Anda di halaman 1dari 11

Makalah Konservasi Terhadap Hutan Sebagai Upaya Mengurangi Deforestasi

1.

Pendahuluan
Latar Belakang

Luas hutan di Indonesia selalu berkurang setiap tahunnnya. Menurut FAO,


menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun
atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%).
Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai
1.600.000 2.000.000 ha per tahun. Hal ini disebabkan kerusakan hutan yang
terjadi akibat bencana alam seperti kebakaran hutan yang terjadi saat musim
kemarau atau kebakaran yang disebabkan oleh manusia, dan bahkan sebagian
besar terjadi karena ulah manusia seperti dilakukannya kegiatan eksploitasi sumber
daya alam dengan illegal logging di wilayah hutan secara besar-besaran oleh oknum
tidak bertanggung jawab hanya untuk kepentingan ekonomis individu. Lebih
memprihatinkan lagi, hutan yang rusak tidak hanya terjadi pada hutan alam, tetapi
hutan lindung yang difungsikan untuk melindungi jenis hayati yang sangat perlu
untuk dilindungi untuk menjaga kelestariannya yang hampir punah.
Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan pengertian hutan
menurut Undang-Undang tersebut, jelas bahwa di dalam hutan itu sendiri terdapat
berbagai jenis keanekaragamanhayati yang jika terjadi kerusakan hutan maka akan
mengancam keberadaan mereka pula, bahkan ketika terjadi deforestasi juga pasti
akan mengancam keadaan ekosistem di luar hutan dalam arti ekosistem manusia
dan ekosistem lain karena dampak deforestasi adalah dampak yang berkelanjutan.
Beberapa contoh dampak deforestasi bagi kehidupan adalah berkurangnya fungsi
tanah untuk menyerap air. Hal tersebut dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya banjir
saat musim hujan dan bias terjadinya kekeringan saat musim kemarau. Dampak
berikutnya pada berkurangnya persediaan O 2 dan tidak diolahnya CO2 yang
selanjutnya berdampak pada terbentuknya efek rumah kaca yang bias membuat
lapisan ozon pada atmosfer semakin lama akan semakin tipis dan bahkan sampai
berlubang.

Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia disebutkan bahwa hutan adalah tanah
yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya tidak dipelihara orang. Sedangkan
pengertian kawasan hutan menurut UU. No 41 tahun 1999 adalah wilayah tertentu
yang

ditunjuk

dan

atau

ditetapkan

oleh

pemerintah

untuk

dipertahankan

keberadaannya sebagai hutan tetap. Sudah jelas tertera dalam UU tersebut


mengenai keberadaan hutan yang tetap, namun saat ini masih banyak terjadi
praktek pengalihgunaan hutan menjadi wilayah dengan fungsi lain yang tidak
seharusnya seperti pengalihfungsian hutan menjadi lahan perkebunan, perladangan
berpindah, pertambangan, transmigrasi, sampai wilayah pembalakan untuk industri
perkayuan khususnya seperti illegal logging.
Keberadaan hutan sangat penting bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup,
ketika keberadaan hutan terancam maka akan mengancam kehidupan yang lain.
Karena itulah harus segera diaplikasikan bagaimana agar tidak terjadi kerusakan
hutan dan agar tetap lestari.
Rumusan Masalah
1.
a.

Apa yang dimaksudkan dengan kerusakan hutan atau deforestasi?

b.

Apa peran hutan?

c.

Apa penyebab dan dampak deforestasi?

d.

Bagaimana konservasi untuk mengurangi deforestasi?

Tujuan
1.

1.

a.

Memahami apa yang dimaksud kerusakan hutan.

b.

Memahami peran hutan.

c.

Memahami apa penyebab dan dampak dari deforestasi.

d.

Memahami cara konservasi untuk mengurangi deforestasi.

e.

Pembahasan

Pengertian Kerusakan Hutan

Pertama, pengertian hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang


kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
pengertian rusak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudah tidak
sempurna (baik, utuh). Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil pengertian
kerusakan hutan yang sudah tidak sempurnanya hutan yang terkait dengan kualitas
(fungsinya) dan kuantitas (luasnya) hutan tersebut. Pengertian kerusakan hutan
yang lain mengatakan kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan
karena kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutan ditambah
juga penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi.
Peran Hutan
Hutan memiliki peran yang penting bagi kehidupan diantaranya sebagai berikut :
1.

Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati.
2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat
yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon
melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan
bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu
dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke
dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon,
cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih
dan sehat.
3. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di


daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman
tumbuhan yang terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan
kandungan timbal dari udara.Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya
bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu
debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.
4. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara
mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan
yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal
dengan daun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari
kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.
5. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui
proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Hujan yang mengandung
H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada
saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H 2SO4 akan bereaksi
dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO 4 yang bersifat netral.
Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan
sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu
berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih
tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
6. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam
menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari
udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm menjadi hampir mendekati nol
hanya dalam waktu 3 jam saja.
7. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen

Hutan merupakan penyerap gas CO 2 yang cukup penting, selain dari fitoplankton,
ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh
semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya
dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO 2 dan air menjadi
karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi
manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di
lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh
manusia dan hewan.
8. Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa
hutan kota.
9. Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung,
atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.
10. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya sedikit yang menjadi
air limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada daerah resapan air dari kota
yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas
yang baik.
11. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari
benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari
arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Keefektifan pohon dalam

meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan


kerapatannya.
12. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata dan Pencinta Alam
Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang
sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri.
Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan
lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal
dan karbon-monoksida. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan
tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang
tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi
keperluannya saja di kota. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan
monotonitas.
Penyebab dan Dampak Kerusakan Hutan
Ada banyak kemungkinan penyebab terjadinya kerusakan hutan, beberapa
diantaranya adalah :
1. Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah
karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:
a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah.
b. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) ntuk
insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
c. Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan
dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum
positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan
dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena
cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut
umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun

temurun (Dove, 1988). Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya
terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
2. Penebangan hutan secara sembarangan
Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul. Ditambah
lagi akhir-akhir ini penebangan hutan liar semakin marak terjadi.
3. Penegakan Hukum yang Lemah
Menteri Kehutanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa lemahnya penegakan
hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut
Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja.
Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang
yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling
bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai
modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini
sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya
menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi
kehutanan

dan

dinas

kehutanan.

Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik
diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak
dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.
4. Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk
menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk
kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih
sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan
manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi
kepada manusia untuk menguasai hutan. Karena manusia memposisikan dirinya
sebagai pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun
sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya

memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya


hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan
dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan
berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan
pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan atau penambangan
dengan alasan untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan
mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara
pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Dalam
struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah
membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan
hutan bahkan terlibat di dalamnya.
Sedangkan dampak dari kebakaran hutan yaitu :
1.

Efek Rumah Kaca (Green house effect)

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas CO 2.


Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara
dll) akan menyebabkan kenaikan gas CO 2 di atmosfer yang menyelebungi bumi.
Gas ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan
yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar
matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati
oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan
dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan CO 2 tersebut, sehingga terjadi
pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca.
Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan semakin meningkat, sehingga
gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan
berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir
pantai akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu
akan menjadi semakin kering.
2. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar
ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan
hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya
lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon

yang makin lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar
ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker
kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
3. Kepunahan Spesies
Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan
rusaknya hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan
bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati
Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap
harinya Indonesia kehilangan satu spesies (punah) dan kehilangan hampir 70%
habitat alami pada 10 tahun terakhir ini
4. Banjir dan Kekeringan
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia salah satu akar penyebabnya
adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan
tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di
waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat
kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk
meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir
di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang
dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
menyebabkan banjir.
Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan
semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan
kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Selain banjir,
karena tanah yang berfungsi menyerap air sudah tidak berjalan sesuai fungsi
seharusnya, maka pasokan air akan semakin berkurang. Ketika dating kemarau
akan mengakibatkan kekeringan.
Konservasi untuk Mengurangi dan Menanggulangi Kerusakan Hutan
PENANGGULANGAN KERUSAKAN HUTAN SECARA UMUM :
a. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu
kebijakan ialah harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan untuk

menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah. mengajak seluruh lapisan
masyarakat, dari kalangan individu, kelompok maupun organisasi perlu secara
serentak mengadakan reboisasi hutan dalam rangka penghijauan hutan kembali
sehingga pada 10 15 tahun ke depan kondisi hutan Indonesia dapat kembali
seperti sedia kala.
b. Langkah kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam
penanganan

kerusakan

hutan.

Pemerintah

mengikutsertakan

peran

serta

masyarakat terutama peningkatan pelestarian dan pemanfaatan hutan alam berupa


upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan latihan serta
rekayasa kehutanan.
c. Langkah ketiga adalah pencegahan dan peringanan. Pencegahan di sini
dimaksud kegiatan penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan penting
menjaga fungsi dan manfaat hutan agar dapat membantu dalam menjaga
kelestarian hutan dan penegakan hukum yang tegas oleh aparat penegak hukum,
POLRI yang dibantu oleh POL HUT dalam melaksanakan penyelidikan terhadap
para oknum pemerintahan daerah atau desa yang menyalahgunakan wewenang
untuk memperdagangkan kayu pada hutan lindung serta menangkap dan melakukan
penyidikan secara tuntas terhadap para cukong cukong kayu yang merugikan
negara

trilyunan

rupiah

setiap

tahunnya.

d. Langkah terkahir adalah adanya kesiapsiagaan yang berlangsung selama 24 jam


terhadap penjagaan terhadap kelestarian hutan ini. Pemerintah harus melaksanakan
pengawasan dan pengendalian secara rutin dan situasional terhadap segala hal
yang berkaitan adanya informasi kerusakan hutan yang didapatkan melalui media
massa cetak maupun elektronik ataupun informasi yang berasal dari masyarakat
sendiri.
STRATEGI PERLINDUNGAN HUTAN
Beberapa strategi perlindungan hutan yang dapat digunakan untuk mewujudkan
pengelolaan hutan yang lestari adalah :
1. Memahami interaksi hutan dengan agens perusak sehingga :

o dapat mengenali faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam


perlindungan hutan

o dapat mengenali penyebab kerusakan primer

2. Dapat menganalisis dan mengambil keputusan secara menyeluruh dan tidak


hanya terbatas pada penyebab kerusakan yang paling serius.
3. Selalu melihat perlindungan hutan sebagai tindakan yang tidak terpisah dari
silvikultur.
4. Sadar bahwa perlindungan hutan semakin penting dan pendekatannya tidak
hanya terbatas pada bidang tanaman tapi termasuk hasil hutan.
Strategi perlindungan hutan selain menjamin kelestarian pengelolaan juga dapat
menjamin pengelolaan hutan beresiko rendah.
Daftar Pustaka
http://www.irwantoshut.net/kerusakan_hutan_indonesia.html
http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-diindonesia/
http://sangsurya-wahana.blogspot.com/2011/07/penyebab-akibat-dan-carapenangulangan.html
http://michaelnorman.blogspot.com/2012/04/penanggulangan-masalah-kerusakanhutan.html
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/04/strategi-perlindungan-hutan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi
http://www.slideshare.net/smilovic/kerusakan-hutan-7691788
http://www.isomwebs.com/search/pengertian-kerusakan-hutan/
http://www.diwarta.com/faktor-penyebab-kerusakan-hutan-dan-pencegahannya/669/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan

Anda mungkin juga menyukai