Anda di halaman 1dari 7

Makalah Pengembangan Desa

KATA PENGATAR

Alhamdulillah, puji syukur kita sampaikan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah singkat ini, selanjutnya sholawat beriring salam kita hatur
kan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyapaikan risalah Allah dan
menyepurnakan akhlak manusia. 
Kemudian penyusun tidak lupa menyampaikan trimakasih kepada dosen mata
kulyah Biologi trapan yang telah mengajarakan dan membimbing kami serta
memberiakn arahan dalam penyusunan makalah ini. Dan kepada teman-teman
yang telah membantu demi terselesaeiny makalah singkat ini.
Kemudian penysusun menyadari ketidak sempurnaan isi dari makalah ini maupun
dalam penyusuna nya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.

Jambi, april 2010

Penyusun 

BAB I
PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang 
Masalah Sering dikatakan bahwa masyarakat desa di Indonesia adalah masyarakat
yang statis dan tidak maju. Pernyataan demikianbiasanya didasarkan atas
pandangan sepintas lalu yang tidak diteliti lebih dalam, karena tidak ada suatu
masyarakat yang mandek sama sekali dalam perkembangannya sepanjang masa.
Perubahan yang menarik untuk dibahas adalah perubahan sosial budaya pada
individu atau masyarakat.
Dalam makalah ini tersusun sedikit membahas tentang perkembangan desa yang
diulas sedemikian rupa sehingga telah dapat dibaca dan untuk bahan presentase
khususnya. Pada mata kulyah biooli tertapan ini.

B. Tujuan penulisan 
Makalah ini disusun dengan tujuan antara lain sebagai beriku:
1. Untuk bahan presentase mata kulyah biologi terapan.
2. Sebagai tambahan referensi bacaan khususnya mata kulyah biologi terapan.
3. Mudah-mudahan bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN MASYARAKAT DESA 


Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai
oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan
mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan
manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan
erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat
merujuk arti yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya. Secara umum
desa memiliki 3 unsur yaitu : 
1) Daerah dan letak dalam arti tanah yang meliputi luas, lokasi 
2) Penduduknya dalam arti jumlah, struktur umur, mata pencaharian 
3) Tata kehidupan dalam arti corak, pola tata pergaulan dan ikatan warga desa
B. CIRI-CIRI MASYARAKAT DESA 
Adapun ciri yang menonjol pada masyarakat desa antara lain pada umumnya
kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam) anggotanya saling
mengenal, sifat gotong royong erat penduduknya sedikit perbedaan penghayatan
dalam kehidupan religi lebih kuat. 
1) Lingkungan dan Orientasi Terhadap Alam
Desa berhubungan erat dengan alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis di daerah
desa petani, realitas alam ini sangat vital menunjang kehidupannya. Kepercayaan-
kepercayaan dan hukum-hukum alam seperti dalam pola berfikir dan falsafah
hidupnya menentukan
2) Dalam Segi Pekerjaan/Mata Pencaharian Umumnya mata pencaharian daerah
pedesaan adalah bertani, sedangkan mata pencaharian berdagang merupakan
pekerjaan sekunder sebagian besar penduduknya bertani. 
3) Ukuran Komunitas 
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dan daerah pedesaan mempunyai
penduduk yang rendah kilo meter perseginya. 
4) Kepadatan Penduduknya 
Kepadatan penduduknya lebih rendah, biasanya kelompok perumahan yang
dikelilingi oleh tanah pertanian udaranya yang segar, bentuk interaksi sosial dalam
kelompok sosial menyebabkan orang tidak terisolasi.
5) Diferensiasi Sosial 
Pada masyarakat desa yang homogenitas, derajat diferensiasi atau perbedaan
sosial relatif lebih rendah. 
6) Pelapisan Sosial
Masyarakat desa kesenjangan antara kelas atas dan kelas bawah tidak terlalu
besar. 
7) Pengawasan Sosial Masyarakat desa pengawasan sosial pribadi dan ramah
tamah disamping itu kesadaran untuk mentaati norma yang berlaku sebagai alat
pengawasan sosial.
8) Pola Kepemimpinan Menentukan kepemimpinan di daerah cenderung banyak
ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu. Disebabkan oleh luasnya kontak tatap
muka dan individu lebih banyak saling mengetahui. Misalnya karena kejujuran,
kesolehan, sifat pengorbanannya dan pengalamannya.
9) Dalam Segi Keluarga
Rasa persatuan dalam masyarakat desa sangat kuat. Peranan keluarga sangat
penting dalam berbagai kehidupan, baik dalam kehidupan ekonomi, pendidikan,
adat istiadat dan agama. 
10) Dalam Segi Pendidikan 
Pendidikan keluarga mewariskan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat kepada
generasi berikutnya. Sebaliknya, pendidikan sekolah sangat jarang dijumpai
kalaupun ada pendidikan sekolah hanya terbatas pada tingkat dasar. Sebagai
pelengkap pendidikan oleh keluarga atau masyarakat. 
11) Dalam Segi Agama
Fungsi agama mengatur hubungan manusia dengan yang maha pencipta.
Menjalankan perintah dan menjadi larangannya sesuai dengan aturan agama yang
dianut. 

12) Dalam Segi Politik 


yang berdasarkan tradisi atau berdasarkan nilai-nilai sosial yang mendalam misal : 

a) Kyai 
b) Pendeta 
c) Tokoh adat dan 
d) Tokoh masyarakat 
13. kesetiakawanan Sosial 
Kesetiakawanan sosial pada masyarakat desa lebih tinggi disebabkan oleh
homogenis masyarakat yang terlihat dalam tolong menolong (gotong royong) dan
masyarakat. 
14.Perilaku Masyarakat Desa 
Pola kelakuan adalah suatu cara bertingkah laku yang diciptakan untuk ditiru oleh
banyak orang, suatu cara bertindak menjadi suatu pola bertindak yang tetap melalui
proses pergaulan (peniruan) yang dilakukan oleh banyak orang dalam waktu relatif
lama. Sehingga terbentuklah suatu kebiasaan didalam kehidupan masyarakat luas
didapati seperangkat kelakuan sosial karena pergaulan, kelakuan berpola itu
menjadi suatu yang bersifat mekanis tanpa disertai dengan kemauan ataupun
kesadaran. Jika bernilai moral yang baik tindakan demikian tidak menimbulkan
masalah, sebaliknya jika negatif menimbulkan masalah dalam masyarakat. Didalam
masyarakat desa tidak ada persaingan, disamping pengaruh norma dan nilai juga
adat istiadat yang kuat, sehingga perubahan sangat lambat. Perilaku yang terikat
bersifat status, gambar dan pasif mewarnai kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan lain
dalam aktifitas kehidupan tolong menolong demikian dalam mengambil keputusan
melalui masyarakat sehingga mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah
hukum hal asing lagi.

C. KEGIATAN PADA MASYARAKAT PEDESAAN


Menurut Mubiyarto petani indonesia mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1) Petani itu tidak kolot,tidak bodoh atau tidak malas. mereka sudah bekerja keras
sebisa-bisanya agar tidak mati kelaparan.
2) Sifat hidup penduduk desa atau para petani kecil(petani gurem)dengan rata-rata
luas sawah kurang lebih 0,5 ha yang serba kekurangan adalah “nrimo”(menyerah
kepada takdir)karena merasa tidak berdaya

D. PEMBAGIAN DESA BERDASARKAN KEMAMPUAN FISIK DAN NON FISIK


1. Desa Terbelakang atau Desa Swadaya
Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga
kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi
yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil
jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana
dan prasaranan penunjang yang mencukupi.
2. Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa
Desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan
memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan
sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki sarana dan
prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota.
Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak
bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak
mengerjakan sesuatu secara gotong royong.
3. Desa Maju atau Desa Swasembada
Desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber daya manusia
dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan
menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Kehidupan
desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata
pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap
untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

E. PERMASALAH MASYARAKAT DESA


Diantarnya sebagi berikut: 
1. Penyebab Kemiskinan di Perdesaan
Margono, mengemukakan bahwa masalah perdesaan, ditinjau dari segi
pembangunan, adalah adanya kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi
yang diinginkan. Adanya suatu situasi baru yang diinginkan tetapi tidak tercapai juga
menimbulkan ada masalah

2. Permasalahan ekonomi desa 


Hayami dan Collier Cs. telah melakukan penelitian bahwa adanya polarisasi
ekonomi perdesaan atau terjadinya proses kemiskinan disebabkan adanya
pergeseran desa ke kota (proses modernisasi) dan alih teknologi.

3. Lokalitas Kelembagaan Desa


Konsep “komunitas” mengandung makna adanya “keterkaitan” yang tidak hanya
secara ekologis dan ekonomis, tetapi juga secara sosiologis. Terutama pada tingkat
pengambilan keputusan, upaya pengembangan masyarakat akan menciptakan
beragam “keterkaitan” tersebut (level organisasi) tersebut berhubungan secara
fungsional karena dipandang sebagai suatu sistem kelembagaan lokal yang
berpengaruh terhadap kehidupan komunitas. Tingkat institusi lokalitas dengan ciri-
ciri oleh kesatuan komunitas yang memiliki relasi sosial dan ekonomi, dengan pusat
interaksi sebagai pusat pertumbuhan

4. Permasalahan Penguatan Kelembagaan PerdesaanBerbgai permasalahan


pengembangan penguatan komunitas atau kelembagaan itu sendiri. Seperti kita
ketahui bahwa, bahwa prinsip-prinsip yang dipakai untuk mengembangkan
pendekatan dan strategi yang partisipatif sesuai dengan kondisi lokalitas dan
komunitas dengan mempergunakan belum dilandasi pada landasan berfikir untuk
mengembangkan kreativitas semua stakeholders dalam upaya mengembangkan
partisipasi dan aspirasi masyarakat perdesaan
F. Strategi Pengembangan dan Pembangunan Perdesaan
• Dalam proses pembangunan, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai masukan
dan keluaran. Proses partisipasi dapat diklasifikasikan menjadi enam tahapan, yaitu
mulai dari penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap informasi,
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan akhirmya penerimaan kembali hasil
pembangunan. 
• Conyers, mengajukan tiga komponen pendekatan pengembangan masyarakat
yaitu: a) adanya penekanan yang diarahkan pada fungsi kemandirian, termasuk
sumber-sumber dan tenaga setempat serta kemampuan manajemen lokal; b)
penekanan pada penyatuan masyarakat sebagai suatu kesatuan; terlihat dari
adanya pembentukan organisasi-organsasi lokal termasuk di dalamnya lembaga-
lembaga yang bertanggungjawab atas masalah administrasi atau suatu bentuk
lembaga masyarakat dan; c) keyakinan umum mengenai situasi dan arah
perubahan sosial serta masalah-masalah yang ditimbulkannya. Aspek khusus
dalam perubahan sosial yang menjadi pemikiran pokok berbagai program
pembangunan masyarakat, yaitu adanya ketimpangan baik di dalam maupun di
antara komunitas-komunitas tersebut.
• Pendekatan pertama adalah menolong diri sendiri, di mana masyarakat di
kawasan perdesaan menjadi partisipan yang berarti dalam proses pembangunan
dan melakukan kontrol dalam kegiatan pengembangan. Pendamping menjadi
fasilitator. Sedangkan komunitas (petani) memegang tanggungjawab utama dalam :
a) memutuskan apa yang menjadi kebutuhannya; b) bagaimana memenuhi
kebutuhan itu dan; c) mengerjakannya sendiri.
• Kebutuhan tersebut menghendaki perlunya pemetaan sebaran desa-desa
tertinggal di kawasan perdesaan menurut unit-unit komunitas sosial ekonomi yang
terikat dalam suatu culture area, sehingga suatu komunitas sosial ekonomi
merupakan: a) sejumlah desa yang tergolong miskin; b) secara umum penduduknya
bermata pencaharian di bidang pertanian, dan yang lainnya tetapi masih berkaitan
erat dan; c) terdapat dalam wilayah budaya dan wilayah geografis yang sama.
• Pola pengembangan kelembagaan terpadu dalam model komunitas dan bergerak
dengan kekuatan partisipasi profesional bagi semua strata sosial ekonomi akan
lebih mendorong pertumbuhan dan pemerataan secara bersama-sama. Apabila
digunakan model pertumbuhan Smelser yang mengacu pada diferensiasi struktural,
maka kelembagaan ini dapat berperan dalam mempersiapkan kerangka landasan
untuk tahap-tahap pertumbuhan, mulai dari modernisasi teknologi, komersialisasi
pertanian, industrialisasi dan urbanisasi 
• Masyarakat harus dilihat sebagai Subjek dari proses secara keseluruhan.
Sehingga proses dari pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat pengembangan
masyarakat selalu meletakkan community development dan community organizers
sebagai landasan. Dalam kerangka inilah pelayanan dapat pengembangan
masyarakat yang berbasis masyarakat mampu mendorong dari metode "doing for
the community", menjadi "doing with the community". Dikemukakan oleh
Topatimasang et.al (2000: ix) bahwa seorang fasilitator hanya berfungsi dan
bertindak mengolah proses belajar masyarakat berdasarkan kebutuhan dan
pengalaman mereka sendiri atau pengalaman orang lain. 
• Kelompok atau komunitas yang sekedar “doing for” (masyarakat pasif, kurang
kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung) menjadi
“doing with”, (merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta mampu
mengidentifikasi) mana kebutuhan yang sifatnya real needs (melalui penggalian
gagasan langsung di tingkat kelompok masyarakat, felt needs (memprioritaskan)
kebutuhan ketika terjadi persaingan usulan di antarkelompok masyarakat) dan
expected need (pilihan usulan yang bisa dengan mudah dikerjakan, kesediaan
swadaya dan pelestariannya).
• Diharapkan program pelayanan masyarakat ini telah mengantarkan masyarakat
menjadi komunitas belajar (learned cummunity), masyarakat menjadi komunitas
yang semakin aktif (active society) dalam menolong dirinya sendiri (helping
themselves). Dalam proses inilah, usaha strategi pengembangan berbasis
masyarakat dalam rangka untuk mengorganisir masyarakat miskin di dalam akar
rumput menjadi bagian penting dari menciptakan program yang berkelanjutan.
Berbagai unsur kelompok masyarakat (Community Based Organization/ CBOs)
didorong dan difasilitasi terus menerus yang akirnya munculnya adanya
pengurangan angka kemiskinan, peningkatan sumber daya manusia, peluang dan
pilihan kerja serta adanya peningkatan kualitas kelembagaan pelayanan itu sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulakn sebagai berikut
a. Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat. 
b. Desa memiliki 3 unsur yaitu : daerah dan letak, penduduk serta tata kehidupan. 
c. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan mereka
terhadap lingkungan alam sekitarnya.
d. Pembagian Desa yaitu
o Desa Terbelakang atau Desa Swadaya
o Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa
o Desa Maju atau Desa Swasembada

B. Kata penutup
Demikian hasil menyusunan makalah kami, mudah-mudahan bermanfaat adanya
khusus nya bagi sipenyusun dan kepada sipembaca sekalian..amin.

Anda mungkin juga menyukai