Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun serta
menyelesaikan pembuatan modul Geografi Desa dan Kota bagi peserta didik Sekolah
Menengah Atas.

Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para peserta didik pada Sekolah
Menengah Atas yang tengah menempuh mata pelajaran Geografi. Modul ini disusun
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tenaga pendidik sehingga dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik beserta tenaga pendidik terkait mata pelajaran ini agar bisa
terlaksana kegiatan pembelajaran yang lebih komunikatif dan juga optimal.
Pembahasan modul ini menjelaskan mengenai Pola Keruangan Desa dan Kota yang
merupakan bagian dari mata pelajaran Geografi. Modul ini juga dilengkapi dengan
latihan soal untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi ini.

Kami berharap bahwa modul ini dapat memberikan referensi dan wawasan baru
bagi seluruh peserta didik agar lebih bisa memahami materi Geografi Desa dan Kota ini.
Dengan adanya modul ini akan bisa mengarahkan peserta didik terkait apa saja yang
terkandung di dalam ilmu geografi dan juga memahami pola keruangan desa dan kota.

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian modul ini, terutama kepada Dr. Singgih Susilo, M.S, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Geografi Desa dan Kota.

Kami menyadari bahwa dalam kegiatan penyusunan modul ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan juga kesempurnaan modul ini.
Semoga kedepannya modul ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
peserta didik.

Malang, 16 September 2021

Penyusun
PETA KONSEP

POLA KERUANGAN DESA


DAN KOTA

DESA INTERAKSI KOTA

KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK

POLA INTERAKSI

UNSUR DAN POTENSI UNSUR DAN POTENSI

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN

FAKTOR INTERAKSI

TATA RUANG TATA RUANG


POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA

Kompetensi Dasar :
Pada pembahasan Pola Keruangan Desa dan Kota, kamu akan mengetahui dan
memahami bagaimana membuat batas pengertian antara desa dengan kota, memahami
karakter perbedaan antara keduanya, dan memahami struktur ruang yang
membangunnya.

Indikator :

1. Menjelaskan tentang pola keruangan desa


2. Menjelaskan tentang pola keruangan kota
3. Menjelaskan tentang interaksi desa dan kota

Wilayah di permukaan bumi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu desa
dan kota. Walaupun dalam banyak hal, seringkali desa dan kota tidak mudah dibedakan,
tetapi dalam banyak hal pula kenampakannya sangat berbeda. Mulai dari sarana-sarana
fisik hingga struktur sosial. Bila dibandingkan tampak perbedaan sarana-sarana sosial
seperti jalan, tata letak bangunan, maupun fasilitas sosial lainnya. Begitu pula dengan
struktur sosial masyarakatnya yang juga berbeda. Untuk itulah geografi membahas desa
dan kota sebagai pebahasan tersendiri.

A. Pola Keruangan Desa

Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata “desa”? Mungkin akan teringat
segala kesederhanaan yang ditawarkan dan tradisional, sehingga akan terasa sangat
berbeda dengan kota. Namun, bukan hanya itu hal-hal yang bisa diidektikan dengan
desa. Karena nyatanya, masih banyak hal lainnya yang mencirikan pola keruangan
desa, seiring dengan perkembangan di segala bidang yang membuat desa semakin
maju dan tidak kalah dengan kota.

Bila kita mengingat sebuah desa, kita akan mengingat segala kesederhanaan
yang ditawarkannya. Kesederhanaan yang membuatnya sangat berbeda dengan
kota. Bahkan, jika dirunut karakteristik unik desalah yang membuatnya disebut
sebagai “kampung halaman”.
1. Devinisi Desa

Secara Etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, desa yang berarti
tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan
Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Adapun beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian desa, antara lain sebagai berikut.

a. Menurut UU NO. 22 Tahun 1999.


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional
dan berada di daerah kabupaten.

b. R. Bintarto,1977.
Wilayah perdesaan merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomis, politis dan kultural yang terdapat
disitu dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah
lainnya. Adapun secara administratif, desa adalah daerah yang teridir atas satu
atau lebih dukuh atau dusun yang digabungkan, sehingga menjadi suatu daerah
yang berdiri sendiri dan berhak mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi).

c. Menurut Finch, 1957.


Desa adalah suatu tempat yang terutama untuk tempat tinggal dan bahkan
terutama sebagai pusat perdagangan. Desa-desa itu disusun sebagian besar oleh
rumah-rumah pertanian dan dihubungkan dengan bangunan tambahan.

d. Mnurut Bunner, 1952.


Dapat dikatakan dengan tegas bahwa sebuah desa adalah tempat pemusatan
penduduk dengan jumlah antara 250 sampai 2500 orang.

e. Menurut Sutardjo Kartohadikusuma, 1953.


Desa ialah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

f. Menurut Paul H. Landis.


Desa memiliki pengertian suatu wilayah yang pendudukanya kurang dari 2500
jiwa, mata pencaharian penduduk desa biasanya masih bergantung pada dengan
keadaan alam sekitar, kebanyakan bersifat agraris. Penduduk desa biasanya
masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan gotong royong.
Dalam penyebutan beberapa istilah di Indonesia khususnya sangat bervariasi,
sesuai dengan bahasa daerah yang dimiliki setiap daerah. Contohnya dalam bahasa
Padang atau masyarakat Minangkabau (Sumatra Barat) desa dikenal dengan nagari.
Adapun di kawasan Sulawesi, seperti di Minahasa, masyarakat menyebutnya dengan
istilah wanus atau wanua, sedangkan masyarakat Aceh menyebutnya dengan kata
gampong. Masyarakat Batak menyebut desa dengan istilah uta atau huta. Istilah Sunda,
desa tetap dengan sebutan desa.

2. Unsur dan Potensi Desa

Kawasan pada pedesaan masih bersifat alamiah, belum banyak tersentuh


oleh teknologi modern dan pengembangan bangunan. Selain sebagai lahan
pemukiman penduduk, sebagian besar wilayah desa terdiri dari lahan pertanian,
perkebunan dan daerah yang tertutup oleh hutan alami. Setiap desa memiliki
potensi yang dapat digali dan dikembangkan sehingga menjadikan masyarakatnya
sejahtera. Berbeda dengan kota yang sebagian besar wilayahnya mayoritas tertutup
dengan kawasan pemukiman penduduk, gedung-gedung perkantoran, fasilitas sosial
dan kawasan industri. Tiga unsur utama desa yaitu sebagai berikut.

a) Daerah
Daerah merupakan bagian dari permukaan bumi yang membunyai batas-batas
administratif tertentu yang umumnya tidak begitu luas, termasuk didalamnya
tanah-tanah yang produktif dan yang tidak produktif, beserta penggunaannya,
termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan unsur geografi.
b) Penduduk
Penduduk merupakan sekelompok manusia atau individu yang secara bersama-
sama tinggal di suatu daerah tempat dan saling berhubugan. Penduduk dalam
hal ini meliputi jumlah, pertambahan, pendapatan, penyebaran dan mata
pencaharian penduduk setempat. Ciri-ciri penduduk desa antara lain sebagai
berikut.
1) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
(Paguyuban).
2) Masyarakat bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama
dan adat istiadat.
3) Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan
mendalam dibandingkan dengan masyarakat lain diluar batas
wilayahnya.
4) Mayoritas mata pencaharian penduduk desa biasanya sebagai petani.
c) Tata Kehidupan

Tata kehidupan masyarakat merupakan suatu aturan yang ada dan biasanya
berkaitan erat dengan adat istiadat suatu daerah, norma dan berbagai
karakteristik budaya yang berbeda antara suatu daerah dan wilayah yang lain.

Secara umum potensi desa adalah segala sesuatu yang dimiliki tetapi
belum dimanfaatkan. Selama belum dimanfaatkan maka potensi suatu wilayah
tidak akan memberi manfaat apapun bagi masyarakat. Berdasarkan potensi yang
dimilikinya, pedesaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.

1. Desa berpotensi tinggi, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian yang
subur dengan topografi datar atau agak miring. Desa juga dilengkapi
dengan fasilitas irigasi teknis sehingga memiliki kemampuan besar untuk
berkembang lbih lanjut.
2. Desa berpotensi sedang, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian agak
subur dengan topografi tidak rata. Fasilitas irigasi yang ada di desa
sebagian teknis dan sebagian lainnya teknis. Ini yang menyebabkan
perkembangan desa agak lambat.
3. Desa berpotensi rendah, yaitu desa yang memiliki lahan pertanian tidak
subur dengan topografi berbukit. Sumber air susah didapat dan kegiatan
pertanian bergantung pada surah hujan. Hal tersebut yang membuat desa
susah untuk berkembang.

Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan hidup (living unit), karena


daerah yang menyediakan kemungkinan hidup, dimana penduduk dapat
menggunakan kemungkinan tersebut untuk mempertahankan hidupnya, dan
tata kehidupan dalam artian yang baik memberikan jaminan akan
ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa. Maju mundurnya desa
sangat tergantung pada ketiga unsur di atas, karena unsur-unsur ini merupakan
kekuasaan desa atau potensi desa. Potensi desa ialah berbagai sumber alam
(fisik) dan sumber manusia (non fisik) yang tersimpan dan terdapat di suatu
desa, dan diharapkan kemanfaatannya bagi kelangsungan dan perkembangan
desa.

Potensi desa dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.


1) Potensi Fisik adalah segenap sumber daya alam yang terdapat di desa dan
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kelancaran, kelangsungan
dan perkembangan desa. Potensi-potensi fisik yang dimiliki desa adalah
sebagai berikut.
 Tanah, meliputi berbagai seumber tambang dan mineral, lahan
untuk tumbuhnya tanaman.
 Air, dalam artian sumber air yang meliputi keadaan atau kondisi,
tata airnya untuk irigasi, pertanian dan kebutuhan hidup sehari-
hari.
 Iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris
 Flora dan fauna, sebagai bahan makanan dan dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pendapatan.
 Manusia, sebagai seumber tenaga kerja potensial, baik pengolah
tanah, produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja
industri di kota.

2) Potensi Non Fisik, meliputi masyarakat desa itu sendiri, lembaga-lembaga


sosial desa yang ada beserta aparatur desanya, potensi inilah yang
dimanfaatkan dengan bik sehingga bisa tercipta perkembangan desa yang
baik.
Potensi-potensi non fisik yang dimiliki desa adalah sebagai berikut.
 Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong. Gotong-
royong merupakan sesuatu kekuatan berproduksi atau kekuatan
membangun atas dasar kerja sama dan saling pengertian antar
masyarakat desa.
 Lembaga-lembaga sosial, yaitu lembaga pendidikan dan
organisasi-organisasi sosial yang dapat memberikan bantuan
sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.
 Aparatur atau pamong desa, berfungsi untuk menjaga ketertiban
dan keamanan demi kelancaran jalannya pemerintahan desa.

3. Ciri-Ciri dan Karakteristik Desa


Pada wilayah khususnya di pedesaan pada umumnya masih diasosiasikan
sebagai daerah yang memiliki lokasi di daerah pedalaman, yang jauh dari
lingkungan perkotaan dan memiliki keterikatan yang kuat terhadap kehidupan
tradisional. Di dalam masyarakat desa berlaku keteraturan kehidupan sosial
yang mencakup kegiatan-kegiatan ekonomi, keagaman, politik dan hukum yang
sesuai dengan lingkungan hidup setempat.
Dapat dilihat dari karakteristik wilayahnya kawasan pedesaan masih
lebih bersifat alamiah, belum banyak yang tersentuh oleh teknologi modern dan
perkembangan pembangunan. Selain sebagai lahan permukiman penduduk,
sebagian wilayah desa terdiri atas lahan pertanian, perkebunan atau tertutup
oleh sebagian hutan alami, baik itu di wilayah desa yang memiliki letak di
wilayah pantai, dataran rendah, maupun dataran tinggi. Adapun kota sebagian
besar wiliayahnya tertutup oleh kawasan pemukiman penduduk, gedung-gedung
perkantoran, fasilitas sosial, kawasan industri dan kawasan lainnya.
Kehidupan masyarakat pedesaan dicirikan oleh kagiatan yang pada
umumnya bercorak agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh
pengaruh lingkungan alam. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan atau kondisi
alam setempat masih sangat kuat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk
desa. Hubungan antar warga masyarakat desa sangat erat, saling mengenal dan
gotong royong. Penderitaan seseorang di perdesaan pada umumnya menjadi
derita semua pihak. Menurut para ahli sosiologi hubungan masyarakat semacam
ini dikenal dengan istilah gemeinschaft ( paguyuban ).

Desa memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.

 Kehidupan mesyarakat yang sangat erat bergantung dengan alam.


 Struktur perekonomian yang mayoritas bersifat agraris.
 Pertanian yang sangat bergantung depada alam.
 Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja.
 Hubungan antar masyarakat desa berdasarkan ikatan kekeluargaan yang
erat.
 Perkembangan sosial relatif lambat dan sosial kontrol ditentukan oleh
moral dan hukum informal.
 Norma agama dan hukum adat masih berlaku sangat kuat.

Berikut pendapat beberapa ahli tentang ciri-ciri desa, antara lain sebagai berikut.

1. Menurut Soerjono Soekanto


 Masyarakatnya memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat karena
berasal dari satu keturunan.
 Corak kehidupannya bersifat paguyuban.
 Sifat gotong royong masih kuat.
 Penduduknya hidup dari sektor pertanian.
 Cara bertani yang masih tradisioanal.
 Golongan tertua kampung umumnya memegang peranan penting.
 Masyarakat masih memegang norma-norma agama secara kuat.

2. Menurut Rocek dan Warren


 Kelompok penduduk yang bermata pencaharian utama pertanian.
 Komunikasi keluarga dibentuk atas dasar faktor geografis.
 Hubungan masyarakat bersifat kekeluargaan.
 Mobilitas penduduk rendah.
 Kelurga di desa masih memiliki fungsi, khususnya sebagai unit ekonomi.
4. Perkembangan Desa
Tingkat perkembangan desa merupakan keadaan tertentu yang dicapai
oleh penduduknya dalam menyelenggarakan kehidupan dan mengelola sumber
daya yang ada. Tingkat perkembangan desa dinilai berdasarkan tiga faktor, yaitu
faktor ekonomi, sosial kultural dan faktor prasarana.
Dilihat dari faktor ekonomi meliputi mata pencaharian masyarakat dan
produksi desa, sedangkan pada faktor sosial kultural yang meliputi aspek adat
istiadat, kelembagaan, pendidikan dan gotong royong antar masyarakat. Faktor
ketiga yaitu faktor prasarana, pada faktor ini meliputi prasarana perhubungan,
pemasaran, dan sosial. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tingkat
perkembangan desa dapat dibedakan menjadi desa tradisional, desa swadaya,
desa swakarya dan desa swasembada.
1. Desa Tradisional
Desa tradisioanal juga dapat disebut pradesa, merupakan tipe desa pada
masyarakat suku terasing. Kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada
alam. Penduduknya cenderung tertutup serta kurang komunikasi dengan
daerah lain.

2. Desa Swadaya
Desa swadaya merupakan suatu wilayah pedesaan yang kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh masyarakat desa itu sendiri, Desa ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
 Biasanya keadaan geografis daerah ini terisolasi dengan daerah
lainnya.
 Penduduknya tidak padat.
 Hampir semua penduduknya bermata pencaharian homogen yaitu
bersifat agraris.
 Masyarakatnya biasanya masih sangat tradisional dan bersifat
terturup.
 Belum ada perangkat desa dan lin-lain. Jadi pengawasan sosial
dilakukan keluarga.
 Belum ada teknologi yang masuk, tingkat pendidikan masih
rendah.
3. Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang hasil produksinya sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Sehingga hasil produk yang dihasilkan dijual ke
daerah-derah lain Desa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Sudah adanya pengaruh dari luar yang masuk sehingga
mengakibatkan perubahan pola pikir.
 Adat sudah tidak dipegang teguh.
 Produktivitas mulai meningkat.
 Sarana prasarana mulai meningkat
4. Desa Swasembada
Pada desa swasembada sudah bisa mengembangkan semua potensi yang ada
secara optimal. Desa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
 Masyarakat sudah tidak berfikir tradisional, hubungan antar
masyarakat sudah bersifat rasional.
 Mata pencaharian penduduk desa sudah heterogen, tidak lagi
berpusat pada agraris saja.
 Teknologi dan pendidikan masyarakat sudah modern.
 Adanya sarana dan prasarana yang sudah modern.

5. Struktur Ruang Desa


Kalau diperhatikan secara seksama lahan di pedesaan selalu digunakan
untuk kegiatan sosial masyarakatnya seperti tempat tinggal, tempat ibadah,
sekolah, dan tempat berkumpul warga. Ini menunjukkan karakteristik pola
aktivitas masyarakat desa. Tata ruang desa merupakan suatu tempat atau daerah
tempat tinggal penduduk dengan memanfaatkan lingkungannya guna
kelangsungan hidupnya. Perkembangan desa tergantung kepada sumber daya
alamnya, sumber daya manusianya, dan letaknya. Letak suatu desa pada
umumnya jauh dari kota, jauh dari pusat keramaian, dan mempunyai tanah
pertanian yang luas. Penggunaan tanah di desa pada umumnya untuk tanaman
bahan makanan pokok. Perumahan penduduk di desa dibangun saling
berdekatan satu sama lain. Desa-desa yang letaknya di pedalaman semacam ini,
perkembangannya tidak semaju desa-desa perbatasan kota.
Perbedaan struktur desa dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut :
a. Sumber Daya Air
Ketersediaan air di suatu tempat sangat mendukung kehidupan penghuninya.
Penduduk membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup. Permukiman akan
banyak muncul di tempat yang tersedia sumber air.
b. Kesuburan Tanah
Tingkat kesuburan tanah menentukan hasil panen pertanian dan peternakan.
Pada tanah yang subur cocok digunakan untuk kegiatan pertanian dan
peternakan. Pada lahan subur banyak dipilih penduduk untuk membangun
permukiman.
c. Topografi
Topografi menentukan pola permukiman desa. Di dataran rendah, pola
permukiman bersifat mengelompok bulat atau memanjang. Sedang di
dataran tinggi atau pegunungan, pola permukiman bersifat tersebar.
d. Iklim
Keadaan iklim suatu daerah berpengaruh terhadap pola permukiman desa.
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat memengaruhi ketersediaan
air suatu daerah.
e. Kegiatan Penduduk
Pola permukiman desa dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi atau mata
pencaharian penduduk desa. Misalnya, desa yang penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan akan membangun permukiman dengan pola
memanjang mengikuti garis pantai atau muara sungai.
f. Budaya
Kebiasaan, adat istiadat, tradisi, dan kepercayaan yang berlaku di suatu
daerah memengaruhi pola permukimannya.
Contoh: pola permukiman desa memanjang di Pulau Lombok.

Pola keruangan desa umumnya sederhana. Rumahrumah di desa biasanya


dikelilingi pekarangan. Jarak antarrumah cukup longgar karena setiap rumah
mempunyai halaman luas. Kenampakan yang terlihat di desa adalah sawah atau
ladang tempat bercocok tanam, rumah-rumah sederhana, jalan setapak, jalan
kampung, dan pohon-pohon yang rindang. Sawah, ladang, dan balai desa terletak
berjauhan dengan permukiman penduduk.
Desa yang telah berkembang memiliki pola keruangan yang lebih
kompleks. Pada desa yang telah berkembang terdapat perusahaan pengolah
sumber daya alam, sarana pendidikan, tempat ibadah, dan pasar. Pola keruangan
desa yang lebih kompleks ini dipengaruhi oleh faktor spasial, sumber daya alam,
dan sumber daya manusia.
Secara umum permukiman pedesaan berbentuk memusat, linier,
terpencar, dan mengelilingi fasilitas tertentu.
1. Bentuk Pedesaan Memusat
Bentuk perdesaan memusat
banyak ditemukan di daerah
pegunungan. Bentuk perdesaan
ini terpencar menyendiri
(agglomeratedrural settlement).
Biasanya dihuni oleh penduduk
yang berasal dari satu
keturunan sehingga merupakan
Sumber : satu keluarga atau kerabat.
https://www.gurugeografi.id/2017/03/4- Jumlah rumah umumnya kurang
tipe-pola-pemukiman-pedesaan.html dari 40 rumah.
2. Bentuk Pedesaan Linier
Bentuk perdesaan linier banyak
ditemukan di daerah pantai,
jalan raya, dan sepanjang
sungai. Bentuk perdesaan ini
memanjang mengikuti jalur
jalan raya, alur sungai atau garis
pantai. Pola ini digunakan
masyarakat dengan tujuan
untuk mendekati prasana
Sumber : transportasi (jalan dan sungai)
https://www.gurugeografi.id/2017/03/4- atau untuk mendekati lokasi
tipe-pola-pemukiman-pedesaan.html tempat bekerja, seperti nelayan
di pinggiran pantai.

3. Bentuk Pedesaan Terpencar


Bentuk perdesaan terpencar sulit
ditemukan di Indonesia karena
hanya terdapat di Negara-negara
Eropa, Amerika Serikat, Kanada,
dan Australia. Bentuk perdesaan
yang terpencarcenderung
menyendiri (disseminated rural
settelment). Biasanya perdesaan
seperti ini hanya merupakan farm
stead, yaitu sebuah rumah petani
yang terpencil, tetapi lengkap
Sumber :
dengan gudang alat mesin,
https://www.gurugeografi.id/2017/03/ penggilingan gandum, lumbung,
4-tipe-pola-pemukiman-pedesaan.html kandang ternak, dan rumah petani

4. Bentuk Pedesaan Mengelilingi Fasilitas


Bentuk perdesaan seperti ini
umumnya ditemukan di daerah
dataran rendah, di mana banyak
fasilitas-fasilitas umum yang
dimanfaatkan penduduk
setempat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Fasilitas
tersebut misalnya mata air,
danau, waduk, dan fasilitas lain.

Sumber :
https://www.gurugeografi.id/2017/03/4-
tipe-pola-pemukiman-pedesaan.html
Soal dan Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas !

1. Apa pengertian desa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 1999 tentang desa?
2. Tata kehidupan desa menjadi bagian dari pembentuk desa. Mengapa tata
kehidupan menjadi bagian dari unsur desa?
3. Lahan merupakan bagian dari potensi fisik desa. Jelaskan potensi lahan yang
dimiliki desa!
4. Mengapa pemukiman desa disekitar sumber air membentuk pola mengelompok?
5. Perkembangan pemukiman di tepi jalan menimbulkan berbagai dampak.
Analisislah dampak geografis, ekonomis dan sosial akibat perkembangan
tersebut!
6. Iklim mempengaruhi kehidupan penduduk desa. Jelaskan pernyataan tersebut!
7. Bagaimana karakteristik pola pemukiman desa di daerah yang subur?
8. Jelaskan fungsi penting desa sebagai daerah pendukung (hinterland) bagi kota!
9. Pola pemukiman desa dipengaruhi letak dan kondisi lahan desa. Jelaskan
hubungan pola pemukiman desa di tepi pantai dengan mata pencaharian
penduduknya!
10. Identifikasilah perbedaan antara desa swakarya dan swasembada!
B. Pola Keruangan Kota

Kota identik dengan sesuatu yang sangat kompleks. Bahkan ada yang
mencirikannya dengan adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan
pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman, alun-alun yang luas, serta
jalan aspal yang lebar-lebar. Pada dasarnya, kota merupakan suatu wilayah yang
sebagian besar arealnya terdiri atas wujud hasil budaya manusia (hasil cipta,
rasa, dan karsa manusia), serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan
sumber mata pencaharian di luar sektor pertanian.

Kota berbeda dengan desa. Kota memiliki ciri fisik seperti sarana
prasarana dan jaringan komunikasi yang kompleks, sektor jasa dan industri
dominan, dan keadaan lebih modern.

1. Devinisi dan Karakteristik Kota

Kota menurut definisi universal, adalah sebuah area urban yang berbeda dari
desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk,
kepentingan, atau status hukum. Di Indonesia, kota merupakan pembagian
wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang
walikota. Selain kota, pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah
kabupaten. Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang
sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau
walikota tidak bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota
merupakan daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahannya sendiri. Adapun beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian kota, antara lain sebagai berikut.

a. Menurut Bintarto
kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan
kehidupan materealistis. Kota juga dapat diartikan sebagai sebuah bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan
gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak
kehidupan yang bersifat heterogen dan materealistis dibandingkan dengan
daerah belakangnya.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.4 Tahun 1980


Menyebutkan bahwa kota terdiri atas dua bagian. Pertama, kota sebagai
suatu wadah yang memiliki batasan administratif sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan. Kedua, kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan
yang mempunyai ciri non-agraris, misalnya ibu kota kabupaten, ibu kota
kecamatan, serta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan permukiman.
c. Max Weber
Kota merupakan suatu tempat yang penduduknya dapat memenuhi
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adanya pasar yang bertugas
sebagai pasar induk dan memiliki hukum sendiri serta bersifat kosmopolitan.

d. Louis Wirth
Kota merupakan pemukiman yang besar, permanen dan padat serta dihuni
oleh orang yang beranekaragam kehidupan sosialnya.

e. UU No.22 tahun 1999 tantang Otonomi Daerah


Kota merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kota memiliki karakteristik fisik dan karakteristik sosial. Menurut


R.Bintarto, karakteristik fisik kota antara lain :
 Tersedia banyak pusat layanan ekonomi.
 Tersedia tempat wisata dan area olahraga.
 Terdapat gedung-gedung pemerintahan.
 Terdapat alun-alun (lapangan besar).
 Area parkir cukup memadai.

Sementara itu, karakteristik sosial kota memuat aspek antara lain :

 Masyarakat bersifat heterogen.


 Terjadi kesenjangan antara penduduk miskin dan kaya.
 Mata pendaharian bergreak di bidang non agraris.
 Hubungan kekerabatan mulai memudar.
 Norma-norma agama mulai longgar.
 Masyarakat lebih bersifat individualis dan materialis.
 Pandangan hidup lebih rasional.

2. Potensi Kota
Potensi yang dimiliki kota perlu dimanfaatkan untuk perkembangan dan
pembangunan kota, berikut beberapa potensi yang dimiliki kota sebagai berikut.
a. Potensi Ekonomi
Karena lahan pertanian di kota sangat terbatas. Sehingga potensi ekonomi
kota berorientasi pada nonagraris. Kegiatan ekonomi di kota lebih beragam
dibanding desa. Potensi ekonomi kota lebih berkembang pada bidang
industri dan pelayanan jasa. Kegiatan industri di kota mampu menarik tenaga
kerja dari desa.
b. Potensi Sosial
Aspek sosial terkait dengan tingkat kesejahteraan penduduk seperti
kesehatan, pendidikan dan pendapatan. Fasilitas kesehatan dan pendidikan
di kota lebih lengkap. Di kota tersedia tenaga medis spesialis dan pendidikan
tinggi yang memadai.
c. Potensi Budaya
Budaya di kota terkait dengan bahasa, teknologi, organisasi sosial, mata
pencaharian, kesenian dan kehidupan keagamaan. Perkembangan teknologi
di kota cukup cepat, seperti penggunaan hp, komputer dan mesin robot.
Kehidupan keagamaan di kota itu sangat beragam.
d. Potensi Politik
Potensi politik kota terkait dengan pusat administrasi dan pusat
pemerintah. Gedung-gedung pemerintahan terdapat di wilayah kota.

3. Perkembangan dan Fungsi Kota

Kota dengan segala aktivitas dan dinamika sosialnya mengalami


perkembangan. Menurut Raharjo Dalam Widyaningsih (2001), perkembangan kota
merupakan perubahan daerah perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan
penghidupan kota, dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari lahan
yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang yang sedikit menjadi
teraglomerasi secara luas. Berdasarkan Undang Undang dasar fungsi kota ada tiga
yakni sebagai pusat pemerintah, sebagai pusat pendidikan, dan kota sebagai pusat
informasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Kota Sebagai Pusat Pemerintah


Kota sebagai pusat pemerintahan berarti kota tersebut memiliki berbagai pusat
pengaturan atau juga pengendalian pemerintah tingkat pusat, provinsi,
kabupaten maupun kota. Sehingga dengan demikian kota yang digunakan
sebagai pusat pemerintah dikenal sebagai ibu kota negara, ibukota provinsi,
ibukota kabupaten atau kota.
Kota membutuhkan adanya suatu pelayanan yang memadai dalam memberikan
suatu pelayanan kepada masyarakat. Adapun pelayanan tersebut dapat bersifat
pemenuhan kebutuhan hidup, kebutuhan bersifat administratif, ataupun sosial
budaya.

b. Kota Sebagai Pusat Pendidikan


Sejak zaman penjajahaan, dunia pendidikan di Indonesia sudah berkembang
sangat pesat. Bahkan pendidikan sangat berkembang di kota kota besar. Adanya
perkembangan pendidikan di kota-kota karena pada umumnya adanya
keterbatasan kalangan yang hanya bisa mengenyam pendidikan. Apalagi [ada
zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang hanya pada kalangan tertentu saja
yang dapat merasakan pendidikan, seperti kalangan bangsawan.
Akan tetapi, setelah Indonesia merdeka berubah, karena Indonesia telah
mengubah pola pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan yang di dapat
akan terus berkembang hingga sekarang ini. Sekarang semua kalangan dapat
mengenyam pendidikan setinggi mungkin selama ia masih memiliki kemampuan
otak atau potensi yang cukup.

c. Kota Sebagai Pusat Informasi


Adanya berbagai informasi yang berasal dari wilayah perkotaan menuju ke
pedesaan ini dapat dilakukan lewat berbagai media. Seperti majalah, teleevisi,
koran, radio, internet dan lain sebagainya. Banyak sekali pembangunan
pembangunan yang terus dilakukan di daerah perkotaan, dimana pembangunan
ini hal yang akan terus berlangsung secara berkesinambungan. Sehingga untuk
mewujudkan pembangunan tersebut baik diperkotaan maupun di pedesaan
sangat membutuhkan informasi yang cepat dan juga akurat.

Menurut Lewis Mumford (1961), perkembangan kota melalui beberapa tahap


teraglomerasi secara luas. Menurut Lewis Mumford (1961) perkembangan kota
melalui beberapa tahap berikut.

a. Tahap eopolis, yaitu perkembangan desa yang teratur menuju ke arah kehidupan
kota.
b. Tahap polis, yaitu kota yang sebagian penduduknya masih berorientasi pada
sektor agraris.
c. Tahap metropolis, yaitu kota yang telah mengarah pada kegiatan industri.
d. Tahap megapolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas gabungan beberapa
kota metropolis.
e. Tahap tryanopolis, yaitu kota yang mengalami kekacauan, kemacetan lalu lintas
dan tingginya kriminalitas.
f. Tahap nekropolis, yaitu kota yang mulai ditinggalkan penduduknya menjadi kota
mati.

Beatley dan Manning (1997) mengemukakan berbagai faktor penyebab


perkembangan kota, seperti hubungan kekuatan politik dan pasar, kebutuhan
politik, serta faktor sosial budaya. Menurut Gist N.P. dan Halbert L.A, fungsi kota
dibedakan sebagai berikut.

a. Kota sebagai pusat industri.


b. Kota sebagai pusat perdagangan.
c. Kota sebagai pusat politik.
d. Kota sebagai pusat kebudayaan.
e. Kota sebagai rekreasi atau kesehatan.
f. Kota mempunyai fungsi tertentu yang menonjol.
4. Struktur Ruang Kota

Dilihat dari sejarahnya, kota pada hakikatnya lahir dan berkembang dari
suatu wilayah pedesaan. Akibat tingginya pertumbuhan penduduk yang diikutioleh
meningkatnya kebutuhan (pangan, sandang, dan perumahan) dan pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ciptaan manusia, maka bermunculan
pemukiman-pemukiman baru.

Selanjutnya, akan diikuti oleh fasilitas-fasilitas sosial seperti pasar,


pertokoan, rumah sakit, perkantoran, sekolah, tempat hiburan, jalan-jalan raya,
terminal, industri, dan sebagainya, hingga terbentuklah suatu wilayah kota.
Mengingat lengkapnya fasilitas-fasilitas sosial yang dimiliki, maka kota merupakan
daya tarik bagi penduduk yang tinggal di desa untuk berdatangan, bahkan sebagian
di antaranya tinggal di wilayah kota.

Kota dapat dipandang sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang


sebagian besar arealnya terdiri atas benda-benda hasil rekayasa dan budaya
manusia, serta tempat pemusatan penduduk yang tinggi dengan sumber mata
pencaharian di luar sektor pertanian. Pengertian tersebut juga berarti suatu kota
dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan yang besarbesar bagi
pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman dan alun-alun yang luas serta
jalan aspal yang lebar-lebar.

Kota merupakan pusat kegiatan dan pemerintahan. Sebagai pusat kegiatan,


terdapat bagian kota yang disebut inti kota (core of city). Inti kota menjadi pusat
kegiatan ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, kebudayaan, dan kegiatan
lainya. Oleh karena itu, daerah seperti ini juga dinamakan Central Business District
(CBD) atau Pusat Daerah Kegiatan (PDK). PDK berkembang dari waktu ke waktu
sehingga meluas ke arah daerah di luarnya yang disebut daerah selaput inti kota.

Kota yang satu dengan kota lain mempunyai tingkat keramaian dan
perkembangan berbeda. Keramaian dan perkembangan kota dipengaruhi beberapa
faktor.

 Kemampuan daya tarik dari bangunan dan gedung-gedung sebagai


tempat menyalurkan kebutuhan hidup sehari-hari.
 Tingkat kemakmuran warga kota yang dilihat dari daya belinya.
 Tingkat pendidikan dan kebudayaan penduduk masing-masing kota.
 Sarana dan prasarana dalam kota yang memadai.
Sebagai pusat kegiatan kota harus dilengkapi fasilitas yang mendukung
aktivitas masyarakat. Adapun fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki kota antara lain
sebagai berikut.

 Fasilitas untuk perkantoran, permukiman, pendidikan, pasar, pertokoan,


bioskop rumah sakit, dan sebagainya.
 Fasilitas perhubungan baik berupa jaringan jalan maupun jaringan
telepon.
 Taman-taman kota, alun-alun, lapangan olah raga, taman bemain dan
rekreasi keluarga, dan areal parkir yang memadai.

Lambat dan cepatnya perkembangan kota menunjukkan dinamika sosial


masyarakat yang berbeda. Salah satu faktor yang mendominasi adalah morfologi.
Kota dengan morfologi datar akan lebih cepat berkembang dibandingkan kota
dengan morfologi perbukitan.

Adanya berbagai fasilitas dan beragamnya aktivitas masyarakat kota


membentuk struktur kota yang berbeda dengan struktur di desa. Struktur ruang
kota dapat di ukur berdasarkan kerapatan bruto dan kerapatan netto. Kerapatan
bruto adalah ukuran yang meliputi bangunan gudang, tempat parkir, tempat
bongkar muat, rel kereta api dan jalan di dalam kawasan pabrik, ruang terbuka
(taman), serta ruang yang belum terpakai. Sedangkan kerapatan netto adalah
ukuran yang hanya meliputi bangunan yang efektif digunakan, misalnya untuk
bangunan pabrik meliputi gudang, tempat parkir, dan tempat bongkar muat saja.

Kota ideal adalah kota yang mempu mengakomodasi dan menyelaraskan


antara aktivitas masyarakat dan bentuk penggunaan lahannya. Untuk itu banyak
pemikiran tentang konsep kota ideal yang diwujudkan dalam teori-teori kota ideal.

Kita bisa mempelajari konsep keruangan kota melalui beberapa teori tentang
struktur keruangannya. Setiap kota mempunyai keunikannya masing-masing,
tergantung pada sektor utama yang menggerakkan aktivitas di kota tersebut. Ada
kota yang terkenal kuat dalam bidang industri, ada yang unggul dalam bidang
ekonomi kreatif, atau kuat dalam bidang pengolahan sumber dayanya.

Semua itu kembali lagi dari faktor fisik, misalnya morfologi. Serta faktor
sosial, seperti integritas dan etos kerja masyarakatnya. Namun, seiring berjalannya
waktu, muncul teori-teori yang menjelaskan segala aspek keruangan dan struktur
kota. Teori tersebut antara lain:
a. Holmer Hoyt ( Sector Theory)
Holmer Hoyt berpendapat bahwa
struktur ruang kota cenderung
berkembang berdasarkan sektor-
sektor dari pada berdasarkan
lingkaran-lingkaran konsentrik. CBD
terletak di pusat kota, namun pada
bagian lainnya berkembang menurut
sektor-sektor yang bentuknya
menye-rupai irisan kue bolu. Hal ini
dapat terjadi akibat dari faktor
geografi, seperti bentuk lahan dan
pengembangan jalan sebagai sarana
komunikasi dan transportasi.
Sumber :
https://www.zenius.net/prologmateri/geografi
/a/1546/pola-keruangan-kota

Keterangan :

1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor,


hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan. Sektor kaum buruh atau
kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
3. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
4. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas
yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.

b. Emes W. Burgess (Teori Memusat/Konsentris)


Burgess mengemukakan
teori memusat atau
konsentris yang
menyatakan bahwa
daerah perkotaan dapat
di bagi dalam enam zona
seperti gambar
disamping.

Sumber :
https://www.zenius.net/prologmateri/geografi/a/1546/pola-
keruangan-kota
Keterangan :

1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang


merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang
bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan.
Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal
maupun sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan
permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni
penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan
zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat
kota dengan daerah di luarnya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik
karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh
dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil
yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni
oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen's
homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan
kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki
keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas
proletar.
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai
dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas.
Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan
pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki
daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota.
Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
c. CD Harris & El Ullman (Teori Berganda/Multiple Nuclei)
Harris dan Ullman menilai bahwa
kota tidak seteratur
penggambaran Burgess karena
antar kawasan kota seolah berdiri
sendiri. Sruktur ruang kota
tidaklah sesederhana dalam teori
konsentris. Hal ini disebabkan
oleh tidak adanya urutan-urutan
yang teratur yang dapat terjadi
dalam suatu kota terdapat
tempattempat tertentu yang
befungsi sebagai inti kota dan
pusat pertumbuhan baru.
Keadaan tersebut telah
menyebabkan adanya beberapa
inti dalam suatu wilayah
perkotaan, misalnya kompleks
atau wilayah perindustrian,
kompleks perguruan tinggi, dan
kota-kota kecil di sekitar kota
besar. Menurut teori ini struktur
Sumber :
ruang kota adalah seperti gambar
https://www.zenius.net/prologmateri/geografi/a/
1546/pola-keruangan-kota berikut.

Keterangan :
1. Pusat kota atau Central Business District (CBD).
2. Kawasan niaga dan industri ringan.
3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.
4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.
5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.
6. Pusat industri berat.
7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.
8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.
9. Upakota (sub-urban) kawasan industri.

Di Indonesia, struktur ruang kota ditandai dengan pemanfaatan lahan yang


tidak tertata dengan baik sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan,
seperti permasalahan permukiman, pembuatan trotoar, drainase, jalan raya, dan
perindustrian.
Soal dan Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas !

1. Apa pengertian Kota menurut Bintarto tentang Kota?


2. Jelaskan bagaimana karakteristik fisik yang dimiliki kota!
3. Jelaskan apa saja potensi yang dimiliki kota!
4. Mengapa perkembangan wilayah kota lebih cepat dibandingkan dengan wilayah
desa?
5. Kota memiliki potensi yang berpengaruh terhadap daerah sekitarnya. Analisislah
potensi ekonomi kota!
6. Bagaimana penjelasan struktur kota menurut Holmer Hoyt!
7. Identifikasilah perbedaan antara kota agraris dan metropolis!
8. Sebutkan ciri-ciri masyarakat Kota!
9. Jelaskan seperti apa pola keruangan Kota!
10. Seperti apa penjelasan truktur ruang kota menurut teori ganda?
C. Interaksi Desa dan Kota

Seiring perkembangan zaman, interaksi desa dan kota menjadi hal biasa yang
tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat dunia. Tingginya permintaan dan
penawaran antar masyarakat menjadi salah satu faktor pendorong interaksi desa
dan kota. Fenomena ini muncul seiring dengan keterkaitan desa dan kota dari
berbagai hal, antara lain arus orang, barang dan jasa. Menurut pakar Geografi
Indonesia, Bintarto, interaksi merupakan kontak atau hubungan antara dua wilayah
atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau masalah baru. Masalah baru ini juga
ditemukan pada pola interaksi desa dan kota.

Saat ini desa dan kota menjadi bagian sistem kehidupan yang saling
berhubungan satu sama lain. Contohnya kita amati misalnya pada kasus ini: Ada
sebuah desa dengan sarana dan prasarana yang buruk, segala aktivitas terbatas,
sehingga berpengaruh pada produktivitas masyarakat. Sementara masyarakat desa
sering mendengar kabar bahwa kota besar memiliki sarana dan prasarana yang
baik untuk mencari peruntungan. Kota juga dianggap sebagai tanah impian yang
menyajikan peluang dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik.

Persepsi ini kemudian tumbuh di masyarakat, yang pada akhirnya kota


dianggap memiliki daya tarik ekonomi yang tinggi, sehingga menimbulkan gejala
urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Contoh kasus lainnya
adalah gejala ruralisasi. Fenomena perpindahan penduduk dari kota ke desa ini
semakin sering terjadi belakangan ini. Penyebab utamanya adalah rasa jenuh
masyarakat perkotaan terhadap kondisi kota yang semakin tidak layak huni. Polusi
udara, kemacetan, pencemaran lingkungan hingga kriminalitas yang tinggi menjadi
salah satu hal ruralisasi. Harga lahan perkotaan yang mahal juga turut mendorong
keinginan masyarakat kota untuk kembali tinggal di desa.

Desa dan kota merupakan dua wilayah dengan karakteristik dan potensi
berbeda. Perbedaan tersebut mendorong terjadinya interaksi desa dan kota yang
membentuk pola tertentu dan diengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut.

1. Pola Interaksi Desa dan Kota

Istilah interaksi wilayah (spatial interaction) menurut Ullman mencakup


berbagai gerak mulai dari barang, penumpang, migran, uang informasi, sehingga
konsepnya sama dengan geography of circulation. Interaksi desa-desa dan kota-kota
tidak membentuk zona baru karena keduanya memiliki karakteristik yang sama.
Interaksi dapat terjadi antara desa-desa, kota-kota dan desa-kota. Interaksi desa-
desa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan biasanya berhubungan
dengan adat istiadat. Interaksi kota-kota terjadi di bidang industri dan jasa.
Sedangkan interaksi desa dan kota membentuk zona baru karena
karakteristik keduanya berbeda. Secara umum, zona interaksi desa dan kota
membentuk pola konsentris. Interaksi desa dan kota membentuk enam zona
berikut.

a. Inti Zona (city), yaitu daerah yang berfungsi sebagai pusat kegiatan dan terletak
di tengah kota.
b. Zona suburban (faubourgh), yaitu zona yang lokasinya paling dekat dengan kota
dan biasa disebut subdaerah perkotaan. Zona ini merupakan tempat tinggal para
pelaju. (commuter).
c. Zona suburban fringe, yaitu zona peralihan antara kota dan desa.
d. Zona urban fringe, yaitu batas terluar dari kota. Zona ini bersifat mirip kota,
kecuali pusat kota.
e. Zona rural urban fringe, yaitu zona pembatas desa dan kota yang terletak
diantara keduanya.
f. Zona rural, yaitu daerah pedesaan.

Untuk mengukur kekuatan interaksi dari berbagai wilayah, termasuk


interaksi desa-kota dapat menggunakan rumus berikut.
×
Interaksi =

Keterangan
PK1 : Jumlah penduduk daerah 1
PK2 : Jumlah penduduk daerah 2
JK1-2 : Jumlah antara kedua daerah

2. Faktor Penyebab Interaksi Desa Dan Kota

Apabila dirunut hingga ke akarnya interaksi antarwilayah muncul karena


perbedaan sumber daya alam. Di satu pihak ada wilayah yang surplus, sedangkan
pada wilayah lainnya kekurangan sumber daya alam dan sebaliknya sehingga
mendorong terjadinya interaksi antar wilayah.

Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor penyebab interaksi antar wilayah
sebagai berikut.

a. Wilayah Saling Melengkapi (Region Complementary)


Regional Complementary adalah terdapatnya wilayah-wilayah yang berbeda
dalam ketersediaan atau kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah
yang kelebihan (surplus) sumber daya, seperti produksi pertanian dan bahan
galian, dan di lain pihak ada daerah yang kekurangan (minus) jenis sumber daya
alam tersebut. Adanya dua wilayah yang surplus dan minus sumber daya
tersebut sangat memperkuat terjadinya interaksi, dalam arti saling melengkapi
kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen dan
konsumen.
b. Kesempatan Investasi (Intervening Opportunity)
Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan
perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah. Contoh
pada wilayah A dan B sangat memungkinkan terjalin interaksi karena masing-
masing wilayah memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya sehingga dapat
berperan sebagai produsen dan konsumen. Namun karena ada wilayah lain,
yaitu C yang menyuplai kebutuhan wilayah A dan B maka kekuatan interaksi
antara A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini, wilayah C berperan sebagai
intervening area atau wilayah perantara. Intervening opportunity dapat pula
diartikan sebagai sesuatu hal atau keadaan yang dapat melemahkan jalinan
interaksi antarwilayah karena adanya sumber alternatif pengganti kebutuhan.

c. Kemudahan Perpindahan Ruang (Spatial Transferability)


Faktor yang juga memengaruhi kekuatan interaksi adalah kemudahan
pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi antara satu wilayah
dan wilayah lainnya. Kemudahan pergerakan antarwilayah ini sangat berkaitan
adanya kemudahan pemindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia,
barang, maupun informasi yang meliputi hal-hal berikut ini.

 Jarak mutlak dan jarak relatif antar tiap-tiap wilayah.


 Biaya angkut atau transport untuk memindahkan manusia, barang, dan
informasi dari satu tempat ke tempat lain.
 Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antar wilayah, seperti
kondisi jalan, relief wilayah, jumlah kendaraan sebagai sarana tranportasi dan
sebagainya.

Dalam proses pembangunan hubungan atau interaksi antara kota dengan


desa sangat erat. Eratnya hubungan antara kota dengan desa dapat dilihat dari
peran desa dalam pengembangan kota.

 Desa sebagai pusat penghasil dan pensuplai bahan mentah dan baku untuk
pembangunan di kota.
 Desa menyediakan tenaga kerja yang berperan dalam pembangunan kota.
 Desa menjadi daerah pemasaran produk-produk hasil industri di kota.

Demikian sebaliknya, kota turut punya peran besar sehingga muncul


interaksi antara desa dengan kota.

 Kota menyediakan pusat-pusat pelatihan bagi peningkatan keterampilan


penduduk desa.
 Kota menghasilkan barang-barang siap pakai yang dimanfaatkan di desa.
 Kota menjadi pusat informasi yang bermanfaat bagi desa.
 Kota menjadi pusat permodalan yang dibutuhkan masyarakat desa.

Interaksi positif akan terjalin bila menghasilkan keuntungan bagi kedua


belah pihak. Interaksi positif antara desa dengan kota terwujud dalam hal-hal
berikut ini.

 Terpenuhinya kebutuhan desa dan kota, meliputi produk dan bahan


 baku yang mendukung proses pembangunan. Terpenuhinya kebutuhan terampil
baik bagi desa maupun kota. Desa menghasilkan tenaga kerja bagi industri di
kota, sedangkan kota menghasilkan tenaga terdidik yang berperan dalam
kemajuan desa.
 Berlangsungnya proses pembangunan yang seimbang antara desa dan kota.
SOAL DAN LATIHAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan ringkas dan jelas !

1. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang faktor mempengaruhi interaksi desa dan
kota?
2. Interaksi desa dan kota dapat membentuk beberapa zona baru. Jelaskan zona-
zona tersebut!
3. Salah satu faktor penentu pusat pertumbuhan di suatu wilayah adalah fasilitas
penunjang. Analisislah pernyataan tersebut!
4. Identifikasilah dampak positif interaksi desa dan kota bagi desa!
5. Sebutkan dan jelaskan tiga faktor penyebab interaksi antar wilayah menurut
Edward Ullman!
6. Interaksi antara desa dan kota memberikan dampak positif dan negatif bagi
kedua wilayah. Bagaimana cara mencegah dampak negatif bagi masyarakat
desa?
7. Identifikasilah dampak positif interaksi antara desa dan kota bagi kota!
8. Urbanisasi merupakan dampak interaksi antara desa dan kota. Bagaimana
pengaruh urbanisasi terhadap potensi desa?
9. Jelaskan menurut pendapatmu upaya apa sajakah yang dapat dilakukan
pemerintah dalam mengatasi dampak negatif dari masalah urbanisasi?
10. Jelaskan bentuk interaksi kota berkenaan dengan aspek ekonomi!
DAFTAR PUSTAKA

Dilahur, D. (2016, December). Geografi Desa dan Pengertian Desa. In Forum Geografi
(Vol. 8, No. 2, pp. 119-128).

Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32-52.

Yunus, H. S. (2000). Struktur tata ruang kota.

Tallo, A. J., Pratiwi, Y., & Astutik, I. (2014). Identifikasi pola morfologi kota (Studi kasus:
sebagian Kecamatan Klojen, di Kota Malang). Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, 25(3), 213-227.

Bintarto, R. (1984). Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia,


Yogyakarta.

Hadi, H., & Agustina, S. (2016). Pengembangan buku ajar geografi desa-kota
menggunakan model ADDIE. Jurnal Educatio, 11(1), 90-105.

Jayadinata, J. T. (1990). Faktor Geografi sebagai Sumber Daya dalam Pembangunan


Wilayah Desa dan Kota. Bandung: ITB.

Sari, Nur Fitriana. (2015). Perwilayahan Desa dan Kota. Klaten: Saka Mitra Kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai