Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN

KOMUNITAS DESA















Disusun oleh:
Nama : Sofi Yuliantika Rahman
NIM : 125040200111010
Kelas : O




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang
Desa atau pedesaan ( desa cenderung menunjuk kepada aspek teritorial; sedangkan
pedesaan cenderung menunjuk kepada aspek ciri-ciri sosial manusianya ) adalah suatu konsep
yang sangat pokok dalam pembahasan Sosiologi Pedesaan. Sekalipun desa dalam pengertian
yang sangat umum merupakan cerminan kehidupan yang bersahaja, namun untuk
memahaminya tidaklah sederhana.
Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Namun
sebenarnya faktor pertanian bukanlah ciri yang selalu harus terlekat pada setiap desa. Ciri
utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu
kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain, suatu desa ditandai oleh
keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di
samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. Dalam
sosiologi, jenis kelompok semacam itu yakni yang memiliki ikatan kebersamaan dan ikatan
terhadap wilayah tertentu pengertiannya tercakup dalam konsep komunitas. Dengan demikian,
desa dilihat dari karakteristik yang dimilikinya adalah suatu komunitas. Bila sekedar mengacu
kepada karakteristik yang semacam itu, kota atau bahkan negara pun juga merupakan suatu
komunitas. Maka terdapat dua kelompok komunitas yang memiliki karakteristik umum yang
sama, yakni komunitas desa dan komunitas kota.
Komunitas dalam arti yang sederhana adalah suatu kumpulan orang-orang yang terdiri
dalam jumlah yang banyak. Sedangkan desa adalah sebuah pemukiman di daerah atau areal
pedesaan. Maka komunitas desa akan berarti suatu kumpulan orang-orang yang terdiri dalam
jumlah yang banyak dan menempati areal pedesaan.









2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Desa
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Komunitas
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Komunitas Desa
4. Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur Komunitas Desa
5. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri Komunitas Desa

2.3 Rumusan Makalah
1. Apakah pengertian Desa?
2. Apakah pengertian dari Komunitas?
3. Apakah pengertian dari Komunitas Desa?
4. Apa saja unsur-unsur Komunitas Desa itu?
5. Apa ciri-ciri Komunitas Desa?























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa
Pengertian pedesaan menurut para ahli :
1. Sutardjo Kartohadikusumo
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
2. C.S. Kansil
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Bintarto
Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan
kultural yang terdapat di situ(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara
timbal-balik dengan daerah lain.
4. Paul H. Landis
Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut
:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan, alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
d. Sistem kehidupannya berkelompok
e. Termasuk kedalam masyarakat homogen dalam hal mata pencaharian, agama,
adat-istiadat
f. Homogenitas Sosial
g. Hubungan primer
h. Kontrol sosial yang ketat
i. Gotong-royong
j. Ikatan sosial
k. Magis religius
( Priyotamtomo, 2001 )
Pengertian pedesaan mencakup wilayah yang disebut rural dibedakan dengan
urban. Secara lengkap pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat tinggal dan kerja yang
secara jelas dapat dipisahkan dari kawasan yang lain yang disebut kota.

2.2 Unsur-Unsur Desa
a. Daerah tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan
geografis,
b. Penduduk, jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran penduduk dan mata
pencaharian penduduk,
c. Tata Kehidupan, pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan warga desa termasuk seluk
beluk kehidupan masyarakat desa,
d. Kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaannya.

2.3 Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa
Sudah banyak literatur menjelaskan, bahwa ciri khas desa sebagai suatu
komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity),
keterbelakangan, tradisionalisme, subsistensi, dan keterisolasian (Rahardjo, 1999).
Menurut Roucek dan Warren dalam Shahab K (2007), secara umum ciri-ciri kehidupan
masyarakat pedesaan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat homogen dalam (matapencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan
serta dalam sikap dan tingkah laku),
2. Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya;
semua anggota keluarga turut bersama-sama memnuhi kebutuhan ekonomi keluarga,
3. Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan
anggota keluarga dengan tanah atau desa kelahirannya,
4. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada kota,
5. Jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar, dan
6. Hubungan lebih bercorak gemeinschaft dan gesellschaft .

2.4 Karakteristik Kehidupan Masyarakat Desa
Karaktearistik masyarakat desa menurut Scott J.C. (1989), menyatakan bahwa
petani terutama di pedesaan pada dasarnya menginginkan kedamaian dan hubungan
patron-klien paternalistik yang memberi jaminan dan keamanan social (social security).
Petani jarang tampil mengambil suatu keputusan yang berisiko, karena petani akan
memikirkan keamanan terlebih dahulu (safety first). Kondisi ini tidak dapat
dipertahankan dengan masuknya pasar dan komersialisasi yang telah menggantikan
hubungan patron-klien menjadi hubungan ekonomis (upah/majikan-buruh).
Meskipun demikian, untuk mengatasi masalah ekonomi, daerah pedesaan telah
menemukan sendiri berbagai mekanisme sosial ekonominya yang dikenal sebagai
gotong-royong (social exchange). Gotong royong menjadi etos subsistensi (subsistence
ethics) yang melahirkan norma-norma moral, seperti adanya norma resiprokal atau timbal
balik dalam menikmati bantual sosial.

2.5 Pengertian Komunitas
Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan
berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002).
Komunitas yaitu yang menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal
di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi
dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara anggotanya, dibanding dengan penduduk
di luar batas wilayahnya. Soekanto (1990)

















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Komunitas Desa
Komunitas adalah suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang banyak dan
membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama untuk mencapai kepentingan
atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama
dan karenanya menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat, norma, dan nilai) yang
dijadikan dasar bersama, sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, baik kebutuhan untuk mengatur diri sendiri, reproduksi sendiri
maupun penciptaan sendiri.
Menurut Paul H. Landis (Rahardjo, 1999:30), definisi desa dapat dipilah menjadi
tiga, tergantung pada tujuan analisanya. Untuk tujuan analisa statistik, desa didefinisikan
sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan
analisa sosial-psikologik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang
penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal di antara sesama
warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomik, desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian. Untuk definisi ketiga
tersebut, alasannya adalah karena di desa maju maupun berkembang selalu berfungsi
sebagai penghasil pangan.
Dari uraian tersebut di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa komunitas desa
adalah suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang banyak (kurang dari 2500 orang)
dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama untuk mencapai
kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang
cukup lama (dengan mata pencaharian utama pertanian) dan karenanya menghasilkan
suatu kebudayaan (adat istiadat, norma, dan nilai) yang dijadikan dasar bersama,
sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
baik kebutuhan untuk mengatur diri sendiri, reproduksi sendiri maupun penciptaan
sendiri.

3.2 Unsur-unsur Komunitas Desa
1. Manusia (people)
2. Kelompok sosial
Kelompok sosial disini dibagi menjadi dua yaitu kelompok primer, seperti
keluarga dan rumah tangga; sedangkan yang kedua adalah kelompok sosial sekunder.
3. Kebudayaan
Di dalamnya mencakup adat-istiadat, nilai sosial, dan norma sosial. Adat-istiadat
secara harfiah diartikan praktik-praktik yang berdasarkan kebiasaan, baik perorangan
maupun kelompok (Bagus, 2005).
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat (Soeroso, 2008).
Sedangkan norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu (Soeroso, 2008).
4. Teritorial (teritority)
5. Status dan Peran

3.3 Ciri-ciri Komunitas Desa Dibanding dengan Komunitas Kota
Gambaran Roucek dan Warren (dalam Rahardjo, 1999:40) misalnya, adalah
merupakan salah satu contoh dari gambaran karakteristik yang bersifat kontras antara
desa dan kota. Menurut mereka, masyarakat desa memiliki karakteristik atau ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Besarnya peranan kelompok primer
2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok atau asosiasi
3. Hubungan lebih bersifat intim dan awet
4. Homogen
5. Mobilitas sosial rendah
6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi
7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar.
Sedangkan karakteristik masyarakat kota menurut mereka adalah :
1. Besarnya peranan kelompok sekunder
2. Anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya
3. Heterogen
4. Mobilitas sosial tinggi
5. Tergantung pada spesialisasi
6. Hubungan antara satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada
kedaerahan
7. Lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan
pelayanan
8. Lebih banyak mengubah lingkungan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunitas desa adalah suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang banyak
(kurang dari 2500 orang) dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama
untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu
dalam waktu yang cukup lama (dengan mata pencaharian utama pertanian) dan karenanya
menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat, norma, dan nilai) yang dijadikan dasar
bersama, sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri, baik kebutuhan untuk mengatur diri sendiri, reproduksi sendiri maupun
penciptaan sendiri.
Unsur-unsur Komunitas Desa Manusia (people), Kelompok sosial, Kebudayaan,
Teritorial (teritority), Status dan Peran. Komunitas desa dan komunitas desa memiliki
ciri-ciri yang sangat berbeda, ciri-ciri komunitas desa adalah, besarnya peranan kelompok
primer, faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok atau
asosiasi, hubungan lebih bersifat intim dan awet, homogeny, mobilitas sosial rendah,
keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi, dan populasi anak dalam
proporsi yang lebih besar.


4.2 Saran
Untuk para pembaca makalah ini seharusnya dapat memahami betul isi dari
makalah ini karena dalam makalah ini membahad tentang komunitas desa di Indonesia
agar kita semua dapat memahami bagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia.










DAFTAR PUSTAKA

Asyari, S.I. 1993. Sosiologi Kota Dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyotamtomo W., 2001, Bahan Kuliah Sosiologi Pedesaan, Fakultas Pertanian UGM (tidak
diterbitkan)
Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Edisi Pertama. Jogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press
Scott J.C., 1989. Moral Ekonomi Petani. Pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara.
Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES). Unit
Percetakan LP3ES. Jakarta
Shahab K., 2007. Sosiologi Pedesaan. Jogyakarta: Ar Ruzz Media.
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 1.Jakarta: Yudhistira
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Radja Grafindo. Jakarta.
Soenarto, Kamanto. 2001. Pengantar Sosiologi. Edisi ke-2. Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai