Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sosiologi pedesaan merupakan salah satu cabang dari ilmu Sosiologi. Ruang
lingkup dari Sosiologi pedesaan mencakup proses-proses sosial, struktur sosial,
dinamika sosial, perubahan sosial dan pola perilaku serta mata pencaharian yang
ada di masyarakat pedesaan. Sosiologi pedesaan sering dikaitkan dengan
pertanian karena sebagian besar mata pencaharian yang ada di pedesaan ialah
dalam sektor pertanian. Namun didaerah yang dekat dengan laut nelayan juga
identik dengan pekerjaan masyarakat pedesaan. Sehingga sektor yang ada
dipedesaan bukan hanya pertanian tetapi sektor kelautan juga.
Sumber daya alam yang berada di laut bisa dijadikan sebagai sumber
penghasilan yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakatnya, jika dapat diolah
dengan baik. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, masyarakat pun
harus dibekali dengan ketrampilan khusus dalam mengolahnya.
Pebangunan dalam desa tidak hanya berupa pembangunan yang nampak
seperti berdirinya pabrik-pabrik dan gedung-gedung yang tinggi menjulang.
Namun pembangunan itu harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan
masyarakatnya. Seperti dalam pendidikan, ekonomi dan moral yang harus tetap
dijaga sebagaimana desa masih memiliki kekuatan moralitas yang tinggi.
Walaupun sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pedesaan
Indonesia, namun perhatian kita tidak boleh luput juga dari sektor kelautan yang
ada dipedesaan daerah pantai utara jawa salah satunya ialah daerah kabupaten
Lamongan yang memiliki beberapa desa yang berada di pesisir pantai.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka di dapat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi pedesaan ?
2. Apa saja ruang lingkup sosiologi pedesaan ?
3. Apa saja mata pencaharian ?
4. Apa saja ciri-ciri masyarakat pedesaan ?
5. Gejala apa saja yang terdapat di masyarakat pedesaan ?
1.3 TUJUAN MASALAH
Tujuan penelitian makalah ini :
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sosiologi pedesaan.
2. Dapat mengetahui ruang lingkup sosiologi pedesaan.
3. Dapat mengetahui saja mata pencaharian .
4. Dapat mengetahui ciri-ciri masyarakat pedesaan.
5. Dapat mengetahui gejala yang terdapat di masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi sosiologi

2.2 Definisi desa

a.    Pengertian desa/pedesaan


Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan
sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan tersendiri

Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial,


ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam
hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri ciri sebagai berikut :

a)    mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b)    Ada pertalian perasaan yang sama  tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c)   Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi
alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris adalah bersifat sambilan
Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition artinya Adat
istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat
yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu sendiri mengandung
kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang
sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan
bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan


masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan
bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang
menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah
menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian
penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari
pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.

Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan


desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin,
mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat,
memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat
pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas
kertas.

Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang


keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di desa
tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik
menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan
pada desa untuk menentukan arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK,
orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di
Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam
mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering
dipelesetkan menjadi proyek para klebun.
 Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi
sesungguhnya adalah “Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari
dan oleh desa. Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation)
bernama Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai
kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep :”Membangun desa,
menumbuhkan kota”. Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak
kalangan,
tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan
yang harus segera dijawab.
2.3 Definisi sosiologi pedesaan
Sosiologi pedesaan disebut juga dengan rural community. Sosiologi pedesaan
yang telah kita singgung pada latar belakang pada tulisan ini bahwa kajian yang
membahas kehidupan masyarakat pedesaan. Artinya masyarakat yang mengalami
suatu proses perubahan yang bersifat dinamis. Masyarakat pedesaan menurut Smith
dan Zopht mengatakan bahwa ilmu yang mencoba mengkaji hubungan yang ada
didalam anggota masyarakat pedesaan serta kelompok-kelompok dilingkungan
pedesaan (Susilawati, 2003: 2). Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa kehidupan
masyarakat pedesaan melakukan interaksi atau hubungan diantara mereka dalam
artian mempertahankan kehidupan untuk keluaraga mereka.
Sosiologi pedesaan menekankan dan memfokuskan perhatian kepada masyarakat
pedesaan dan segala dinamikannya. Sosiologi pedesaan membahas tentang struktur
dan proses-proses yang terjadi dalam kehidupan masyarakat desa (Yulianti dan
Poernomo, 2003: 16). Menurut Dwight Sanderson (1942: 10) dalam (Rahardjo, 1999:
13) menyatakan bahwa sosiologi pedesaan sosiologi yang membahas tentang
kehidupan pada lingkungan di pedesaaan. Ketika kita membahas kehidupan pada
lingungan pedesaan maka kita akan mengetahui situasi dan kondisi dari masyarakat
pedesaan yang cara berfikir, cara bertindak, cara mempertahankan kehidupan dan
cara mereka merasakan pahit dan senang yang dialami oleh masyarakat itu sendiri.
Kehidupan masyarakat pedesaan diatur oleh nilai dan norma kita mereka
melakukan aktivitas kehidupan. Kebiasaan atau adat yang melatar belakang mereka
melakukan mana yang boleh dan mana yang tidak diperbolehkan untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Menurut Rogers dan Bahrein (1996) menyatakan bahwa sosiologi
pedesaan adalah mempelajari perilaku manusia dalam melakukan aktivitas kehidupan
antara hubungan dengan komunitasnya. Artinya didalam sosiologi pedesaan kita
melihat tindakan yang dilakukan oleh masyarakat, aktivitas yang dilakukan dalam
pemecahan masalah hidupnya. Oleh sebab itu, sosiologi pedesaan lebih cenderung
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan. Permasalahan
yang dihadapi akan membawa suatu perubahan untuk masa depan. Sosiologi
pedesaaan menjelaskan pada struktur, proses, perilaku, nilai dan norma yang
dilakukan oleh masyarakat desa.
Tidak itu saja yang akan dibicarakan didalam sosiologi pedesaan, akan tetapi
membicarakan kedudukan petani dalam masyarakat yang lebih kompleks. Hal
tersebut kita bisa melihat status yang dijalani oleh masyarakat ketika ia melakukan
atau berbuat dalam artian memenuhi kebutuhan hidup. Baik itu sebagai pedangang,
petani, guru, buruh maupun yang lainnya sebagai sumber pendapatan. Dengan
demikian, pada sosiologi pedesaan lebih khusus mebicarakan dinamika lingkungan
masyarakat pedesaan baik secara internal maupun eksternal.

2.4 ruang lingkup sosiologi pedesaan

Sosiologi pedesaan telah kita lihat dan membicarakan apa yang menjadi
pokok pembahasan dalam kajian tersebut. Kajian sosiologi pedesaan tidak akan lepas
dari beberapa kategori yang menjadi pokok dasar dan berpinjak dalam satu rumpun
kehidupan sosial. Masyarakat desa memiliki ciri-ciri tertentu yang menjadi ciri khas
mereka terhadap realitas sosial. Pada ruang lingkup sosiologi pedesaan salah satu
potret hubungan sosial yang telah dibangun dalam aktivitas kehidupannya.
Sebagaimana yang telah kita singgung pada latar belakang bahwa sosiologi
pedesaan ada ruang lingkup yang memperhatikan titik pijak dalam kajian tersebut.
Adapun ruang lingkup dari pada sosiologi pedesaan adalah:

1. Kelompok sosial masyarakat


2. Organisasi sosial masyarakat
3. Perubahan sosial
4. Proses sosial masyarakat desa
5. Norma dan nilai yang ada dalam masyarakat desa
6. Kepimpinan dari masyarakat desa
7. Mobilitas sosial masyarakat desa
8. Mobilitas tenaga kerja masyarakat desa
9. Mata pencarian masyarakat desa
10. Budaya dan sistem religi masyarakat desa

Dari ke sepuluh ruang lingkup yang harus kita kajikan sebagai orang yang
mempelajari sosiologi pedesaan. Disini tolak pemikiran dalam masyarakat desa.
Kelompok sosial merupakan sekumpulan orang dua atau lebih yang melakukan
hubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dalam kelompok
ini mempunyai kegiatan dan aktivitas yang berbeda atau bervariasi dalam
menjalankan kelompoknya. Pada masyarakat desa kelompok sosial dapat ditunjukkan
seperti rukun tetangga, kelompok olahraga, warung dan lain-lain yang mereka bangun
dalam kehidupan mereka.
Organisasi sosial adalah kumpulan dengan intensitas lebih besar dari pada
kelompok sosial. Pada organisasi sosial memiliki struktur, serta tata cara nilai dan
norma yang lebih kompleks. Organisasi yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan
dari masyarakat. Di pedesaan terdapat organsisai yasinan, perkawinan, dan lain-lain.
Perubahan pada masyarakat desa merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat desa menyangkut kepada struktur, nilai dan norma, ekonomi, politik dan
lain-lain. Perubahan sosial akan membawa pembaharuan dari berbagai aspek
kehidupan pada masyarakat desa. Tentu saja perubahan tersebut disebabakan oleh
adanya faktor luar yang mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Apalagi
dengan adanya perkembangan teknologi yang serba maju dan menguasai aktivitas
kehidupan.
Proses sosial pada masyarakat desa merupakan pola hubungan masyarakat desa
dalam kelangsungan kehidupan. Proses sosial masyarakat desa biasanya bagimana
mereka melakukan hubungan dengan kegiatan ekonomi, keagamaan, politik dan adat
dalam masyarakat. Proses sosial masyarakat pedesaan sangatlah konflik dan melekat
dalam aktivitas yang mereka lakukan.
Pada norma dan tata cara yang menyangkut pada aturan yang harus mereka jalani
untuk memenuhi kebutuhan batin dan kepedulian mereka terhadap norma dan nilai
yang sedang berlangsung. Nilai dan norma bukan dijadikan sebagai pendorong
mereka tidak melakukan perubahan akan tetapi memberikan dampak yang positif
untuk membanguan aktivitas kehiduapan.
Masyarakat desa memiliki struktur kepimpinan yang sama. Masyarakat desa pola
kepimpinan yang mereka lakukan hanya kepada model kepimpinan dari beberapa
orang saja yang dianggap berpengaruh kepada aktivitas kehidupan mereka. Pada
wilayah Minang misalnya kepimpinan dilakukan oleh suku atau klan-klan yang
dianggap penting bagi mereka untuk menjadi kepimpinan.
Mobilitas tenaga kerja pada masyarakat desa menjadi pembahasan pada sosiologi
pedesaan. Hal ini mengingat bahwa perkembangan ekonomi dalam masyarakat desa
menyakinkan oleh penduduk desa untuk melakukan mobilitas. Impilikasi dari
kegiatan tersebut mobilitas antar sektor tenaga kerja dimasyarakat desa
mengakibatkan perubahan yang sedemikian rupa, yang melintasi kehidupan
masyarakat desa.
Selain itu, pada sistem mata pencaharian masyarakat desa tidak akan lepas dari
perkembangan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Pergeseran model pertanian dari
pertanian tradisional menuju ke modern merupakan salah satu fenomena pergeseran
dan perubahan pada sistem mata pencaharian. Walaupun mata pencaharian
masyarakat sering berganti akan tetapi nilai dan adat mereka tidak akan mengalami
perubahan.
Budaya dan sistem religi merupakan hal yang keunikan kepada masyarakat desa.
Mereka sangat berhubungan antara alam dan manifestasi ke-Tuhanan. Dengan
perkembangan budaya bagi masyarakat bagimana mereka bisa mempertahnkan
kehidupan mereka dalam menghadapi arus perubahan apalagi perkembnagan
teknologi yang serba maju.
2.5 MASYARAKAT PEDESAAN
Masyarakat pedesaan adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat
yang disebut sebagai desa. Pengertian desa sendiri menurut Sutarjo Kartohadi
Kusumo adalah suatu kesatuan hukum dimana tempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Kehidupan masyarakat pedesaan memiliki beberapa ciri antara lain yaitu
adanya konflik dan persaingan yang bersumber dari banyaknya pertengkaran yang
sering berkaitan dengan persengketaan tanah, adanya perbedaan pendapat antara
kaum tua dan muda. Ciri yang lain juga masyarakat yang tinggal di pedesaan
memiliki sifat pekerja keras, mereka bekerja keras agar dapat bertahan hidup. Sistem
tolong menolong, dalam masyarakat pedesaan sistem tolong menolong ini masih
dijunjung tinggi. Seperti dalam usaha-usaha pertanian mereka masih mengunakan
sistem tolong menolong, dalam keadaan kecelakaan atau kematian tanpa diminta
warga desa akan saling tolong menolong. Jiwa gotong royong, memiliki kesamaan
dengan tolong menolong namun gotong royong ini lebih ditekankan pada kelompok-
kelompok primer yang ada pada masyarakat tersebut. Musyawarah dan jiwa
musyawarah, dalam masyarakat pedesaan ketika mereka ingin mengambil keputusan
dalam suatu perkara mereka akan memutuskannya dengan sistem rapat yang
menghasilkan keputusan bersama tanpa mementingkan kepentingan mayoritas atau
minoritas.
Ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan ini masih ada pada masyarakat
pedesaan sekarang baik yang berada pada sektor pertaniaan maupun sektor kelautan.
2.6 Mata Pencaharian
Sebuah masyarakat tentunya tak lepas dari mata pencaharian untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya agar dapat bertahan hidup. Berbagai macam mata pencaharian
ada di masyarakat perkotaan, tetapi tidak di masyarakat pedesaan. Di pedesaan mata
pencaharian masyarakatnya cenderung memiliki kesamaan. Di daerah pedesaan yang
jauh dari sektor kelautan mata pencaharian mereka adalah dalam bidang pertanian
dan daerah yang ada di sekitar laut mata pencaharian mereka adalah nelayan.
Mengikuti kemajuan yang ada sebuah desa tidak hanya fokus pada mata
pencaharian yang sejenis, namun pedesaan sekarang sudah mengikuti sistem
kapitalis. Ditandai dengan kemunculan berbagai jenis pekerjaan di desa.
2.6.1 Pemanfaatan Sumber Daya Laut Bagi Masyarakat Pedesaan
Sebuah desa yang terletak di daerah pantai sebagian masyarakatnya pasti
memiliki ketergantungan dengan sumber daya yang ada di laut. Beberapa mata
pencaharian masyarakatnya adalah nelayan, selain itu ada penjual hasil laut seperti
penjual ikan. Namun sebagian besar dari hasil nelayan biasanya dibeli oleh pabrik-
pabrik besar sehingga masyarakat tidak bisa memanfaatkan hasil laut yang mereka
dapat.
Tujuan untuk dapat memanfaatkan sumber daya laut yang ada di daerah
masyarakat pedesaan adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan
untuk menjadikan masyaraktnya produktif, dengan demikian pedesaan tersebut akan
mengalami pembangunan dalam bidang ekonomi dan kecakapan masyarakatnya.
Salah satu upaya yang dapat diterapkan dalam masyarakat pedesaan yang
berada di daerah pantai adalah mengelolah hasil laut yang mereka dapat dengan
mejadikannya produk agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas, dengan sistem
home industry. Sebelum mengelolah home industry masyarakat diberikan pelatihan
agar nantinya dapat menjadikan hasil laut yang mereka dapat menjadi lebih bernilai
ekonomis.
Pengelolahan home industry dalam masyarakat pedesaan akan memudahkan
perekonomian mereka. Hal yang dapat diterapkan dalam masyarakat pedesaan yang
berada di daerah pantai antara lain membuat home industry yang mengolah ikan
menjadi kerupuk ikan, produk-produk seperti ini biasanya dimiliki oleh perusahaan-
perusahaan atau pabrik-pabrik.
Menjadikan ikan sebagai sebuah produk tertentu tentunya akan menambah
nilai ekonomis dari ikan tersebut. Dengan bertambahnya nilai pada hasil laut yang
mereka peroleh itu akan menambah penghasilan mereka. Karena pengelolahan ikan
berada dalam masyarakatnya sendiri, maksudnya untuk memperoleh bahan dasar
dalam pengelolahan home industry tersebut adalah para nelayan yang didominasi oleh
laki-laki dari kalangan masyarakat sendiri sementara yang mengelolah ikan menjadi
sebuah produk adalah perempuan dari masyaratnya sendiri. sehingga akan
meningkatkan perekonomian dalam masyarakat tersebut.
2.7 Ciri-ciri masyarakat pedesaan
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi
“Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan  tolong menolong,
menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain  dan menolongnya
tanpa pamrih.

b.    Orientasi kolektif  sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang
yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman
persamaan.

c.    Partikularisme  pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)

d.    Askripsi  yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang
sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.    Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara
pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan
bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat
Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.

2.8 Gejala-gejala pada masyarakat pedesaan

Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam


macam gejala, diantaranya sebagai berikut

a. Konflik (pertengkaran). Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah


sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga.Sedang sumber
banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi,
perkawinan, dsb.

b. Kontroversi (pertentangan),Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan


konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan
guna-guna (black magic).

c. Kompetisi (persiapan),Masyarakat Pedesaan adalah manusia yang mempunyai


sifat-sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai
sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif.

d. Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan. Masyarakat pedesaan mempunyai


penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang
lain, jadi jelas bahwa masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-
diam tanpa aktivitas
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sosiologi pedesaan merupakan sosiologi secara sistematis mempelajari tentang
struktur dan sosial masyarakat dipedesaan. Sosiologi pedesaan dapat juga
dikatakan sebagai kajian tentang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat pedesaan. Bidang kajian pada sosiologi pedesaan menekan kepada
dinamaika-dinamika kehidupan masyarakat dipedesaan. Dalam sosiologi
pedesaan kita akan mencoba mengkaji kehidupan masyarakat desa yaitu
Organisasi sosial masyarakat, Perubahan sosial, Proses sosial masyarakat desa,
Norma dan nilai yang ada dalam masyarakat desa, Kepimpinan dari masyarakat
desa, Mobilitas sosial masyarakat desa, Mobilitas tenaga kerja masyarakat desa,
Mata pencarian masyarakat desa dan Budaya serta sistem religi masyarakat desa.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

http://coretanfina.blogspot.co.id/2012/10/makalah-sosiologi-pedesaan.html

http://irwanstkip.blogspot.co.id/2015/07/sosiologi-pedesaan-irwan-spd-msi_3.html

Anda mungkin juga menyukai