Anda di halaman 1dari 3

REVIEW

FILM SEXY KILLERS


Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pendidikan pancasila dengan
dosen pengampu: Prisca Kiki Wulandari, S. Pd., M. Sc.

Kelas B01
Oleh:
Dewi Sa’adhatul Masruroh (185080500111006)

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Indonesia terkenal dengan sumberdaya batubara yang sangat besar. Batubara
ini digunakan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga uap atau yang lebih kita
tau sebagai PLTU. Batubara adalah sisa-sisa fosil makhluk hidup yang mengendap
selama ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun lamanya. Memang Indonesia patut
berbangga dengan jumlah batubara yang kita miliki. Namun, apakah kita pernah
berfikir? Jika batubara habis, lalu bagaimana? Apa yang akan terjadi dengan
negeri kita? Batubara memang suatu hal berharga bagi negeri kita, suatu hal yang
penting bagi sumber listrik di Indonesia. Namun, dampak panjang yang akan
ditimbulkan dengan adanya pengerukan batubara di tanah Indonesia itulah
permasalahan yang harus kita cari jalan keluar dan diselesaikan.
Pengerukan batubara di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan
swasta maupun perusahaan dalam negeri. Perizinan penambangan batubara ini
dilakukan oleh pemerintah, entah itu pemerintah daerah penambangan atau
bahkan izin dari pusat langsung. Penambangan-penambangan yang ada disekitar
pemukiman warga mengakitbakan banyak kerugian yang dirasakan oleh para
warga sekitar. Pengerukan yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan
banyaknya lubang-lubang air sisa pengerukan yang sudah memakan banyak
korban jiwa yang kebanyakan adalah anak-anak dibawah umur. Hal ini terjadi
karena kurangnya penjagaan atau pertanggung jawaban dari pihak perusahaan,
dimana lubang-lubang tersebut harusnya di timbun kembali dengan tanah. Tak
terhitung korban jiwa yang meninggal di dalam lubang-lubang tersebut. Banyak
lahan sawah para warga hancur dan hanya bersisa bekas-bekas galian batubara.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya penyimpangan nilai-nilai pancasila sila ke-2
yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab. Korban yang meninggal,
sawah yang hilang dan pertanggung jawaban atas lubang-lubang bekas
penambangan yang memkan korban tersebut tak adil rasanya, demi listrik di
Indonesia perlu mengorbankan nyawa-nyawa tak berdosa. Lahan yang dulu
menjadi bentangan hijau yang asri sekarang hanya menjadi lubang-lubang
pemakan anak-anak tak bersalah.
Dampak lain yang diakibatkan oleh para perusahaan ini adalah pada saat
pengiriman menggunakan kapal yang melewati laut laut Indonesia yang secara
tidak langsung merusak ekosistem perairan laut. Tongkak-tongkak dan kapal yang
melewati lautan serta membawa berton-ton batubara telah merusak perairan dan
merugikan para nelayan. Mulai dari kapal pembawa batubara yang berhenti
seenaknya di kawasan konservasi bahkan sampai runtuhan batubara yang jatuh
kedalam perairan.
Rakyat menolak semua perusahaan batubara dan juga pembangunan PLTU
dikarenakan bagi mereka semua kegiatan tersebut sangat merugikan bagi mereka.
Mulai dari pengerukan batubara yang menghabiskan semua lahan sawah mereka,
berdampak pada kesuburan tanah sawahnya, merusak bangunan rumah warga
karena penambangan mengubah tingkat kemiringan dataran mereka, hingga bekas
galian tambang perusahaan yang merenggut nyawa anak-anak mereka, penolakan
warga yang berujung bui. Kejadian ini merupakan penyimpangan nilai-nilai
pancasila sila ke-5 yang berbunyi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada
dimanakah letak keadilan bagi warga yang langsung merasakan dampak dari
tambang-tambang tersebut? Menggali, mengambil keuntungan namun tak
diperbaiki. Pemerintah yang mengizinkan namun tak bertanggung jawab akan
dampaknya. Warga yang hanya ingin mempertahankan lahan untuk hidup pun
harus merasakan bui karena dianggap bersalah.
PLTU yang juga berada dekat pemukiman warga serta laut kita pun
memberikan dampak yang sangat besar. Mulai dari berkurangnya ikan yang ada
sehingga menyulitkan para petani, debu-debu hasil pembakaran batubara yang
menjadi polusi. Warga hidup dari laut namun lautnya dikotori oleh berbagai, lalu
bagaimana mereka mencari nafkah untuk keluarganya. Debu-debu yang
bertebaran dan masuk ke dalam paru-paru warga tidak hanya menyebabkan batuk-
batuk biasa, namun lebih dari itu. Tak terhitung berapa banyak warga yang
meninggal karena penyakit pernapasan semenjak dibangunnya PLTU.
Listrik yang nikmati oleh jutaan rakyat Indonesia berasal dari penderitaan
ratusan warga yang tinggal didaerah penambangan batubara dan PLTU. Rasanya
tidak adil ketika kita dapat merasakan nikmatnya cahaya, nikmatnya menonton tv
sedangkan saudara bangsa kita sedang berkabung karena kehilangan lahan sawah,
lahan kebun, anak, istri, suami, ayah dan ibu mereka. Indonesia perlu energi
alternatif untuk sumber listrik kita, Indonesia perlu energi yang lebih ramah
lingkungan, Indonesia perlu orang-orang yang tak egois untuk mengisi
rekeningnya dengan milyaran atau bahkan triliyunan uang. Berdasarkan kejadian
ini bisa kita lihat bahwa terjadi penyimpangan nilai-nilai pancasila sila ke-3 yang
berbunyi persatuan Indonesia. Batubara dapat memecah persatuan Indonesia
karena adanya rasa iri antar rakyat. Iri yang terbentuk dari tidak adilnya
pemerintah untuk mereka.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah pun dirasa kurang tegas. Kebijakan
dalam perizinan penambangan, perizinan dalam pembangunan PLTU yang mana
berada disekitar pemukiman warga. Pemerintah harusnya merangkul warga sekitar
untuk andil dalam perizinan dan juga kebijakan. Suara rakyat patut didengarkan.
Mereka adalah pembangun negeri ini, jangan lah hanya orang besar yang
didengar, yang kecil pun perlu didengar. Hal ini merupakan penyimpangan nilai-
nilai pancasila sila ke 4 yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Anda mungkin juga menyukai