Anda di halaman 1dari 23

Tugas Individu / UAS:

Analisis Perbedaan dan Persaman Keprilakuan Masyarakat Desa dan Kota


Berdasarkan Persfektif Teori-Teori Sosiologi

Oleh :Ni Wayan Sekar Ratih

NIM :E1S016057

Kelas : A

Mata Kuliah : Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEILMUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa. Karena
berkat rahmat dan pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas individu sebagai
persyaratan UAS “Analisis Perbedaan dan Persaman Keprilakuan Masyarakat Desa
dan Kota Berdasarkan Persfektif Teori-Teori Sosiologi” ini tepat pada waktunya.
Walaupun isi di dalamnya masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Khususnya pada bapak dosen yang telah
memberikan arahan serta pengajaran bagi saya dalam proses belajar mengajar.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Akhirnya bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan semoga mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Mataram, 14 Januari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah............................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................ 4
D. Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
A. Pengertian Masyarakat ....................................................................................... 6
B. Pengertian Masyarakat Desa dan Kota .............................................................. 6
D. Keprilakuan Masyarakat Kota dan Desa .......................................................... 15
E. Perbedaan Perilaku Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan ............................... 20
F. Persamaan Keprilakuan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan ........................ 21
REFERENSI………………………………………………………………………...23

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak lepas dari keberadaan orang lain.
Sebagai mahluk social kita perlu hidup bermasyarakat. Ada banyak jenis masyarakat,
namun berdasarkan daerah tempat tinggalnya dapat dikelompokan dengan
masyarakat pedesaan dan perkotaan. Begitu banyak bayangan kita tentang perbedaan
masyarakat desa dan masyarakat kota yang tanpa ada batasan yang jelas, yang mana
dalam bayangan kita ketika ada istilah kota dan desa, maka yang kita bayangkan
adalah dua hal yang sangat berbeda jauh. Baik dari segi kehidupannya, mata
pencaharian, pola kehidupan, ruang lingkup dan yang lainnya. Dari semua perbedaan
dan persamaan tersebut selalu ada pola perilaku yang mendasarinya. Oleh karena itu
dalam tugas ini saya akan membahas sedikit tentang persamaan dan perbedaan
keprilakuan pada masyarakat kota dan desa.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud masyarakat secara umum ?
2. Apa itu masyarakat desa dan masyarakat kota ?
3. Bagaimana sosiologi pedesaan dan perkotaan menurut persfektif teori-
teori sosiologi ?
4. Bagaimana keprilakuan masyarakat kota dan desa ?
5. Apa saja perbedaan keprilakuan masyarakat desa dan kota ?
6. Apa persamaan keprilakuan kehidupan masyarakat desa dan kota ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian masyarakat secara umum
2. Mengetahui pengertian masyarakat desa dan kota

4
3. Mengetahui bagaimana sosiologi pedesaan dan perkotaan menurut
persfektif teori-teori sosiologi
4. Mengetahui keprilakuan masyarakat kota dan desa
5. Mengetahui perbedaan keprilakuan masyarakat desa dan kota
6. Mengetahui perbedaan keprilakuan masyarakat desa dan kota

D. Manfaat

Setelah menyelesaikan tugas ini diharapkan kita dapat mengetahui pengertian


masyarakat desa. Keprilakuan apa saja yang ada dalam tataran khidupan mereka,
serta persamaan dan perbedaan nilai-nilai masyarakat kota dan desa.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang
berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek,
artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk
akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi
melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang
merupakan kesatuan.

B. Pengertian Masyarakat Desa dan Kota

a. Pengertian desa/pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma
mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri

Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial,


ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam
hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500
jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :

a) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan


jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan

6
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan

Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition


artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada
beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu
sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain
diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai
standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli
seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong,
kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila
dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi


keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil
dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti
keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan
eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa
ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara
menyeluruh.

Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan


pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti
mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan

7
pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa,
hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih
modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas.

Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan,


yang keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di
desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa,
pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu,
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan
secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan arah
pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan
dananyapun lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di Sumenep (Madura),
karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan
dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan
menjadi proyek para klebun.

Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi
sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk,
dari dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa
(nation) bernama Indonesia.

Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang


diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep
:”Membangun desa, menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering
dilontarkan oleh banyak kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku
yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.

a. Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi


“Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat
tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :

8
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,
kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu


mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya


dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.
Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).

e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam


hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.

b. Pengertian Kota

Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam


seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.

9
i. Wirth

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

ii. Max Weber

Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi


sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

iii. Dwigth Sanderson

Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.

Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri


mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau
lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.

Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota, karena


memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik. Marilah
sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat
kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :

a). Netral Afektif

Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat


Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep
Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-
hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada
umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe
masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.

b). Orientasi Diri

Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan


dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang

10
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap
orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain,
mereka cenderung untuk individualistik.

c). Universalisme

Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk
Universalisme.

d). Prestasi

Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu


diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.

e). Heterogenitas

Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri


dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.

b. Ciri-ciri masyarakat Perkotaan

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :

i. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan


karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.

ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
berdantung pada orang lain (Individualisme).

iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata.

iv. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih


banyak diperoleh warga kota.

11
v. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat
penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

vi. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya


terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

C. Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan Menurut Persfektif Teori-Teori Sosiologi


1. Teori Solidaritas oleh Emile Durkheim
Solidaritas diartikan dengan suatu hubungan yang mengikat dari dalam
diri tiap individu dalam masyarakat yang didasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama. Berdasarkan teori ini, Nampak pembagian
antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan terlihat dari 2 jenis
solidaritas yang di ungkapkan Durkheim, yakni sebagai berikut :
a. Solidaritas Mekanik
Merupakan masyarakat atau kelompok social yang didasarkan pada
kesadaran kolektif, kebersamaan, dan hokum yang bersifat menekan.
Ikatan dalam solidaritas mekanik terjadi kesamaan aktivitas dan
merasa memiliki tanggung jawab yang sama, sehingga ikatannya
sangat erat. Solidaritas mekanik dibentuk oleh hokum refresif. Hokum
refresif sendiri merupakan hokum yang siatnya mendatangkan
penderitaan pada pelanggar. Sanksinya sendiri bisa berupa perampasan
kemerdekaan pada hidupnya. Hal ini disebabkan karena dalam
solidaritas mekanik, pelanggaran dianggap sebagai pencemaran pada
kepercayaan bersama. Cirri yang khas dari solidaritas mekanik ini
adalah masyarakatmya homogeny dalam kepercayaan, sentiment, dan
kebersamaan yang sangat tinggi. Dari beberapa hal yang disebutkan

12
tadi sangat kental dengan cirri masyarakat pedesaan yang masih sangat
sederhana dimana memiliki kebersamaan yang sangat erat, kemudian
hokum refresifnya dapat dilihat ketika seseorang melakukan kesalahan
hukumannya dapat berupa pengassingan. Selain itu dalam masyarakat
desa tidak saling ketergantungan dan rata-rata mereka bisa melakukan
sesuatu dengan kemampuannya sendiri.
b. Solidaritas Organik
Merupakan masyarakat yang didasarkan pada ketergantungan antar
individu dan adanya spesialisasi pekerjaan. Dalam solidaritas organic
motivasinya biasa karena factor ekonomi misalkan karena ia memiliki
peran dalam sebuah kelompok atau masyarakat ia menginginkan gaji
atau setidaknya balas jasa. Solidaritas organic juga dibentuk oleh
hokum restitutif. Hokum restitutif ini tujuannya adalah hanya untuk
memulihkan keadaan seperti semula, sebelum terjadinya kegoncangan
akibat dari adanya kaidah yang dilanggar. Kaidah-kaidah tersebut
menyangkut hokum perdata, hokum dagang,hokum administrasi dan
yang lainnya. Dari pemaparan diatas bahwa solidaritas organic ini
identik dengan masyarakat perkotaan yang lebih modern dan
kompleks, dengan ditandai adanya pembagian kerja yang sistematis
dan kompleks.

2. Teori Gemeinschaft dan Gesselscaft oleh Ferdinan Tonnis


a. Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya
diikat dalam hubungan batin yang murni dan alamiah serta bersifat
kekal. Dasar hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah.
Kebersamaan dan kerja sama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu
tujuan di luar melainkan dari dalam dirinya. Orangnya merasa dekat
satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasana inilah
13
yang dianggap lebih penting dari tujuan. Ada tiga jenis paguyuban
yaitu, gemeinscaft by blood (ikatan darah), gemeinscaft by place
(ikatan tempat), dan gemeinscaft by mind (ikatan pikiran). Inilah yang
identik dengan masyarakat pedesaan.
b. Gesselscaft (patembayan)
Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir
yang bersifat pokok dan biasanya dalam jangka waktu yang pendek.
Gesellscaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana yang diumpamakan sebuah
mesin. Menurut Tonnis teori gesellscaft berhubungan dengan
penjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk secara buatan.
Gesselscaft ini kerap kita temukan di masyarakat perkotaan. Dimana
kerap kali bermunculan perkumpulan-perkumpulan tertentu namun
tidak bertahan lama.

3. Teori Primary Group and Secondary Group oleh Cooley

a. Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi social yang
anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam
kehidupan. Menurut Charles Horton Cooley, dalam bukunya Social
Organization (1990) kelompok social dapat dibedakan kedalam 2 jenis
yakni kelompk primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer
adalah pengelompokan anggoa-anggota masyarakat yang terorganisir
secara adat, baik ikatan kedaerahan ataupun hubungan darah. Biasanya
pengelompokan masyarakat seperti ini kerap kita temukan pada
massyarakat pedesaan. Contoh marga di Sumatra, Jawa dan Papua.
Dalam kelompok primer terdapat interaksi yanglebih intensif dan lebih
erat daripada kelompok primer. Dalam kelompok primer terjadi
hubungan yang face to face group , yaitu kelompok social yang
14
anggotanya sering bertatap muka satu sama lain dan saling mengenal
dekat.
b. Kelompok Sekunder
Berbeda dengan kelompok primer, kelompok sekunder ini interaksi
sosialnya terjadi secara tidak langsung, berjauhan dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih obyektif.
Kelompok social seperti ini kerap kita temukan padaa masyarakat
perkotaan pada umumnya, contohnya terdapatnya partai politik,
perhimpuan-perhimpunan tertentu dan yang lainnya.

D. Keprilakuan Masyarakat Kota dan Desa


Setelah membahas mengenai apa pengertian masyrakat kota dan desa
serta pendapat para ahli teori-teori sosiologi terkait sosiologi pedesaan dan
perkotaan. Kita dapat melihat bahwa antara kota dan desa terdapat tataran
yang berbeda dalam segala aspeknya, namun keduannya saling terkait dan
memiliki beberapa persamaan. Berikut merupakan keprilakuan yang tercermin
dari masyarakat kota dan desa,yakni:
1. Masyarakat Kota
Keprilakuannya:
a) Aspek Religi
Dari segi keagamaan masyarakat kota cenderung memiliki
tingkat keagamaan yang rendah. Tercermin dari perilaku
mereka yang lebih mementingkan etos kerjanya di bandingkan
melaksanakan kegiatan keagamaan. Tidak banyak kegiatan
keagamaan yang kita temukan dalam masyarakat kota, hanya
ada bebrapa ceremony biasa untuk memperingati hari-hari
besar keagamaan. Mereka lebih mementingkan kehidupan
mereka di dunia tanpa mengutamakan aspek ketuhannannya.
Mereka cenderung materialis dari pada religious. Kita dapat
15
melihat dengan jelas contoh-contohnya di kota-kota besar
seperti Tokyo (Jepang), dimana masyarakatnya sibuk bekerja
terus-menerus dan memilih tidak memeluk agama apapun.
b) Aspek Sosial
Dari segi kehidupan sosialnya masyarakat kota terkesan
berperilaku invidualis dan egoistis. Terbukti dari perilaku
mereka sehari-hari, masyarakat kota lebih mengutamakan
kepentingannya. Mereka akan lebih mempioritaskan apa yang
menjadi kebutuhan mereka tanpa memikirkan orang lain dan
berujung pada tindakan egoistis. Masyarakat kota sibuk dengan
kegiatannya masing-masing, mereka memiliki paham bahwa
hidup mereka hanya untuk bekerja dan bekerja, mereka
beranggapan bahwa semua yang dilakukan dapat diselesaikan
tanpa bantuan orang lain. Bahkan mereka melakukan perilaku
yang tidak baik untuk mencapai keinginannya tanpa
memperimbangkan dampak yang diakibatkan pada orang lain
atau kawannya. Perilaku individualis masyarakat kota dapat
terlihat dari bagaimana mereka meraih prestasi kerja untuk
mendapatkan kedudukan yang tinggi dan yang lainnya. Sesuatu
yang mereka lakukan tidaklah gratis, sekedar untuk membantu
orang saja harus diupah, di perkotaan manapun sangat jarang
ditemukan orang-orang yang benar-benar ikhlas membantu
tanpa mengharapkan imbalan. Ada pandangan yang merebak
bahwa di kota tidak ada yang gratis, bahkan sekedar untuk
buang air kecilpun. Dapat kita simpulkan bahwa apapun yang
dilakukan masyarakat kota harus ada pamrihnya.

c) Aspek Budaya

16
Dalam hal kebudayaan, tidak dipungkiri lagi bahwa
masyarakat perkotaan telah dirasuki oleh paham modernisasi
dan globalisasi. Hal tersebut dapat terlihat jelas dari perilaku
kurang menghargai adat istiadat, norma dan nilai yang ada.
Mereka cenderung mengagung-agungkan kebudayaan barat.
Gaya perilaku mereka hedonis dan westernis. Mereka lebih
memilih menghabiskan waktu mereka untuk bersenang-senang
dengan hal yang tidak bermanfaat, seperti pergi ke café,
diskotik, club dan yang lainnya. Perilaku mereka dalam
pergauan sehari-hari juga terkesan kebarat-baratan, mereka
memilih menggunakan bahasa gaul seperti gue, elo dan yang
lainnya. Dan mengagap orang yang bisa menggunakan bahasa
inggris itu keren dan malah sebaliknya jika seseorang
menggunakan bahasa daerahnya dianggap katrok. Sugguh
miris realita keprilakuan masyaraakaat kota dari segi aspek
budaya, nampaknya tidak akan habis-habisnya untuk dibahas,
karena seiring perkembangan zaman terjadinya perubahan
social sangat berpengaruh terhadap keprilakuan masyarakat
khususnya masyarakat kota yang rentan akan pengaruh baik
dari luar atau dalam.
d) Aspek Ekonomi
Membahas segala hal terkait ekonomi memang tidak akan ada
habisnya juga, khususnya terkait perilaku ekonomi masyarakat
perkotaan. Jika kita perhatikan masyarakat perkotaan rata-rata
memilki perilaku konsumeris, dimana mereka memenuhi
kebutuhana hidupnya selalu terkait dengan uang, apapun yang
mereka lakukan selalu membutuhkan keuangan. Sedikit-sedikit
hanyalah soal uang. Mereka memenuhi kebutuhan primer,
sekunder bahkan kebutuhan tersier. Rata-rata mereka
17
berprilaku konsumtif, dan tidak bisa menggunakan barang
secara cermat dan efektif. Ketika ada barang yang rusak sedikit
langsung diganti dengan yang baru, tanpa mencoba untuk
memperbaikinya. Kebanyakan masyarakat perkotaan
berprilaku kurang disiplin dalam bekerja. Mereka yang
notabenenya bekerja di perkantoran dan industrial terkadang
menghalalkan berbagai cara untuk mendapat kedudukan yang
tinggi. Karena tuntutan kebutuhan ekonomi dan biaya hidup
yang tinggi memicu terjadinya banyak perilaku menympang
dalam masyarakat perkotaan, seperti pencurian, penjambretan
dan yang lainnya.
e) Aspek Pendidikan
Keprilakuan masyarakat desa terkait dengan aspek
pendidikannya terlihat jelas bahwa dalam hal ini masyarakat
perkotaan cenderung lebih kreatif dan mahir menggunakan
teknologi yang ada, namu dengan segala fasilitas yang dimiliki,
masyarakat kota cenderung berprilaku malas. Apapun yang
mereka miliki yang bisa di dapat dengan instan menyebabkan
mereka menjadi malas.
2. Masyarakat Desa
a) Aspek Religi
Masyarakat pedesaan dapat dikatakan sebagai masyarakat yang
memiliki ciri-ciri tersendiri dalam hidup bermasyarakat, hal ini
biasanya tampak dalam perilaku kesehariannya yang berbeda
dari msyarakat perkotaan, khususnya perilaku keagamaannya.
Atas dasar budaya dan tradisi yang dianut dan dijaga
masyarakat, hal ini berdampak pada pola keagamaan
masyarakat desa. Dari sejarahnya agama mendekatkan diri
terhadap masyarakat melalui kebudayaan-kebudyaannya yang
18
telah mereka miliki. Pola keberagamaan masyarakat desa
seperti tradisional, rasional, formal dan metode pendahulu.
b) Aspek Sosial
Membahas mengenai segi sosialnya tentunya antara
masyarakat desa dan kota memiliki perbedaan yang sangat
signifikan. Masyarakat pedesaan sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan.Masyarakat masih suka bergotong
royong dan saling tolong menolong. Mereka bahu-membahu
dalam melakukan suatu kegiatan, tanpa memandang ego
masing-masing. Semua beradu satu tanpa memandang latar
beakang masing-masing. Perilaku kesetiakawanan social
mereka sangat tinggi.
c) Aspek Budaya
Masyarakat pedesaan sangat menjunjun tinggi segala hal
terkait warisan budaya leluhur. Bahkan hingga merasuk
kedalam cara mereka berkeprilakuan dalam kehidupan sehari-
hari. Sangat berbanding terbalik dengan masyarakat kota,
mereka sangat menghormati adat istiadat, nilai dan norma
masih mengembangkan budaya tradisional. Di pelosok desa
manapun kita dapat melihat berbagai kegiatan yang identik
dengan pelaksanaan adat istiadat serta perilaku yang
berlandaskan pada norma dan nilai yang di percayai secara
turun-temurun. Tidak ada suatu niatan untuk meninggalkan
atau menghapuskan apa yang sudah di wariskan oleh para
pendahulu mereka.
d) Aspek Ekonomi
Terkait dengan aspek ekonominya msyarakat pedesaan juga
berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat
desa lebih banyak bekerja sebagai petaani, kegiatan ekonomi
19
mereka juga tidak terlalu kompleks hanya kegiatan ekonomi
sederhana untuk memenuhi kebutuhan pokok
e) Aspek Pendidikan
Keberadaan tempat tinggal masyarakat desa yang jauh dari
keramaian dan fasilitas lengkap. Membuat segi pendidikannya
berdamapak pada berbagai aspek.salah satunya keprilakuan
masyarakat desa yang mengenyam bangku pendidikan.
Ketebelakangan yang mereka alami menyebabkan mereka
memiliki perilaku yang rajin dan disiplin. Apapun yang mereka
inginkan tidak bisa di dapat secara instan menyebabkan mereka
harus bekerja dan belajar lebih giat untuk mencapai prestasi.

E. Perbedaan Perilaku Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

ASPEK KEPRILAKUAN
PEDESAAN PERKOTAAN
Perilaku keagamaan Perilaku keagamaan sangat
RELIGI
sangat kental lemah, lebih
mementingkan
materialistis
~berperilaku penuh ~berprilaku individualis
SOSIAL
kekeluargaan dan egoistis
~selalu iklas bergotong ~kegiatan yang dilakukan
royong dan saling selalu mengharapkan
membantu pamrih
~sangat menghargai adat- ~kurang menghargai adat
BUDAYA
istiadat, nilai dan norma istiadat, nilai dan norma
yang ada yang ada

20
~selalu melestarikan ~berperilaku hedonis dan
budaya dan tradisi yang westernis (kebarat-baratan)
ada
~secara umum mengisi ~secara umum mengisi
EKONOMI
kegiatan keseharian kegiatan keseharian
dengan bekerja sebagai dengan bekerja di
petani perkantoran sebagai
~melakukan perilaku pegawai atau karyawan
ekonomi untuk ~berprilaku konsumtif,
memenuhi kebutuhan karena berusaha memenuhi
pokok kebutuhan primer, sekuner
bahkan tersier
~selalu berprilaku ~terkesan malas dalam
PENDIDIKAN
disiplin dan rajin dalam menuntut ilmu karena
menuntut ilmu terbiasa dengan hal yang
serba instan

F. Persamaan Keprilakuan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa pola keprilakuan


keduanya, yakni masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan memiliki
persamaan. Yakni sama-sama berusaha berperilaku untuk mempertahankan
diri dan orang yang mereka sayangi, serta hal-hal penting yang dimilikinya.
Meraka menjalani hidup sama-sama untuk memenuhi kebutuhan sehingga
mendapat kehidupan yang sejahtera di setiap lini kehidupan. Meskipun
memiliki perbedaan mereka juga saling memiliki ketergantungan satu sama
lain.

21
BAB III PENUTUP

A . KESIMPULAN
Antara masyrakat desa dan kota terdapat saling keterkaitan, keberadaan
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Baik dari segi kehidupan tataran
nilai, semuanya saling mengisi satu sama lain. Seperti yang kita ketahui semua hal
di dunia ini diciptakan untuk saling melengkapi. Akan selalu ada perbedaan dan
persamaan di dunia ini. Namun, hal tersebutlah yang akan menyatu melengkapi
segala kekurangan masing-masing.
B. SARAN
Hendaknya kita bisa saling menghargai di tengah perbedaan dan saling
melengkapi. Meski antara masyarakat desa dan kota memiliki letak geografis yang
berbeda secara signifikan namun SDM sama-sama memiliki kesempatan untuk
saling mengembangkan kemampuan untuk kemajuan yang lebih baik kedepannya.
Saling menghargai dalam segala perbedaan sangatlah indah untuk melengkapi
segala kekurangan dalam kehidupan ini.

22
REFERENSI

~citarhmdn.blogspot.co.id/2015/01/perbedaan-masyarakat-perkotaan-dan.html?m=1
~www.academia.edu/21650364/sosiologi_Perkotaan_Dr._Dra._Alfien_Pandaleke_M.
Si
~http://diyahjepara.blogspot.co.id/2013/02/kelompok-primer-primary-group-
dan.html?m=1
~http://triyono10-triyono10.blogspot.co.id/2012/01/teori-sosiologi-ferdinnand-
tonneis.html?m=1
~http://sosiologiuntukindonesia.blogspot.co.id/2012/01/perilaku-sosial-masyarakat-
perkotaan.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai