Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan, taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah genetika tanaman yang membahas Taksonomi Tumbuhan, Insya Allah
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah botani dan agar
kami juga dapat memahami lebih jelas tentang bunga.
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita semua, bagi
pembaca pada umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Makalah yang kami buat
memang jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui dan memahami:
Definisi taksonomi tumbuhan
Klasifikasi taksonomi tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
3. Deskripsi
Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies. Biasanya
digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan spesies lainnya.
4. Tatanama (Nomenclature),
Suatu sistem aturan yang jelas dan bersifat universal yang digunakan oleh semua ahli
botani di dunia untuk menamakan tumbuhan yang tertuang dalam Kode Internasional untuk
Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature, ICBN).
2. Divisi Phaeophyta
Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau
menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang
hidup di lautan daerah beriklim dingin.
- Bersel banyak dan berwarna pirang (fikosantin)
- Kromatofora mengandung klorofila, karotin dan xantofil, fikosantin.
Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
3. Divisi Rhodophyta (ganggang merah)
Sel mempunyai dinding yang terdiri dari seluloser rhodophyceae tidak pernah menghasilkan
sel-sel berflagela. Pigmen Khlorofil: terdiri dari khlorofil a, karotenoid, fikoeritrin dan fikosianin
yang sering disebut pigmen aksesoris. - karoten Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam
kloroplas cadangan makanan berupa tepung floride (hasil polimerase dari glukosa) dan terdapat
diluar khloroplas. Talus Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler, talus
yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian, talus umumnya melekat pada
substrat dengan perantaraan alat pelekat. Habitat : laut yang dalam
4. Divisi :Chrysophyta
Bersifat uniselular, dinding sel terdiri atas pektin yang lunak
Selnya berinti, kromatofora mengandung klorofil a, karotin, santofil dan sutu karotenoid yang
menyerupai fikosantin.
Sebagian besar bersifat autotrof, kecuali yang tidak berwarna : heterotrof.
Tempat hidup : air laut dan air tawar (sering melekat pada tumbuhan air).
8. Spermatophyta
Tingkat perkembangan pada spermatophyta yang paling tinggi dan telah menghasilkan biji,
tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Biji berasal dari tumbuhan berbunga (Anthophyta).
Dibagi menjadi 2 sub divisi tumbuhan berbiji telanjang (Gymnospermae) dan berbiji tertutup
= bakal biji terbungkus oleh karpela/daun buah (Angiospermae). Angiospermae terdiri dari dua
kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah/memiliki dua daun lembaga) dan
Monocotyledoneae ( mempunyai satu daun lembaga)
Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai
sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan
diperbaharui (update) pada tahun 2003 sebagai Sistem Klasifikasi APG II. Jenisnya diperkirakan
berkisar antara 250 000 hingga 400 000 yang dikelompokkan menjadi 462 suku/famili (APG,
1998), dari keseluruhan spesies: monokotil = 23% dan dikotil= 75%. Sepuluh besar suku
tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran) : 23.600 jenis
2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan) : 21.950
3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan) : 19.400
4. Rubiaceae (suku kopi-kopian) : 13.183
5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan) : 10.035
6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman) : 7.173
7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan) : 5.735
8. Cyperaceae (suku teki-tekian) : 4.350
9. Malvaceae (suku kapas-kapasan) : 4.225
10. Araceae (suku talas-talasan) : 4.025
11. Orchidaceae, Poaceae,Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.
Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan
manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan jelas
merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia
dan ternak dari padi, gandum, jagung, juwawut, tebu, serta sorgum. Suku polong-polongan
menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati dan sayuran utama dan
berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun). Suku nilam-nilaman beranggotakan
banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan.
Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah :
- Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran
- Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting
- Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak pangan
penting
- Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting
- Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.
- Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting
masyarakat agraris daerah tropika
- Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku jambu-
jambuan) banyak menghasilkan buah-buahan penting.
Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas,
serat (misalnya kapas, kapuk, and henep, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer),
tumbuhan hias (ruangan maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari pengelompokan
tumbuhan. Kata Taksonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan
penataan dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Lawrence (1969) mendefinisikannya
sebagai studi yang meliputi identifikasi, tatanama (nomenclature) dan klasifikasi dari suatu
obyek. Identifikasi adalah determinasi suatu nama untuk suatu spesies sehingga dapat
menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Deskripsi
adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies. Biasanya digunakan untuk
membedakan antara suatu spesies dengan spesies lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2010, www, pikipedia. Com
D. MAMFAAT
Untuk mengetahui begitu kayanya kita akan smber daya alam,dan salah satu
kekayaan alam yang bisa kita mamfaatkan adalah sumber daya hayati,contohnya
seperti alga ini. Selain dapat dimamfaatkan ia juga memiliki banyak peranan yang
sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu dapat dijadikan objek
penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Selain itu kita juga bisa mengetahui dan
memahami kalau alga itu termasuk tumbuhan bertalus karena belum bisa dibedakan
antara radix,caulis dan foliumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian phaeophyta
Phaeophyta adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau
pigmentasinya. Phaeophyta ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis.
Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak
ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya
mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Dan kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen,
lembaran atau menyerupai semak (pohon) yang dapat mencapai beberapa puluh meter,
terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung
kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil. Alga
coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu kelas phaeophyceae.
Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya
mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang
berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang
melimpah. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa
asam alginat, fukan dan fuoidin.
Warna coklat pada ganggang coklat ini disebabkan karena adanya pigmen
xantofis. Ganggang ini hidup di air dan tanah yang lembab atau basah di lingkungan
agak dingin sampai sedang sehingga menyebabkan Thallus pada ganggang coklat
merupakan yang terbesar diantara semua jenis ganggang. Sebagian besar
Phaeophyceae merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik
dan Antartika, tetapi beberapa marga sepeti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria
merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis. Ciri-ciri lain dari ganggang ini
adalah thallus yang multiseluler berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai
semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama yang hidup di
daerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang,
seperti pita, mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta xantofil. Cadangan makanan
berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
2.2. Ciri-ciri phaeophyta
Ciri-ciri umum dari phaeophyta sebagai berikut:
1. Perkembangbiakan
Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak
sama panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora.
Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.
3. Daur hidup
Gambar daur hidup fucus sp yang salah satu contoh dari alga cokelat
Jenis-jenis dari bangsa-bangsa dalam Phaeophyceae mempunyai daur hidup
dengan pergantian keturunan, kecuali jenis-jenis dari bangsa Fucales. Ada tiga tipe
pergantian keturunan, yaitu: isomorfik (Dictyola sp.), heteromorfik (Laminaria sp). Dan
diplontik (Sargassum sp.)
4. Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak, trigliserida serta
kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.
Laminarin sebagai zat anti penggumpalan darah yang membantu mengurangi risiko
penyakit jantung dan stroke.
Iodium organik membantu mengoptimalkan fungsi tiroid untuk metabolisme tubuh lebih
baik
Mineral koloidal yang mudah diserap oleh tubuh.
Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan yaitu suatu
polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya ingat dan sistem motorik
pasca stroke serta meregenerasi sel-sel baru untuk kesehatan menyeluruh.
Fucoidan dalam ganggang cokelat mampu menghambat pembentukan bekuan darah
sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung dan stroke (Malmo University
Hospital, Swedia.
Fucoidan dalam ganggang cokelat mempercepat fungsi motorik pada minggu pertama
dan perbaikan memori (University of Manitoba, Winnipeg-Canada)
Ganggang cokelat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol metabolisme asam
lemak, sehingga menurunkan kadar lemak dalam darah. Selain itu, dapat juga
meningkatkan pembakaran lemak di liver (Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama-
Jepang)
Ganggang Laut cokelat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar kolesterol
sebanyak 26,5% dan trigliserida sebanyak 36,1% (Cardiovascular Center di RS
Sakhalin, Rusia).
Beberapa contoh dari phaeophyta,antara lain adalah sebagai berikut:
Klasifikasi
Filum : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Scytosiphonales
Suku : Scytosiphonaceae
Marga : Hydroclathrus
Jenis : Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe
Deskripsi:
Algae jenis ini memiliki Thallus berbentuk silindris, licin, lunak, membentuk
rumpun sirkular dengan percabangan yang tersusun seperti jaring (net), menggumpal,
dan berwarna pirang atau coklat tua. Algae ini juga mirip spon yang biasa digunakan
untuk mencuci piring. Algae ini tumbuh biasanya melekat pada substrat di daerah
berbatu atau berpasir di rataan terumbu. Algae ini Tersebar agak luas di perairan
Indonesia, di Pantai Pasir putih jenis algae ini sulit ditemukan.
Mamfaat:
Sebenarnya algae jenis Hydroclathrus clathratus (C.Agardh) Howe masih belum
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Klasifikasi
Regnum :Plantae
Filum :Thallopyta
Divisi :Phaeophyta
Kelas :Phaeophyceae
Ordo :Dictyotales
Family :Dictyotaceae
Genus :Padina
Species :Padina australis Hauck
Deskripsi:
Algae jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk thallus seperti kipas membentuk segment-
segment lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkampuran di
bagian permukaan daun. Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang
memutih karena terdapat perkapur. Algae jenis ini ditemukan di pinggir pantai di
bebatuan dan penyebaran algae ini tersebar luas di perairan Pasifik selatan dan
perairan Samudra Hindia dan mudah ditemukan di perairan Indonesia. Algae jenis ini
sekarang belum diketahui bias dimanfaatkan atau tidak.
Mamfaat:
3. Codium guinense S
Klasifikasi
Regnum :plantae
Filum :Thallophyta
Divisi :Phaeophyta
Kelas :Phaeophyceae
Marga :Codium
Jenis :Codium genuinense Silva
Deskripsi:
Algae jenis ini mempunyai nama latin Codium genuinense Silva dengan ciri-ciri
tumbuh tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat
dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filamen-filamen
halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini banyak hidup di zona
pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat
lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni. Di Pantai Pasir Putih jenis algae ini
juga jarang ditemukan. Bentuknya yang unik, menarik dan lain dengan algae yang
lainnya,sehingga membedakan apakah algae yang satu ini merupakan salah satu jenis
algae atau bukan. Dan untuk penyebaran, algae jenis ini asli algae tropis yang tersebar
di perairan kepulauan Nusantara. Algae jenis ini tidak dibudidaya oleh masyarakat.
Mamfaat:
Untuk pemanfaatanya sebagian kecil masyarakat nelayan memanen algae ini
dan mengkonsumsinya untuk sayuran. Untuk potensi usaha kedepan belum diketahui.
Deskripsi:
Algae jenis ini mempunyai nama latin Turbinaria conoides (J.Argadh) Kuetzing
dan biasanya masyarakat Indonesia menyebut algae ini dengan nama Rumput coklat
corong. Algae jenis ini memiliki ciri-ciri batang berbentuk silindris, tegak, kasar, terdapat
bekas-bekas percabangan. Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran
yang berekspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama dan daun
merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran. Di Pantai Pasir Putih algae
jenis ini lumayan banyak dan lumayan mudah untuk menemukannya. Untuk
pernyebaran umumnya algae jenis ini terdapat di daerah rataan terumbu, menempel
pada batu dan banyak tersebar luas di perairan Indonesia.
Mamfaat:
Untuk pemanfaatan rumput laut jenis Turbinaria conoides (J.Agardh) Kuetzing ini
belum banyak dimanfaatkan karena belum diketahui kegunaannya. Dari beberapa
penelitian yang telah dipublikasikan rumput laut jenis ini digunakan sebagai sumber
iodin, alginat dan mengandung sterol, serta sebagai salad dan juga Algae jenis ini
bernilai ekonomis karena mempunyai potensi untuk diekspor keluar negeri terutama ke
Negara Jepang.
5. Sargassum polycystum
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum polycystum
Deskripsi:
Ciri umum Sargassum polycystum yaitu silindris berduri-duri kecil merapat,
holdfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karakteristik terdapat
perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan
percabangan utama tumbuh rimbun. Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga
subtropics. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia, tetapi banyak
ditemukan di perairan nusantara terutama di KTI.
Manfaat:
Sargassum polycystum merupakan sumber penghasil alginat. Alginat merupakan
polimer organik yang tersusun dari dua unit monomer yaitu L-asam guluronat dan D-
asam manuronat. Polimer alginat yang bersifat koloid, membentuk gel, dan bersifat
hidrofilik menyebabkan senyawa ini dimanfaatkan sebagai emulsifying agent, thickening
agent, dan stabilizing agent.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam pembahasan materi ini dapat kami simpulkan bahwa phaeophyta adalah
salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Warna coklat
pada ganggang coklat ini disebabkan karena adanya pigmen xantofis. Ganggang ini
hidup di air dan tanah yang lembab atau basah di lingkungan agak dingin sampai
sedang sehingga menyebabkan Thallus pada ganggang coklat merupakan yang
terbesar diantara semua jenis ganggang.
Phaeophyta ini bermamfaat sebagai berikut:
sumber alginat yang banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan
dalam pembuatan obat-obatan, senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk
susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam
industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial untuk
teknik pengobatan.
Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral
seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang dapat meningkatkan
daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah.
Semua ganggang coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang, dan
daun.Umumnya ganggang coklat bersifat makroskopis,dan dapat mencapai ukuran
lebih dari 30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi
sebagai pelampung. Dan phaeophyta sendiri mempunyai peranan penting bagi
kehidupan manusia di antaranya: Sebagai bahan makanan, penghasil alginate di
laboratorium,dalam industri sebagai bahan kosmetik, farmasi,Dan penyusun fosil.
Contoh Spesies Phaeophyta, Hydroclathrus clatratus (C. Agardh), , Sargassum
polycystum, Codium genuinense Silva, Turbinaria conoides (J.agardh) Kuetzing ,
Padina australis hauck.
3.2. SARAN
Dalam segala hal selalu ada kekeliruan setiap melaksanakan suatu perbuatan.
Begitu juga dalam penulisan makalah ini, kami juga menyadari masih banyak kekeliruan
dan mungkin juga kekurangan. Baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel, dkk. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Gembong, T.1994. Taksonomi Tumbuhan. Bhatara. Jakarta. Latifah, roimil. 2001.
Botani tumbuhan rendah. Malang. Umm.
Hasairin, Ashar. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.
.
BAB I
PENDAHULUAN
Taksonomi merupakan kelompok ilmu dasar yang berarti ilmu kajian dasar dari ilmu
biologi dengan tidak membatasi hanya satu atau objek tertentu saja. Taksonomi berasal dari 2
kata. Yaitu Taxis (susunan) dan nomos (hukum atau aturan). Taksonomi tumbuhan tidak hanya
mempelajari tentang pencirian, klasifikasi, pendeskripsian (pertelaan), dan penamaan saja. Tetapi
juga mempelajari fungsi-fungsi ekologisnya di alam. Taksonomi merupakan bagian dari
sistematika (Rifai,1976). Sistematika cakupannya lebih luas yaitu meliputi taksonomi, studi
evolusi dan filogeni.
Pencirian tumbuhan ditulis dalam bentuk uraian objek agar memberikan keyakinan akan
kepastian gambaran suatu objek yang bersifat pasti. Kita tentunya pernah mengelompokkan
suatu hal berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri. Kegiatan tersebut bersifat naluri yang
mempermudah kegiatan dan pencapaian kebutuhan manusia. Sebagai contoh, manusia
membutuhkan nutrisi yang akan digunakan saat metabolisme berlangsung. Dan makanan
memiliki kandungan beberapa nutrisi yang dibutuhkan. Sehingga makanan akan menyuplai
kebutuhan tubuh manusia. Sebelumnya kita terlebih dahulu mengelompokkan makanan kedalam
kelompok makanan yang menguntungkan atau kelompok makanan yang mengandung racun
(merugikan). Klasifikasi sendiri merupakan kegiatan mengelompokkan. Dari hasil
pengelompokkan tersebut diperoleh hasil pengelompokkan beberapa kelompok kecil yang
terbentuk. Selanjutnya kelompok-kelompok hasil yang diperoleh dari klasifikasi disebut takson.
Taksonomi merupakan ilmu hayat yang memiliki hubungan dengan cabang ilmu yang
lain. Ilmu-ilmu tersebut akan berkembang sehingga pusat kepentingan akan berubah bergantung
pada arah perkembangan dan kebutuhan terhadap ilmu. Data yang diperoleh dari taksonomi
sendiri dapat digunakan untuk mempelajari kekerabatan yang mungkin terjadi dan dapat
digunakan sebagai acuan untuk rekayasa genetika.
Ahli taksonomi tumbuhan mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam membantu
usaha konservasi jenis, membuat cagar alam dan mencegah punahnya jenis-jenis tumbuhan
tertentu. Seelain itu seorang ahli taksonomi harus mempunyai pengetahuan tentang morfologi,
embriologi, anatomi, sitogenetik dan ilmu sejenis lainnya. Cabang ilmu ini merupakan dasar dari
botani, tapi di lain pihak perkembangannya sangat tergantung pada kemajuan cabang-cabang
botani lainnya. Data-data yang diungkapkan sebagai hasil penelitian sitologi, genetika, anatomi,
ekologi, morfologi, palinologi, palaentologi, fitogeografi, fitokimia dan cabang-cabang botani
lain sangat berguna bagi botani sistematika. Akan tetapi ilmu-ilmu itu sendiri tidaklah akan
berjalan pesat secara efisien tanpa bantuan botani sistematika. Percobaan-percobaan yang
dilakukan dalam cabang-cabang botani yang banyak tersebut tidak mungkin dapat diulangi dan
kebenaran kesimpulannya dikukuhkan kalau identitas atau nama tumbuhan objeknya meragukan.
Kekurangcermatan dalam penamaan objek percobaan akan menyebabkan nilai suatu penelitian
merosot atau bahkan tidak ada harganya sama sekali (Rifai, 1989).
Dengan adanya taksonomi tumbuhan, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dapat melakukan kegiatan dengan mudah dan berimbang. Karena manusia dapat memperoleh
spesimen tumbuhan lain yang semarga dan memiliki keunggulan khas serta dapat melestarikan
keberadaan tumbuhan yang mulai mengalami kepunahan gen-gen yang berpotensi.
BAB II
ISI
Manusia tidak dapat beraktifitas dengan lancar jika kebutuhan primernya belum
terpenuhi. Dibutuhkan pemenuhan kebutuhan yang bisa diperoleh dari lingkungan sekitar dengan
pemanfaatan dan pemberdayaan potensi kekayaan alam yang luar biasa di muka Bumi ini, baik
flora, fauna maupun mikroba yang sebagian diantaranya bersifat endemik. Dalam upaya
pemenuhan kebutuhan, tentunya terjadi peningkatan jumlah, jenis maupun kualitas kebutuhan
manusia yang mendorong upaya pemanfaatan sumber daya hayati secara terus menerus, oleh
karena itu kekayaan tersebut harus diamankan (Rifai 1989). Taksonomi tumbuhan berperan
dalam memilih jenis-jenis lain yang semarga dengan bahan-bahan sandang, pangan, dan papan
sehingga manusia bisa memperoleh jenis yang lain untuk menggantikan jenis yang sudah
diketahui.
Kebutuhan primer manusia merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi terlebih
dahulu. Dari kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, dan juga kebutuhan papan. Kebutuhan
sandang merupakan kebutuhan akan barang yang dikenakan bersifat personal. Seperti baju,
celana, jaket dan lain-lain. Kebutuhan pangan yaitu kebutuhan pemenuhan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Kebutuhan pangan bisa berupa makan atau
minum. Sedangkan kebutuhan papan adalah kebutuhan tempat tinggal yang layak huni, kuat
struktur rumahnya, dan dapat sebagai tempat berteduh ketika cuaca panas maupun ketika hujan.
Pemenuhan kebutuhan primer tentunya bersumber dari lingkungan sekitar kita berada.
Mengambil dari alam, kemudian kita olah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi,
sehingga bisa kita gunakan dan manfaatkan. Akan tetapi, kita tidak hanya menggunakan satu
jenis saja untuk memenuhi salah satu kebutuhan kita. Karena ada beberapa jenis yang rawan
akan kepunahan gen-gen yang berpotensi. Selain itu, terkadang kita juga memiliki takaran
kebutuhan yang berbeda-beda. Misal, antara individu satu dengan individu yang lain memiliki
takaran kebutuhan protein yang berbeda.
Dibutuhkan solusi untuk mencari pengganti dari ketergantungan pemakaian jenis-jenis
tersebut. Taksonomi tumbuhanlah yang merupakan ilmu dasar yang berarti ilmu kajian dasar dari
ilmu biologi dengan tidak membatasi hanya satu atau objek tertentu saja. Mempelajari hubungan
kekerabatan antar jenis sehingga bisa digantikan dengan jenis lain yang semarga.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Agung. 2008. Hand Out Mata Kuliah Taksonomi Hewan. Surakarta : FMIPA UNS
Retnoningsih, Amin. 2003. Taksonomi Dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetika Tumbuhan di
Indonesia. Bogor : IPB