Anda di halaman 1dari 13

PROMOTING AND PROTECTING THE HEALTH OF VULNERABLE

AGGREGATES: RURAL HEALTH CARE

1. Menurut sensus di Amerika Serikat, pedesaan merupakan semua wilayah,


populasi, dan unit rumah yang terletak di luar Urbanized Area (UA) dan
Urban Cluster (UC). Urbanized Area dan Urban Cluster: area yang terdiri dari
pemukiman padat wilayah dengan luas kepadatan penduduk 1.000 orang atau
lebih per mil persegi dengan daerah kepadatan populasi minimal 500 orang
per mil persegi.
2. Menurut OMB, pedesaan dibedakan menjadi daerah metropolitan (satu
daerah kota yang memiliki populasi minimum 50.000) dan mikropolitan (satu
daerah kota tidak kurang dari 10.000 dan tidak lebih dari 50.000 orang).
3. Menurut U. S. Department of Agriculture Completely, rural adalah daerah
dengan populasi 2,500 yag dekat atau tidak dekat dengan perkotaan.
4. Menurut U. S. Government, pedesaan merupakan daerah perbatasan yang
terdiri dari 6 orang per mil persegi.
5. Menurut penulis, pedesaan didefinisikan sebagai komunitas dengan kurang
dari 10.000 penduduk dan daerah kepadatan penduduk kurang dari 1.000
orang per persegi mil.

Perubahan populasi dipengaruhi oleh:


1. Kelahiran
Pada tahun 1970-an, proporsi kelahiran menurun, tetapi banyak orang pindah
ke komunitas pedesaan, hal ini menghasilkan sebuah peningkatan populasi
2. Ekonomi
Tahun 1980-an, tren di Amerika berubah. Banyak terjadi migrasi dari desa ke
kota karena resesi ekonomi dan krisis di bidang pertanian.
3. Keindahan Alam sebagai Tempat Wisata
- fasilitas alami seperti pemandangan yang indah, iklim yang diinginkan,
atau kedekatan ke daerah wisata (misalnya, lereng ski, danau, pantai,
taman nasional), telah mengalami lebih banyak pertumbuhan
(McGranahan & Sullivan, 2005).
- Kebanyakan orang tua pindah ke daerah pedesaan karena umumnya
pedesaan memiliki kadar oksigen yang lebih sehat dari perkotaan dan lebih
aman secara finansial (Tarmann, 2003; USDA, 2007a).

1. Definisi kesehatan pedesaan


Kesehatan pedesaan Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai
suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai
suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat
tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan
terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun cenderung
memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama. (Rahardjo, 2006).
Desa dalam pengertian umum seperti yang didefiniskan dalam Undang –
undang nomer 32 tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat umum yang
memiliki batas-batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempa, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
kesatuan republik Indonesia (Rahayu, 2009). Ciri utama yang terlekat pada
desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok
masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain suatu desa ditandai oleh
keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap
wilayah ini di samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga
kehidupan mereka. (Rahadjo, 2006). Masalah kesehatan adalah suatu masalah
yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus
dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit"
atau kesehatan tersebut. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan pedesaan adalah
suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit
sehingga seseorang agar dapat melakukan aktivitas secara optimal khususnya
di daerah pedesaan (Notoatmojo, 2003).
2. Karakterisitik Pedesaan: Penjelasan mengenai karakteristik desa yang
ditempatkan sebagai masyarakat yang masih bersahaja, selalu dikaitkan atau
dilawankan dengan pemahaman mengenai kota yang maju dan kompleks. Hal
ini menyebabkan karakteristik antara desa dan kota cenderung bersifat
kontras satu sama lain. Dalam merumuskan karakteristik yang kontras
tersebut sejumlah sosiolog masih mengacu pada pola pemikiran yang bersiat
teoritik seperti konsep Ferdinand Tonnies (Gemeinschaft-Gesellschaft),
Charles Cooley (Primary-Secondary group) dan Emile Durkheim (Solidaritas
Mekanik-organik). Menurut Roucek & Warren (1962) dan Horton & Hunt
(1976) , masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Peranan kelompok primer sangat besar
b. Faktor geografik menentukan sebagai dasar pembentukan
kelompok/asosiasi
c. Hubungan antar personal bersifat intim dan awet
d. Homogen dan mobilitas sosialnya rendah
e. Fungsi keluarga lebih ditekankan sebagai unit ekonomi
f. Jumlah anak dalam keluarga lebih banyak
g. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial
Pitirin A. Sorokin dan Carle C Zimmerman (dalam Rahardjo, 1999)
menambahkan karakteristik yang belum disebutkan oleh Roucek & Warren serta
Horton & Hunt sebelumnya, yaitu dari aspek stratafikasi sosial, interaksi sosial
dan solidaritas sosialnya. Berikut karakterisitik tambahan dari Pitirin A. Sorokin
dan Carle C Zimmerman :
a. Aspek stratafikasi sosial : Sederhana, perbedaan jarak sosial dekat,
mengelompok pada lapisan menengah, dasar pembeda cenderung kaku
b. Aspek interaksi sosial : kontak sosial cenderung sedikit dan tida
bervariasi
c. Aspek solidaritas sosial : muncul berdasarkan kesamaan yang ada pada
lingkungan sekitarnya Konsep-konsep desa yang dikemukana diatas
belumlah cukup untuk memberikan gambaran desa-desa di Indonesia.
Hal ini disebabkan di Indonesia masih terdapat desa yang masih
mendekati desa era prakapitalistik (desa sebelum modernisasi). JH Boeke
dalam bukunya “The Interest of the Voiceless Far east, Introduction to
Oriental Economics” tahun 1948, menggambarkan ciri pokok desa
prakapitalistik adalah:
a. Penundukan kegiatan ekonomi dibawah kegiatan sosial, artinya
kegiatan sosial lebih penitng daripada kegiatan ekonomi, bahkan
kegiatan ekonomi dipandang sebagai kejahatan.
b. Keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis sehingga
masyarakat desa hakekatnya bukan merupakan unit ekonomi tetapi
merupakan unit sosial dengan keluarga merupakan unit terkecil dan
terpenting. Dengan kata lain keterpaduan masyarakat desa bukanlah
keterpaduan ekonomi tetapi keterpaduan sosial.
c. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada ekonomi, oleh karena
itu masyarakat desa merupakan pengelompokan kecil-kecil yang
menyebabkan orangorang desa saling mengenal dan akrab satu sama
lain. Berdasarkan hubungan personal inilah maka tradisi yang ada
dapat dipertahankan.
d. Desa cenderung menatap ke belakang tidak kedepan, yang dapat
memperkuat kelestarian tradisi setempat.
e. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan, menerima
tradisi dan moral kelompok sebagai pedomannya. Hal ini
menyebabkan tingkat kolektivitas yang sangat tinggi, individualisme
otomatis tidak dapat diterima.
3. Masyarakat Pedesaan Karakteristik masyarakat desa di perdesaan dapat
dilihat dari sisi demografi, Ekonomi, Sosial-budaya dan Psikologi masyarakat
atau psiko-sosial. Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat desa memiliki
karakteristik:
1. Hidup adalah persoalan kelangsungan hidup
a) karena ekonomi petani terutama produksi yang renda
b) karena rural war‘ sangat penting dalam melihat dunia luar,
c) karena petani tidak memiliki kontrol dalam keputusan sesuatu dalam
kehidupan; keputusan dibuat dari pusat kekuasaan, bisnis, industri,
dan pengetahuan. Petani selalu tidak mengetahui bagaimana atau
mengapa mereka membuat keputusan
d) karena itu, petani sangat hati-hati banyak langkah yang keliru dibuat
yang dapat menimbulkan kesukaran. Oleh karena itu, petani enggan
mengambil risiko.
2. Tanah/lahan adalah dasar utama dalam kehidupan
a) produktifitas lahan hampir minimal
b) pertanian banyak atau sedikit tradisional
c) tidak proporsional kepemilikan kekayaan dan pendapatan
d) input dalam penggunaan lahan tidak didapat dengan mudah oleh
patani, jika pernah, mereka tidak memiliki kontrol setiap saat.
e) tapi pertanian mulai berubah; berubah dalam teknologi, kepemilikan
lahan, struktur, kemampuan dan skill (kecakapan).
3. Keluarga dalam jumlah besar dan fokus utama kehidupan sosial
a) keluarga inti menjadi tipical pola
b) tiap anggota keluarga memiliki peran
c) kawin usia muda menjadi keadaan yang biasa
d) keluarga-keluarga yang besar, akibatnya; kematian bayi tinggi,
pertumbuhan fisik anak-anak sangat lambat, kesehatan ibu menurun
dan skore anak-anak signifikan rendah dalam tes IQ
4. Kehidupan desa adalah mengatur masyarakat sekitar. tetanga mengubah
kehidupan keluarga disamping yang lain memberikan dasar saling
membantu,
5. Karakteristik antar hubungan dan psikologi
a) hubungan personal sangat penting. Oleh karena itu, ada nilai tinggi
yang halus dalam hubungan antar personal. Banyak transaksi menjadi
didasari oleh hubungan personal yang tinggi.
b) Rasa saling tak percaya dan selalu dalam keadaan kelambanan.
Semangat Bayanihan menahan fenomena ini sungguh ada dalam
wilayah desa. Ini menemukan dalam orang-orang kepercayaan bahwa
emuanya baik, seperti pada tanah, kekayan, kesehatan, kekuasaan dan
penyelamatan dan lainlain. Hal ini diberi kuantitas definit dan dapat
mengalami kenaikan. Oleh karena itu, jika ada orang mengalami
kenaikan dalam bagian ini, ada hubungan penurunan pada yang lain.
Konsekuensinya, penduduk desa menentang perubahan, yang dapat
digunakan untuk mengurangi bagian roti atau enggan untuk
mengalami kenaikan bagiannya untuk ketakutan yang tak
mnyenangkan dari tetangganya.
c) Agama dan tahayul sikap penting dalam kehidupan desa. Agama
menjadikan manusia menyesuaikan diri apa yang tidak diketahuinya
dan tidak terkontrol kekuatan di alam semesta. Ini mengatur dia dalam
kekuatan dan membangun tingkah laku yang dapat diterima sesama
manusia. Ini meliputi kepercayaan dan pemujaan dan pengorbanan
unuk memperoleh kepuasaan spiritual dan ini meliputi bagian siapa
yang berdiri diantara tempat ibadah. Tahayul mendalam dalam budaya
manusia desa. Ini mempengaruhi kepercayaannya, sikap dan
perbuatan dalam kehidupan di dunia. Sebagai contoh, orang desa
Filipina percaya kontrasepsi dan aborsi sudah terdapat secara alami
dan ditakdirkan. Oleh karena itu, pemakaian kontrasepsi akan dapat
dihukum oleh hukum alam dan spiritual.
6. Waktu sekarang sangat penting dan masyarakat desa biasanya tidak
berkemauan untuk kelambatan hadiah. Orang memiliki perhatian terhadap
masa yang akan datang dan sangat respek terhadap masa lalu, tapi sangat
tidak interes dengan kejadian masa datang dalam perasaan agama atau
mistik. Konsep mengenai waktu teliti dan sedikit terstruktur dibandingkan
dengan daerah kota. Mungkin karena itu, upah, sangat sering tidak
terlambat. Untuk mereka merubah sikap dan tingkah laku mereka, mereka
harus melihat dengan segera keuntungan atau upah. Segera setelah
melihat upah, ini adalah yang terbaik. Ini mungkin satu alasan mengapa
rencana (dalam penggunaan teknik) tidak segera diterima umum untuk
mencapai sasaran dalam masyarakat desa. Sebaga contoh, uji coba varitas
tanaman baru, metode perencanaan keluarga atau proyek pembangunan
masyarakat seperti bangunan air, upah yang diberikan terlambat. Upah
diberikan berangsur-angsur dan menunggu waktu untuk terwujud.
Masyarakat desa hampir tidak berkemauan untuk menungu keuntunan
sebab mereka ditekan oleh masalah memebri makan keluarga mereka,
uang untuk pakaian, danmembayar untuk jasa kesehatan dan lain-lain.
7. Karakteristik pendidikan dan komunikasi
a) Sekolah formal terbatas
b) tingkat DO tingi. Banyak hal yang menjadi faktor, seperti: kualitas
yang rendah dari lembaga/fasilitas kurikulum tidak relefan
berhadapan dengan keinginan mereka jarak yang jauh sebelum
mencapai sekolah
c) Akses informasi terbatas. Kelambanan informasi ini menjadikan desa
kurang mengetahui alternatif yang terbaik dan membuat mereka
terlambat mempraktekannya. Kondisi mereka dilanjutkan apa yang
yang mereka lihat seperti legitimasi, kecocokan dan pantas. Kontibusi
ini membuat mereka tak tertarik dan segan untuk menerima atau
respon terhadap ide baru dan kebiasaan baru.
d) Sistem komunikasi desa selalu melalui pertemuan kelompok informal
yang tiak reguler tapi frekuensi tempat dalam desa. Diskusi yang
dilakukan tergantung dari waktu yang mereka miliki. Selain itu orang-
orang informal mentransfer informasi melalui radio yang memiliki
banyak saluran. Televisi cepat mereka tangkap. Media cetak selalu
memiliki keuntungan daerah. Barang cetakan yang sangat terkenal
adalah komik.
e) Media tradisional tetap populer. seperti media drama rakyat,
pertunjukan nyanyian, pertunjukan lawak tetap populer dan dapat
diterima. Oleh karena itu mereka baik menangkap informasi.
4. Karakteristik Populasi Masyarakat Desa
1) Usia dan Gender
a. Perbedaan usia masyarakat Padatnya kesibukan menyebabkan
masyarakat perkotaan kerap kali mengabaikan pentingnya kualitas
makanan yang dikonsumsi. Asal cepat dan kenyang menjadi motto
utama. Hasilnya, selain ketidakteraturan dalam pola makan, juga
terjadi kekurangan dalam asupan nutrisi yang disebabkan dipilihnya
fast food sebagai santapan utama. Lengkapnya infrastruktur dan
fasilitas kota memang mempermudah segala aktivitas. Namun karena
terlalu mudahnya, kuantitas gerak tubuh menjadi berkurang, bahkan,
menjadi malas berolah raga. Hal ini juga disebabkan warna pekerjaan
perkotaan yang cenderung mengharuskan duduk sepanjang hari di
dalam ruangan. Fazale R Rana, Hugh Ross, dan Richard Deem
misalnya. Dalam jurnalnya, Long Life Spans: Adam Lived 930 Years
and Then He Died mereka menyatakan bahwa perbedaan rentang usia
manusia antargenerasi, selain disebabkan oleh faktor genetika yang
terdiri dari perubahan panjang telomer dan ukuran genom yang lebih
kecil juga disebabkan oleh radikal bebas dan diet kalori. Radikal
bebas dan diet kalori berhubungan erat dengan lingkungan, gaya
hidup, dan pola makan.
b. Perbedaan Gender Pada kehidupan pedesaan terjadi kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan. Perempuan berbagi berbagi kerja
dengan laki-laki. Mereka seringkali ke sawah bersama, menanam
bibit, mencari rumput untuk ternak dan pekerjaan lain yang hampir
sama dengan laki-laki. Para perempuan ini memiliki peran yang
setara. Mereka saling melakukan pekerjaan yang terkesan maskulin,
sesuatu yang justru jarang ditemui di kota. Sebaliknya laki-laki pun
tak jarang melakukan perkerjaan yang feminin, seperti membuat
makanan dan minuman pada acara-acara yang besar, mencuci
peralatan sesudah digunakan, memasak daging dan air seperti rapat
atau hajatan. Sementara para perempuan menyiapkan nasi dan
sayuran.
2) Pekerjaan dan pendapatan Masyakat desa umumnya bersifat homogen,
seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan
sebgainya.Sebagian besar masyarakat desa umumnya bermatapencaharian
sebagai petani dan pedagang. Penduduk desa bertani baik sebagai pemilik
sawah ataupun buruh tani yang pengasilannya tergantung hasil panen
yang di hasilkan. Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak
besar.Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian di
bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya diukur dari berapa
uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang mereka
punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa.
Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di
celengan. Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan.
Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang
berakibat pada hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit
(seperti anthrax) dan mati. Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka
belum mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan ada
yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang sudah menabung
di koperasi, namun belum semua melakukannya. Tingkat ekonomi tentu
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk
mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan
anaknya sampai ke universitas, atau membeli modal untuk
mengembangkan usaha mereka. Mereka juga kurang mampu membeli
fasilitas penunjang seperti transportasi yang lebih efisien (mobil, motor, di
desa masih dianggap sebagai barang mewah).
3) Pendidikan Di desa, pada umumnya tingkat pendidikannya hanya sampai
SMA. Adapun mereka yang berasal dari desa yang telah melanjutkan
pendidikannya sampai ke universitas (sarjana), kebanyakan tidak kembali
ke desanya, dan tidak mengusahakan suatu perngembangan bagi desanya.
Adanya perbedaan anatara kualitas pendidikan di daerah kota dan di
daerah pedesaan. Kualitas pendidikan daerah pedesaan membuat
pemerintah sulit menetapkan standar. Rendahnya tingkat mutu pendidikan
di daerah pedesaaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebagai contohnya
rendahnya mutu pendidikan siswa pedesaan karena dilatarbelakangi
rendahnya minat dari orang tua untuk menyekolahkan anak mereka.
Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya minat orang tua
untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama
disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor
kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar
86,0%. Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%.
Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%. Faktor sosial budaya
berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat
istiadat, dan kebiasaan. Menurut Dalyono (2008). Anak-anak yang
dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan anak di desa. Pada
umumnya anak yang tinggal di kota lebih bersikap aktif dan dinamis, bila
dibandingkan dengan anak desa yang selalu bersikap statis dan lamban.
Itulah sebabnya, perkembangan dan kemajuan anak yang tinggal di kota
jauh lebih pesat daripada anak yang tinggal di desa. Masyarakat yang
berpikiran sempit memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu
penting. Mereka merasa percuma saja sekolah karena hanya akan
menghabiskan banyak biaya. Terlebih lagi kondisi masyarakat desa yang
mayoritas bukan dari kalangan yang berada.
4) Ras dan etnik Suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia sangatlah
beraneragam dan menurut Hildred Geertz di Indonesia terdapat lebih dari
300 suku bangsa, dimana masing-masing memiliki bahasa dan identitas
kebudayaan yang berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia
secara umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen
Protestan, Katholik, Hindu, Budha. Selain itu terdapat agama-agama lain
seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Kawitan (suku
Baduy) serta aliran kepercayaan. Dengan demikian keanekaragaman
tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna
tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk
senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui
persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi. Namun
masyakat desa umumnya bersifat homogen, seperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adat - istiadat, ras dan etnik.

RURAL COMMUNITY HELATH NURSING


Rural Community Helath Nursing lebih sering wanita yang dibesarkan
atau tinggal di area pedesaan. Perawat pedesaan adalah anggota aktif di
komunitasnya dan merupakan profesional yang dihormati (Bushy, 2000). Pada
prakteknya, keperawatan komunitas desa menggunakan primary, secondary dan
tertiary prevention. Primary prevention menyediakan fasilitas imunisasi untuk
anak-anak pada layanan posyandu atau vaksin influenza pada pusat pelayanan
masyarakat. Pada secondary prevention perawat mengukur tekanan darah pada
orang-orang dewasa atau skrining skoliosis pada anak-anak masa sekolah.
Peluang perawat komunitas desa pada tertiary prevention dengan anak-anak yang
membutuhkan perawatan kesehatan khusus atau memberikan home care pada
penduduk desa yang baru menjalani rawat inap di rumah sakit.
Peran perawat pada keperawatan komunitas desa antara lain :
1. Peran sebagai advocate, yaitu membantu klien dan keluarga memperoleh
perawatan yang terbaik.
2. Peran sebagai koordinator/case manager, yaitu sebagai penghubung
kebutuhan kesehatan dengan dan tenaga kesehatan.
3. Peran sebagai health teacher, yaitu memberikan edukasi kepada setiap
individu, keluarga, maupun kelompok terhadap promosi kesehatan atau topik
yang berkaitan dengan kesehatan lainnya.
4. Peran sebagai referral agent, yaitu memberi peluang koneksi kepada
penduduk desa dan pennyedia layanan kota.
5. Peran sebagai mentor, yaitu membantu perawat komunitas yang baru,
mahasiswa keperawatan, dan perawat baru lainnya tentang komunitas desa.
6. Peran sebagai change agent/researcher, yaitu memberikan pendapat baru
terhadap pemecahan masalah perawatan pasien dan masalah kesehatan
komunitas berdasarkan penelitian, literatur yang dapat dipercaha, dan
pengkajian komunitas.
7. Peran sebagai collaborator, yaitu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain
untuk memaksimalkan outcome pada klien secara individu dan juga
masyarakat secara luas.
8. Peran sebagai aktivis, yaitu mengambil resiko yang tepat untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C. L., dan Warmer, K.D. 2010. Community Health
Nursing: Promoting and Protecting the Public's Health.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Rahardjo, A. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha


Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai