Anda di halaman 1dari 29

Mengidentifikasi Karakterisik Sosial, Ekonomi dan Budaya Desa-Kota

Dosen Pengampu :
Dra. rosni, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4/Kelas b 2022

Aprillia Zaeni Rapiah (3223131002)


Ellma Aggresia Br Purba (3223131012)
Fadila Khoiri (3222431014)
Ramadhan Fitriani (3221131013)
Widya Khairunisa (3223131006)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan dan mencurahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Geografi Perdesaan Dan Perkotaan ini dengan baik dan tepat waktu. Tugas makalah ini telah
kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan tugas makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan penugasan makalah kami ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun dalam susunan kalimat dan tata bahasa penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan atau saran dari para pembaca untuk
menyempurnakan dalam pembuatan makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 04 Maret 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya Desa dan Kota.....................................3

B. Potensi Desa dan Kota.............................................................................................10

BAB III...............................................................................................................................23

PENUTUP..........................................................................................................................23

A. Kesimpulan..............................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geografi desa merupakan cabang dari ilmu geografi yang mengkususkan diri pada
studi pedesaan. Desa merupakan obyek studi, sedang Geografi sebagai subyek studi
artinya didalam mempelajari desa dan permasalahannya dilihat melalui kaca mata teori-
teori geografi. Geografi sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai ciri-ciri khusus dalam
meninjau obyek studinya. Geografi selalu berbicara tentang interelasi, interaksi,
interdependensi maupun integrasi antara unsur-unsur alam, manusia, ruang dan waktu,
sehingga diperlukan kemampuan untuk melihat gejala, proses, perubahan, perkembangan
maupun asosiasi-asosiasi antar unsur-unsur. "Dalam geografi terpadu (integrated
geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan
bermacam-macam pendekatan atau hampiran (approach) yaitu pendekatan analisa
keruangan (spatial analysis), analisa ekologi (ecological analysis) dan analisa kompleks
wilayah (regional complex analysis)" (Bintarto dan Surastopo, 1979: 13-25).
Apa yang dimaksud kota? Kapan sebuah permukiman dapat disebut sebagai kota?
Apa saja karakteristiknya yang membedakannya dengan bagian wilayah lain yang bukan
kota? Jawaban terhadap pertanyaan mendasar tentang kota tentu saja akan tergantung
pada sudut pandang seseorang dan bidang ilmunya. Misalnya, seseorang ahli geografi
akan menekankan pada morfologi kota dan lingkungannya dengan mencari hubungan
antara bentuk dan struktur serta fungsi kota itu. Sudut pandang seorang ekonom akan
berbeda lagi karena dia akan mementingkan bagaimana struktur ekonomi kota
berdasarkan potensi yang dimilikinya dan bagaimana kota tersebut menjadi bagian dari
sistem perekonomian yang lebih luas. Ahli antropologi mungkin akan memandang kota
dari lingkup budaya dan sejarah. Ahli sosiologi berbeda pula sudut pandangnya, karena
dia berfokus pada klasifikasi permukiman kota dari semua aspek perwatakannya secara
sosial. Lain lagi dengan seorang insinyur yang berfokus pada sistem prasarana kota dan
pembangunannya serta struktur anatomi kota dan perencanaannya. Daftar para ahli ini
dapat lebih panjang lagi dan mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda tentang apa
itu kota dan karakteristiknya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, dan budaya Desa dan Kota?

1
2. Bagaimana potensi desa dan kota dapat dikembangkan melalui analisis?
3. Bagaimana permasalahan yang berkembang di desa dan kota?
4. Apa solusi dan penyebab dari permasalahan tersebut?
5. Bagaimana perkembangan potensi dapat dilakukan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sosial ekonomi budaya deaa dam kota
2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan dari situasi desa dan kota berdasarkan sosial
ekonomi budaya
3. Untuk mengetahui bagaimana potensi desa dan kota
4. Untuk mengetahu apa yang menjadi permasalahan yang berkembang di desa dan kota
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi dan faktor dari permasalahan tersebut

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya Desa dan Kota
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang tetah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya
dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
desa menurut Sutardjo Kartohadi Kusumah mengemukakan bahwa desa adalah suatu
kesatuan huum dimana bertempat tinggal masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintaro,
desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural
yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya —dan pengaruhnya secara timbal
balik dengan daerah lain. Pendapat lainnya yaitu menurut Paul H. Landis, desa adalah
masyarakat yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan karakteristiknya sebagai
berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b. Ada pertalianperasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (perekonomian) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti; iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Adapun yang menjadi karakteristik yang lainnya dari masyarakat pedesaan adalah:
a. Di dalam masyarakat pedesaaan diantara warganya mempunyai hubungan yang
lebih mendalam bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya yang
diluar batas-batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
(Gemeinschaft atau paguyuban).
c. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan
yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilaan (part time) yang biasanya
sebagai pengisi waktu luang.
d. Masyarakat tersebut sifatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian,
agama, adat istiadat dan sebagainya.
Corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogen dan pola
interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Semua pasangan
berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga. Serta hal yang sangat berperan dalam
interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif sosial. Interaksi sosial selalu djusahakan
supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat
mungkin dihindarkan jangan sampai terajadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai
hubungan sosial pada masyarakat pedesaan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat
pedesaan itu timbul karena adanya kesamaaan-kesamaan kemasyarakatan, seperti kesamaan
3
adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman. Sosial kemasyarakatan desa
ditandai dengan pemilikan ikatan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap
warga / anggota masyarakat yang 9 amat kuat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dan
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakat atau anggota-anggota masyarakat. Karena beranggapan sama-sama sebagai
anggota masyarakat yang saling mencintai, menghormati, mempunyai hak dan tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.
Oleh karena masyarakat pedesaan mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama,
maka mereka selalu bekerjasama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti
pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat
saluran air dan sebagainya.. Adapun bentuk-bentuk kerja sama dalam masyarakat sering
diistilahkan dengan gotong-royong dan tolong-menolong. Pekerjaan gotong-royong sekarang
lebih popular dengan istilah kerja bakti. Sedangkan mengenai macamnya pekerjaan gotong-
royong atau kerja bakti itu ada dua macam, yaitu:
a. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga
masyarakat itu Sendiri,
b. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang inisiatifnya tidak timbul dari
masyarakat itu sendiri, berasal dari luar. Kerja sama jenis pertama biasanya
sungguh-sungguh dirasakan manfaatnya bagi mereka, sedangkan jenis yang kedua
biasanya kurang difahami kegunaannya.
Hal ini memberikan gambaran bahwa masyarakat pedesaan yang agraris dinilai oleh
orang-orang kota sebagai masyarakat yang tentram, damai dan harmonis sehingga dijadikan
tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramain dan keruwetan pikiran.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan terdapat bermacam-macam gejala sosial
yang sering timbul. Gejala-gejala sosial itu sering diistilahkan :
a. Konflik Karena hampir setiap hari dari mereka yang selalu berdekatan dengan
tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk
bertengkar sangat banyak.
b. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah "sehari-
hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga, sedangkan sumber
banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan
gengsi, perkawinan dan sebagainya.
c. Kontroversi (pertentangan) Pertentangan ini biasanya disebabkan oleh perubahan
konsep-konsep kebudayaan (adat -istiadat), psikologis atau dalam hubungannya
dengan guna-guna (black magic), para ahli hukum adat biasanya meninjau
masalah kontroversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
d. Kompetisi (persaingan) Wujud persaingan bisa positif dan juga bisa negatif.
Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan, usaha untuk meningkatkan
prestasi dan produksi atau out put (hasil). Sebaliknya yang negatif, bila persaingan
ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang
hanya melancarkan fitnah-fitnah saja.

4
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat itu. Tetapi ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya
adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala desa dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada masyarakat
yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada
masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang
dianggap asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat
dilihat misalnya pada masyarakat Batak, dimana marga tanah, yaitu marga yang pertama-
tama membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi karena mereka dianggap
sebagai pembuka tanah dan pendiri desa yang bersangkutan. Lain halnya dengan masyarakat
yang menganggap bahwa kerabat kepala masyarakatlah yang mempunyai kedudukan yang
tinggi dalam masyarakat.
Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan
merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat? Adapun
ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggoiong-golongkan anggota masyarakat ke
dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kekayaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak,
maka termasuk dalam lapisan paling atas, kekayaan tersebut misalnya dapat
dilihat pada bentuk rumah, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan
pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-
barang mahal dan seterusnya.
b. Ukuran kekuasaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang
mempunyai wewenang terbesar maka ia menempati lapisan atas.
c. Ukuran kehormatan, ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-
ukuran kekayaan dan atau kekuasaan, orang yang paling disegani dan dihormati
mendapat tempat yang terbatas.
d. Ukuran ilmu penegetahuan, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, akan tetapi ukuran tersebut
kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut
walaupun dengan usaha yang tidak halal. Ukuran di atas tidaklah bersifat limitif, karena
masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran di atas amat
menentukan sebagai dasar timbulnya sistem pelapisan sosial dalam suatu Masyarakat
1. Kehidupan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Desa
Desa Perladangan
Pada masyarakat pedesaan mata pencaharian bersifat homogen yang berada di sektor
ekonomi primer, yaitu bertumpu pada bidang pertanian. Kehidupan ekonomi terutama

5
tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, petrnakan dan termasuk
juga perikanan darat. Jadi kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-
bahan mentah. Baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lainnya untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia. Pada umumnya masyarakat pedesaan menganut sistem ekonomi
tradisional atau" sistem ekonomi tertutup, cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi
masyarakat terbatas untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan - kebutuhan bersama.
Pola produksi dalam masyarakat tradisional terutama mendasarkan pada tenaga
keluarga dan tenaga ternak pun dimanfaatkan. Dalam proses produksi tradisional tadi,
umumnya laki-laki mengerjakan pekerjaan pengolahan tanah yang paling berat baik di sawah
ataupun di ladang. Untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih ringan seperti
menyiang terutama pada sawah anak-anak di atas sepuluh tahun dan istri juga turut
membantu. Selanjutnya pada waktu panen dan setelah panen banyak tenaga istri
dimanfaatkan. Sistem nilai budaya petani Indonesia disinyalir bahwa di kalangan petani
pedesaan ada suatu cara berpikir dan mehtalitas yang hidup dan bersifat religio-magic. Sistem
nilai budaya itu antara lain sebagai berikut:
o Para petani di Indonesia terutama di Jawa pada dasarnya menganggap bahwa
hidupnya itu sebagai suatu hal yang buruk, penuh dosa dan kesengsaraan. Tetapi itu
tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri
dengan-bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa bahkan sebaliknya
wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian
sebaik- baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
o Mereka beranggapan bahwa bekerja itu untuk hidup dan kadang-kadang untuk
mencapai kedudukan.
o Mereka berorientasi pada masa sekarang, kurang memperdulikan masa depan bahkan
kadang-kadang mereka rindu masa lampau, mengenang kekayaan masa lampau
(menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).
o Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana a!am atau bencana lain
itu hanya merupakan sesuatu yang wajib diterima. Kurang adanya kesadaran agar
peristiwa-peristiwa semacam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja
menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
o Untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka
sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung pada sesamanya.
Desa Nelayan
Menurut Utami (2010), masyarakat pesisir sering diidentikkan dengan masyarakat
miskin. Disebut miskin karena masih banyak masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup
dari sumber daya laut namun modal usaha yang dimiliki relatif kecil, peralatan tangkap
tradisional, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana. Hal tersebut yang
mengakibatkan masyarakat pesisir khususnya di Kabupaten Purworejo hanya mendapatkan
hasil ikan yang sangat minim. Belum lagi pekerjaan mereka sangat tergantung dengan alam.
Tidak sewaktu-waktu nelayan dapat mencari ikan di laut dengan seenaknya namun mereka
mengacu pada musim dan iklim. Pada saat musim barat nelayan dapat mencari ikan di laut
karena cuaca yang mendukung namun pada saat musim timur (paceklik) nelayan tidak bisa

6
menggantungkan hidupnya dari hasil melaut. Ketidakpastian musim dan iklim ini yang
menjadi kendala masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya dengan mata
pencaharian sebagai nelayan. Lain halnya dengan Kusnadi (2003), yang melihat kehidupan
masyarakat pesisir dari struktur sosial budaya yang tercermin dalam operasional memiliki
kontribusi besar dalam membentuk corak pelapisan sosial ekonomi secara umum dalam
kehidupan masyarakat nelayan.
Mereka yang menempati lapisan sosial atas adalah para pemilik perahu dan pedagang
ikan yang sukses; lapisan tengah 6 ditempati oleh juragan laut atau pemimpin awak perahu;
lapisan terbawah ditempati oleh nelayan buruh. Mereka yang menempati lapisan atas hanya
sebagian kecil dari masyarakat nelayan, sedangkan sebagian besar warga masyarakat nelayan
berada pada lapisan terbawah. Pelapisan sosial ekonomi ini mencerminkan bahwa
penguasaan alat-alat produksi perikanan, akses modal, dan akses pasar hanya menjadi
sebagian kecil masyarakat yaitu mereka yang berada pada lapisan atas.
Oleh karena itu pembedaan lapisan struktur sosial berdampak pada pembagian hasil
yang terjadi dikalangan nelayan. Menurut Kusnadi (2003), sistem pembagian hasil atau
pemasaran hasil tangkapan, yang menempatkan para pemilik perahu atau pedagang
perantara/pedagang ikan memperoleh bagian atau keuntungan besar dari kegiatan tersebut,
dianggap sebagai kewajaran. Pembagian tersebut dianggap sesuai dengan kontribusi, biaya,
resiko ekonomi yang harus ditanggung dalam proses produksi dan pemasaran hasil
tangkapan. Persepsi demikian terbentuk karena faktor keterpaksaan atau karena tidak ada
pilihan lain yang harus dilakukan nelayan. Struktur sosial budaya yang demikian yang
mengakibatkan nelayan miskin. Penyebab kemiskinan tersebut dikenal sebagai kemiskinan
struktural.
Berikut beberapa aspek yang mencerminkan sistem nilai budaya di desa nelayan:
o Etos Kerja Tinggi: Nelayan tradisional memiliki semangat kerja yang kuat. Mereka
berusaha keras untuk mencari nafkah dari laut dan mengandalkan hasil tangkapan
mereka.
o Adaptasi Optimal: Nelayan memanfaatkan kemampuan diri dan pengetahuan lokal
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kondisi laut.
o Kekayaan Budaya: Tradisi lagu-lagu pesisir, seni perahu tradisional, adat, dan tata
cara merupakan bagian dari identitas nelayan. Ini mencerminkan kehidupan sehari-
hari mereka dan diwariskan dari generasi ke generasi 2.
o Perlindungan Alam Laut: Kearifan lokal nelayan bertujuan untuk menjaga alam laut
agar dapat memberikan kehidupan yang layak bagi seluruh masyarakat nelayan. Ini
termasuk praktik-praktik berkelanjutan dalam penangkapan ikan dan pengelolaan
sumber daya laut
Desa Pertambangan
Pertambangan memiliki peran penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat desa
jika dikelola dengan bijaksana dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa peran
pertambangan:

7
o Penciptaan Lapangan Kerja: Kegiatan pertambangan dapat menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat desa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tenaga
kerja diperlukan dalam berbagai sektor, seperti eksplorasi, penggalian,
pengolahan, logistik, dan lainnya. Pertambangan memberikan peluang kerja bagi
masyarakat desa yang sebelumnya mungkin menghadapi keterbatasan lapangan
kerja di daerah mereka.
o Peningkatan Pendapatan Masyarakat: Pendapatan dari sektor pertambangan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat desa secara keseluruhan. Pendapatan ini
bisa berasal dari upah atau gaji bagi pekerja pertambangan, royalti atau imbal
hasil bagi pemilik lahan atau pihak yang berkepentingan, atau melalui program
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan
pertambangan. Pendapatan tambahan ini dapat digunakan untuk memperbaiki
akses terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan fasilitas sosial lainnya.
o Peningkatan Perekonomian Lokal: Pertambangan dapat memberikan dampak
positif pada perekonomian lokal di sekitar daerah pertambangan. Kegiatan
pembangunan infrastruktur, pembelian barang dan jasa lokal, serta partisipasi
dalam program CSR dapat meningkatkan daya beli masyarakat desa dan
merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. Ini juga menghidupkan sektor-sektor
ekonomi lainnya di sekitar daerah pertambangan, seperti perdagangan, jasa, dan
transportasi.
o Pengembangan Infrastruktur dan Akses Terhadap Sumber Daya: Kegiatan
pertambangan mendorong pengembangan infrastruktur, seperti jalan, jembatan,
bandara, dan fasilitas energi. Infrastruktur yang baik meningkatkan aksesibilitas
dan konektivitas masyarakat desa dengan pasar dan sumber daya lainnya. Ini juga
memperbaiki akses masyarakat desa terhadap layanan dasar, seperti pendidikan,
kesehatan, dan air bersih.
o Diversifikasi Ekonomi: Pendapatan dari sektor pertambangan dapat digunakan
untuk diversifikasi ekonomi masyarakat desa. Masyarakat dapat mengembangkan
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor lain, seperti pertanian,
peternakan, perikanan, atau pariwisata. Diversifikasi ekonomi mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertambangan dan meningkatkan
ketahanan ekonomi lokal.
Desa Industri
Perkembangan jaman saat ini semakin pesat, teknologi yang digunakan semakin maju,
canggih dan modern. Banyak industri yang berdiri baik di kota maupun di pedesaan. Wilayah
pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan distribusi. Hal ini mengakibatkan
terjadinya transformasi mata pencaharian. Masyarakat mengalami transisi atau perubahan
mata pencaharian dari sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non
pertanian sebagai buruh pabrik serta membuka usaha jasa. Keadaan ini mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama pada kehidupan sosial ekonomi mengalami
perubahan dan peningkatan. Berdirinya industri dapat membuka lapangan kerja bagi
masyarakat sekitarnya. Mereka dapat bekerja di sektor industri sebagai karyawan dan dapat
membuka usaha.

8
Dahulu, masyarakat memiliki sifat solidaritas sosial yang kuat. Namun, tanpa disadari
keberadaan industri mengakibatkan solidaritas sosial mulai melemah. Ciri-ciri masyarakat
pedesaan mulai memudar. Masyarakat semakin heterogen, individual, sibuk bekerja dan
meninggalkan kegiatan sosial yang selama ini diikutinya. Karena pembagian kerja yang
tinggi. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan strategi bertahan agar usahanya tetap
bertahan bahkan berkembang. Strategi bertahan yang dimiliki masyarakat antara lain :
pertama, adaptasi sosial ekonomi dengan cara masyarakat mengikuti kegiatan sosial ekonomi
dan memiliki pekerjaan sampingan. Kedua, masyarakat memiliki strategi usaha dengan cara
berperilaku baik dan menjalin relasi sosial dengan pemerintah kelurahan. Ketiga, menjalin
relasi dengan keluarga, rekan kerja dan masyarakat. Empat, masyarakat Jetis tidak hanya
fokus pada satu pekerjaan. Selain itu mereka mengajarkan pola yang ada dalam masyarakat
kepada anak.
Masyarakat yang tadinya bekerja di sektor pertanian dan buruh bangunan beralih ke
sektor non pertanian. Mereka bekerja di industri dan membuka usaha di sekitar industri.
Usaha yang dibuka oleh masyarakat pun sebagian sama. Antara lain warung, warung makan,
tempat penitipan sepeda, tempat kos dan usaha jasa lainnya. Oleh karena itu, masyarakat
memerlukan strategi bertahan dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Strategi ini
digunakan untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan sosial dan ekonomi.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Kota


o Banyak penduduk kota bekerja sebagai pegawai, baik di kantor maupun pabrik.
o Profesi wirausahawan juga meningkat, terutama yang berbasis teknologi.
o Pekerja jasa seperti sopir, montir, dan ojek juga umum.
o Profesi lainnya melibatkan dokter, polisi, dan guru.
o Standar penghasilan ditetapkan oleh pemerintah melalui Upah Minimum Regional
(UMR).
o Koperasi juga berperan dalam kehidupan ekonomi kota.

Kehidupan ekonomi masyarakat kota sangat bergantung dengan masyarakat desa. Karena
untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan pangan masyarakat kota perlu
memperoleh bahan makanan tersebut dari desa.
Masyarakat kota tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan itu sendiri karena wilayah
perkotaan yang sempit dan tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan pertanian.
Sebaliknya, untuk kebutuhan lainnya seperti jasa, kesehatan, pendidikan, hiburan,
transportasi, dan kebutuhan lainnya bisa dengan mudah terpenuhi di daerah perkotaan.
Fasilitas-fasilitas seperti stasiun, terminal, rumah sakit, supermarket, bioskop, jalan raya,
sekolah, perguruan tinggi, dan yang lainnya mudah dijangkau oleh masyarakat kota. Berbagai
macam industri juga banyak ditemukan di masyarakat perkotaan. Industri makanan, industri
tekstil, industri jasa, industri manufaktur, dan yang lainnya tersedia di kota.
Dengan begitu, lapangan pekerjaan di Kota lebih tersedia dan lebih beraneka ragam.
Karena alasan itulah banyak masyarakat desa yang ingin merantau ke kota. Namun di sisi
lain, kehidupan di kota lebih individualis dan kurang kebersamaan antar individu jika

9
dibandingkan dengan kehidupan di desa. Selain itu, kondisi ketimpangan antara kaya dan
miskin juga lebih tinggi di daerah kota.
Masyarakat biasanya memiliki akses ke sumber daya yang lebih banyak, juga tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Ini memungkinkan mereka untuk memanfaatkan sumber daya
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Kemampuan masyarakat kota
untuk bersaing di pasar global cukup bagus. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan sumber
daya, infrastruktur, dan teknologi yang lebih baik di kota. Ini memungkinkan mereka untuk
menjual produk dan jasa ke pasar luar negeri, yang menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan.
Masyarakat kota memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya, infrastruktur, dan
teknologi dibandingkan masyarakat desa. Hal ini terutama dikarenakan fakta bahwa
masyarakat kota memiliki kemampuan untuk mengakses sumber daya yang lebih banyak dan
lebih mudah. Contohnya, masyarakat kota dapat menggunakan akses Internet yang lebih luas
dan lebih cepat untuk mengakses informasi dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Hal
ini juga berlaku untuk infrastruktur, seperti jaringan listrik, jalan, dan lainnya, yang
merupakan salah satu fitur unik dari masyarakat kota. Selain itu, masyarakat juga memiliki
akses ke teknologi yang lebih canggih. Teknologi yang tersedia di kota lebih canggih dan
mudah diakses Teknologi ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan produktivitas
dan efisiensi mereka.
Masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka. Sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain adalah
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya teknologi, sumber daya informasi,
dan sumber daya keuangan. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan ekonomi, seperti produksi barang, jasa, dan kegiatan lainnya.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Mereka dapat menggunakan lahan milik pemerintah,
tanah milik swasta, dan juga lahan milik masyarakat lokal. Mereka juga dapat menggunakan
fasilitas umum, seperti transportasi, listrik, air, dan lainnya. Masyarakat juga dapat
memanfaatkan berbagai bentuk investasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Mereka dapat menggunakan investasi untuk membeli properti, memperluas usaha, membeli
produk asing, dan lainnya. Investasi ini dapat membantu masyarakat kota untuk memperoleh
pasokan barang dan jasa yang lebih banyak untuk kebutuhan ekonomi mereka.
Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai instrumen keuangan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Mereka dapat menggunakan instrumen keuangan,
seperti saham, obligasi, dan lainnya, untuk memperoleh dana tambahan dan meningkatkan
kemampuan keuangan mereka. Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang usaha untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Mereka dapat menjalankan usaha jasa, usaha
produksi, usaha wirausaha, dan lainnya. Usaha ini dapat membantu masyarakat untuk
meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, dan memperluas
jangkauan pelayanan mereka.
Ciri-ciri Masyarakat perkotaan :

10
o Kehidupan keagamaan dan adat jauh berkurang dari Masyarakat desa
o Umumnya bersifat individu. Kehidupan keluarga sering sulit disatukan karena
perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama, dan lainnya.
o Memiliki pemikiran yang lebih rasionalis, sehingga interaksi yang terjadi
didasarkan pada faktor kepentingan daripada factor pribadi
o Pembagian kerja diantara warga-warga kota lebih tegas dan memiliki batas-batas
yang nyata
o Kemungkinan mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh Masyarakat kota
o Perubahan social tampak nyata, Masyarakat kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar
o Pola sikap dan perilaku mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

2.2. Potensi Desa dan Kota


Pertama, dalam hubungannya dengan kota maka desa yang merupakan hiterlaned atau
daerah dukung berfungsi sebagai daerah pemberi bahan makanan pokok baik yang berasal
dari nabati maupun hewani. Kedua, desa ditinjau dari segi potensi ekonomi berfungsi sebagai
lumbung bahan mentah dan tenaga kerja yang produktif. Ketiga, dari segi kegiatan kerja
(occupation) desa dapat merupakan desa agraris, manufaktur, industri, nelayan dan
sebagainya. Menurut Sutopo Yuwono salah satu peranan pokok desa terletak di bidang
ekonomi. Daerah pedesaan merupakan daerah produksi pangan dan komuditi ekspor. Peranan
yang vital menyangkut produksi pangan alkan menentukan tingkat kerawanan dalam rangka
pembinaan ketahanan nasional. Oleh karena itu, peranan masyarakat pedesaan dalam
mencapai sasaran swasembada pangan adalah penting sekali bahkan bersifat vital, dan
nampaknya jika kita meninjau keputusan presiden pada pasal 6 akari nampak betapa semakin
luas dan menyeluruhnya fungsi dari lembaga ketahanan masyarakat desa, antara lain:
1. Menanamkan pengertian dan kesadaran;
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat;
3. Membina dan menggerakkan potensi pemuda untuk pembangunan;
4. Meningkatkan peranan wanita dalam mewujudkan kualitas keluarga;
5. Membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat dalam
pembangunan;
6. Melaksanakan tugas-tugas lain dalam rangka membantu pemerintah desa atau
pemerintah kelurahan untuk menciptakan ketahanan yang mantap.
Untuk-menghadapi hal tersebut, kita perlu meninjau potensi desa yang ada agar
pengembangan desa dapat serasi dengan kondisi desa.desa mempunya potensi fisis dan non
fisis, potensi fisis meliputi tanah, air, iklim, ternak dan manusia. Potensi non fisis meliputi :
masyarakat desa yang hidup berdasarkan goting royong dan dapat merupakan suatu kekuatan

11
berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerjasama dan saling pengertian, lembaga -
lembaga sosial,aparatur dan pamong desa yang kreatif dan disiplin.

Sama seperti halnya desa, kota juga memiliki suatu potensi yakni:
 Potensi sosial seperti adanya organisasi, lembaga swadaya masyarakat dll.
 Potensi ekonomi misalnya bank, pasar, swalayan, toko dll.
 Potensi politik yakni adanya aparatur di pemerintahan yang tugasnya mengatur
kehidupan masyarakat.
 Potensi budaya yakni unsur seni atau budaya yang bisa menyemarakkan kota,
misalnya karnaval, pentas seni, pendidikan dll.
Nah, berbicara tentang kota, pada dasarnya kegiatan ekonomi di daerah perkotaan
terdiri dari dua hal yaitu:
 Kegiatan ekonomi dasar (basic activities) meliputi pembuatan dan penyaluran barang
dan jasa untuk kebutuhan luar kota. Nah barang dan jasa ini berasal dari hasil
produksi, rekreasi dll.
 Kegiatan ekonomi bukan dasar (non basic activities) meliputi produksi dan distribusi
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kota itu sendiri.
Kegiatan ekonomi bagi sebuah kota sangatlah penting, bukan hanya sekedar unt uk
mempertahankan hidup saja melainkan juga agar sebuah kota bisa berkembang. Jenis-jenis
kegiatan di kota dalam pengelompokannya atau persebarannya dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain ketersediaan ruang, jenis kebutuhan, kemampuan teknologi, perancanaan
kota dan faktor geografi kota.

a) Permasalahan
o Masalah Sosial Budaya Masyarakat Desa
a) Rendahnya tingkat pendidikan, sarana pendidikan masyarakat di desa cenderung
rendah. Masyarakat di desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal
ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya
pendidikan untuk dirinya. Apabila setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA
atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya
sehingga masa depan pendidikan generasi penerus bangsa menjadi terputus dan hal ini
menyebabkan mereka hanya bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya
pendidikan. Rendahnya pendidikan ini juga menjadi menjadi akar permasalahan
bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dalam
kehidupan mereka. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap
mempertahankan hidup tanpa memikirkan bagaimana nasib generasi penerus bangsa
di masa yang akan mendatang.

12
b) Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan, salah satu penyebab daerah pedesaan
masih terisolasi atau tertinggal adalah masih minimnya prasarana dan sarana
transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan daerah lainnya. Kondisi
prasarana dan sarana transportasi yang minim berkontribusi terhadap keterbelakangan
ekonomi daerah pedesaan. Secara umum, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan
jenis produk yang relatif sama, sehingga transaksi jual beli barang atau produk antar
sesama penduduk di suatu desa relatif kecil. Dalam kondisi prasarana dan sarana
transportasi yang minim, produk yang dihasilkan masyarakat daerah pedesaan sulit
untuk diangkut dan dipasarkan ke daerah lain. Jika dalam kondisi seperti itu,
masyarakat daerah pedesaan menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam
skala besar, maka produk tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa
dan akan menumpuk di desa. Penumpukan dalam waktu yang lama akan
menimbulkan kerusakan dan kerugian.
c) Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan, Indonesia sebagai negara agraris
sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih
mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor
pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat
terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di
daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan
usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan
jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas
usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha
pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak
langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar
sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor
non-pertanian belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang
dengan baik.
Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas
produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam
arti luas : perkebunan, perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan,
kehutanan, dan produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah
dan ragamnya masih relatif sangat terbatas. Aktivitas perekonomian yang ditekuni
masyarakat di daerah pedesaan tersebut sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas harga.
Pada waktu dan musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang berasal dari daerah
pedesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan pantastik.
Meskipun penduduk di daerah pedesaan mayoritas bermatapencahariansebagai petani,
namun tidak semua petani di daerah pedesaan memiliki lahan pertanian yang memadai.
Banyak diantara mereka memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar, yang disebut
dengan istilah petani gurem. Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah pedesaan
yang malah tidak memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai petani
penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para petani yang tidak
memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menyewa lahan pertanian milik
orang lain. Petani penggarap adalah para petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan
milik sendiri melainkan menggarap lahan pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil
atau lainnya. Buruh tani adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik

13
sendiri melainkan bekerja sebagai buruh yang menggarap lahan pertanian milik orang lain
dengan memperoleh upah atas pekerjaannya.

Kota merupakan lingkungan yang kompleks, terbentuk melalui akumulasi tahap


perkembangan sebelumnya, dan dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Berikut adalah beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh kota-kota:

1. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi:


o Kesenjangan pendapatan: Di kota, terdapat ketidaksetaraan dalam
pendapatan antara kelompok sosial. Beberapa warga mengalami kemiskinan
sementara yang lain hidup berkecukupan.
o Akses ke layanan dasar: Tidak semua warga kota memiliki akses yang sama
ke layanan pendidikan, kesehatan, dan sanitasi.

2. Urbanisasi dan Perubahan Budaya:


o Perubahan nilai dan norma: Urbanisasi mempengaruhi nilai dan norma
masyarakat. Nilai tradisional seringkali tergeser oleh nilai yang lebih modern.
o Kehilangan identitas budaya: Pertumbuhan kota dapat menyebabkan
hilangnya identitas budaya lokal.

3. Ketegangan Lingkungan Fisik:


o Polusi: Kota sering menghadapi masalah polusi udara, air, dan tanah.
o Kepadatan penduduk: Kepadatan penduduk dapat menyebabkan tekanan
pada infrastruktur dan lingkungan.

4. Kriminalitas dan Ketidakamanan:


o Kriminalitas: Tingginya tingkat kriminalitas di kota sering menjadi
permasalahan serius.
o Ketidakamanan: Beberapa wilayah kota mungkin tidak aman bagi warganya.

5. Keterbatasan Ruang dan Sumber Daya:


o Lahan terbatas: Pertumbuhan kota memerlukan lahan yang terbatas, dan ini
dapat mengakibatkan konflik antara penggunaan lahan.
o Air dan energi: Permintaan akan air bersih dan energi meningkat seiring
pertumbuhan kota.

6. Kesejahteraan Sosial:
o Pengangguran: Kota sering menghadapi masalah pengangguran, terutama di
kalangan muda.
o Kesejahteraan sosial: Beberapa warga memerlukan dukungan sosial untuk
memenuhi kebutuhan dasar.
7. Kesejahteraan Anak dan Remaja:
Buku dan jurnal sering membahas tentang tantangan kesejahteraan anak dan remaja di
kota, termasuk masalah seperti kemiskinan anak, kekerasan, pelecehan, dan
kurangnya akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas.
8. Perubahan Iklim dan Bencana Lingkungan:
Perubahan iklim dan bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan
dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat perkotaan. Buku dan jurnal

14
mengkaji dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, infrastruktur, dan ketahanan
masyarakat.
9. Kesenjangan Akses Terhadap Pangan:
Meskipun kota sering dianggap sebagai pusat ekonomi dan konsumsi, kesenjangan
akses terhadap pangan masih merupakan masalah serius di banyak kota di seluruh
dunia. Buku dan jurnal memeriksa faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksetaraan
dalam akses terhadap pangan yang sehat dan bergizi.
10. Penyakit Menular dan Kesehatan Masyarakat:
Selain penyakit kronis, masyarakat perkotaan juga berisiko terkena penyakit menular
seperti demam berdarah, tuberkulosis, dan HIV/AIDS. Buku dan jurnal membahas
strategi pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan penyakit menular di
lingkungan perkotaan.
11. Krisis Air Bersih:
Keterbatasan pasokan air bersih dan sanitasi yang buruk sering menjadi masalah di
banyak kota di seluruh dunia. Buku dan jurnal memeriksa tantangan dalam
penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, dan dampaknya terhadap kesehatan dan
lingkungan.
12. Masalah Ketergantungan Pada Narkoba:
Masyarakat perkotaan sering menghadapi masalah penyalahgunaan narkoba yang
merusak kesehatan, hubungan sosial, dan stabilitas ekonomi. Buku dan jurnal
membahas faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba serta strategi
pencegahan dan rehabilitasi.
13. Ketidaksetaraan Akses Terhadap Layanan Publik:
Buku dan jurnal memeriksa kesenjangan dalam akses terhadap layanan publik seperti
transportasi, pendidikan, perawatan kesehatan, dan rekreasi di berbagai wilayah
perkotaan. Hal ini mencakup juga isu aksesibilitas bagi orang cacat dan kelompok
rentan lainnya.
b) Indikator
Indikator permasalahan social ekonomi budaya Masyarakat Desa
1. Kemiskinan: Tingkat kemiskinan adalah indikator utama permasalahan ekonomi di desa.
Ini mencakup jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat
pengangguran, serta ketidakstabilan ekonomi rumah tangga.
2. Keterbatasan Akses Terhadap Layanan Dasar: Akses terhadap layanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi, dan listrik sering menjadi permasalahan di desa.
Indikator ini mencakup jarak ke fasilitas terdekat, ketersediaan layanan, dan kualitasnya.
3. Infrastruktur yang Terbatas: Desa sering menghadapi keterbatasan infrastruktur, termasuk
jalan, transportasi, dan telekomunikasi. Indikator ini mencakup kondisi jalan, aksesibilitas
terhadap pasar dan fasilitas lainnya, serta konektivitas telekomunikasi.
4. Ketimpangan Pembangunan: Ketimpangan pembangunan antara desa dan perkotaan adalah
permasalahan serius di banyak negara. Indikator ini mencakup perbedaan dalam akses
terhadap pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan infrastruktur antara desa dan kota.

15
5. Ketergantungan pada Sektor Pertanian: Banyak desa masih sangat tergantung pada sektor
pertanian. Permasalahan ekonomi di sektor ini meliputi produktivitas yang rendah, kurangnya
akses terhadap pasar, dan kerentanan terhadap perubahan iklim dan bencana alam.
6. Ketidaksetaraan Gender: Ketidaksetaraan gender juga menjadi permasalahan di banyak
desa, termasuk akses terhadap pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan, serta praktek-
praktek budaya yang merugikan perempuan dan anak perempuan.
7. Keterbatasan Akses terhadap Teknologi: Desa sering menghadapi keterbatasan akses
terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Indikator ini mencakup tingkat penetrasi
internet, akses ke telepon seluler, dan literasi digital.
8. Erosi Budaya dan Tradisi: Perubahan sosial dan ekonomi dapat mengakibatkan erosi
budaya dan tradisi di desa. Indikator ini mencakup perubahan dalam pola makan, pakaian
tradisional, bahasa, dan adat istiadat.
9. Konflik Sosial dan Pertentangan Lahan: Konflik sosial, terutama terkait dengan
pertentangan lahan, sering terjadi di desa. Indikator ini mencakup jumlah konflik yang
terjadi, pemicu konflik, serta dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas desa.
10. Keterbatasan Akses Terhadap Pendidikan: Meskipun pendidikan dianggap sebagai faktor
penting untuk pengembangan masyarakat desa, keterbatasan akses terhadap pendidikan
sering terjadi. Indikator ini mencakup tingkat partisipasi dan kelulusan sekolah, serta kualitas
pendidikan yang tersedia.
indikator umum permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya yang sering dihadapi oleh
masyarakat perkotaan
1. Kemiskinan Urban: Tingkat kemiskinan adalah indikator penting dalam menilai
kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat perkotaan. Hal ini mencakup persentase
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat pengangguran, dan tingkat
ketergantungan pada pekerjaan informal.
2. Ketimpangan Pendapatan dan Kekayaan: Ketidaksetaraan ekonomi antara kelompok-
kelompok sosial di kota sering menjadi masalah. Indikator ini mencakup perbedaan dalam
distribusi pendapatan dan kekayaan antara penduduk kaya dan miskin, serta kelompok
minoritas.
3. Perumahan Tak Layak: Ketersediaan perumahan yang terjangkau dan berkualitas sering
menjadi masalah di kota. Indikator ini mencakup tingkat kepadatan hunian, akses terhadap air
bersih dan sanitasi, serta kualitas perumahan.
4. Tingkat Kriminalitas: Tingkat kriminalitas, termasuk kejahatan jalanan, pencurian, dan
penyalahgunaan narkoba, sering menjadi indikator permasalahan sosial di kota. Hal ini
mencerminkan tingkat keamanan dan ketertiban di lingkungan perkotaan.
5. Kesehatan Masyarakat: Masalah kesehatan masyarakat seperti penyakit menular, obesitas,
dan gangguan mental sering menjadi fokus dalam masyarakat perkotaan. Indikator ini

16
mencakup tingkat kesehatan masyarakat, akses terhadap layanan kesehatan, dan faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan.
6. Pendidikan: Akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan kesetaraan dalam pendidikan
sering menjadi permasalahan di kota. Indikator ini mencakup tingkat partisipasi, kelulusan,
dan kualitas pendidikan, serta kesenjangan dalam akses pendidikan antar kelompok sosial.
7. Isolasi Sosial: Meskipun hidup di tengah keramaian, beberapa individu di kota mengalami
isolasi sosial dan kesendirian. Indikator ini mencakup tingkat partisipasi dalam kegiatan
sosial dan keberadaan jaringan dukungan sosial.
8. Kesenjangan Akses Terhadap Layanan Publik: Akses terhadap layanan publik seperti
transportasi, air bersih, listrik, dan fasilitas rekreasi sering tidak merata di kota. Indikator ini
mencakup tingkat aksesibilitas, kualitas, dan keadilan dalam penyediaan layanan publik.
9. Ketidaksetaraan Gender dan Minoritas: Ketidaksetaraan gender dan perlakuan
diskriminatif terhadap kelompok minoritas sering menjadi masalah di kota. Indikator ini
mencakup akses terhadap pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan.
10. Perubahan Budaya dan Identitas: Urbanisasi dapat memicu perubahan budaya dan
identitas masyarakat kota. Indikator ini mencakup perubahan dalam nilai-nilai, norma-norma,
dan tradisi lokal sebagai akibat dari interaksi antarbudaya di lingkungan perkotaan.
c) Solusi
Solusi untuk permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya di desa:
1. Penguatan Infrastruktur Dasar: Investasi dalam infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air
bersih, dan sanitasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Hal
ini akan meningkatkan aksesibilitas, kesehatan, dan kesejahteraan penduduk desa
2. Diversifikasi Ekonomi: Mendorong diversifikasi ekonomi di desa dengan mengembangkan
sektor-sektor non-pertanian seperti pariwisata, kerajinan tangan, dan industri kecil dapat
membantu mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan
penduduk desa.
3. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan: Investasi dalam pendidikan dan pelatihan
keterampilan dapat membantu meningkatkan kualifikasi tenaga kerja desa dan membuka
peluang kerja yang lebih baik. Program-program ini juga dapat membantu mengurangi
kesenjangan pendidikan antara desa dan perkotaan.
4. Akses Terhadap Layanan Kesehatan: Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang
terjangkau dan berkualitas sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa
dan mengurangi beban penyakit. Ini dapat dilakukan melalui pembangunan puskesmas,
peningkatan ketersediaan dokter dan tenaga medis, serta program-program kesehatan
masyarakat.

17
5. Pemberdayaan Perempuan: Pemberdayaan perempuan di desa melalui akses terhadap
pendidikan, keterampilan, dan keputusan politik akan membantu mengurangi ketimpangan
gender dan memperkuat ekonomi rumah tangga.
6. Pengembangan Sumber Daya Lokal: Memanfaatkan potensi sumber daya lokal seperti
pertanian organik, pariwisata berbasis budaya, dan kerajinan lokal dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa sambil melestarikan budaya
dan lingkungan.
7. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan program pembangunan akan meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab
masyarakat terhadap pembangunan desa mereka sendiri.
8. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan: Program-program pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan, seperti penghijauan, pengelolaan sampah, dan konservasi air, akan
membantu melindungi lingkungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
9. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): Pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi dapat membantu mengatasi keterbatasan akses terhadap informasi,
meningkatkan efisiensi, dan membuka peluang baru dalam pelayanan publik, pendidikan, dan
pemasaran produk desa.
10. Pengembangan Kemitraan dan Jaringan: Kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat, sektor swasta, dan lembaga internasional dapat memperkuat upaya pembangunan
di desa dan mengatasi permasalahan yang kompleks secara bersama-sama
Solusi untuk permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya di kota.
1. Penguatan Infrastruktur dan Layanan Publik: Investasi dalam infrastruktur dasar seperti
jalan, transportasi publik, air bersih, sanitasi, dan listrik merupakan langkah penting untuk
meningkatkan kualitas hidup di kota. Peningkatan aksesibilitas terhadap layanan publik juga
perlu diprioritaskan.
2. Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Mendorong pengembangan ekonomi lokal, termasuk
sektor informal dan mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dapat membantu mengurangi
tingkat pengangguran dan kemiskinan di kota. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan
keterampilan, akses terhadap modal usaha, dan promosi kerja sama antar-pelaku usaha.
3. Program Pemukiman Perkotaan yang Berkelanjutan: Pengembangan perumahan yang
terjangkau dan berkualitas serta peningkatan akses terhadap fasilitas perumahan seperti air
bersih dan sanitasi adalah langkah penting dalam mengatasi permasalahan perumahan di kota.
4. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan: Investasi dalam pendidikan formal dan non-
formal, serta pelatihan keterampilan, dapat membantu meningkatkan kesempatan kerja dan
mobilitas sosial di antara penduduk perkotaan. Program-program ini harus memperhatikan
kebutuhan pasar tenaga kerja lokal.
5. Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan: Program-program promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan harus didorong di kota.

18
Peningkatan sanitasi lingkungan dan promosi gaya hidup sehat juga penting untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6. Penanganan Kriminalitas dan Keamanan: Kolaborasi antara pemerintah, kepolisian, dan
masyarakat sipil diperlukan untuk menanggulangi kriminalitas dan meningkatkan keamanan
di kota. Program-program rehabilitasi untuk mantan narapidana dan pencegahan kejahatan
juga harus diprioritaskan.
7. Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan: Upaya untuk menjaga lingkungan perkotaan
yang bersih dan hijau dapat membantu mengurangi polusi udara, pencemaran air, dan
degradasi lingkungan lainnya. Inisiatif seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah yang
efektif, dan penggunaan energi terbarukan harus didorong.
8. Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Hak Asasi Manusia: Penting untuk
memastikan bahwa kebijakan dan program pembangunan perkotaan memperhatikan
kesetaraan gender dan melindungi hak asasi manusia semua warga kota, termasuk kelompok
minoritas dan rentan.
9. Promosi Budaya dan Identitas Lokal: Mendukung kegiatan budaya dan seni lokal, serta
mempromosikan keberagaman budaya, dapat membantu memperkuat identitas masyarakat
perkotaan dan memperkaya kehidupan sosial mereka.
10. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dan pelaksanaan program pembangunan dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan
upaya-upaya peningkatan kesejahteraan di kota.
d) Faktor
Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi social ekonomi budaya masyarakat
desa:
1. Struktur Penduduk: Struktur demografis desa, termasuk distribusi usia, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan, memengaruhi kebutuhan dan potensi ekonomi serta sosial masyarakat
desa.
2. Ketersediaan Sumber Daya Alam: Ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti
tanah, air, hutan, dan lahan pertanian memainkan peran penting dalam determinan ekonomi
dan budaya di desa.
3. Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi desa, termasuk struktur ekonomi (misalnya, sektor
pertanian, industri, dan jasa), pendapatan per kapita, dan tingkat pengangguran, memengaruhi
tingkat kesejahteraan dan pola hidup masyarakat desa.
4. Sistem Pertanian dan Peternakan: Sistem pertanian dan peternakan, termasuk teknologi
yang digunakan, pola tanam, pemilikan lahan, dan akses terhadap pasar, memengaruhi
produksi pangan dan penghasilan petani di desa.
5. Faktor Infrastruktur: Ketersediaan infrastruktur dasar seperti jalan, transportasi, air bersih,
sanitasi, dan listrik memengaruhi akses terhadap layanan publik dan potensi pembangunan
ekonomi di desa.

19
6. Nilai dan Norma Budaya: Nilai, norma, dan tradisi budaya lokal memengaruhi perilaku
sosial, keputusan ekonomi, dan pola interaksi di masyarakat desa. Ini dapat mencakup norma-
norma sosial, agama, adat istiadat, dan kepercayaan lokal.
7. Sistem Kelembagaan: Sistem kelembagaan di desa, termasuk lembaga pemerintah lokal,
organisasi masyarakat sipil, dan lembaga adat, memainkan peran penting dalam mengatur
hubungan sosial, ekonomi, dan politik di desa.
8. Akses Terhadap Pendidikan dan Kesehatan: Akses terhadap pendidikan dan layanan
kesehatan, termasuk sekolah, puskesmas, dan rumah sakit, memengaruhi tingkat
kesejahteraan dan mobilitas sosial masyarakat desa.
9. Teknologi dan Inovasi: Penggunaan teknologi dan inovasi, termasuk teknologi informasi
dan komunikasi (TIK), pertanian berbasis teknologi, dan energi terbarukan, dapat
memengaruhi produktivitas dan pembangunan ekonomi di desa.
10. Faktor Politik dan Kepemimpinan: Faktor politik dan kepemimpinan lokal, termasuk
stabilitas politik, kebijakan pemerintah, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan, memengaruhi proses pembangunan dan kesejahteraan di desa.
11. Mobilitas Penduduk: Mobilitas penduduk, termasuk migrasi internal dan urbanisasi, dapat
memengaruhi dinamika sosial, ekonomi, dan budaya di desa dengan mengubah komposisi
penduduk dan pola kerja.
12. Pengaruh Globalisasi: Pengaruh globalisasi, termasuk perdagangan internasional,
investasi asing, dan media massa, dapat memengaruhi nilai, budaya, dan ekonomi lokal di
desa melalui penyebaran informasi, teknologi, dan tren global.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi social ekonomi budaya masyarakat
kota:
1. Urbanisasi: Proses urbanisasi merupakan faktor sentral dalam perkembangan masyarakat
kota. Urbanisasi menghasilkan pertumbuhan populasi kota, perubahan struktur demografis,
serta migrasi internal dan internasional yang memengaruhi dinamika sosial, ekonomi, dan
budaya.
2. Ketimpangan Ekonomi: Ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan antara
penduduk kaya dan miskin merupakan faktor penting dalam masyarakat kota. Ketimpangan
ekonomi dapat mengakibatkan pembentukan kelas sosial yang jelas, akses terhadap layanan
dasar yang tidak merata, dan ketidakadilan dalam kesempatan ekonomi.
3. Pola Pekerjaan dan Industri: Struktur pekerjaan dan industri di kota mempengaruhi
kesempatan kerja, tingkat penghasilan, dan taraf hidup penduduk. Peningkatan sektor jasa
dan teknologi informasi, misalnya, dapat menciptakan peluang pekerjaan baru, sementara
kemunduran sektor manufaktur dapat menyebabkan pengangguran struktural.
4. Akses Terhadap Layanan Publik: Akses terhadap layanan publik seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi, air bersih, dan sanitasi memiliki dampak besar pada kualitas hidup

20
penduduk kota. Perbedaan aksesibilitas dan kualitas layanan publik dapat mengakibatkan
ketidaksetaraan dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi.
5. Keanekaragaman Budaya: Masyarakat kota sering kali menjadi tempat bagi berbagai
kelompok etnis, agama, dan budaya. Keanekaragaman budaya ini memengaruhi interaksi
sosial, norma-norma, nilai-nilai, dan praktik-praktik budaya di kota.
6. Infrastruktur dan Perumahan: Ketersediaan infrastruktur dasar seperti jalan, transportasi
publik, perumahan yang terjangkau, dan fasilitas umum lainnya memengaruhi kualitas hidup
dan kenyamanan penduduk kota. Kondisi infrastruktur dan perumahan juga dapat
menciptakan polarisasi spasial antara daerah kaya dan miskin di kota.
7. Tingkat Pendidikan: Pendidikan memainkan peran kunci dalam meningkatkan mobilitas
sosial dan ekonomi penduduk kota. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat membuka akses ke
peluang kerja yang lebih baik, meningkatkan penghasilan, dan mengurangi ketimpangan
sosial.
8. Polusi dan Lingkungan Hidup: Polusi udara, pencemaran air, dan degradasi lingkungan
lainnya adalah masalah serius di banyak kota. Faktor-faktor ini memengaruhi kesehatan
masyarakat, kualitas hidup, dan keberlanjutan lingkungan di kota.
9. Teknologi dan Komunikasi : Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
mengubah cara penduduk kota berinteraksi, bekerja, dan mengakses informasi. Digitalisasi
juga memiliki dampak signifikan pada struktur ekonomi, pekerjaan, dan inklusi sosial di kota.
10. Kriminalitas dan Keamanan: Tingkat kriminalitas dan keamanan adalah faktor penting
yang memengaruhi kualitas hidup dan stabilitas sosial di kota. Ketidakamanan dapat
menghambat perkembangan ekonomi, investasi, dan pembangunan sosial.
e) Perkembangan
Perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya di masyarakat desa:
1. Perekonomian: Masyarakat desa sering tergantung pada sektor pertanian, tetapi perlahan-
lahan dapat mengalami diversifikasi ekonomi dengan meningkatnya sektor jasa dan industri
kecil. Hal ini dapat dipicu oleh perubahan dalam pola konsumsi, permintaan pasar, dan akses
terhadap modal dan teknologi.
2. Pendidikan: Akses terhadap pendidikan yang berkualitas dapat memengaruhi mobilitas
sosial dan ekonomi di masyarakat desa. Peningkatan akses terhadap pendidikan formal dan
non-formal, serta pemahaman akan pentingnya pendidikan bagi masa depan, dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup dan kesempatan kerja di desa.
3. Kesehatan dan Sanitasi: Perkembangan infrastruktur kesehatan dan sanitasi merupakan
indikator penting dalam perkembangan masyarakat desa. Akses terhadap layanan kesehatan
yang berkualitas, penyuluhan kesehatan, serta program-program pencegahan penyakit dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
4. Perubahan Demografis: Perubahan dalam struktur demografis, termasuk pertumbuhan
populasi, migrasi, dan perubahan pola keluarga, dapat memengaruhi kebutuhan dan dinamika

21
sosial ekonomi di desa. Hal ini mempengaruhi permintaan akan layanan dan infrastruktur,
serta distribusi sumber daya lokal.
5. Teknologi dan Komunikasi: Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat
mempercepat perkembangan ekonomi dan akses terhadap informasi di masyarakat desa.
Perkembangan teknologi juga dapat membuka peluang baru untuk pengembangan ekonomi
lokal, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Konservasi Budaya: Pemeliharaan dan pengembangan warisan budaya dan tradisi lokal
merupakan aspek penting dalam perkembangan masyarakat desa. Program-program untuk
melestarikan bahasa, adat istiadat, seni, dan kerajinan tradisional dapat membantu
memperkuat identitas budaya masyarakat desa.
7. Partisipasi Masyarakat: Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan dan pembangunan lokal merupakan faktor kunci dalam perkembangan masyarakat
desa. Pembentukan organisasi masyarakat, forum partisipatif, dan mekanisme keterlibatan
publik lainnya dapat memperkuat kapasitas dan solidaritas sosial di desa.
8. Terhadap Layanan Dasar: Peningkatan akses terhadap layanan dasar seperti air bersih,
sanitasi, listrik, dan transportasi merupakan indikator perkembangan sosial ekonomi di desa.
Investasi dalam infrastruktur dasar ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat desa secara keseluruhan.
9. Keberlanjutan Lingkungan: Perlindungan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan menjadi semakin penting dalam perkembangan masyarakat desa.
Perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya di masyarakat kota:
1. Urbanisasi yang Pesat: Urbanisasi yang pesat terus berlanjut di banyak negara, dengan
lebih banyak orang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan, pendidikan, dan peluang
ekonomi lainnya. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan populasi kota yang cepat dan
perubahan dalam struktur demografis masyarakat.
2. Diversifikasi Ekonomi: Masyarakat kota sering kali memiliki ekonomi yang lebih
terdiversifikasi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Pertumbuhan sektor jasa,
teknologi, dan kreatif sering menjadi tren dalam perkembangan ekonomi perkotaan,
sementara sektor manufaktur dan pertanian cenderung menurun.
3. Peningkatan Ketersediaan Layanan Publik: Pemerintah kota biasanya berusaha
meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas layanan publik seperti pendidikan, kesehatan,
transportasi, dan infrastruktur dasar lainnya. Ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk kota dan mempromosikan inklusi sosial.
4. Teknologi dan Digitalisasi: Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
mengubah cara masyarakat kota bekerja, berinteraksi, dan mengakses informasi. Digitalisasi
juga telah memengaruhi sektor ekonomi kota, termasuk e-commerce, layanan kesehatan
online, dan pendidikan jarak jauh.

22
5. Peningkatan Mobilitas dan Transportasi: Mobilitas penduduk kota semakin meningkat,
baik melalui transportasi umum maupun pribadi. Inovasi dalam transportasi seperti layanan
ridesharing, sepeda berbagi, dan transportasi massal yang terintegrasi berkontribusi pada
efisiensi dan kenyamanan mobilitas kota.
6. Pengembangan Infrastruktur yang Berkelanjutan**: Kesadaran akan pentingnya
pembangunan berkelanjutan telah mendorong pengembangan infrastruktur yang ramah
lingkungan di banyak kota. Inisiatif seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah yang
efektif, dan penghijauan kota menjadi tren yang semakin penting.
7. Perubahan Sosial dan Budaya: Urbanisasi sering kali menyebabkan perubahan sosial dan
budaya dalam masyarakat kota. Interaksi antarbudaya yang intensif dapat memperkaya
kehidupan sosial dan budaya di kota, sementara juga menghadirkan tantangan dalam
mempertahankan identitas budaya lokal dan menanggulangi konflik antarbudaya.
8. Kebijakan Inklusi Sosial dan Gender: Pemerintah kota dan organisasi masyarakat sipil
semakin menyadari pentingnya kebijakan inklusi sosial dan gender dalam pengembangan
perkotaan. Upaya-upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua warga kota, termasuk
kelompok minoritas dan perempuan, memiliki akses yang adil terhadap peluang ekonomi,
layanan publik, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
9. Perubahan Pola Konsumsi: Masyarakat kota cenderung memiliki pola konsumsi yang
berbeda dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, dengan peningkatan permintaan akan
barang dan layanan kota seperti makanan cepat saji, mode, hiburan, dan gaya hidup yang
urban.
10. Tantangan Ketidaksetaraan dan Ketimpangan: Meskipun ada banyak kemajuan, tantangan
ketidaksetaraan ekonomi, akses terhadap layanan publik, dan kesenjangan sosial masih
menjadi masalah serius di banyak kota. Ketimpangan pendapatan, perumahan yang tidak
layak, dan diskriminasi masih merupakan hambatan besar dalam pencapaian kesejahteraan
yang merata bagi semua warga kota.

23
BAB III
3.1. Kesimpulan
Terdapat perbedaan signifikan antara masyarakat desa dan kota dalam hal struktur
sosial, mata pencaharian, sistem ekonomi, dan pola interaksi sosial. Masyarakat desa
cenderung hidup lebih terkait dengan alam dan memiliki solidaritas sosial yang kuat,
sementara masyarakat kota lebih individualis dan bergantung pada infrastruktur dan teknologi
modern. Penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperhatikan dan
mengakomodasi kebutuhan khusus dari kedua jenis masyarakat ini dalam merancang
kebijakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
3.2. Saran
1. Mendorong diversifikasi ekonomi di desa untuk mengurangi ketergantungan pada
pertanian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Memperkuat solidaritas sosial dan mempertahankan nilai-nilai budaya lokal di
masyarakat desa.
3. Meningkatkan akses dan pemanfaatan teknologi di desa untuk meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan.
4. Memperhatikan ketimpangan ekonomi dan sosial di kota serta meningkatkan akses
kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
5. Memperkuat peran koperasi dan organisasi ekonomi lainnya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat baik di desa maupun kota.
6. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja lokal baik di desa maupun kota.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dilahur. (1994). Geografi Desa dan Pengertian Desa. Forum Geografi No. 14 dan 15
Th. VIII

Ir. Iwan Kustiawan, M. T. (2020). Pengertian Dasar dan Karakteristik Kota,


Perkotaan, dan Perencanaan Kota. Modul I

Alifah Dewimagfirliani Zainal. (2021). KONDISI PEREKONOMIAN MASYARAKAT


NELAYAN

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011-
AYI_BUDI_SANTOSA/masyarkat_pedesaan/I.pdf

Eni Haryati. (2016). PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT DI


LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI (Studi Desa Tarikolot, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

https://www.edutorial.id/bagaimana-kehidupan-ekonomi-masyarakat-kota-dan-
masyarakat-desa/

https://gooddoctor.id/pendidikan/bagaimana-kehidupan-ekonomi-masyarakat-kota-
dan-masyarakat-desa/
#1_Masyarakat_kota_memiliki_akses_yang_lebih_baik_ke_sumber_daya_infrastrukt
ur_dan_teknologi_dibandingkan_masyarakat_desa

Yulianthi. (2015). Ilmu Sosial Budaya

25
Unsur-Unsur dan Potensi Kota (siswapedia.com)

Moh. Fahry Djuraini. (2020). Makalah Permasalahan Daerah Pedesaan

26

Anda mungkin juga menyukai