporsi yang
lebih besar. Tipologi wilayah pedesaan, hampir sebagian besar masih perkampungan atau
dusun. Mata pencaharian masyarakatnya lebih dominan pada sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, dan sejenisnya. Karakteristik masyarakatnya masih berkaitan
dengan etika dan budaya setempat, seperti berperilaku sederhana, mudah curiga,
menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal keuangan, menghargai orang
lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka bergotong royong, demokratis, religius, dan
lainnya.
3.2 Saran
Dengan mengetahui Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa dan tipologi masyarakat
desa, diharapkan pembahasan bisa dipelajari lebih dalam dan dapat berguna bagi
pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Murdiyanto, Eko. 2020. Sosiologi Pedesaan : Pengantar Untuk Memahami Masyarakat Desa.
Yogyakarta : Lembaga Penlitian dan Pengabdian epada masyarakat UPN Veteran
Yogyakarta Press.
13