0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan13 halaman
1. Definisi kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di daerah pedesaan.
2. Karakteristik masyarakat pedesaan adalah kelompok primer yang kuat, hubungan antarpersonal yang intim, dan keluarga sebagai fokus utama kehidupan sosial.
3. Faktor-faktor yang me
Deskripsi Asli:
jjjj
Judul Asli
Promoting and Protecting the Health of Vulnerable Aggregates
1. Definisi kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di daerah pedesaan.
2. Karakteristik masyarakat pedesaan adalah kelompok primer yang kuat, hubungan antarpersonal yang intim, dan keluarga sebagai fokus utama kehidupan sosial.
3. Faktor-faktor yang me
1. Definisi kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di daerah pedesaan.
2. Karakteristik masyarakat pedesaan adalah kelompok primer yang kuat, hubungan antarpersonal yang intim, dan keluarga sebagai fokus utama kehidupan sosial.
3. Faktor-faktor yang me
1. Menurut sensus di Amerika Serikat, pedesaan merupakan semua wilayah,
populasi, dan unit rumah yang terletak di luar Urbanized Area (UA) dan Urban Cluster (UC). Urbanized Area dan Urban Cluster: area yang terdiri dari pemukiman padat wilayah dengan luas kepadatan penduduk 1.000 orang atau lebih per mil persegi dengan daerah kepadatan populasi minimal 500 orang per mil persegi. 2. Menurut OMB, pedesaan dibedakan menjadi daerah metropolitan (satu daerah kota yang memiliki populasi minimum 50.000) dan mikropolitan (satu daerah kota tidak kurang dari 10.000 dan tidak lebih dari 50.000 orang). 3. Menurut U. S. Department of Agriculture Completely, rural adalah daerah dengan populasi 2,500 yag dekat atau tidak dekat dengan perkotaan. 4. Menurut U. S. Government, pedesaan merupakan daerah perbatasan yang terdiri dari 6 orang per mil persegi. 5. Menurut penulis, pedesaan didefinisikan sebagai komunitas dengan kurang dari 10.000 penduduk dan daerah kepadatan penduduk kurang dari 1.000 orang per persegi mil.
Perubahan populasi dipengaruhi oleh:
1. Kelahiran Pada tahun 1970-an, proporsi kelahiran menurun, tetapi banyak orang pindah ke komunitas pedesaan, hal ini menghasilkan sebuah peningkatan populasi 2. Ekonomi Tahun 1980-an, tren di Amerika berubah. Banyak terjadi migrasi dari desa ke kota karena resesi ekonomi dan krisis di bidang pertanian. 3. Keindahan Alam sebagai Tempat Wisata - fasilitas alami seperti pemandangan yang indah, iklim yang diinginkan, atau kedekatan ke daerah wisata (misalnya, lereng ski, danau, pantai, taman nasional), telah mengalami lebih banyak pertumbuhan (McGranahan & Sullivan, 2005). - Kebanyakan orang tua pindah ke daerah pedesaan karena umumnya pedesaan memiliki kadar oksigen yang lebih sehat dari perkotaan dan lebih aman secara finansial (Tarmann, 2003; USDA, 2007a).
1. Definisi kesehatan pedesaan
Kesehatan pedesaan Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama. (Rahardjo, 2006). Desa dalam pengertian umum seperti yang didefiniskan dalam Undang – undang nomer 32 tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat umum yang memiliki batas-batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempa, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia (Rahayu, 2009). Ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. (Rahadjo, 2006). Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan pedesaan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang agar dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya di daerah pedesaan (Notoatmojo, 2003). 2. Karakterisitik Pedesaan: Penjelasan mengenai karakteristik desa yang ditempatkan sebagai masyarakat yang masih bersahaja, selalu dikaitkan atau dilawankan dengan pemahaman mengenai kota yang maju dan kompleks. Hal ini menyebabkan karakteristik antara desa dan kota cenderung bersifat kontras satu sama lain. Dalam merumuskan karakteristik yang kontras tersebut sejumlah sosiolog masih mengacu pada pola pemikiran yang bersiat teoritik seperti konsep Ferdinand Tonnies (Gemeinschaft-Gesellschaft), Charles Cooley (Primary-Secondary group) dan Emile Durkheim (Solidaritas Mekanik-organik). Menurut Roucek & Warren (1962) dan Horton & Hunt (1976) , masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Peranan kelompok primer sangat besar b. Faktor geografik menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/asosiasi c. Hubungan antar personal bersifat intim dan awet d. Homogen dan mobilitas sosialnya rendah e. Fungsi keluarga lebih ditekankan sebagai unit ekonomi f. Jumlah anak dalam keluarga lebih banyak g. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial Pitirin A. Sorokin dan Carle C Zimmerman (dalam Rahardjo, 1999) menambahkan karakteristik yang belum disebutkan oleh Roucek & Warren serta Horton & Hunt sebelumnya, yaitu dari aspek stratafikasi sosial, interaksi sosial dan solidaritas sosialnya. Berikut karakterisitik tambahan dari Pitirin A. Sorokin dan Carle C Zimmerman : a. Aspek stratafikasi sosial : Sederhana, perbedaan jarak sosial dekat, mengelompok pada lapisan menengah, dasar pembeda cenderung kaku b. Aspek interaksi sosial : kontak sosial cenderung sedikit dan tida bervariasi c. Aspek solidaritas sosial : muncul berdasarkan kesamaan yang ada pada lingkungan sekitarnya Konsep-konsep desa yang dikemukana diatas belumlah cukup untuk memberikan gambaran desa-desa di Indonesia. Hal ini disebabkan di Indonesia masih terdapat desa yang masih mendekati desa era prakapitalistik (desa sebelum modernisasi). JH Boeke dalam bukunya “The Interest of the Voiceless Far east, Introduction to Oriental Economics” tahun 1948, menggambarkan ciri pokok desa prakapitalistik adalah: a. Penundukan kegiatan ekonomi dibawah kegiatan sosial, artinya kegiatan sosial lebih penitng daripada kegiatan ekonomi, bahkan kegiatan ekonomi dipandang sebagai kejahatan. b. Keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis sehingga masyarakat desa hakekatnya bukan merupakan unit ekonomi tetapi merupakan unit sosial dengan keluarga merupakan unit terkecil dan terpenting. Dengan kata lain keterpaduan masyarakat desa bukanlah keterpaduan ekonomi tetapi keterpaduan sosial. c. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada ekonomi, oleh karena itu masyarakat desa merupakan pengelompokan kecil-kecil yang menyebabkan orangorang desa saling mengenal dan akrab satu sama lain. Berdasarkan hubungan personal inilah maka tradisi yang ada dapat dipertahankan. d. Desa cenderung menatap ke belakang tidak kedepan, yang dapat memperkuat kelestarian tradisi setempat. e. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan, menerima tradisi dan moral kelompok sebagai pedomannya. Hal ini menyebabkan tingkat kolektivitas yang sangat tinggi, individualisme otomatis tidak dapat diterima. 3. Masyarakat Pedesaan Karakteristik masyarakat desa di perdesaan dapat dilihat dari sisi demografi, Ekonomi, Sosial-budaya dan Psikologi masyarakat atau psiko-sosial. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat desa memiliki karakteristik: 1. Hidup adalah persoalan kelangsungan hidup a) karena ekonomi petani terutama produksi yang renda b) karena rural war‘ sangat penting dalam melihat dunia luar, c) karena petani tidak memiliki kontrol dalam keputusan sesuatu dalam kehidupan; keputusan dibuat dari pusat kekuasaan, bisnis, industri, dan pengetahuan. Petani selalu tidak mengetahui bagaimana atau mengapa mereka membuat keputusan d) karena itu, petani sangat hati-hati banyak langkah yang keliru dibuat yang dapat menimbulkan kesukaran. Oleh karena itu, petani enggan mengambil risiko. 2. Tanah/lahan adalah dasar utama dalam kehidupan a) produktifitas lahan hampir minimal b) pertanian banyak atau sedikit tradisional c) tidak proporsional kepemilikan kekayaan dan pendapatan d) input dalam penggunaan lahan tidak didapat dengan mudah oleh patani, jika pernah, mereka tidak memiliki kontrol setiap saat. e) tapi pertanian mulai berubah; berubah dalam teknologi, kepemilikan lahan, struktur, kemampuan dan skill (kecakapan). 3. Keluarga dalam jumlah besar dan fokus utama kehidupan sosial a) keluarga inti menjadi tipical pola b) tiap anggota keluarga memiliki peran c) kawin usia muda menjadi keadaan yang biasa d) keluarga-keluarga yang besar, akibatnya; kematian bayi tinggi, pertumbuhan fisik anak-anak sangat lambat, kesehatan ibu menurun dan skore anak-anak signifikan rendah dalam tes IQ 4. Kehidupan desa adalah mengatur masyarakat sekitar. tetanga mengubah kehidupan keluarga disamping yang lain memberikan dasar saling membantu, 5. Karakteristik antar hubungan dan psikologi a) hubungan personal sangat penting. Oleh karena itu, ada nilai tinggi yang halus dalam hubungan antar personal. Banyak transaksi menjadi didasari oleh hubungan personal yang tinggi. b) Rasa saling tak percaya dan selalu dalam keadaan kelambanan. Semangat Bayanihan menahan fenomena ini sungguh ada dalam wilayah desa. Ini menemukan dalam orang-orang kepercayaan bahwa emuanya baik, seperti pada tanah, kekayan, kesehatan, kekuasaan dan penyelamatan dan lainlain. Hal ini diberi kuantitas definit dan dapat mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika ada orang mengalami kenaikan dalam bagian ini, ada hubungan penurunan pada yang lain. Konsekuensinya, penduduk desa menentang perubahan, yang dapat digunakan untuk mengurangi bagian roti atau enggan untuk mengalami kenaikan bagiannya untuk ketakutan yang tak mnyenangkan dari tetangganya. c) Agama dan tahayul sikap penting dalam kehidupan desa. Agama menjadikan manusia menyesuaikan diri apa yang tidak diketahuinya dan tidak terkontrol kekuatan di alam semesta. Ini mengatur dia dalam kekuatan dan membangun tingkah laku yang dapat diterima sesama manusia. Ini meliputi kepercayaan dan pemujaan dan pengorbanan unuk memperoleh kepuasaan spiritual dan ini meliputi bagian siapa yang berdiri diantara tempat ibadah. Tahayul mendalam dalam budaya manusia desa. Ini mempengaruhi kepercayaannya, sikap dan perbuatan dalam kehidupan di dunia. Sebagai contoh, orang desa Filipina percaya kontrasepsi dan aborsi sudah terdapat secara alami dan ditakdirkan. Oleh karena itu, pemakaian kontrasepsi akan dapat dihukum oleh hukum alam dan spiritual. 6. Waktu sekarang sangat penting dan masyarakat desa biasanya tidak berkemauan untuk kelambatan hadiah. Orang memiliki perhatian terhadap masa yang akan datang dan sangat respek terhadap masa lalu, tapi sangat tidak interes dengan kejadian masa datang dalam perasaan agama atau mistik. Konsep mengenai waktu teliti dan sedikit terstruktur dibandingkan dengan daerah kota. Mungkin karena itu, upah, sangat sering tidak terlambat. Untuk mereka merubah sikap dan tingkah laku mereka, mereka harus melihat dengan segera keuntungan atau upah. Segera setelah melihat upah, ini adalah yang terbaik. Ini mungkin satu alasan mengapa rencana (dalam penggunaan teknik) tidak segera diterima umum untuk mencapai sasaran dalam masyarakat desa. Sebaga contoh, uji coba varitas tanaman baru, metode perencanaan keluarga atau proyek pembangunan masyarakat seperti bangunan air, upah yang diberikan terlambat. Upah diberikan berangsur-angsur dan menunggu waktu untuk terwujud. Masyarakat desa hampir tidak berkemauan untuk menungu keuntunan sebab mereka ditekan oleh masalah memebri makan keluarga mereka, uang untuk pakaian, danmembayar untuk jasa kesehatan dan lain-lain. 7. Karakteristik pendidikan dan komunikasi a) Sekolah formal terbatas b) tingkat DO tingi. Banyak hal yang menjadi faktor, seperti: kualitas yang rendah dari lembaga/fasilitas kurikulum tidak relefan berhadapan dengan keinginan mereka jarak yang jauh sebelum mencapai sekolah c) Akses informasi terbatas. Kelambanan informasi ini menjadikan desa kurang mengetahui alternatif yang terbaik dan membuat mereka terlambat mempraktekannya. Kondisi mereka dilanjutkan apa yang yang mereka lihat seperti legitimasi, kecocokan dan pantas. Kontibusi ini membuat mereka tak tertarik dan segan untuk menerima atau respon terhadap ide baru dan kebiasaan baru. d) Sistem komunikasi desa selalu melalui pertemuan kelompok informal yang tiak reguler tapi frekuensi tempat dalam desa. Diskusi yang dilakukan tergantung dari waktu yang mereka miliki. Selain itu orang- orang informal mentransfer informasi melalui radio yang memiliki banyak saluran. Televisi cepat mereka tangkap. Media cetak selalu memiliki keuntungan daerah. Barang cetakan yang sangat terkenal adalah komik. e) Media tradisional tetap populer. seperti media drama rakyat, pertunjukan nyanyian, pertunjukan lawak tetap populer dan dapat diterima. Oleh karena itu mereka baik menangkap informasi. 4. Karakteristik Populasi Masyarakat Desa 1) Usia dan Gender a. Perbedaan usia masyarakat Padatnya kesibukan menyebabkan masyarakat perkotaan kerap kali mengabaikan pentingnya kualitas makanan yang dikonsumsi. Asal cepat dan kenyang menjadi motto utama. Hasilnya, selain ketidakteraturan dalam pola makan, juga terjadi kekurangan dalam asupan nutrisi yang disebabkan dipilihnya fast food sebagai santapan utama. Lengkapnya infrastruktur dan fasilitas kota memang mempermudah segala aktivitas. Namun karena terlalu mudahnya, kuantitas gerak tubuh menjadi berkurang, bahkan, menjadi malas berolah raga. Hal ini juga disebabkan warna pekerjaan perkotaan yang cenderung mengharuskan duduk sepanjang hari di dalam ruangan. Fazale R Rana, Hugh Ross, dan Richard Deem misalnya. Dalam jurnalnya, Long Life Spans: Adam Lived 930 Years and Then He Died mereka menyatakan bahwa perbedaan rentang usia manusia antargenerasi, selain disebabkan oleh faktor genetika yang terdiri dari perubahan panjang telomer dan ukuran genom yang lebih kecil juga disebabkan oleh radikal bebas dan diet kalori. Radikal bebas dan diet kalori berhubungan erat dengan lingkungan, gaya hidup, dan pola makan. b. Perbedaan Gender Pada kehidupan pedesaan terjadi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Perempuan berbagi berbagi kerja dengan laki-laki. Mereka seringkali ke sawah bersama, menanam bibit, mencari rumput untuk ternak dan pekerjaan lain yang hampir sama dengan laki-laki. Para perempuan ini memiliki peran yang setara. Mereka saling melakukan pekerjaan yang terkesan maskulin, sesuatu yang justru jarang ditemui di kota. Sebaliknya laki-laki pun tak jarang melakukan perkerjaan yang feminin, seperti membuat makanan dan minuman pada acara-acara yang besar, mencuci peralatan sesudah digunakan, memasak daging dan air seperti rapat atau hajatan. Sementara para perempuan menyiapkan nasi dan sayuran. 2) Pekerjaan dan pendapatan Masyakat desa umumnya bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebgainya.Sebagian besar masyarakat desa umumnya bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang. Penduduk desa bertani baik sebagai pemilik sawah ataupun buruh tani yang pengasilannya tergantung hasil panen yang di hasilkan. Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak besar.Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian di bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang mereka punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa. Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di celengan. Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan. Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan mati. Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka belum mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang sudah menabung di koperasi, namun belum semua melakukannya. Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli modal untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka juga kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap sebagai barang mewah). 3) Pendidikan Di desa, pada umumnya tingkat pendidikannya hanya sampai SMA. Adapun mereka yang berasal dari desa yang telah melanjutkan pendidikannya sampai ke universitas (sarjana), kebanyakan tidak kembali ke desanya, dan tidak mengusahakan suatu perngembangan bagi desanya. Adanya perbedaan anatara kualitas pendidikan di daerah kota dan di daerah pedesaan. Kualitas pendidikan daerah pedesaan membuat pemerintah sulit menetapkan standar. Rendahnya tingkat mutu pendidikan di daerah pedesaaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebagai contohnya rendahnya mutu pendidikan siswa pedesaan karena dilatarbelakangi rendahnya minat dari orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%. Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%. Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%. Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Menurut Dalyono (2008). Anak-anak yang dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan anak di desa. Pada umumnya anak yang tinggal di kota lebih bersikap aktif dan dinamis, bila dibandingkan dengan anak desa yang selalu bersikap statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan dan kemajuan anak yang tinggal di kota jauh lebih pesat daripada anak yang tinggal di desa. Masyarakat yang berpikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Mereka merasa percuma saja sekolah karena hanya akan menghabiskan banyak biaya. Terlebih lagi kondisi masyarakat desa yang mayoritas bukan dari kalangan yang berada. 4) Ras dan etnik Suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia sangatlah beraneragam dan menurut Hildred Geertz di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-masing memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia secara umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha. Selain itu terdapat agama-agama lain seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Kawitan (suku Baduy) serta aliran kepercayaan. Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi. Namun masyakat desa umumnya bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat - istiadat, ras dan etnik.
RURAL COMMUNITY HELATH NURSING
Rural Community Helath Nursing lebih sering wanita yang dibesarkan atau tinggal di area pedesaan. Perawat pedesaan adalah anggota aktif di komunitasnya dan merupakan profesional yang dihormati (Bushy, 2000). Pada prakteknya, keperawatan komunitas desa menggunakan primary, secondary dan tertiary prevention. Primary prevention menyediakan fasilitas imunisasi untuk anak-anak pada layanan posyandu atau vaksin influenza pada pusat pelayanan masyarakat. Pada secondary prevention perawat mengukur tekanan darah pada orang-orang dewasa atau skrining skoliosis pada anak-anak masa sekolah. Peluang perawat komunitas desa pada tertiary prevention dengan anak-anak yang membutuhkan perawatan kesehatan khusus atau memberikan home care pada penduduk desa yang baru menjalani rawat inap di rumah sakit. Peran perawat pada keperawatan komunitas desa antara lain : 1. Peran sebagai advocate, yaitu membantu klien dan keluarga memperoleh perawatan yang terbaik. 2. Peran sebagai koordinator/case manager, yaitu sebagai penghubung kebutuhan kesehatan dengan dan tenaga kesehatan. 3. Peran sebagai health teacher, yaitu memberikan edukasi kepada setiap individu, keluarga, maupun kelompok terhadap promosi kesehatan atau topik yang berkaitan dengan kesehatan lainnya. 4. Peran sebagai referral agent, yaitu memberi peluang koneksi kepada penduduk desa dan pennyedia layanan kota. 5. Peran sebagai mentor, yaitu membantu perawat komunitas yang baru, mahasiswa keperawatan, dan perawat baru lainnya tentang komunitas desa. 6. Peran sebagai change agent/researcher, yaitu memberikan pendapat baru terhadap pemecahan masalah perawatan pasien dan masalah kesehatan komunitas berdasarkan penelitian, literatur yang dapat dipercaha, dan pengkajian komunitas. 7. Peran sebagai collaborator, yaitu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan outcome pada klien secara individu dan juga masyarakat secara luas. 8. Peran sebagai aktivis, yaitu mengambil resiko yang tepat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA
Allender, J. A., Rector, C. L., dan Warmer, K.D. 2010. Community Health Nursing: Promoting and Protecting the Public's Health.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Rahardjo, A. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha