Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris : crop cultivation). Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit, bahkan kelelawar merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Kelelawar buah sebagai hama dapat dibedakan berdasarkan ukurannya. Ukuran kelelawar buah yang lebih besar seringkali disebut sebagai kalong, sedangkan kelelawar buah dengan ukuran yang lebih kecil dikenal dengan nama codot. Kelelawar yang merupakan salah satu anggota dari filum Chordata

merupakan binatang yang menyukai tempat gelap dan lembab. Inilah yang enjadi salah asatu alasan hama ini aktif menyerang pada malam hari. Penanggulangan hama kelelawar yang seringkali dilakukan adalah secara mekanik, yaitu dengan atau tanpa menggunakan alat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana ekologis dan biologis dari kelelawar buah? 2. Bagaimana kerusakan yang ditimbulkan oleh kelelawar buah pada tanaman pertanian? 3. Bagaimana cara pengendalian kelelawar buah sebagai hama tanaman pertanian? 1.3 Manfaat Sebagai salah satu referensi dan tambahan pengetahuan mengenai kelelawar buah terkait dengan perannya sebagai hama tanaman pertanian.

BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Kelelawar secara ekologis dan biologis Kelelawar merupakan mamalia volan (mamalia yang terbang) yang jumlahnya di dunia mencapai 18 suku, sekitar 192 marga dan 977 jenis kelelawar. Jumlah jenisnya merupakan kedua terbesar sesudah bangsa binatang penggerat (Rodentia) dalam kelas mamalia. Kelelawar adalah mamalia yang dapat terbang yang berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap. Kelelawar menempati habitat tertentu untuk melakukan aktivitasnya yang berbeda-beda. Habitat kelelawar umumnya terdapat dari pantai sampai pegunungan. Goa besar yang dimanfaatkan oleh beberapa jenis kelelawar sebagai habitat yang ideal untuk berkembang dan melangsungkan hidupnya. Habitat istirahat yang digunakan untuk beristirahat sangat beragam baik di dalam gua-gua maupun pada pepohonan tertentu. Kelelawar aktif mencari makan dan terbang di malam hari. Bila siang hari ia tidur dengan bergelantung terbalik, sambil menyisir bulunya dengan cakar dan membersihkan sayapnya sampai bersih. Kelelawar biasanya hidup di gua-gua, alam terbuka, atau dipepohonan. Makanan kelelawar buah-buahan dan ada juga yang menghisap darah, khususnya kelelawar vampir di daerah tropis. Kelelawar mencari makan dimalam hari karena beberapa alasan. Kelelawar merupakan hewan yang tidak tahan panas karena sayapnya yang tidak berbulu rentan terhadap dehidrasi. Untuk melindungi dirinya dari predator lain, kelelawar memanfaatkan malam yang gelap untuk berburu. Dan yang terpenting, kelelawar mampu menangkap mangsa dimalam hari karena memiliki alat naigavigasi yang canggih. Sebenarnya inti dari penglihatan kelelawar tersebut adalah gelombang ultrasonik. Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 kiloHertz. Dalam hal ini, gelombang ultrasonik merupakan gelombang ultra (di atas) frekuensi gelombang suara (sonik). Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas. Reflektivitas dari gelombang ultrasonik ini di permukaan cairan hampir sama dengan permukaan padat, tapi pada tekstil dan busa, maka jenis

gelombang ini akan diserap. Kebanyakan kelelawar mengeluarkan suara ultrasonik dari mulutnya, namun sekitar 300 spesies mengeluarkannya dari hidung. Pada kelelawar yang mengeluarkan gelombang ultrasonik dari hidungnya, terdapat cuping hidung dan gelambir serta lekukan tak beraturan di sekitar lubang hidung.Gelombang bunyi ini bergema (dipantulkan) kembali, memberi gambaran benda-benda di sekitar kelelawar. Proses ini disebut echolokasi (echo artinya gema). Jadi, kelawar menggunakan gema (bunyi pantulan) untuk menentukan keadaan sekitarnya dan sekaligus mencari mangsaya. Telinganya yang besar dan berbentuk aneh membantunya mengetahui dari mana datangnya gema. Beberapa kelelawar sangat terampil dalam menemukan objek dengan echolokasi, sehingga dalam gelap pun kelelawar dapat mendeteksi kawat-kawat yang dipasangi sejajar berdekatan dan dapat melewatinya tanpa menabrak. Berdasarkan tipe makanannya, kelelawar dapat dibagi menjadi kelelawar buah (fruit bats) dan kelelawar pemakan serangga (insect bats). Kelelawar pemakan buah termasuk diantaranya adalah kelelawar yang membantu penyebaran biji dan penyerbukan berbunga. Kelelawar biasanya hanya menguyah-nguyah daging buahnya untuk diambil cairannya, sedangkan bagian serabut daging buah disepah dan bijinya dibuang. Akibatnya, biji menjadi bersih dari daging buah. Biji tersebut disebarkan kelelawar diluar habitat tumbuhnya sehingga kelelawar dikenal pula sebagai agen penyebar biji yang merangsang regenerasi hutan. Kelelawar makan buah tidak pada pohon buah itu, tetapi dibawa ke pohon lain, dengan demikian besar kesempatan biji untuk berkecambah dan tumbuh hingga besar. Kelelawar penyerbuk yang juga termasuk kelelawar buah biasanya mencari makan di malam hari, memiliki mata besar, daya pencium yang tajam, dan biasa terbang disekitar bunga yang diserbukinya. Jenis fauna ini juga memiliki metabolisme yang tinggi, ukuran tubuh yang lebih besar dibanding dengan agen jenis ponator lainnya. Kelelawar penyerbuk biasanya memasukkan lidahnya ke dalam bunga untuk mengecap nectar, polen akan memenuhi tubuh dan wajahnya, lalu polen ini akan dimakannya secara sengaja atau tidak sengaja ketika

membersihkan diri selesai makan. Kelompok kelelawar besar (Megachiroptera), tak seperti namanya, tidak selalu bertubuh besar. Kelelawar besar yang terkecil memiliki panjang tubuh sekitar 6 cm; jadi, lebih kecil dari beberapa jenis kelelawar kecil (Microchiroptera) yang berbadan besar. Sebagian besar kelelawar buah (yakni 24 dari total 42 marga) memang bertubuh relatif kecil, dengan panjang lengan bawah kurang dari 70 mm, yang seringkali disebut codot. Indra penciumannya bekerja dengan sempurna, membantunya menemukan buah-buah yang telah masak di kejauhan. Walaupun kelelawar secara umum dapat ditemukan di seluruh dunia, codot hanya ditemukan di daerah-daerah tropis di Asia, Afrika dan Oceania. Bangsa codot umumnya memakan bagian tumbuh-tumbuhan: buah-buahan, bunga, nektar, serbuk sari, dan juga dedaunan. Ada yang berspesialisasi memakan nektar dan serbuk sari (nektarivora, misalnya Eonycteris, Macroglossus, Syconycteris), namun kebanyakan memakan kombinasi dari buah-buahan dengan bunga, nektar, atau dedaunan (frugivora). Megachiroptera terbesar, yakni Kelelawar buah terbesar, sekaligus kelelawar terbesar, adalah kalong kapauk Pteropus vampyrus yang bisa mencapai berat 1.500 gram, dan bentangan sayap hingga 1.700 mm . Kalong adalah anggota bangsa kelelawar (Chiroptera) yang tergolong dalam marga Pteropus familia Pteropodidae, satu-satunya familia anggota subordo Megachiroptera. Kata "kalong" seringkali digunakan alih-alih kelelawar dalam percakapan sehari-hari, walaupun secara ilmiah hal ini tidak sepenuhnya tepat, karena tidak semua kelelawar adalah kalong. Kalong terutama merujuk pada kelelawar pemakan buah yang berukuran besar. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Giant Fruit Bats atau Flying Foxes. Kalong menyebar di Asia tropis dan subtropis (termasuk di anak benua India), Australia, Indonesia, pulau-pulau di lepas pantai timur Afrika (tetapi tidak di daratan benuanya), serta di sejumlah kepulauan di Samudra Hindia dan Pasifik. Jari pertama pada kalong sangat panjang, jari kedua memiliki cakar yang berkembang baik. Tengkorak berukuran besar dan memanjang, dengan rangka otak yang berbentuk hampir seperti pipa. Memiliki tiga geraham depan atas, tetapi yang terdepan sangat

kecil dan sering tanggal pada individu yang tua. Kalong tidak berekor. Kalong hanya memakan buah-buahan, dan serbuk sari; ini menjelaskan mengapa kalong terbatas penyebarannya di wilayah tropis. Kalong memiliki mata yang besar sehingga mereka dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya. Indra yang secara utama digunakan untuk navigasi adalah daya penciumannya yang tajam. Kalong tidak mengandalkan diri pada daya pendengaran seperti halnya kelelawar pemakan serangga yang menggunakan ekholokasi. Kalong sering mencari makanannya sampai jauh, hingga sejauh 40 mil dari tempatnya tidur. Predator kalong di alam adalah burung-burung pemangsa, ular, dan mamalia karnivora. Ciri-ciri utama kelelawar secara umum antara lain adalah: Berkembang biak pada musim gugur. Anak kelelawar yang lahir di awal musim panas satu induk betina melahirkan satu keturunan. Kelelawar buah cenderung hidup dalam suatu koloni besar. Satu jantan biasanya hidup dengan delapan betina. 2.2 Kerusakan yang ditimbulkan oleh kelelawar buah pada tanaman pertanian Kelelawar buah dapat membantu dalam proses penyerbukan, bahkan dalam hal mempertahankan dan memperbanyak suatu varietas tanaman tertentu. Hal ini didasari atas sifat kelelawar buah itu sendiri. Kelelawar buah mencari buah dah mengigit-gigit bagian biji tanaman sebelum akhirnya dijatuhkan disekitar tanaman induk tersebut. Namun, terkadang kelelawar buah dapat menjadi hama bagi para petani karena kelelawar buah memakan buah-buahan yang ada di pohon. Dengan dimakannya buah-buahan tersebut, maka secara otomatis akan menyebabkan semakin berkurangnya hasil panenan petani. Terkadang kelelawar tidak memakan buah secara keseluruhan, namun hanya memakan bagian-bagian tertentu dari buah tersebut sehingga tak jarang dijumpai buah yang bentuknya tidak lagi sempurna akibat bekas gigitan kelelawar buah tersebut. Kerusakan yang seringkali ditimbulkan oleh kelelawar ini secara signifikan akan menurunkan pendapatan petani buah. Nilai ekonomis buah pun akan turun

dengan adanya kecacatan yang ditimbulkan oleh gigitan kelelawar tersebut. Gejala kerusakan pada umumnya yang sering terjadi akibat hama ini antara lain adalah terdapatnya lubang-lubang berukuran cukup besar akibat bekas gigitan di beberapa bagian buah. Bahkan tak jarang buah pun hanya tersisa batang buahnya saja, sedangkan buahnya telah habis dimakan oleh kelelawar buah. Selain itu, gejala yang sering tampak adalah banyaknya buah-buahan yang berjatuhan di sekitar tanaman yang diserang tersebut. Buah-buahan yang terserang kelelawar dengan beberapa gigitan pada buah yang masih ada di pohon akan menyebabkan kebusukan pada buah. Hal ini karena luka yang ditimbulkan oleh gigitan kelelawar sangat besar dan fatal sehingga bakteri dan hama lainnya akan lebih mudah menyerang. Buah yang busuk, atau bahkan buah yang belum busuk namun terdapat gigitan kelelawar ini jika ditinjau dari segi ekonomi akan memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan buah-buah yang memiliki tekstur sempurna/utuh. 2.3 Pengendalian kelelawar buah sebagai hama tanaman pertanian Pada dasarnya, pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai suatu keadaan yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk menghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada kondisi tertentu yang secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi. Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan / Pengendalian hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu taktik pengendalian saja. Taktik pengendalian terpadu tersebut terdiri dari : 1. Pengendalian secara mekanik 2. Pengendalian secara fisik 3. Pengendalian hayati

4. Pengendalian dengan varietas tahan 5. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam 6. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi 7. Pengendalian kimiawi A. PENGENDALIAN MEKANIK Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual. Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak dilakukan di daerah - daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah. B. PENGENDALIAN FISIK Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor - faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup. Bahan-bahan simpanan sering diperlakukan dengan pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen.

C. PENGENDALIAN HAYATI Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh - musuh alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen - agen

pengendali alami akan menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh musuh-musuh alaminya. Metode pengelolaan agen pengendali biologi terhadap serangga hama meliputi : 1. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar (exotic) ke wilayah yang baru (ada barier ekologi). 2. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. 3. Augmentasi, parasit dan predator lokal yang telah ada diperbanyak secara massal pada kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga jumlah agensia sangat banyak, sehingga dapat dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative. D. PENGENDALIAN DENGAN VARIETAS TAHAN Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan hama. Mekanisme ketahanan tersebut secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : E. PENGENDALIAN HAMA DENGAN PENGATURAN CARA BERCOCOK TANAM Pada dasarnya pengendalian ini merupakan pengendalian yang bekerja secara alamiah, karena sebenarnya tidak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung. Pengendalian ini merupakan usaha untuk mengubah lingkunagn hama dari keadaan yang cocok menjadi sebaliknya. Dengan mengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu. F. PENGENDALIAN HAMA DENGAN SANITASI DAN ERADIKASI Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman yang diusahakan

manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak - semak, gulam dan lain - lain). Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas di lahan yang ada tanamannya, namun dianjurkan pula untuk membersihkan semaksemak atau turiang-turiang yang ada disekitarnya. G. PENGENDALIAN KIMIA Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang sedang menyerang tanaman. Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi : a. Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain - lain. b. Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing - cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G. c. Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang - binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain lain. d. Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5 / 5 Saturn D. e. Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000. f. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC. g. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin - 5 - oksida (Staplex 10 WP).

Selama ini, cara-cara yang sudah seringkali diaplikasikan dilapang untuk mengusir hama berupa kelelawar antara lain adalah : Secara mekanik, dilakukan pengusiran dengan cara melepaskan tembakan pada pohon-pohon dimana bintang tersebut bergelantungan, Pencegahan terhadap gangguan kelelawar dengan cara membungkus buah sejak masih muda dengan jala, anyaman bambu, daun palem, ijuk tanaman aren, kain bekas, Menggunakan kincir angin yang diberi alat penimbul suara di dalam kebun atau dengan asap belerang, Kelelawar dibunuh dengan senapan angin pada siang hari saat mereka sedang tidur lelap, Pada malam hari kelelawar dijaring saat mencari buah-buahan. Secara biologi, dengan menggunakan musuh alaminya, seperti ular, dan binatang buas lainnya. Secara fisik, terkadang dengan mengkondisikan tanaman tidak matang secara sempurna di pohon. Secara kimia, dapat menggunakan semperung berisi cairan yang dapat memabukkan.

BAB 3. KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan 1. Kelelawar merupakan mamalia volan yang jumlahnya di dunia mencapai18 suku, sekitar 192 marga dan 977 jenis kelelawar. Jumlah jenisnya merupakan kedua terbesar sesudah bangsa binatang penggerat (Rodentia) dalam kelas mamalia. Kelelawar adalah mamalia yang dapat terbang yang berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap. Kelelawar aktif di malam hari dan beristirahat saat siang di gua-gua ataupun pepohonan. 2. Gejala kerusakan pada umumnya yang sering terjadi akibat hama ini antara lain adalah terdapatnya lubang-lubang berukuran cukup besar akibat bekas gigitan di beberapa bagian buah. Bahkan tak jarang buah pun hanya tersisa batang buahnya saja, sedangkan buahnya telah habis dimakan oleh kelelawar buah. Selain itu, gejala yang sering tampak adalah banyaknya buah-buahan yang berjatuhan di sekitar tanaman yang diserang tersebut. 3. Pengendalian yang dilakukan dapat berupa pengendalian terpadu, yaitu dengan pengendalian secara mekanik, secara fisik, secara hayati, pengendalian dengan varietas tahan, dengan cara bercocok tanam, dengan sanitasi dan eradikasi, serta pengendalian kimiawi. 3.2 Saran Sebaiknya dalam pengendalian hama kelelawar buah dapat diterapkan caracara pengendalian yang terpadu dan ramah lingkungan sehingga tidak menyebabkan rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada musnahnya spesies lain. Sebab tujuan pengendalian hama sendiri adalah untuk mengurangi populasi suatu spesies hama, bukan untuk memusnahkannya.

Anda mungkin juga menyukai