Anda di halaman 1dari 14

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“Pengembangan desa ”

Disusun Oleh: Kelompok 1 :

1. Bela Arita Ulfami P01740323137


2. Chintya Octa Wahyuni P01740323138
3. Cindi Nadia Sari P01740323139
4. Destri Mutiara Dwi Putri P01740323140
5. Dhea Ariani P01740323141
6. Dinda Putri Auriel P01740323142
7. Elsa Maharani P01740323143

Dosen Pengampu : Lusi Andriyani, SST, M, Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM ALIH JENJANG
TA. 2024
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, akhirnya

tugas makalah dengan judul pengorganisasian pelayanan kebidanan oleh pemerintah

dapat diselesaikan tepat pada waktu.

Materi tugas ini diambil dari berbagai sumber ilmiah. Tugas ini disusun

terutama untuk memenuhi tugas mata kuliah pemberdayaan masyarakat, dengan

harapan dapat memperdalam wawasan keilmuan penulis sebagai mahasiswa.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pemberdayaan

masyarakat ibu Lusi Andriyani, SST, M, Kes yang telah memberi kesempatan dan

bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran serta masukan yang bermanfaat dalam kesempurnaan

makalah ini

Curup, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. pengertian masyarakat desa.............................................................................................3
B. ciri-ciri masyarakat desa.................................................................................................3
C. kegiatan masyarakat di pedesaan....................................................................................4
D. Pembagian desa berdasarkan fisik dan non fisik.............................................................4
E. permasalahan masyarakat desa.......................................................................................4
F. strategi pembangunan dan pengembangan pedesaan......................................................5
G. studi kasus.......................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.....................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa merupakan unit pemerintahan terkecil dalam lingkup Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini menjadikan peran desa dalam pembangunan Bangsa dan
Negara untuk mensejahterakan masyarakat menjadi sangat penting dan strategis.
Sehingga, fokus perhatian pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, sangat
besar terhadap pembangunan desa.
Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka
menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan
masing-masing dalam rangka mewujuskan kesejahteraan masyarakat.
Pengaturan Desa antara lain bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan
partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna
kesejahteraan bersama; serta. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta
mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; (UU nomor 6 th 2014 pasal 4).
Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya.
Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek
pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat.
Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem
pembangunan yang bersifat sentralistik pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi
dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat.
Sekarang saatnya kita membangun desa berbasis pada potensi desa yang dimiliki.
Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional,
karena apabila setiap desa telah mapu melaksanakan pembangunan secara mandiri
maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan
meningkatkan indek kemakmuran masyarakat Indonesia. Untuk bisa mewujudkan
semua ini maka pemerintahan desa bersama-sama dengan segenap lembaga dan tokoh
masyarakat perlu mengenali potensi apa saja yang ada baik fisik maupun non-fisik
dan memahami bagaimana strategi dan cara mengembangkan potensi tersebut agar
bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Dalam
pengembangan potensi desa harus diseuaikan dengan permasalahan kehidupan atau
kebutuhan masyarakat agar hasilnya benar-benar bisa dirasakan untuk meningkatkan
kesejahteraan secara luas sesuai tujuan yang telah disepakatibersama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian masyarakat desa?
2. Apa ciri-ciri masyarakat desa?
3. Apa Saja kegiatan masyarakat dipedesaan?
4. Bagaimana Proses pembagian desa berdasarkan kempuan fisik dan non fisik?
5. Apa saja permasalahan masyarakat desa?
6. Apa stratego pembangunan dan pengembangan desa?
7. Bagaimana studi kasus dipedesaan tersebut?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian masyarakat desa?

2. Untuk Mengetahui ciri-ciri masyarakat desa?

3. Untuk Mengetahui kegiatan masyarakat dipedesaan?

4. Untuk Mengetahui Proses pembagian desa berdasarkan kempuan fisik dan non fisik?

5. Untuk Mengetahui permasalahan masyarakat desa?

6. Untuk Mengetahui pembangunan dan pengembangan desa?

7. Untuk Mengetahui studi kasus dipedesaan tersebut?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian masyarakat desa


Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai
oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan
mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan
manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat
secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat merujuk
arti yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya. Secara umum desa
memiliki 3 unsur yaitu :
1. Daerah dan letak dalam arti tanah yang meliputi luas, lokasi
2. Penduduknya dalam arti jumlah, struktur umur, mata pencaharian
3. Tata kehidupan dalam arti corak, pola tata pergaulan dan ikatan warga desa

B. Ciri – Ciri masyarakat desa


Adapun ciri yang menonjol pada masyarakat desa antara lain pada umumnya
kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam) anggotanya saling mengenal,
sifat gotong royong erat penduduknya sedikit perbedaan penghayatan dalam
kehidupan religi lebih kuat.
1. Lingkungan dan Orientasi Terhadap Alam Desa berhubungan erat dengan alam, ini
disebabkan oleh lokasi geografis di daerah desa petani, realitas alam ini sangat vital
menunjang kehidupannya. Kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam
seperti dalam pola berfikir dan falsafah hidupnya menentukan.
2. Dalam Segi Pekerjaan/Mata Pencaharian Umumnya mata pencaharian daerah
pedesaan adalah bertani, sedangkan mata pencaharian berdagang merupakan
pekerjaan sekunder sebagian besar penduduknya bertani.
3. Ukuran Komunitas Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dan daerah pedesaan
mempunyai penduduk yang rendah kilo meter perseginya.
4. Kepadatan Penduduknya
Kepadatan penduduknya lebih rendah, biasanya kelompok perumahan yang
dikelilingi oleh tanah pertanian udaranya yang segar, bentuk interaksi sosial dalam
kelompok sosial menyebabkan orang tidak terisolasi.
5. Diferensiasi Sosial ,Pada masyarakat desa yang homogenitas, derajat diferensiasi
atau perbedaan sosial relatif lebih rendah.
6. Pelapisan Sosial , Masyarakat desa kesenjangan antara kelas atas dan kelas bawah
tidak terlalu besar.
7. Pengawasan Sosial Masyarakat desa pengawasan sosial pribadi dan ramah tamah
disamping itu kesadaran untuk mentaati norma yang berlaku sebagai alat
pengawasan sosial.
8. Pola Kepemimpinan Menentukan kepemimpinan di daerah cenderung banyak
ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu. Disebabkan oleh luasnya kontak tatap

3
muka dan individu lebih banyak saling mengetahui. Misalnya karena kejujuran,
kesolehan, sifat pengorbanannya dan pengalamannya.
9. Dalam Segi Keluarga, Rasa persatuan dalam masyarakat desa sangat kuat. Peranan
keluarga sangat penting dalam berbagai kehidupan, baik dalam kehidupan ekonomi,
pendidikan, adat istiadat dan agama.
10. Dalam Segi Pendidikan Pendidikan keluarga mewariskan nilai-nilai dan norma-
norma masyarakat kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, pendidikan sekolah
sangat jarang dijumpai kalaupun ada pendidikan sekolah hanya terbatas pada tingkat
dasar. Sebagai pelengkap pendidikan oleh keluarga atau masyarakat.
11. Dalam Segi Agama Fungsi agama mengatur hubungan manusia dengan yang maha
pencipta. Menjalankan perintah dan menjadi larangannya sesuai dengan aturan
agama yang dianut.
12. Dalam Segi Politik yang berdasarkan tradisi atau berdasarkan nilai-nilai sosial yang
mendalam missal Kiyai, tokoh adat, tokoh agama, pendeta, masyarakat.
13. Perilaku Masyarakat Desa
Pola kelakuan adalah suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk ditiru oleh
banyak orang, suatu cara bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui
proses pergaulan (peniruan) yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu relatif
lama. Sehingga terbentuklah suatu kebiasaan didalam kehidupan masyarakat luas
didapati seperangkat kelakuan sosial karena pergaulan, kelakuan berpola itu menjadi
suatu yang bersifat mekanis tanpa disertai dengan kemauan ataupun kesadaran. Jika
bernilai moral yang baik tindakan demikian tidak menimbulkan masalah, sebaliknya
jika negatif menimbulkan masalah dalam masyarakat. Didalam masyarakat desa
tidak ada persaingan, disamping pengaruh norma dan nilai juga adat istiadat yang
kuat, sehingga perubahan sangat lambat. Perilaku yang terikat bersifat status,
gambar dan pasif mewarnai kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan lain dalam aktifitas
kehidupan tolong menolong demikian dalam mengambil keputusan melalui
masyarakat sehingga mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah hukum hal
asing lagi.

C. Kegiatan pada masyarakat desa


Menurut Mubiyarto petani indonesia mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Petani itu tidak kolot,tidak bodoh atau tidak malas. mereka sudah bekerja keras
sebisa-bisanya agar tidak mati kelaparan.
2. Sifat hidup penduduk desa atau para petani kecil(petani gurem)dengan rata-rata
luas sawah kurang lebih 0,5 ha yang serba kekurangan adalah “nrimo”(menyerah
kepada takdir)karena merasa tidak berdaya.

D. Pembagian desa berdasarkan kemampuan fisik dan non fisik


1. Desa Terbelakang atau Desa Swadaya
Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga
kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang
ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh

4
dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan
prasaranan penunjang yang mencukupi.
2. Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa
Desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan
potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan sumber
keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki sarana dan prasarana
desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota. Masyarakat
pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata
pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan
sesuatu secara gotong royong.
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu pula
dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi. Beberapa
diantaranya yang terpenting ialah mempunyai pendukung, tujuan, kegiatan dan
pembagian tugas
3. Desa Maju atau Desa Swasembada
Desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber daya manusia
dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan
menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Kehidupan
desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarian
yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk
menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

5
E. Permasalahan masyarakat desa
Diantarnya sebagi berikut:
1. Penyebab Kemiskinan di Perdesaan
Margono, mengemukakan bahwa masalah perdesaan, ditinjau dari segi
pembangunan, adalah adanya kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi
yang diinginkan. Adanya suatu situasi baru yang diinginkan tetapi tidak tercapai
juga menimbulkan ada masalah
2. Permasalahan ekonomi desa
Hayami dan Collier Cs. telah melakukan penelitian bahwa adanya polarisasi
ekonomi perdesaan atau terjadinya proses kemiskinan disebabkan adanya
pergeseran desa ke kota (proses modernisasi) dan alih teknologi.
3. Lokalitas Kelembagaan Desa
Konsep “komunitas” mengandung makna adanya “keterkaitan” yang tidak hanya
secara ekologis dan ekonomis, tetapi juga secara sosiologis. Terutama pada tingkat
pengambilan keputusan, upaya pengembangan masyarakat akan menciptakan
beragam “keterkaitan” tersebut (level organisasi) tersebut berhubungan secara
fungsional karena dipandang sebagai suatu sistem kelembagaan lokal yang
berpengaruh terhadap kehidupan komunitas. Tingkat institusi lokalitas dengan
ciri-ciri oleh kesatuan komunitas yang memiliki relasi sosial dan ekonomi, dengan
pusat interaksi sebagai pusat pertumbuhan.
4. Permasalahan Penguatan Kelembagaan PerdesaanBerbgai permasalahan
pengembangan penguatan komunitas atau kelembagaan itu sendiri. Seperti kita
ketahui bahwa, bahwa prinsip-prinsip yang dipakai untuk mengembangkan
pendekatan dan strategi yang partisipatif sesuai dengan kondisi lokalitas dan
komunitas dengan mempergunakan belum dilandasi pada landasan berfikir untuk
mengembangkan kreativitas semua stakeholders dalam upaya mengembangkan
partisipasi dan aspirasi masyarakat perdesaan.

F. Strategi dan pembangunan desa


Dalam proses pembangunan, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai masukan
dan keluaran. Proses partisipasi dapat diklasifikasikan menjadi enam tahapan, yaitu
mulai dari penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap informasi,
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan akhirmya penerimaan kembali hasil
pembangunan
1. Pendekatan pertama adalah menolong diri sendiri, di mana masyarakat di kawasan
perdesaan menjadi partisipan yang berarti dalam proses pembangunan dan
melakukan kontrol dalam kegiatan pengembangan. Pendamping menjadi
fasilitator. Sedangkan komunitas (petani) memegang tanggungjawab utama
dalam : a) memutuskan apa yang menjadi kebutuhannya; b) bagaimana memenuhi
kebutuhan itu dan; c) mengerjakannya sendiri.

6
2. Kebutuhan tersebut menghendaki perlunya pemetaan sebaran desa-desa tertinggal
di kawasan perdesaan menurut unit-unit komunitas sosial ekonomi yang terikat
dalam suatu culture area, sehingga suatu komunitas sosial ekonomi merupakan:
sejumlah desa yang tergolong miskin, secara umum penduduknya bermata
pencaharian di bidang pertanian, dan yang lainnya tetapi masih berkaitan erat dan
terdapat dalam wilayah budaya dan wilayah geografis yang sama.
3. Pola pengembangan kelembagaan terpadu dalam model komunitas dan bergerak
dengan kekuatan partisipasi profesional bagi semua strata sosial ekonomi akan
lebih mendorong pertumbuhan dan pemerataan secara bersama-sama. Apabila
digunakan model pertumbuhan Smelser yang mengacu pada diferensiasi
struktural, maka kelembagaan ini dapat berperan dalam mempersiapkan kerangka
landasan untuk tahap-tahap pertumbuhan, mulai dari modernisasi teknologi,
komersialisasi pertanian, industrialisasi dan urbanisasi
4. Masyarakat harus dilihat sebagai Subjek dari proses secara keseluruhan. Sehingga
proses dari pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat pengembangan masyarakat
selalu meletakkan community development dan community organizers sebagai
landasan. Dalam kerangka inilah pelayanan dapat pengembangan masyarakat
yang berbasis masyarakat mampu mendorong dari metode "doing for the
community", menjadi "doing with the community". Dikemukakan oleh
Topatimasang et.al (2000: ix) bahwa seorang fasilitator hanya berfungsi dan
bertindak mengolah proses belajar masyarakat berdasarkan kebutuhan dan
pengalaman mereka sendiri atau pengalaman orang lain.
5. Kelompok atau komunitas yang sekedar “doing for” (masyarakat pasif, kurang
kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung)
menjadi “doing with”, (merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta
mampu mengidentifikasi) mana kebutuhan yang sifatnya real needs (melalui
penggalian gagasan langsung di tingkat kelompok masyarakat, felt needs
(memprioritaskan) kebutuhan ketika terjadi persaingan usulan di antarkelompok
masyarakat) dan expected need (pilihan usulan yang bisa dengan mudah
dikerjakan, kesediaan swadaya dan pelestariannya).
6. Diharapkan program pelayanan masyarakat ini telah mengantarkan masyarakat
menjadi komunitas belajar (learned cummunity), masyarakat menjadi komunitas
yang semakin aktif (active society) dalam menolong dirinya sendiri (helping
themselves). Dalam proses inilah, usaha strategi pengembangan berbasis
masyarakat dalam rangka untuk mengorganisir masyarakat miskin di dalam akar
rumput menjadi bagian penting dari menciptakan program yang berkelanjutan.
Berbagai unsur kelompok masyarakat (Community Based Organization/ CBOs)
didorong dan difasilitasi terus menerus yang akirnya munculnya adanya
pengurangan angka kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, peluang dan
pilihan kerja serta adanya peningkatan kualitas kelembagaan pelayanan itu sendiri.

7
G. Studi Kasus
Desa siaga merupakan salah satu upaya dalam pemberdayaan masyarakat, agar
masyarakat mau dan mampu untuk mengenali, menganalisis, serta menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan masyarakat yang ada di lingkungannya.(1) Desa siaga
adalah salah bentuk dari desentralisasi kesehatan yang ada di level paling kecil
pemerintahan, dimana memberikan ruang kepada pihak pengelola dan masyarakat
untuk perencanaan serta pengelolaan dana kesehatan secara mandiri melalui
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
dilakukan setiap satu tahun sekali. Salah satu bahasan dalam Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD) merupakan perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di bidang
kesehatan.
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini berfungsi mencari perencaraan
alternatif penyelesaian masalah kesehatan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
desa. Pembahasan dalam MMD disesuaikan pada hasil pemantauan masalah
kesehatan dari data Survei Mawas Diri (SMD).(1) Daftar yang disajikan dalam SMD
antara lain daftar masalah kesehatan, potensi desa, serta harapan masyarakat terkait
program kesehatan. Untuk itu diperlukan sistem informasi yang mendukung
pemenuhan pencatatan dan pelaporan Desa Siaga. (2) Desa Siaga Sukodono
merupakan Desa Siaga binaan Puskesmas Donorojo yang berstrata madya. Desa Siaga
Sukodono merupakan desa yang telah melaksanakan proses pencatatan dan pelaporan
secara rutin setiap bulan. Desa Siaga ini memiliki total 20 orang kader kesehatan yang
terbagi menjadi lima Kelompok Kerja (Pokja).
Lima pokja tersebut antara lain adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi,
sanitasi (PHBS), kegawatdaruratan bencana dan pemberantasan penanggulangan
penyakit. Data dan informasi yang dihasilkan adalah indikator yang dibutuhkan dalam
pembahasan MMD. Dalam pelaksanaan proyek yang dilaksanakan oleh PNPM-MP
di Desa Hiliamaetaluo Kecamatan Toma, proyek yang akan dilaksanakan tidak
langsung diputuskan secara sepihak saja oleh tim pelaksana kegiatannya ataupun oleh
pemerintah desa setempat melainkan dengan melakukan penggalian gagasan yang
mendalam dengan melibatkan masyarakat se¬cara keseluruhan agar semua kebutuhan
masyarakat dapat tertampung semua.
Untuk menentukan kebutuhan pembangunan digali dari setiap dusun, apakah di
satu dusun itu dilakukan hanya sekali ataukah lebih dari sekali dengan titik lokasi
yang berbeda, bergantung dari kondisi geografis du¬sun tersebut (susah dijangkau
karena medannya yang sulit ataukah factor lainnya) ini supaya semua kebu¬tuhan
masyarakat yang mendesak dapat ter¬cover”
Informasi tersebut menunjukkan bahwa proyek peembangunan di desa harus benar
merupakan proyek yang idenya di¬gali dari masyarakat desa Hiliamaetaluo dan telah
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dari proses penggalian gagasan
tersebut, maka lahirlah beberapa usulan yang akan mewakili kebutuhan ma-syarakat,
yang selanjutnya akan diranking sesuai dengan skala kebutuhan masyarakat dan
dimusy¬awarahkan dalam musyawarah tingkat desa.

8
PNPM-MP merupakan program yang mem¬mem¬punyai transparansi yang baik
serta mengupayakan keterlibatan penuhnya masyarakat di dalam proses
pelaksanaannya. Oleh karena itu proyek yang telah didapatkan oleh Desa
Hiliamaetaluo dari adanya program PNPM-MP, kemudian disosialisasikan ke¬pada
masyarakat untuk membahas langkah apa yang sebaiknya dilakukan agar proyek
dapat terlaksana dengan baik dengan memperhatikan kualitas dari proyek tersebut.
Dengan adanya Program Nasional Pemberday¬aan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(PNPM-MP) di Desa Hiliamaetaaluo yang mengede¬pankan pemberdayaan
masyarakat, maka tingkat an¬tusiasme masyarakatdesa dalam berpartisipasi dapat
disandingkan, sehingga dapat melahirkan pemban¬gunan desa sesuai dengan yang
menjadi harapan, yakni pembangunan partisipatif yang sesuai dengan apa yang
menjadi cita-cita the founding father negeri ini serta menjadi pembenaran tentang
teori pemban¬gunan yang sifatnya bottom up (dari bawah ke atas).
Meskipun demikian halnya, namun dalam pelaksa¬naan proyek PNPM-MP
tersebut masih belum dapat terlepas dari adanya hambatan. Seperti yang didapat¬kan
pada lokasi penelitian di mana main set dari ma¬syarakat mengenai proyek
pembangunan yang masih selalu berfikir bahwa setiap proyek pembangunan
merupakan hal yang mendatangkan untung bagi tim pelaksananya meski pun tidak
demikian adanya, sep¬erti informasi yang disampaikan oleh tim pelak¬sanan kegitan
PNPM-MP bahwa:
“Hanya saja di PNPM kendalanya adalah ma¬syarakat kadang mengira bahwa
pengerjaan PNPM seperti pengerjaan proyek yang biasanya, dalam ar¬tian bahwa
mereka kadang berpikir bahwa pen¬gurus PNPM pasti mendapat banyak untung,
mis¬alnya kalau ada sisa dana pasti kami yang akan mengambil sisa dana tersebut,
padahalkan yang kami dapat hanyalah upah operasional saja”
Munculnya pembahasan proyek pembangunan dari PNPM-MP dalam makalah ini
dikarenakan oleh proyek pembangunan yang dikontrol oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) melalui mekanisme penggalian gagasan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) ternyata belum berjalan
sesuai dengan yang telah dikonsepkan dan masih terdapat banyak celah teru¬tama
dalam hal pelaksanaan proyeknya yang masih menggunakan pihak ketiga dalam hal
ini kontraktor, sehingga mustahil untuk menghadirkan partisipasi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

9
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulakn sebagai berikut
Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat. Desa memiliki 3 unsur yaitu : daerah dan letak, penduduk
serta tata kehidupan. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah
ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya. Pembagian Desa yaitu
Desa Terbelakang atau Desa Swadaya, Desa Sedang Berkembang atau Desa
Swakarsa, Desa Maju atau Desa Swasembada.
B. Saran
Peningkatan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga
dapat menghasilkan bidan yang berkualitas dalam pengorganisasian praktik asuhan
kebidanan dimasyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan , Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aini,Nurul dan Philipus, Ng. 2009, Sosiologi dan Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Akbar, Bahrullah. 2016, Dashboard Keuangan Daerah, Makalah dipresentasikan di IPDN Kampus

Sulawesi Selatan.

Masruroh. 2015. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Syafruddin. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam Kebidanan.

Jakarta: Trans Info Media

Lestari, 2023. Pengorganisasian pelayanan kebidanan oleh pemerintah. Diunduh 05 Maret

2024 https://www.informasibidan.com/2023/01/pengorganisasian-pelayanan-

kebidanan.html

Masruroh. 2015. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika

11

Anda mungkin juga menyukai