DISUSUN:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang GEOGRAFI
DESA KOTA ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai GEOGRAFI DESA KOTA. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran .
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Gorontalo, 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.
1.2 Rumusan masalah.
1.3 Tujuan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ruang lingkup dan pendekatan geografi pedesaan
2.2 Ciri unsur fungsi potensi desa
2.3 Evolusi dan pola pemukiman pedesaan
2.4 Klasifikasi pedesaan dan tipologi desa
2.5 Permasalahan daerah pedesaan
2.6 Perencanaan dan pembangunan pedesaan
2.7 Mordenisasi dan pembinaan masyarakat desa
2.8 Pengertian ciri ruang lingkup dan pendekatan geografi perkotaan
2.9 Perkembangan dan klasifikasi perkotaan
2.10 Struktur keruangan kota dan teori-teori sebaran kota
2.11 Urbanisasi
2.12 Permasalahan perkotaan
2.13 Interaksi kota desa
2.14 Perencanaan dan pembangunan perkotaan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berabad-abad Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebagai negara agraris sebagian
masyarakat Indonesia tinggal di daerah perdesaan. Nilai-nilai sosial, ekonomi, dan dan
kebudayaan sangat kental di perdesaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman serta
berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat menyebabkan daerah perdesaan bergeser nilai-
nilai sosial budayanya. Karena pengaruh modernisasipun masyarakat bergeser yang semula
masyarakat perdesaan menjadi perkotaan.
Masyarakat perkotaan terkenal dengan kemajuan teknologi, ekonomi, serta pola pikir
masyarakatnya. Interaksi yang terjadi antar individupun berbeda dengan masyarakat perdesaan,
yaitu lebih mengedepankan kepentingan. Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun
kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa
atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman.
Di Indonesia sendiri ciri-ciri desa dan kota begitu dikotomis. Desa bersifat tradisional dan
kota bersifat modern. Namun dengan kondisi yang telah berubah sifat tersebutpun tidak
sepenuhnya dilekatkan pada desa ataupun kota saja. Pada aspek sosial pun antara desa dan kota
sudah mulai sama.
Pengertian atau pemahaman orang tentang konsep desa dan perdesaan itu kelihatannya amat
berbeda dari satu kawasan ke kawasan yang lain , berbeda dari satu negara ke negara yang lain .
Dengan demikian , mungkin sekali saja , bahwa konsep sosiologi perdesaan itu berbeda dari satu
lokasi ke lokasi yang lain . Kita perlu memahami benar terlebih dahulu konsep atau pengertian
perdesaan itu.
Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam
bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Dengan kata lain, Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya
umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari perdesaan, tetapi kota berbeda dengan
pedesaan, karena masyarakat kota merupakan suatu kelompok teritorial di mana penduduknya
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok
terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang
tinggi.
1.2 Rumusan masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri desa.
2. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri kota.
3. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi desa.
4. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi kota.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri desa.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri kota.
3. Untuk mengetahui klasifikasi desa.
4. Untuk mengetahui klasifikasi kota.
BAB II PEMBAHASAN
Geografi desa merupakan suatu studi dalam bidang ilmu Geografi yang termasuk dalam
kelompok studi Geografi Manusia. Munculnya Geografi desa sebagai suatu studi dalam ilmu
Geografi yang berdiri sendiri sebagai sub-disiplin ilmu belum begitu lama. Barulah disekitar
akhir dasawarsa 1960-an Geografi Pedesaan mencapai bentuknya yang lebih nyata. Kelambanan
pemunculan Geografi Pedesaan sebagai studi yang berdiri sendiri itu, kemungkinan dikarenakan
kurangnya perhatian para ilmuwan Geografi pada waktu yang lampau terhadap masalah-masalah
social ekonomi di daerah pedesaan.
a. Ciri-ciri desa
Berikut ini terdapat beberapa ciri ciri desa, yakni sebagai berikut:
b. Fungsi Desa
Berikut ini terdapat beberapa fungsi dari desa, yakni sebagai berikut:
a. Pola memanjang jalan merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah datar yang
terdapat sarana transportasi jalan raya yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya.
Masyarakat membandang pembangunan di pinggir jalan akan mempermudah perjalanan bila
hendak pergi ke tempat lain. Selain itu pergerakan pendistribusian barang dan jasa juga relatif
lebih mudah daripada di dalam perkampungan.
b. Pola memanjang sungai merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah pinggir
sungai. Pada umumnya, permukiman ini terjadi karena peran sungai tersebut dipandang penting
bagi kehidupan penduduk, misalnya sebagai sarana transportasi, ekonomi atau perternakan ikan.
c. Pola memanjang pantai merupakan pola permukiman yang dilakukan oleh para nelayan di
daerah pesisir pantai dimana penduduknya sangat bergantung dengan hasil dari menangkap ikan
di laut.
d. Pola memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api merupakan pola permukiman yang
biasanya dilakukan oleh penduduk yang punya profesi ganda yakni sebagian ada yang sebagai
nelayan dan ada juga yang sebagai pedagang.
e. Pola radial merupakan pola permukiman yang terjadi di lereng gunung merapi. Biasanya
mereka tinggal di pinggir-pinggir sungai yang bermuara dari gunung berapi.
f. Pola tersebar merupakan pola permukiman yang terjadi di daerah yang tingkat kesuburan
tanahnya berbeda-beda.
2.4.2 Tipologi Desa
1. Berdasarkan sistem ikatan kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan ikatan-
ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan
kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
a. Tipe desa geneologis, yaitu suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana
masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian
darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal,
dan campuran.
b. Tipe desa teritorial, yaitu suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela.
Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan
bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum
dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c. Tipe desa campuran, yaitu suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan
dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.( 2013. Sumber
Ilmu.)
Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah
dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Pendapatan,
belanja dan pembiayaan desa harus ditetapkan dalam APBDes yang ditetapkan dalam Peraturan
Desa oleh Kepala Desa bersama BPD. Pertanggungjawaban terhadap penggunaan dan
pengelolaan keuangan desa ini merupakan tanggungjawab Kepala Desa untuk disampaikan
kepada Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan melalui Camat,
Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran, dan masyarakat dalam
musyawarah desa. Keuangan Desa menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 adalah semua hak
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Sementara itu pengelolaan
keuangan desa adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban yang dilaksanakan dalam
satu tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Untuk tercapainya sistem pengelolaan keuangan desa yang baik, pemerintah desa harus
lebih dulu membuat dan merancang tahapan-tahapan pengelolaan keuangan desa yang baik dan
benar.Tahapan pengelolaan keuangan Desa menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan (2015) meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggungjawaban. Perencanaan Secara umum, perencanaan keuangan adalah kegiatan
untuk memperkirakan pendapatan dan belanja dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan
dating (Sumarna, 2015).
Perencanaan keuangan desa dilakukan setelah tersusunnya RPJMDes dan RKPDes yang
menjadi dasar untuk menyusun APBDes yang merupakan hasil dari perencanaan keuangan desa.
Perencanaan pembangunan desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa.
Musyawarah desa paling lambat dilaksanakan pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.
Perencanaan pembangunan desa menjadi pedoman bagi Pemerintah desa dalam menyusun
RPJMDes, RKPDes, dan daftar usulan RKPDes. Dalam menyusun RPJMDes dan RKPDes,
Pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara
partisipatif.Musyawarah perencanaan pembangunan desa diikuti oleh Badan Permusyawaratan
Desa dan unsur masyarakat Desa. Rancangan RPJMDes dan rancangan RKPDes dibahas dalam
musyawarah perencanaan pembangunan Desa. Pelaksanaan Pelaksanaan keuangan desa
merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang dan kegiatan di
lapangan (Sumarna, 2015). Kegiatan yang dilakukan sesuai kewenangan desa yang diolah
melalui rekening desa. Artinya, semua penerimaan dan pengeluaran desa harus dikelola melalui
rekening desa yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.Sehingga harus benar-benar
dilakukan pencatatan transaksi secara tertib dan dapat dipertanggungjawabkan. Rangkaian
kegiatan untuk melaksanakan APBDes dalam satu tahun anggaran dimulai dari 1 Januari hingga
31 Desember. Atas dasar APBDes dimaksud, disusunlah Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk
setiap kegiatan yang menjadi dasar pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).
Adapun tugas, tanggungjawab serta prosedur penatausahaan yaitu yang pertama
bendahara desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan maupun
pengeluaran, yang kedua yaitu bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan
uang yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, kemudian Kepala Seksi selaku Pelaksana
Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa. Penyetoran langsung melalui Bendahara
Desa oleh pihak ketiga, dilakukan sesuai prosedur yaitu pihak ketiga/penyetor mengisi Surat
Tanda Setoran (STS)/tanda bukti lain, kemudian bendahara desa menerima uang dan
mencocokan dengan STS dan tanda bukti lainya, bendahara desa mencatat semua penerimaan,
bendahara desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa, dan yang terakhir bukti setoran dan
bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan secara tertib.Untuk itu bendahara desa dilarang untuk
membuka rekening atas nama pribadi di bank dengan tujuan pelaksanaan APBDes serta
menyimpan uang, cek atau surat berharga, kecuali telah diatur melalui peraturan
perundangundangan. Selain berupa Buku Kas Umum, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu,
bukti transaksi juga merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan keuangan.Tanpa
bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.Bukti transaksi adalah dokumen pendukung
yang berisi data transaksi yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan
keuangan.
A. Perencanaan
Dalam pelaksanaan pembangunan perencanaan merupakan proses penting untuk mecapai
hasil yang diinginkan, perencanaan pembangunan desa merupakan hal penting yang harus
dilakukan oleh pemerintahan desa. Perencanaan pembangunan desa merupakan wujud dari visi
misi kepala desa terpilih yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menenagh desa.
Dalam pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus melibatkan masyarakat
sebagai subyek pembangunan, proses yang melibatkan masyarakat ini, mencakup dengar pendapt
terbukasecara eksstensif dengan sejumalah besar warganegara yang mempunyai kepedulian,
dimana dengar pendapt ini disusun dalam suatu cata untuk mempercepat para individu,
kelompok kelompok kepentingan dan para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka kepada
pembuatan desain dan redesain kebijakan dengan tujuan mengumpulkan informasi sehingga
pembuat kebijakan bisa membuat kebijakan lebih baik. (winarso, 2007:64).
Dengan pelibatan tersebut maka perencanaan menjadi semakin baik, aspirasi masyarakat
semakin tertampung sehingga tujuan dan langkah langkah yang diambil oleh pmerintah desa
semakin baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Senada dengan apa yang disampaiakan
oleh Robinson Tarigan, Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. (Tarigan, 2009:1)
Dalam ketentuan umum permendagri lebih jelas dikatakan pada pasal 1 ayat 10,
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara
partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangkamencapai
tujuan pembangunan desa.
Pemaparan diatas sangatlah jelas bahwa perencanaan adalah proses penting dalam
pelaksanaan pembangunan dan pelibatan masyarakat merupakan upaya untuk mendekatkan
kebutuhan masyarakat dalam kerangka pilihan keputusan dalam perencanaan.
B. Pembangunan
Pembangunan merupakan sebuah proses kegiatan yang sebelumya tidak ada menjadi ada,
atau yang sebelumnya sudah ada dan dikembangkan menjadi lebih baik, menurut Myrdal (1971)
pembangunan adalah sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Artinya bahwa
pembangunan bukan melulu pembangunan ekonomi, melainkan pembangunan seutuhnya yaitu
semua bidang kehidupan dimasyarakat.(dalam Kuncoro. Mudrajad, 2013:5)
Dalam pelaksanaan pembangunan pelibatan masyarakat sangatlah perlu untuk dilakukan
karena dengan partisipasi masyarakat maka proses perencanaan dan hasil perencanaan sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini sebagaimana pendapat Arif (2006 : 149-150) tujuan pembangunan
adalah untuk kesejahteraan masyarakat, jadi sudah selayaknya masyarakat terlibat dalam proses
pembangunan, atau dengan kata lain partisipasi masyarakat (dalam Suwandi dan Dewi
Rostyaningsih)
Modernisasi saat ini dialami oleh negara-negara berkembang dari kota sampai ke tingkat terkecil
seperti desa. Desa saat ini mengalami perubahan sosial dan budaya akibat modernisasi yang
cepat di era globalisasi karena teknologi komunikasi dan informasi yang semakin canggih seperti
yang terjadi di Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Modernisasi di Desa
Kalikudi sendiri dapat dilihat dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya yang semakin
kekota-kotaan.
Modernisasi juga merubah ciri mengenai perdesaan yang telah dikemukakan ilmuwan terdahulu.
Seperti yang diungkapkan oleh Emile Durkheim dengan solidaritas mekanik dan solidaritas
organiknya. Solidaritas mekanik dapat diidentikan dengan kehidupan masyarakat di perdesaan.
Sedangkan solidaritas organik diidentikan dengan masyarakat perkotaan. Sedangkan menurut
Tonnies masyarakat perdesaan diidentikan dengan gemeinschaft dan masyarakat modern atau
kota dengan nama gesselschaft (Stompka, 2008).
Sedangkan ciri fisik kota merupakan bentukan hasil campur tangan manusia yang
berfungsi sebagai sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan sebuah kota. Ciri-ciri
fisik kota meliputi adanya gedung pemerintahan, tempat ibadah, alun-alun, penjara, pasar, tempat
parkir, sarana olahraga dan rekreasi, ruang terbuka, dan pusat perbelanjaan modern. Karena kota
merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, maka diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi penduduknya.
Hal tersebut diperlukan oleh sebuah kota, karena kota memiliki berbagai fungsi bagi
penduduknya. Adapun fungsi kota adalah sebagai berikut :
Setiap kota memiliki dinamika perkembangan yang berbeda-beda. Ada kota yang lambat
berkembang, terutama kota-kota yang letaknya di pegunungan, sebaliknya kota yang terletak di
dataran rendah perkembangannya sangat pesat. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan morfologi
dan rencana pemekaran kota.
Ruang lingkup kota adalah batasan variabel dari suatu bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak
kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.
Ditandai dengan adanya masa Industrialisasi berlangsung mulai abad ke 17 setelah mulai
banyak ditemukan temuan teknologi. Industrialisasi berlangsung secara gencar dan massal terjadi
pada abad ke18 hingga sekarang. Namun pada abad ke 17 dan 18 diabdikan kepada segelintir
kelompok yang absolut dan kaum borjuis. Teknologi tidak digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Akibatnya banyak ditemui rakyat-rakyat yang hidup menderita.
Pada tahap selanjutnya globalisasi menggejala keseluruh pelosok dunia, bahkan menjadi
impian Negara Negara berkembang. Pada masa industrialisasi penduduk kota meningkat pesat,
menyebabkan kota berkembang secara tidak sehat, seperti masalah pemukiman kumuh,
penyediaan perumahan layak huni, kriminalitas yang meningkat, masalah sumber air bersih, dan
saluran air.
Ciri-ciri kota modern adalah penggunaan tekhnologi sebagai sarana untuk mempermudah
mewujudkan kebutuhan manusia, masyarakat memberikan perhatian pada persoalan lingkungan,
dengan mengenal system daur ulang dan sumber energi nonreguler sebagai alternative untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Ketiga, pemanfaatan tenaga listrik dan komputerisasi sebagai
sumber vital untuk menggerakkan roda kegiatan manusia. Masyarakat kota bekerja dengan
berbagai macam profesi. Pada kota modern, lembaga perekonomian semakin beragam, modern
dan computerized dengan lahirnya supermarket, sistem perbankan, asuransi, yang saling
berkaitan. Dalam kota besar telah terjadi pertemuan orang dari berbagai bangsa untuk tujuan
dagang dan saling bertukar kebudayaan. Terjadi perkawinan campuran antar bangsa maupun
antar ras sehingga menyebabkan penduduk kota heterogen.
b.Era Globalisasi
Disini modernisasi berkembang lebih lanjut. Tekhnologi dan ilmu pengetahuan
didefinisikan kembali. Tekhnologi dan ilmu pengetahuan seperti komputerisasi dan elektronisasi
berkembang lebih canggih, beragam, dan digunakan untuk kegiatan seolah di luar piker
masyarakat awam sebelumnya, memiliki tingkat globalisasi yng tinggi meliputi interaksi dan
kerjasama yang saling menguntungkan dan dapat terjadi dengan kota lain sehingga dunia
ekonomi memliki struktur.
Pada pengertian kota global, kota sering ditandai dengan tingkat industri dan tekhnologi
yang maju. Kemajuan ilu pengetahuan dan teknologi yang pesat didunia berakibat semakin pesat
teknologi dan penemuan-penemuan dalam berbagai bidang dan skala yang diperkenalkan pada
dunia, entah itu dibidang permesinan, medis, ilmu pengetahuan, mode, pelayanan, teknologi
robot, arsitektur, dan lain-lain.
Secara ideal, suatu kota dikatakan mengglobal, apabila masyarakatnya memiliki
kebiasaan untuk melakukan relasi dengan kota lain antarnegara. Biasanya pertama-tama kota
besarlah yang menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga masyarakat kota-
kota besar biasanya mudah mengalami globalisasi. Dengan tekhnologi pulalah jarak antara kota
yang satu dengan yang lain di antara dua Negara atau lebih semakin dekat. Dalam era global,
potensi kota yang satu sering berdampak pada kota yang lain diantara dua Negara atau lebih.
Sebagai contoh, orang dari kota yang tidak terlalu besar (tidak harus metropolitan) di Indonesia,
sudah terbiasa berobat ke luar negeri, seperti Singapura, Amerika Serikat, Belanda, dsb. Potensi
untuk menjadi kota global tidaklah harus berawal dari kota besar, tetapi dilihat potensinya bagi
Negara lain. Misalnya ; Denpasar bisa menjadi kota global karena objek pariwisatanya.
Ciri kota Global, yaitu apabila sebagian masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhannya
tidak selalu berorientasi pada kota dinegerinya sendiri. Masyarakat semacam ini memiliki
alternative berpikir untuk mendapatkan dan mencari hakikat kebutuhan hidupnya tak terbatas
pada negerinya. Masyarakat juga harus bisa menerima kedatangan orang asing dengan segala
potensi yang dimiliki oleh kota itu. Jadi, interaksi yang bersifat timbal balik dibutuhkan untuk
mencapai status sebagai kota global.
Tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan
dengan pemekaran atau perluasan kota. Merupakan peningkatan dari kota metropolis. Kekuasaan
dan kekayaan semakin menonjol, kemiskinan juga semakin meluas serta banyaknya kriminalitas.
Tahap perkembangan kota kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalulintas,
pelayanan maupun kriminalitas. Kota besar ini dilanda ketimpangan ketimpangan sosial yang
berupa korupsi dan kemerosotan moral. Kaum miskin merupakan kekuatan yang tak dapat
diabaikan.
Faktor-Faktor Penyebab Perkembangan Kota
Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada suatu
kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Ada tiga faktor
utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota :
a) Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena
kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi perkembangan tenaga kerja,
perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi.
b) Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional,
kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas.
c) Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua
faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan
menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut.
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980 menyebutkan pengertian kota
ke dalam dua kategori, yaitu kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan dan kota sebagai suatu lingkungan
kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri nongraris, misalnya ibukota kabupaten, ibu
kecamatan, serta berfungsi sebagai pertumbuhan dan permukiman.
Apabila dicermati dari pengertian kota tersebut, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kota
adalah sebuah pusat kegiatan manusia diluar kegiatan pertanian. Misalnya, industri,
pelayanan dan jasa, perdagangan, hiburan, dan rekreasi.lengkapnya berbagai fasilitas
penunjang tersebut membuat kota sebagai pusat perhatian dan dalam aktifitasnya sehari-hari
kota terlihat sangat sibuk.
Suatu daerah kota biasanya berasal dari sebuah desa yang berkembang jumlah penduduk
yang meningkat diperkotaan kebanyakan dimungkinkan karena dukungan berbagai faktor
yang lebih menguntungkan untuk hidup. Perubahan pola ini, diikutijuga oleh perubahan
keruangan terutama penggunaan tanah. Contohnya, daerah yang dibangun secara bertahap
telah menggantikan penggunaan tanah pertanian.
Pembatasan pengertian kota di indonesia umumnya didasari bahwa kota secara alamiah
merupakan sebuah desa yang berkembang. Tidaklah mustahil apabila Kota Jakarta pada
1960-1970-an sering dikenal sebagai the big village. Kenyataan ini dipacu oleh ketampakan
fisik yang nyata, karena kondisi Kota Jakarta saat itu menunjukan lingkungan yang kumuh.
Perubahan keruangan dari desa menjadi kota ternyata menjadikan sebuah fenomena
menarik. Hal ini sangat jelas terlihat di negara berkembang dengan munculnya daerah pusat
perdagangan atau Central Business District (CBD). Contoh di negara kita CBD berpenduduk
sangat padat bahkan di beberapa wilayah terkesan sangat padat. Pemukiman penduduk di
CBD Kota Jakarta telah berlangsung sejak 1940-an
Abeyasekere (dalam Koestoer) menggambarkan perjalanan Kota Jakarta secara historis.
Menurutnya, proses imigrasi telah menyebabkan Kota Jakarta berkemang. Kondisi ini
tentunya sangat berbeda dengan CBD di negara maju yang umumnya berpenduduk sedikit.
a. Tipologi Kota
Istilah kota biasanya didasarkan atas jumlah penduduk dan fungsi wilayahnya.
Jumlah penduduk merupakan indikator yang sangat mudah diukur dan memudahkan
dalam pengklasifikasian.
Berdasarkan atas jumlah penduduk, kota digolongkan ke dalam beberapa kelas,
misalnya yang penduduknya berjumlah antara 20.000 - 50.000 disebut kota kecil (town),
yang penduduknya berjumlah 50.000 100.000 disebut kota (city), dan yang penduduknya
berjumlah lebih dari 100.000 disebut metropolitan (metropolis).
Indikator lain yang banyak digunakan di bidang ekonomi adalah fungsi dominasi.
Dalam hal ini, kota-kota di golongkan berdasarkan besarnya perdagangan, industri, dan
sebagainya.
b. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Wilayah Kota
Pembangunan adalah suatu proses yang dinamis. Di dalam suatu pernyataan The
World Commission On Environment And Development (1987) merumuskan
pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
kebutuhan saat sekarang dengan memperhitungkan kemampuan generasi generasi masa
depan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.
Jadi pembangunan berkelanjutan adalah suatu konsep pemangunan yang
memepertimbangkan sumber daya langka untuk generasi generasi masa depan. Konsep
pembangunan seperti ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan
menggunakan pengelolan sumber daya dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep
pembangunan berkelanjutan tidak hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan manusia
semata, tetapi menitikberatkan pada perlindungan akan kelangkaan sumber daya dan
lingkungan keruangan. Singkatnya, konsep pembangunan berkelanjutan mengizinkan
manusia untuk mencapai tingkat pemanfaatan sumber daya yang optimal dan sekaligus
juga memelihara lingkungan untuk generasi mendatang.
Karakteristik sosial-ekonomi dari keruangan kota adalah struktur mata pencarian
penduduknya. Di beberapa kota, masih ada beberapa daerah yang masih memiliki
kesibukan dalam dunia pertanian. Perbedaan rasio antara kedua kelompok tersebut akan
berpengaruh pada struktur pekerjaan. Bersamaan dengan itu pula mengalirlah arus
urbanisasi ke kota yang tak dapat ditahan.
Dalam pengembangan wilayah, sarana transportasi merupakan faktor yang diikuti
mendongkrak laju pembangunan. Kemajuan sarana transportasi berdampak tidak hanya
bagi perkotaan tetapi pengaruh yang lebih besar justru berada di pedesaan. Manfaat yang
paling terasa dengan kemajuan sarana transportasi di pedesaan adalah kemudahan dalam
pendistribusian hasil pertanian. Dengan demikian, secara langsung kemajuan sarana
transportasi mempercepat pembangunan pertanian. Tanpa fasilitas transportasi, hampir
tidak mungkin pengembangan pertanian ekonomi bisa terdorong. Begitupula di daerah
perkotaan, akses yang baik dalam transportasi perkotaan akan mendorong pembangunan
dan penngembanan industri dan jasa. Hal inilah yang berpengaruh langsung terhadap
pengembangan ekonomi secara umum.
Santos pada awalnya merumuskan generasikota berdasarkan empat periode dalam
sejarah, yaitu sebagai berikut :
a) Periode sebelum perdagangan dunia (sebelum abad ke-16)
b) Periode perdagangan dunia (sejak abad ke-16)
c) Masa revolusi industri dan pengangkutan (sejak tahun 1850)
d) Periode masa kini (setelah tahun 1945)
Generasi suatu kota ditentukan oleh salah satu periode tersebut dimana kota itu dibentuk
2.11 Urbanisasi
2.11.1Pengertian urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah
yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan
kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan
lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Akibatnya, persebaran penduduk menjadi tidak merata antara desa dengan kota yang akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan
penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan
pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain
sebagainya tentu menjadi suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Dalam hal kependudukan, perpindahan manusia dari desa ke kota sendiri hanya
merupakan salah satu penyebab urbanisasi. Karena itu perpindahan itu sendiri dapat
dikategorikan menjadi 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya
Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk
tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang
hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa,
impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau
faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau
faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat
menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
Dari pengertian-pengertian, batasan dan hirarkhi tersebut terlihat bahwa kota dengan
berbagai heterogenitasnya, menyimpan berbagi permasalahan, yang di antaranya seperti yang
diungkapkan oleh Sarlito (1992: 22): Menurut Sarlito (1992:62), salah satu persoalan yang
sampai saat ini terus dirasakan adalah adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang makin lama
makin menyolok. Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan golongan
miskin bertambah miskin. Semakin besar, semakin padat dan heterogen penduduknya, semakin
jelaslah ciri-ciri tersebut.
Di samping itu, fenomena lain pada kehidupan kota adalah adanya sifat kompetitif yang
sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang lebih dititikberatkan pada pertimbangan
keuntungan secara ekonomis.
Dari kondisi diatas, perlahan-lahan akan terjadi perubahan tata nilai pada kehidupan
masyarakat yang mengacu pada fenomena-fenomena tersebut, yang selanjutnya akan bermuara
pada suatu kondisi:
1. Adanya keinginan untuk membatasi hubungan/ pergaulan, khususnya terhadap orang atau
kelompok diluar lingkungan atau kelasnya.
2. Adanya konflik kepentingan masing-masing kelompok atau individu akibat dari pemaksaan
kehendak dan salah satu kelompok atau individu terhadap kelompok atau individu lain,
yang sebenarnya berakar dari pemikiran egosentris masing-masing kelompok atau individu
tersebut tanpa mempertimbangkan kepentingan kelompok atau individu lainnya.
Kedua hal itulah yang menjadi sebab pokok dominasi perilaku individualis pada kehidupan
perkotaan, yang sekaligus sebagai salah satu ciri kehidupan kota
Selanjutnya Bintarto (1989: 36) mengatakan bahwa kemunduran lingkungan kota yang
juga dikenal dengan istilah Urban Environment Degradation pada saat ini sudah meluas di
berbagai kota di dunia, sedangkan di beberapa kota di Indonesia sudah nampak adanya gejala
yang membahayakan. Kemunduran atau kerusakan lingkungan kota tersebut dapat dilihat dari
dua aspek:
1. Dari aspek fisis, (environmental degradation of physical nature), yaitu gangguan yang
ditimbulkan dari unsur-unsur alam, misalnya pencemaran air, udara dan seterusnya.
2. Dari aspek sosial-masyarakat (environmental degradation of societal nature), yaitu
gangguan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri yang menimbulkan kehidupan yang
tidak tenang, tidak nyaman dan tidak tenteram.
Di samping kenyataan tersebut, kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan
segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja
menjadi suatu pull factor yang menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang
yang akan mengadu nasib di kota harus mempunyai starategi, yaitu: bagaimana bisa
memanfaatkan dan menikmati segala fasilitas yang serba menjanjikan tersebut namun juga bisa
mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada
Beberapa contoh ungkapan fisik sebagai perwujudan perilaku individualis pada masyarakat
kota yaitu:
1. Pemasangan pagar halaman depan yang dibuat sangat tinggi dan masif,
karena untuk memenuhi ego pemilik supaya tidak disamakan atau tidak ingin sama
dengan lingkungannya dalam arti supaya dianggap lebih tinggi derajatnya dari
lingkungan tersebut.
menunjukkan bahwa sesuatu area adalah milik pribadi, bukan untuk masyarakat
umum sehingga masyarakat umum tidak boleh masuk area tersebut, atau setidak-
Perilaku individualis selain diwujudkan dalam ungkapan fisik, juga banyak didapati pada
sikap dan perilaku masyarakat kota. Hal ini bisa dilihat dari beberapa contoh:
Pengertian interaksi dalam wikipedia adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi
sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah
ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat.
Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang
mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.
A.Desa
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan pengertian desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di
istilahkan dengan kampung,yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,yang di
huni sekelompok masyrakat di mana sebagian besar mata pencaharianya sebagai petani
sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau lebih atau dusun di
gabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atao berhak mengatur rumah tangga
sendiri (otonomi).
B. Kota
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan
rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya,
kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa atau kampung didominasi oleh lahan
terbuka bukan pemukiman.
Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan
gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian menyebabkan penduduk
kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan
orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam
berinteraksi.
Perencanaan adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi
yang bersifat akumulatif. Artinya perubahan pada suatu keseimbangan awal dapat
mengakibatkan perubahan pada sistem sosial yang akhirnya membawa sistem yang ada menjauhi
keseimbangan awal. Perencanaan sebagai bagian daripada fungsi manajemen yang bila
ditempatkan pada pembangunan daerah akan berperan sebagai arahan bagi proses pembangunan
berjalan menuju tujuan di samping itu menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembangunan
yang dilaksanakan.
Menurut Tjokroamidjojo (1992), perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah
suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan
sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternative dari kegiatan untuk
mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti supaya pelaksanaan tidak
menyimpang tujuan, Albert Waterston mendefinisikan perencanaan pembangunan seperti
demikian.
Berbagai ahli memberikan definisi perencanaan. Bahkan ada yang memberikan pengertian lebih
luas contohnya Prof. Jan Tinbergen mengemukakan lebih kepada kebijaksanaan pembangunan
(development policy) bukan hanya perencanaan (plans) semata.
Perencanaan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Namun tidak semua rencana
merupakan perencanaan pembangunan Terkait dengan kebijaksanaan pembangunan maka
pemerintah berperan sebagai pendorong pembangunan (agent of development), ini terkait dengan
definisi perencanaan yang merupakan upaya institusi public untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan
didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan
pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.
Dalam prakteknya pelaksanaan pembangunaan akan menemui hambatan baik dari sisi
pelaksana, masyarakat yang menjadi obyek pembangunan maupun dari sisi luar semua itu. Lebih
rinci alasan diperlukannya perencanaan dalam proses pembangunan sebagai berikut:
Perencanaan yang baik seperti sebuah perjalanan yang sudah melewati separo jalan,
karena sisanya hanyalah tinggal melaksanakan dan mengendalikan. Apabila dalam
pelaksanaannya konsisten, pengendalian yang efektif, dan faktor-faktor pengganggu sedikit atau
tidak memberi pembiasan pelaksanaan pembangunan, maka pembangunan dapat dikatakan
tinggal menanti waktu untuk mencapai tujuan.
Negara besar sekalipun tetap menghadapi berbagai masalah pembangunan yang bertahap
harus diselesaikan. Ada berbagai alasan sebagai pendorong untuk melakukan perencanaan
seperti menonjolnya kemiskinan, adanya perbedaan kepentingan, keterbatasan sumber daya,
sistem ekonomi pasar dan adanya tujuan tertentu yang ditetapkan. Jadi Perencanaan
pembangunan menjadi prioritas utama.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada pergeseran nilai,
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang terjadi setelah reformasi
meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik, dari pendekatan top down menjadi
bottom up sudah jelas dampak langsungnya adalah diberikannya kewenangan yang lebih besar
kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Kewenangan tersebut dijamin dengan
lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Selanjutnya kedua Undang-undang tersebut disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
3.1 Kesimpulan
Geografi desa merupakan suatu studi dalam bidang ilmu Geografi yang termasuk dalam
kelompok studi Geografi Manusia. Munculnya Geografi desa sebagai suatu studi dalam ilmu
Geografi yang berdiri sendiri sebagai sub-disiplin ilmu belum begitu lama. Barulah disekitar
akhir dasawarsa 1960-an Geografi Pedesaan mencapai bentuknya yang lebih nyata. Kelambanan
pemunculan Geografi Pedesaan sebagai studi yang berdiri sendiri itu, kemungkinan dikarenakan
kurangnya perhatian para ilmuwan Geografi pada waktu yang lampau terhadap masalah-masalah
social ekonomi di daerah pedesaan.
Pengertian kota secara sosiologis didefinisikan sebagai tempat pemukiman yang relatif
besar, berpenduduk padat dan permanen terdiri dari individu-individu yang secara sosial
heterogen ( De Goede, dalam Sarlito 1992: 40). Di sisi lain, Bintarto (1989:34) menyatakan
bahwa dari segi geografis, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia
yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-
ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Menurut ketentuan formal seperti yang
tercantum di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 tahun 1987, disebutkan bahwa
yang dimaksudkan dengan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kota.
Ciri-ciri desa
Berikut ini terdapat beberapa ciri ciri desa, yakni sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno, Metode Analisa Geografi, LP3ES Yogyakarta 1978.
Cole, Lawrence E. (1953). Human Behavior, Psychology as Bio Social Science. New York:
World Book Company.
Departemen Dalam Negeri RI. (1985). National Urban Development Strategy. Jakarta.
Hatt & Reis. (1966). Cities and Society. New York: The Free Press.
Hariyono Paulus. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta : Bumi Aksara.
Hagget, Peter. 1970, Geography, A Modern Synthesis. 3rd Edition, London: Harper and Row
Publisher.
Jayadinata, Johara T, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan dan Wilayah,
ITB Bandung, 1999.
Kuncoro, Mudrajad (2010;5) masalah, kebijakan, dan politik ekonomika Pembangunan, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Lang Jon. (1987). Creating Architectural Theory. New York: Reinhold Company Inc.
Mangunwijaya. YB. (1985). Teknologi dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Mulyo, Bambang Nianto dan Purwadi Suhandini. 2015. Geografi untuk Kelas XII SMA dan MA.
Solo : Global Tiga Serangkai.
Sarlito. WS. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Setiabudi, Agus Eka. 2010. Interaksi Desa dan Kota. http:// AGUS EKA SETIABUDI Interaksi
Desa dan Kota.htm. [25 Oktober 2014].
Sujarto, Djoko. 1989. Faktor Sejarah Perkembangan Kota Dalam Perencanaan Perkembangan
Kota. Bandung : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB.
Suweda, I wayan. 2011. Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya Saing, dan
Beranatonomi. Juurnal Teknik Sipil Volume 15, No. 2 Juli 2011
Wibowo, Awal., dkk. 2015. Studi Tentang Struktur Kota Sistem Transportasi dan Mobilitas
Penduduk di Kota Purwakerto. Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 222-233.
Winarso, Budi (2007:64) kebijakan public, teori dan proses, Penerbit Media Pressindo,
Yokyakarta Media Indonesia (12 September 2007)
Yunus, Hadi Sabari, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2001.
Yunus, Hadi Sabari. 1994, Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM.
Yunus, Hadi Sabari. 2000, Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
Zakapedia. 2013 .Pengertian Interaksi Menurut Para Ahli.
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.html.
[25 oktober 2014].
Indonesia, Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025.
Indonesia, Buku I Lampiran Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 2014.