Kelompok 4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya laporan yang berjudul Kajian Pemahaman dan Penerapan
Konsep Etika Rimbawan pada Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa
Jatimukti, Kabupaten Sumedang ini dapat penulis selesaikan tepat dengan
waktunya.
Di dalam penyusunan laporan ini, penulis merasa bahwa banyak hambatan yang
penulis hadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eka Mulya Alamsyah dan
Bapak Sutrisno sebagai dosen mata kuliah Etika Rimbawan.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-
kesalahan di dalam penulisan laporan ini. Demikian pula halnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
laporan ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi
untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya laporan ini, maka seluruh isi laporan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan seberapapun sederhananya
laporan ini, penulis harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang
membaca laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Ringkasan ........................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar Gambar ................................................................................................... iv
Daftar Lampiran ................................................................................................ iv
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3
2.1 Masyarakat Sekitar Hutan ........................................................................ 3
2.2 Etika Lingkungan .................................................................................... 4
2.3 Etika Rimbawan ...................................................................................... 6
2.4 Profesi Rimbawan ................................................................................... 6
Bab III Metode Kajian ...................................................................................... 8
3.1 Waktu dan Lokasi ................................................................................... 8
3.2 Metode Kajian .......................................................................................... 8
Bab IV Hasil Dan Pembahasan.......................................................................... 9
4.1 Pengetahuan Mengenai Hutan dan Kehutanan ....................................... 9
4.2 Pengetahuan Mengenai Etika Lingkungan ............................................. 10
4.3 Pengetahuan Mengenai Profesi dan Etika Rimbawan ............................ 10
4.4 Penerapan Etika Rimbawan oleh Profesional Kehutanan ....................... 11
4.5 Saran untuk Rimbawan Agar menjadi Pengayom Masyarakat dan
Lingkungan ............................................................................................. 11
Bab V Kesimpulan ............................................................................................. 12
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
Daftar Pustaka .................................................................................................... 13
Lampiran ............................................................................................................ 14
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak terlepas dari sistem nilai yang dianut serta budaya kerjanya. Menurut
Haeruman (2005), budaya kerja yang dimiliki rimbawan diharapkan dapat
membentuk etika kerja dalam pembangunan kehutanan yang amat penting.
Kaidah dasar budaya perlu didukung untuk membentuk etika kerja dalam
paradigma pengelolaan hutan lestari seperti memberikan perhatian utama pada
tata nilai masyarakat, bangsa, dan negara yang menjadi subjek memberikan
perhatian penuh dan lebih besar kepada kepentingan hutan lestari dan masyarakat
yang terkait.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa, perlu adanya
pemahaman tersendiri oleh masyarakat sekitar hutan mengenai profesi rimbawan
dalam menjalankan fungsi kelestarian hutan dan lingkungan.
1.2 Tujuan
1. Menganalisis pengetahuan masyarakat Desa Jatimukti tentang hutan dan
kehutanan
2. Menganalisis pengetahuan masyarakat Desa Jatimukti tentang etika
lingkungan
3. Menganalisis pengetahuan masyarakat Desa Jatimukti tentang profesi dan
etika rimbawan
4. Menganalisis penerapan etika rimbawan oleh para profesional kehutanan di
Desa Jatimukti
5. Mengetahui saran untuk rimbawan agar menjadi pengayom masyarakat dan
lingkungan di Desa Jatimukti
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
perkebunan atau pun dari hasil hutan. Sedangkan dampak negatifnya bila
pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam atau ekosistem seperti punahnya
fauna, tanah gundul, tanah longsor, dan juga padang alang-alang (Awang dkk.,
2000).
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, sesungguhnya dapat menjadi pilar
bagi terciptanya pengelolaan hutan secara lestari. Perilaku mereka merupakan
perilaku yang paling kruisal dalam berinteraksi dengan hutan akan mengarah pada
terciptanya pengeksploitasian dan pemanfaatan hutan secara tidak bertanggung
jawab yang berujung pada kerusakakn hutan yang pada akhirnya juga akan
berdampak buruk terhadap kehidupan mereka sendiri (Dephutbun, 1999).
Berdasarkan pasal 69 dan 70 Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, disebutkan bahwa masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga
hutan dari gangguan perusakan, berperan aktif dalam rehabilitasi, turut berperan
serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran
serta masyarakat yang terkait langsung dengan berbagai upaya dalam rangka
penyelamatan maupun pemanfaatan hutan dan lahan, sehingga lestari dan
berkesinambungan.
Dasar hukum penting lainnya bagi peran serta atau partisipasi masyarakat
diakomodir dalam intruksi Mentari Kehutanan No. 31/Kpts-II/2001, tentang
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (Community based forest management)
yang ditekankan untuk mempromosikan peran serta masyarakat lokal dalam
pengelolaan hutan.
4
moral manusia terhadap lingkungan hidup dianggap sebagai tuntutan yang
berlebihan, tidak relevan, dan tidak pada tempatnya (Keraf, 2010).
b. Teori Biosentrisme
Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny Keraf, etika biosentrisme
bersumber pada kesadaran bahwa kehidupan adalah hal sacral.Kesadaran ini
mendorong manusia untuk selalu berusaha mempertahankan kehidupan dan
memperlakukan kehidupan dengan sikap hormat. Bagi Albert Szhweitzer, orang
yang benar-benar bermoral adalah orang yang tunduk pada dorongan untuk
membantu semua kehidupan, ketika ia sendiri mampu membantu danmenghindari
apapun yang membahayakan kehidupan (Keraf, 2010).
Etika biosentrisme didasarkan pada hubungan yang khas antara manusia dan
alam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri.Alam dan seluruh isinya
mempunyai harkat dan nilai di tengah dan dalam komunitas kehidupan di
bumi.Alam mempunyai nilai karena ada kehidupan di dalamnya.Terlepas dari
apapun kewajiban dan tanggung jawab moral yang manusia miliki terhadap
sesama manusia, manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral
terhadap semua makhluk di bumi ini demi kepentingan manusia (Keraf, 2010).
c. Teori Ekosentrisme
Teori ekosentrisme menawarkan pemahaman yang semakin memadai tentang
ingkungan.Kepedulian moral diperluas sehingga mencakup komunitas ekologis
seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak.Ekosentrisme semakin diperluas dalam
deep ecology dan ecosophy yang sangat menggugah pemahaman manusia tentang
kepentingan seluruh komunitas ekologis.Deep ecology menuntut suatu etika baru
yang tidak berpusat pada manusia, melainkan berpusat pada keseluruhan
kehidupan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup (Gea dan
Antonina, 2005).
Paham ekosentrisme semakin diperluas dan diperdalam melalui teori deep
ecology yang menyebut dasar dari filosofi Arne Naess tentang lingkungan hidup
sebagai ecosophy, yakni kearifan mengatur hidup selaras dengan alam. Dengan
demikian, manusia dengan kesadaran penuh diminta untuk membangun suatu
kearifan budi dan kehendak untuk hidup dalam keterkaitan dan kesaling
5
tergantungan satu sama lain dengan seluruh isi alam semesta sebagai suatu gaya
hidup yang semakin selaras dengan alam (Gea dan Antonina, 2005).
6
diperlukan dalam profesi kehutanan kepada rimbawan yang profesional biasanya
diberikan surat keterangan dalam bentuk surat izin (untuk status licensed),
sertifikat (untuk status certivied) atau surat keterangan terdaftar (untuk status
registered), yang menyatakan kemampuan dan pendidikan khusus yang
dimilikinya pemberian surat keterangan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah
atau lembaga sertifikasi lainnya, biasanya organisasi profesi, misalnya Societ of
American Forester (SAF) di Amerika Serikat (Helms, 1998) pengakuan
masyarakat calon pengguna tenaga kerja surat keterangan yang diberikan oleh
lembaga sertifikasi tertentu tergantung pada kehandalan dan kredibilitas lembaga
tersebut. Konsumen (pengguna) tenaga kerja secara bebas memilih lembaga
sertifikasi mana yang akan dipergunakan sebagai referensinya. Jadi tidak ada
keharusan untuk hanya menggunakan hasil sertifikasi dari lembaga sertifikasi
tertentu saja.
Di Indonesia pada saat ini belum ada program sertifikasi untuk tenaga
kehutanan profesional (Rimbawan Profesional), tetapi dimasa yang akan datang
program ini harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk menjamin diperolehnya
hasil pekerjaan yang berkualitas sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki,
tersediannya pekerjaan-pekerjaan bagi tenaga kerja yang berkualitas dan
terbebasnya masyarakat dari kemungkinan terjadinya praktek-praktek yang tidak
memenuhi standar keprofesionalan (mal praktek).
Pada beberapa negara maju sertikasi tenaga kehutanan telah lama dilakukan.
Di Kanada seorang rimbawan telah lulus saringan dan ujian-ujian yang
disyaratkan dan di nyatakan sebagai rimbawan profesional.
7
BAB III
METODE KAJIAN
8
BAB IV
9
Keluarnya peraturan pemerintah no.525 tahun 2003 yang berisikan larangan
penanaman liar menjadi sebuah peringatan untuk petani hutan di areal gunung
geulis serta PP tersebut berhasil menghentikan kegiatan bertani sebagian besar
masyarakat gunung geulis. Dengan adannya surat edaran tersebut masyarakat desa
hutan yang terdiri dari 1138 kepala keluarga dari 8 desa mengajukan peralihan
profesi kepada pemerintah dengan cara menjadi penggembala domba dan
meminta bantuan sekitar 600 ekor domba. Tetapi lagi-lagi di bertahan lama karena
di rasa tidak cocok.
Akhirnya masyarakat desa hutan kembali ke profesi bertani dan menanam
palawija karena dirasa cukup menguntungkan bagi kehidupan mereka. Hambatan
petani yang tidak bisa menanam adalah mereka tidak memeiliki lahan untuk di
garap dan adanya keterbatasan lahan yang dapat di gunakan di kawasan gunung
geulis. Serta sumber daya manusia yang belum memadai. Tapi lambat laun pada
beberapa tahun belakangan ini masyarakat desa hutan mulai menyadari profit
yang besar dari menanam kayu tersebut alhasil banyak yang tertarik untuk
menanam kayu kembali.
10
yaitu seorang rimbawan, karena mereka mengelola hutan rakyat dengan
pengetahuan dari silvikultur penyemaian, pemupukan, penjarangan hingga
pemanenan.
Mengenai etika rimbawan, beliau tidak mengetahui namun dengan adanya
etika rimbawan, sepatutnya rimbawan mematuhi kode tsb yang menjadi dasar
rimbawan dalam berkegiatan, sehingga pemeliharaan lingkungan hingga
pengelolaan dengan prinsip yang lestari.
11
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat diketahui bahwa
sebagian masyarakat Desa Jatimukti mengetahui mengenai hutan dan
kehutanan hanya sebatas sampai aspek ekonominya saja.
2. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa warga sekitar hutan Desa
Jatimukti ini belum cukup mengerti mengenai peran ekosistem dikarenakan
wawasan lingkungan yang masih terbatas. Sehingga berdasarkan etika
lingkungan antroposentris, biosentris, dan ekosentris masyarakat Desa
Jatimukti ini tergolong biosentris karena warga Desa Jatimukti memandang
hutan sebagai sumberdaya hayati dan dapat dimanfaatkan, namun dalam
pemanfaatannya warda desa masih berada dalam kategori cukup sehingga
tidak merusak lingkungan.
3. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat Desa Jatimukti
belum memahami arti dari rimbawan.
4. Menurut narasumber masyarakat desa hutan Desa Jatimukti ini belum pernah
mendapatkan penyuluhan dari rimbawan atau dinas kehutanan setempat.
5. Memberikan inovasi inovasi terbaru yang dapat diterapkan serta
penyuluhan kepada para petani, mendatangkan orang orang yang
berkepentingan untuk menangani hutan, dan melakukan swasembada untuk
penyelamatan hutan di areal Gunung Geulis.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14