Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

OLEH
DADANG SAIFULLAH,S.Pi
Nip, 19720315 2001121004
PENYULUH PERIKANAN
KOTA TERNATE
2012

I.

PENDAHULUAN

Ikan sidat atau moa, ada juga yang menamakan pelus untuk ukuran yang bhesar,
merupakan salah satu jenis ikan yang populer, baik di Eropa, Amerika, maupun
Asia.Sebagai katadrom, mereka tinggal di perairan tawar hingga 6-20 tahun, dan begitu
mau memijah kembali ke laut; dalam perjalanan kembali ke laut itu mereka tidak
makan. Ikan ini pun mati setelah menunaikan tugasnya menurunkan generasinya
(memijah).Di Jepang ikan ini sangat populer dengan sebutan unagi dan umumnya
disajikan dalam bentuk panggang (grilled eel fillet).
Ikan ini mempunyai beberapa keistimewaan antara lain mempunyai kandungan zat
gizi yang tinggiterutama vitamin A, rasanya sangat lezat, berkalori tinggi (303.100
kcal/gram) dan merupakan sumber energi yang besar; di negara-negara tertentu
diyakini sebagai sumber energi yang sangat diperlukan pada musim-musim dingin.
Banyaknya keunggulan dari ikan sidat sebagai sumber gizi membuat ikan ini sangat
diminati di Jepang, Eropa, Amerika,Korea dan Taiwan. Jenis masakan sidat yang paling
poluler di Jepang adalah unadon (Gambar 1). Unadon berasal dari kata unagi no
kabayaki (ikan sidat panggang atau smoked eel) dan donburi (yaitu nasi dan berbagai
menu yang diasjikan dalam mangkok besar). Boleh dicoba dan kita akan menikmati
setiap gigitan menu ini.Kalau di Indonesia kemana kita pergi akan ketemu sate, maka
bila di Jepang kita akan ketemu sidat panggang yang sanagat harum menusuk hidung
dan membangkitkan selera kita.
Pasar sidat meliputi pasar domestik dan internasional, namun suplainya masih
sangat terbatas, sehingga harga ikan ini cukup tinggi terutama untuk ukuran benih
(elver maupun fingerling). Selama ini tujuan ekspor utama adalah Jepang, tetapi juga
merupakan penghasil sidat dunia. Permintaan sidat negara itu mencapai 130.000 ton
per tahun, sementara produksinya baru 21.800 ton atau baru 16,8%. Jumlah produksi
tersebut sebagian besar dari hasil budidaya yaitu 21.000 ton (96,3%).
Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya di Jepang maupun negara-negara lain
adalah semakin menurunnya suplai benih. Beberapa sebab menurunnya suplai benih
antara lain adalah karena penangkapan glass eel yang tak terkendali, dan semakin
rendahnya jumlah sidat dewasa yang mampu kembali ke laut untuk memijah.

Penangkapan yang tak terkendali di hampir semua negara berlangsung sudah sejak
lama, dimana glass eel biasa ditangkap untuk makanan yang lezat.

Kegiatan ini

kemudian dilarang di Eropa, dan di Indonsesia berhenti setelah mereka mengetahui


bahwa harga glass eelini sangat mahal.
Semakin rendahnya ikan dewasa yang mampu kembali ke laut disebabkan oleh
semakin intensifnya penangkapan glass eel, banyaknya penghalang yang menghadang
glass eel/ elver naik ke hulu (antara lain bangunan-bangunanpengatur irigasi), dan
belum berhasilnya produksi benih dari budidaya.
Berbeda dengan di Indonesia, sebagian daerah potensial sidat seperti Sumatera,
Sulawesi, dll.belum dimanfaatkan secara optimal, kecuali di Selatan Pulau Jawa.
Demikian pula budidaya ikan ini belum sepenuhnya diusahakan secara maksimal.
Usaha budidaya sidat secara super intensif yang dulu pernah dilakukan menjadikan
harga pokoknya cukup tinggi, sedang harga ekspor kadang turun bergantung musim
panen di negara importir.
Dengan semakin menurunnya suplai benih, semakin mahal harga sidat baik benih
maupun ukuran konsumsi. Harga sidat ukuran konsumsi secara bertahap terus
meningkat; di pasaran lokal dari harga per kilogram Rp.50.000 beberapa tahun lalu kini
meningkat hingga Rp.80.000. Jepang bahkan memberikan harga yang jauh lebih tinggi
khususnya untuk sidat budidaya yang dikemas hingga kualitas produk memenuhi
persyaratan mereka. Untuk harga glass eelkhususnya merangkak cepat dari per kg
Rp.5.000 pada tahun delapan puluhan, akhir-akhir ini menjadi Rp.400.000-500.000.
Tingginya harga glass eel di luar negeri bahkan menyebabkan ekspor elver sidat secara
diam-diam dan ini merupakan suatu hal yang sangat tidak bijaksana.
Pengembangan budidaya dengan demikian merupakan peluang baik bagi
masyarakat, yang perlu didukung oleh pemerintah.

Teknologi madya yang telah

ditemukan pada tahun-tahun tujuh puluhan oleh pengusaha swasta dan kemudian
akhir-akhir ini dimulai oleh Balai Layanan Usaha Produksi Budidaya Karawang (dulu PT.
Pandu TIR) salah satu UPT Ditjen Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan) di
Karawang, membuka hasanah baru menggeliatnya minat usaha sidat di Indonesia.

II.

II.1. Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa ahli, antar lain Djajadireja (1952), mengklasifikasikan sidat dalam tata
nama sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Euchordata
Kelas
: Osteichthyes
Subkelas
: Actinoptrygii
Infrakelas
: Teleostei
Superordo : Elomorpha
Ordo
: Anguiliformes
Famili
: Anguilidae
Genus
: Anguilla
Species
: Anguilla spp.

II.2 Morfologi dan Anatomi


Selintas sidat mirip dengan belut. Tubuhnya bulat dan panjang, warnanya juga
sama yaitu kuning, abu-abu, cokelat, dan terkadang hitam. Namun bila diperhatikan,
ikan ini berbeda dengan belut, yaitu adanya sirip dada (pectoral fin) di belakang
kepalanya (meski ada beberapa jenis tidak memiliki sirip ini); sirip punggung (dorsal fin)
dan sirip duburnya (anal fin) langsung menyatu hingga sisrip ekor (caudal fin)
membentuk suatu pita lembut
Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang.Memiliki kepala, perut,
dan ekor. Tubuhnya memanjang dengan perbandingan

Gambar
1.Ikan sidat (Anguilla sp). Bentuk dan sirip (kiri), dan mulut (kanan).

antara panjang dan tinggi 20 : 1. Kepala sidat berbentuk segitiga, memiliki mata,
hidung, mulut, dan tutup insang.Mata sidat tidak tahan terhadap sinar matahari karena
sidat termasuk binatang malam (nocturnal).Oleh sebab itu, tempat pemeliharaan sidat,
terutama pada tahap pendederan, harus diberi peneduh berwarna hitam.Mulut sidat
berfungsi untuk mengambil makanan.
Mulut sidat membelah hampir di sepanjang bagian kepala. Hidung sidat sangat
kecil, berfungsi untuk alat penciuman. Tutup insang berada di bagian bawah kepala

atau di depan sirip dada.Sebagian besar spesies ikan ini nokturnal (aktif di malam hari),
hingga kita jarang melihatnya di alam; hanya kadang kita melihatnaya di lubang-lubang
atau di tempat khusus yang kadang dikeramatkan orang. Sebagian species hidup di
perairan lebih dalan di paparan benua dan diderah dengan kedalaman hingga 4.000 m.
Hanya yang termasuk dalam famili Aguilidae yang secara teratur mendiami perairan
tawar namun juga kembali ke laut untuk memijah.
Berbeda

lagi

dengan

yang

disebut

sidat

listrik

(Electrophorus

electricus), merupakan penghuni sungai Amazon dan sungai Orinoko yang memiliki
kekuatan listrik mencapai 650 volt yang digunakannya untuk berburu mangsa dan
membela diri. Kejutan listrik yang dihasilkan oleh ikan ini cukup untuk membunuh
seekor kuda dari jarak 2 meter. Cara kerja penghasil listrik pada ikan ini dapat
digunakan sangat cepat mencapai dua hingga tiga perseribu detik. Ketika gelisah, ia
mampu menghasilkan guncangan listrik selama setidaknya satu jam tanpa tanda-tanda
melelahkan.Ia bisa tumbuh hingga panjang 2,5 m dan berat 20 kg, walaupun biasanya
ukuran rata-ratanya adalah 1 meter1.Berbeda lagi dengan yang disebut sidat
listrik (Electrophorus electricus), merupakan penghuni sungai Amazon dan sungai
Orinoko yang memiliki kekuatan listrik mencapai 650 volt yang digunakannya untuk
berburu mangsa dan membela diri. Kejutan listrik yang dihasilkan oleh ikan ini cukup
untuk membunuh seekor kuda dari jarak 2 meter. Cara kerja penghasil listrik pada ikan
ini dapat digunakan sangat cepat mencapai dua hingga tiga perseribu detik. Ketika
gelisah, ia mampu menghasilkan guncangan listrik selama setidaknya satu jam tanpa
tanda-tanda melelahkan.Ia bisa tumbuh hingga panjang 2,5 m dan berat 20 kg,
walaupun biasanya ukuran rata-ratanya adalah 1 meter 2 (Gambar 3).
Di Indonesia sendiri ada tujuh jenis dari total 18 jenis di dunia. Dari tujuh jenis
itu, dapat digolongkan menjadi dua yaitu yang bersirip dorsal pendek dan yang bersirip
dorsal panjang.

Yang bersirip dorsal pendek adalah Anguilla bicolor dan Anguilla

bicolor Pacifica. Sedang yang bersirip dorsalpanjang adalah Anguilla borneoensis,


Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris.

Sumber daya alam Indonesia sangat mendukung.Pertama, Indonesia beriklim


tropis, hujan dan kemarau yang sangat baik bagi kehidupan sidat.Kedua, Indonesia
memiliki sumber benih yang sangat melimpah.Teknologi budidaya sidat sudah mulai
dikuasai dan relafit mudah.Selain itu, pembudidaya sidat masih sangat sedikit, sehingga
usaha ikan ini terbuka lebar.Usaha komoditas sidat yang ada di Indonesia selama ini
ada tiga segmen, yaitu penangkapan, pendederan, dan pembesaran, disamping usaha
perdagangan terutama ekspor.
1
2

II.3 Habitat dan Siklus Hidup


Sidat termasukikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa berada di hulu sungai
atau danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya dan memijah disana.
Memijah di kedalaman laut hingga lebih dari 6.000 m, telur-telur naik ke permukaan dan
menetas menjadi larva.

Larva sidat yang terbawa arus, bermetamorfosa menjadi

leptocephalus (berbentuk seperti daun), dan terus mengarungi samudera menuju ke


pantai/perairan tawar. Setelah mencapai pantai dalam kurun waktu satu hingga tiga
tahun, sudah berupa glass eel dengan tubuh transparan hingga terlihat insang
(berwarna merah terang) dan hatinya.
Di Pelabuhan Ratu, glass eel mencapai muara sungai dengan ukuran 45-60 mm
(0,15 0,2g), sedang di Eropa mencapai ukuran 75-90 mm. Mencapai pantai, glass
eel memasuki muara sungai dan terus naik dan hidup di hulu-hulu sungai, danau, dan
rawa, atau tinggal di perairan rawa pasut atau perairan payau. Perjalanan panjang dan
sebagian perkembangan stadia ikan sidat disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Ruaya dan ukuran glass eels (atas), dan sebagian


perkembangan stadia sidat.

II.4 Makanan.
Sidat bersifat omnivora sewaktu kecil dan karnivora saat dewasa.Sebagai
karnivora, sidat memakan ikan dan binatang air yang berukuran lebih kecil dari bukaan
mulutnya. Sidat juga bisa memakan sesamanya (kanibal).
Saat masih kecil, sidat bersifat omnivora, memakan organisme-organisme
invertebrata. Sidat bisa memakan hewan-hewan kecil seperti anak kepiting, anak-anak
ikan, cacing kecil, anak kerang atau siput dan tanaman air yang masih lembut.

Teknologi

budidaya

yang

cukup

berperan

penting

dalam

menunjang

berkembangnya budidaya ikan ini antara lain adalah bahwa ikan ini sudah mau
memakan pelet, dari yang sebelumnya sebagai pakan buatannya adalah dalam bentuk
pasta.

Pakan pasta cukup merepotkan dalam budidaya sidat; selain penyiapannya

memakan energi, juga air media budidaya menjadi cepat kotor.

III.

III.1PERSYARATAN LOKASI

PEMBAHASAN

III.1.a. Lahan
1. Syarat:
a) Dekat dengan sumber air;
b) Kualitas airnya baik dan tidak tercemar oleh limbah industri dan logam berat;
c) Air mengalir secara kontinu sepanjang tahun;
d) Jenis tanahnya baik dan tidak porous;
e) Lahan sesuai dengan skala usaha.
Luas lahan harus disediakan tergantung dari tahapan/segmen kegiatan usaha
yang dipilih dan skala produksinya.

Tabel 1. Kebutuhan lahan produktif untuk kegiatan pendederan


berdasarkan skala produksi benih yang dihasilkan setiap bulan.

Skala usaha
(ekor)
10.000
20.000
50.000
100.000
1.000.000
2.000.000

Luas
(m2)
200
400
1.000
2.000
20.000
40.000

Tabel 2. Kebutuhan lahan produktif untuk kegiatan pembesaran


berdasarkan skala produksi konsumsi yang dihasilkan setiap
bulan.

Skala usaha
Luas
(kg)
(m2)
200
20
500
50
1.000
100
2.000
200
5.000
500
10.000
1.000
Perlu diingat bahwa bila air yang tersedia tidak mencukupi untuk pengairan kolam
sistim flowthrough maka padat tebar atrau targe harus disesuaikan.

III.1.b. Sumber Air


Air merupakan media hidup sidat.Keberhasilan sidat sangat ditentukan oleh keadaan
airnya.
a) Sumber air
Memilih sumber air untuk budidaya sidat tidak boleh sembarangan.Ada tiga sumber
air yang baik untuk kegiatan pembesaran.
1) Air sumur

2) Mata air
3) Air sungai
b) Kuantitas
Kuantitas disebut juga debit air adalah jumlah air yang tersedia atau mengalir di
suatu tempat.Jumlah air yang dibutuhkan dalam budidaya sidat tergantung dari
skala produksi dan tahapan kegiatan yang dilakukan.
Untuk pendederan, setiap produksi 1000 ekor/bulan dibutuhkan air sekitar 5
liter/detik.Sementara untuk pembesaran, setiap skala produksi 10.000 ekor/bulan
dibutuhkan air 5 liter/detik.
c) Kualitas
Tabel 3. Parameter kualitas air untuk budidaya sidat.
Parameter
Suhu

Kisaran atau indikasi


27 300C (pendederan
25 300C (pembesaran)
Hijau kecoklatan
20 40 cm oleh plankton
Minimal 4 mg/L
Maksimal 25 mg/L
7 7,5
Maksimal 0,1 mg/L
50 -300 mg/L

Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas

Suhu yang sesuai akan menunjang laju pertumbuhan yang tinggi, konversi
pakan yang rendah dan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan ikan.

Dua hal yang pertama tersebut terkait dengan laju

metabolisme yang tinggi; dan laju pertumbuhan yang tinggi akan memperpendek waktu
pemeliharaan.
Kondisi kesehatan akan menunjang nafsu makan, dan serta mengurangi angka
kematian (mortalitas) sehingga menunjang tingkat kelangsungan hidup (sintasan atau
Survival Rate atau SR) yang tinggi.(dikatakan menunjang karena masih ada faktorfaktor lain yang perpengaruh).

Warna air yang hijau kecoklatan adalah terkait dengan berkembangnya plankton
(fitoplankton maupun zooplankton).Oksigen merupakan faktor pembatas dalam sistem
akuatik. Kecukupan oksigen dalam air media budidaya akan mendukung proses
metabolisme (jumlah total perubahan secara kimiawi dalam tubuh organisme hidup dan
sel-selnya

yang

merubah

makanan

menjadi

protoplasma,

serta

selanjutnya

protoplasma dipergunakan dan diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih


sederhana serta kotoran dengan pelepasan energi). Kandungan oksigen dalam air
media budidaya dipengaruhi tingkat fotosintesis tumbuhan air/fitoplankton, suhu, serta
banyak sedikitnya bahan organik, serta jumlah organisme dan aktivitasnya.
Karbon dioksida (CO2) berpengaruh terhadap perkembangan fitoplankton
(terkait dengan proses fotosintesis), dan terhadap pH air dalam air media budidaya.
Kandungan CO2 dalam air tidak boleh terlalu tinggi, karena akan menurunkan pH air

dan akan menurunkan oksigen terlarut dalam air media budidaya. Tingginya
konsentrasi

bakteri dan bahan-bahan organik tersuspensi akan meningkatkan

kandungan CO2 dan menurunkan kandungan oksigen dalam air media budidaya.
Tingginya CO2 dapat dicegah dengan aerasi yang cukup, dan pengaturan pH.
Amoniak atau NH3 merupakan senyawa toksik (racun terhadap ikan). Amoniak
atau amonia bebas merupakan salah satu hasil perombakan bahan organik dalam air
media budidaya, yang keseimbangannya dengan amonium (NH 4OH) yang tidak toksik,
bergantung pada pH (semakin tinggi pH maka semakin tinggi proporsi amoniak).
Dengan demikian maka pH dijaga jangan melampaui batas kisaran maksimal.
Alkalinitas adalah jumlah knsentrasi basa dalam air (utamanya bikarbonat atau
HCO3- dan karbonat atau CO22- dinyatakan dalam mg/ltr ekivalen CaCO3. Air beralkalinitas cukup tinggi akan mempunyai pH yang lebih stabil, serta mempunyai
produktivitas lebih tinggi.
d) Kontinuitas
Kontinuitas adalah keadaan suatu sumber air dalam masa tertentu.Sumber air yang
mampu menyediakan air setiap saat atau tidak pernah kering dikatakan kontinyu.
Bila kita bisa memilih di antara ke tiga macam sumber air di atas, selain terkait pula
dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, maka juga dipertimbangkan biaya awal
dan biaya operasionalnya.

III.1.c. Jenis Tanah


Jenis tanah untuk budidaya sidat harus memiliki safat-sifat fisik dan kimia yang
baik, yaitu guna menunjang fungsi-fungsi:(1) terciptanya lingkungan bagi hidup dan
berkembangnya ikan yang dibudidayakan dengan baik, (2) berkembangnya pakan
alami, dan (3) kuat kenampung air di dalamnya serta beban peralatan di atasnya.
Fungsi pertama dan ke dua menyangkut kesuburan.
Kesuburan dimaksud adalah bahwa tanah mendukung terciptanya air media
budidaya yang subur, atau tidak menyebabkan air kolam berubah menjadi miskin hara
ataupun perubahan secara fisika dan kimia lainnya karena pengaruh tanah kolam
tersebut.Fungsi ke tiga adalah bahwa kolam tidak bocor/rembes, dan kuat menahan
beban. Ada dua macam jenis tanah yang sesuai untukmaksud tersebut:
-

tanah terapan (clay loam) yaitu tanah dengan kandungan liat, pasir dan debu
kurang lebih berimbang; dan

tanah liat berpasir atau lempung berpasir.

Untuk lebih jelasnya tentang struktur tersebut, dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Struktur tanah. Kiri, segi tiga struktur tanah : Sisi kiri liat; sisi kanan
debu, sisi bawah pasir. Kanan, pilinan tanah yang tidak retak/hancur setelah
kering.

III.2. FASILITAS
III.2.1. Fasilitas Utama
Fasilitas utama yaitu jenis fasilitas yang langsung digunakan untuk pemeliharaan
sidat. Gambar 7 dibawah ini adalah contoh fasilitas utama untuk unit budidaya
dengan teknologi madya dengan sistim air mengali (flowthrough system).
a) Tempat penampungan air (tandon)
Adalah fasilitas penampungan air digunakan untuk menyediakan air selama
proses produksi. Selain itu tempat ini juga berfungsi mengendapkan lumpur dan
menetralisir zat-zat yang tidak bermanfaat bagi sidat.
b) Bak pendederan
Bak pendederan adalah tempat untuk memelihara elver hingga menjadi
benih.Pendederan ada dua tahap, yaitu Pendederan 1 dan Pendederan
Lanjutan. Pendederan 1 adalah untuk membuat elver mau makan dengan pakan
yang diberikan (belajar makan). Tahapan ini cukup kritis, sehingga sebaiknya

dilaksanakan dalam bak-bak terkontrol atau dalam ruangan (indoor). Sedang


Pendederan Lanjutan (Pendederan 2 dan 3) adalah membesarkan elver menjadi
juvenil, dan tahapan ini baik dilakukan di bak-bak outdoor. Ukuran bak
Pendederan-1 cukup kecil saja misalnya 1,5 x 3 x 0,6 m, dan ukuran bak
Pendederan 2 kurang lebih berukuran 50-100 m 2dengan kedalaman 0,8 m.
Contoh bak-bak Pendederan 1 disajikan pda Gambar 3

Gambar 3.Bentuk kolam


dederan 1 (indoor)

Pen

c) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran adalah tempat yang digunakan untuk memelihara
benih hingga menjadi sidat ukuran konsumsi. Ukuran kolam Pembesaran bisa
bervariasi dari 300-1.000 m2 dengan kedalaman 1-1,2 m.
Karena masa pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi cukup
lama, diperlukan beberapa kali tahapan/pemindahan ikan sesuai ukuran, maka
ukuran kolam bisa dibuat bervariasi.

Gambar 4. Bentuk kolam pembesaran.

Keteranga
a. Pematang;
n:
d. Petak penangkapan;

b. Pelataran;
e. Inlet;

c. Kemalir;
f. Monik;

g. Saluran suplai;
h. Saluran buang; i. Tempat
III.2.2
Fasilitas
penunjang
makan/shading place.
Fasilitas penunjang meliputi :
a) Sumber listrik;
b) Peralatan pengudaraan atau aerasi (kincir, blower, dll.);
c) Peralatan pengukuran kualitas air;
d) Peralatan bantu kerja (ember, gayung, serok, saringan air, dll.);
e) Bangunan (mess karyawan, gudang. Laboratorium, pos jaga, dsb.);
f) Kendaraan angkutan (mobil, motor);
g) Peralatan administrasi (computer, meubelair, lemari, cardek, dll).

Peralatan pengudaraan (aerasi):


Kincir air.Peralatan aerasi tipe ini merupakan satu tipe alat untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut dalam media budidaya, serta untuk menciptakan
adanya arus air. Tingkat difusi oksigen dengan alat ini tergolong tinggi (contoh
Gambar 9.)
Blower. Aerator tipe ini langsung memberikan udara dari lapisan bawah, juga
cukup kuat, namun memerlukan jaringan pemipaan dan batu aerasi atau pipa
berlubang di dasar kolam.
Aero-O2. Aerator tipe ini menyemprotkan udara ke dalam air dan mendorong ke
satu arah yang dapat membuat air bersirkulasi.

Tipe ini juga mampu

memberikan oksigen langsung di lapisan tengah/bawah.

Gambar 5.Peralatan aerasi. Kincir (atas), dan blower (bawah).

Peralatan pengukuran kualitas air:


Beberapa alat ukur kualitas air antara lain adalah (juga Gambar 10):
Thermometer untuk mengukur suhu air media budidaya;

pH meter untuk mengukur pH air media


budidaya;
Salinometer untuk mengukuran salinitas
air media budidaya;
DO Meter untuk mengukura kandungan
oksigen air media budidaya;
Test kit amonium, nitrat, dan nitrit.Gambar 10.Peralatan ukur kualitas air.
Semakin intensif tingkat teknologi yang diaplikasikan serta semakin besar skala
produksinya, semakin diperlukan pemantauan/kontrol kualitas air, sehingga
peralatan-peralatan seperti tersebut di atas
mutlak diperlukan.

Namun untuk teknologi sederhana tidak

harus semua jenis alat tersedia; paling tidak thermometer,


pH meter atau kertas lakmus pH tetap
diperlukan.

III.3. SARANA BUDIDAYA


Apa saja sarana yang
diperlukan?

Sarana produksi yang


diperlukan adalah benih,
pakan, pupuk, kapur dan
obat-obatan.

Benih Sidat
Benihsidat ada dua macam, yaitu glass
eelditandai dengan bentuk tubuh bulat
panjang seperti lidiberwarnaagak bening, dan
memiliki panjang rata-rata 5-6 cm (dari
muara sungai Cimandiri-Pelabuhan Ratu).
Yang ke dua adalah fingerling yaitu benih
sidat ukuran 10-20 cm, bisa diperoleh dari
daerah lain.

III.3.1. Pakan Tambahan


Pakan tambahanadalah pakan yang berasal dari luar media pemeliharaan yang bisa
diberikan dan dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Beberapa jenis misalnya cacing

sutra, ikan rucah, cacing tanah, daging keong , bekicot,

dll.Berikut disajikan

beberapa jenis pakan untuk sidat (Gambar 6).

Gambar 6. Beberapa jenis pakan


tambahan untuk sidat.

III.3.2. Pupuk dan Obat-obatan


Pupuk yang dipergunakan bisa berupa pupuk
kandang ataupun pupuk kimia sepertiurea,
TSP.
Obat-obatan ada berbagai macam, seperti antibiotik, anti jamur, desinfekan, dll.
Dibawah ini contoh beberapa bahan

tersebut (Gambar 7).


Gambar 7.Contoh pupuk dan obat-obatan.

III.4. PENYEDIAAN BENIH


III.4.1. PENANGKAPAN DI ALAM
A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan bila kita hendak mengusahakan
penangkapan benih sidat dengan berhasil, antara lain:
1) Tipedaerah
Seperti diketahui, glass eel atau elver berusaha naik ke hulu sungai dari
habitat awalnya di Samudera.

Muara yang disukai mereka untuk masuk ke

sungai adalah daerah yang gelombang air laut tidak terlalu besar dan arus tiodak
terlalu kuat, yaitu daerah teluk atau daerah yang terlindung. Contoh di muara
sungai Cimandiri dan sungai Poso.

Selain itu, adalah daerah bukan muara

sungai namun ada perairan yang punyai akses ke laut seperti di Cilacap yaitu
Segara Anakan.

Lokasi-lokasi ruaya ikan sidat juga banyak terdapat di

Sumatera, Sulawesi, dan mungkin di Kalimantan dan Papua.


2) Kondisi alam
Tidak semua tipe daerah yang potensial sebagaimana disebut di atas
cocok untuk daerah penangkapan glass eel atau elver. Umumnya kondisi muara
sungai dengan daratan yang landailah yang sesuai; pda muara sungai dengan
tanah yang terjal menyulitkan kita menangkap dan membawa benih tersebut.
3) Musim
Musim elver/benih sidat berbeda antara daerah satu dan lainnya. Di
Pelabuhan Ratu, musim elver adalah bulan Oktober-Maret dengan puncaknya
pada bulan Januari. Di Teluk Poso, musim benih sidat adalah antara bulan April-

Oktober dengan puncaknyapada bulan Juni.

Di Cilacap musim benih sidat

adalah antara bulan Juni-Agustus (impun) dan Oktober-Desember (sidat muda).


4) Cuaca
Benih sidat (elver) hanya muncul di muara-sungai sungai ketikan cuaca
cerah atau tidak hujan, dan angin tidak terlalu kencang, serta kelembaban
rendah.
5) Arus air sungai
Karena elver masih lemah, mereka hanya dapat naik ke sungai ketika
arus sungai tidak terlalu deras. Hal ini umumnya terkait dengan ada tidaknya
hujan; pada waktu hujan deras, debit air sungai besar dan arus kuat.

6) Kekeruhan
Kekeruhan air sungai umumnya juga terkait dengan ada tidaknya hujan.
Pada waktu hujan deras, umumnya kekeruhan air sungai sangat tinggi karena
membawa partikel tanah dari erosi di daerah hulu. Pada kondisi demikian elver
tidak naik ke sungai; selain bau lumpur, juga karena arus yang kuat.
B.

Waktu penangkapan
Waktu penangkapan elver di muara sungai yang baik adalah pada waktu
malam hari ketika air pasang dan bulan gelap. Kaitannya dengan air pasang
adalah bahwa pada kondisi air laut yang tinggi, maka arus air sungai di muara
menjadi diperlemah dan ini memudahkan elver naik. Kaitannya dengan bulan
gelap adalah karena sidat bersifat nokturnal yaitu aktif di malam hari atau
suasana gelap, sehingga pada bulan terang sidat tidak terlihat muncul untuk
naik.

C.

Peralatan penangkapan
Peralatan-peralatan untuk menangkap glass eel/elver adalah anco/waring
atau seser, serta peralatan bantu berupa petromak/senter, baskom kecil, koja
dan boks styrofoam.

Kadang para penangkap memasang tenda/saung di

pinggir sungai. Untuk menangkap benih yang sudah agak besar seperti di
rawa-rawa, biasanya dipergunakan bubu dan dengan pemberian umpan dari
anak katak, atau hewan kecil lain yang tersedia di daerah penangkapan.
D.

Cara penangkapan
Dalam kegiatan penangkapan elver, umumnya mereka berkelompok
dalam lima orang.
tenda/saung

Pembagian tugasnya adalah satu orang menunggu di

dengan

boks

styrofoamnya,

dua

orang

memegang

petromak/senter bertugas memberikan penerangan dan mencari gerombolan


elver, dua orang lagi memegang waring bertugas menangkap elver yang
muncul. Mereka masuk ke sungai mencari gerombolan elver pada kedalaman
air yang masih terjangkau, menangkap dengan waring/seser, memasukkannya

ke dalam koja, dan selanjutnya membawa dan memasukkannya ke boks


styrofoam.

Setelah cukup atau berakhir waktu penangkapan (fajar mulai

menyingsing atau setelah sudah tidak ditemukan lagi elver yang muncul),
mereka membawanya ke tempat penampungan mereka atau ke pengumpul.

E.

Usaha menjaga kelestarian ketersediaan benih


Dari kondisi bahwa ketersediaan benih sidat dari alam terus menurun baik
di Indonesia maupun di negara-negara lain, maka diperlukan upaya-upaya
untuk melestarikan atau memulihkan kembali sumberdaya benih sidat di alam.
Di negara kita, salah satu upaya untuk itu adalah adanya pelarangan ekspor
benih sidat.

Di Eropa,upaya perlindungan suberdaya sidat di sana adalah

sebagai berikut :
1) Larangan menangkap sidat dalam wilayah tertentu dan ditempat-tempat
ruaya sidat untuk tahapan perkembangan.
2) Menentukan jumlah tangkapan yagn diperbolehkan, baik volume dan
ukuran yang boleh ditangkap dan didaratkan.
3) Membangun kembali habitat sidat.
4) Mendukung tindakan teknis, seperti bantuan konstruksi agar sidat dapat
naik ke sungai.
5) Perlu menentukan wilayah dan musim yang tidak boleh menangkap.
6) Menerbitkan ijin khusus bagi penangkap sidat.
7) Mendukung dan memperkuat stok sidat melalui restocking.

III.4.2. PERAWATAN GLASS EEL


A. Kolam penampungan
Di tempat

penampungan

sementara

baik

milik

penangkap

atau

pengumpul, diperlukan beberapa kolam untuk penampungan dan perawatan


elver hingga dikirim ke pembudidaya. Kolam penampungan cukup sederhana,
bisa terbuat dari tembok atau terpal dengan ukuran panjang +/- 2 m, lebar +/- 1
m, dan kedalaman +/- 30 cm. Peneduh/atap diperlukan untuk menghindari
terkena hujan dan papan sinar Matahari.
Air sebaiknya berkualitas baik dan jernih, bisa dari mata air, air saluran
ataupun air sumur. Bila sistim air diam, perlu dilakukan perganian air setiap
hari. Peralatan lain yang diperlukan adalah :
o aerator lengkap dengan slang dan batu aerasi;
o peralatan sipon seperti slang, baskom, dan saringan; dan
o timbangan
Selain itu, diperlukan ketersediaan garam untuk membuat

air

penampungan pada salinitas +/- 5 ppt atau kurang lebih sama dengan salinitas
air muara sungai dimana dilakukan penangkapan.

B.

Perawatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan elver di
penampungan meliputi :
a) Kolam harus benar-benar bersih sebelum digunakan;
b) Air sebaiknya dengan salinitas +/- 5 ppt dengan ketinggian ari +/- 20 cm;
c) Padat tebar tidak boleh terlalu tinggi, karena beresiko melemahnya elver
hingga kondisinya atau kualitasnya tidak baik. Padat tebar yang disarankan
maksimal adalah sebanyak 10 ekor/liter air. Jadi kalau bak penampungan
berukuran 1m x 2 m dan diisi air 20 cm, maka jumlah elver yang
dimasukkan maksimal adalah sebanyak 4.000 ekor.
d) Jangan lupa diaerasi guna menambah oksigen;
e) Bila lama penampungan lebih dari dua hari, sebaiknya diberi pakan berupa
cacing tubifex, dengan cara disebar merata;
f) Secara rutin dilakukan pergantian air (untuk sistim air diam) dengan cara
disipon.

IV.

RANGKUMAN

Ikan sidat merupakan salah satu komoditas budidaya yang potensial diusahakan
karena tersdia benih, sumberdaya alam mendukung, dan pasaran terbuka luas dengan
harga cukup mahal., Ikan ini sekilas mirip dengan belut yaitu berbentuk bulat
memanjang dengan warna kurang lebih sama, dengan perbedaan nyata adanya sirip
dada (pectoral fin) dan sirip punggung-anal dan ekor menyatu membentuk pita lembut.
Ikan sidat termasuk golongan katadromus; bertelur di laut dalam, larvanya menuju ke
perairan tawar dengan menempuh perjalanan panjang hingga mencapai muara pada
stadia glass eel, terus naik dan dewasa di perairan tawar. Setelah mau memijah, ikan
ini kembali ke laut dan melakukan tugas regenerasinya.
Ketersediaan benih ikan sidat untuk budidaya mulai menurun karena beberapa
sebab, antara lain oleh penangkapan galss eel untuk makanan, terhalangnya elver
eruaya ke hulu oleh struktur bangunan irigasi, dan belum berhasilnya produksi benih
dari budidaya.
Sifat makan ikan ini adalah omnivora sewaktu kecil dan karnivora pada ukuran
dewasa. Meski sebagai ikan karnivora diperlukan pakan berbasis daging/ikan, namun
demikian dengan ditemukannya pakan formula khususnya dalam bentuk pelet,
perkembangan budidaya ikan ini menjadi semakin terbuka.

Sidat adalah ikan yang

ketika dewasa hidup di air tawar, namun setelah matang gonad akan pindah ke laut
dalam untuk memijah. Sidat mampu hidup dalam kadar garam yang berbeda.
Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang. Memiliki kepala, perut, dan ekor.
Sidat bersifat omnivora saat kecil dan bersifat karnivora saat dewasa. Potensi pasar
untuk bisnis sidat sangat terbuka baik domestik maupun luar negeri. Potensi budidaya
juga sangat menunjang, selain masih sedikitnya jumlah pembudidaya sidat di
Indonesia, teknologi budidaya, faktor sumber daya alam di Indonesia juga sangat
mendukung untuk budidaya sidat.
Dalam memulai budiddaya sidat, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah lahan,
air yang diperlukan dalam proses budidaya, jenis tanah yang baik, fasilitas yang
diperlukan selama proses pemeliharaan, benih sidat, dan pakan tambahan.Lokasi
budidaya yang baik adalah dekat dengan sumber air, kualitas airnya baik dan tidak
tercemar oleh limbah industri dan logam berat, air mengalir secara kontinu sepanjang
tahun, Jenis tanahnya baik dan tidak porous.Luas lahan sesuai dengan skala usaha.
Pakan tambahanadalah pakan yang berasal dari luar media pemeliharaan yang bias a
diberikan dan dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Beberapa jenis pakan misalnya
cacing sutra, bekicot, ikan rucah, cacing tanah, daging keong mas dan keong racun.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. WATER QUALITY MANAGEMENT FOR POND CULTURE.


Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam Oxford - NY. 318 hal.

Haeru, Tb. R. 2007. HAMA DAN PENYAKIT IKAN; Pengenalan Penyakit Infeksi
dan Non Infeksi, Teknik Pengambilan Sample, Teknik Pencegahan dan
Pengobatan. Modul Pelatihan Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Kegiatan
Pendampingan pad Kelompok Pembudidaya Tangerang. Jakarta 2007.
Pondoc General. 20/11/2011. FIN ROT. How to Recognize, Treat and Prevent in
Your Koi or Goldfish Pond.
Sasongko, A., Joko Purwanto, Siti Muminah, Usni Arie. 2007. SIDAT. Panduan
Agribisnis, Penangkapan, Pendederan, dan Pembesaran.
Wheaton, F.W.
1977.
AQUACULTURAL ENGINEERING.

A Wiley and

Interscience Publications, John Wiley & Sons. NY Chichester Brisbane


Toronto. 108 hal.
. www.freshmarine.com. 18/11/2011. Treating Fish wiith Swollen Abdomen.
www.allfishingbuy.com. 18/11/2011. American Eel Fish Identification, Habitats,
Characteristics,Fishing Methods.
www.informedfarmers.com. 18/11/2011.

Aquaculture Production Survey Eel

Culture. INFORMED FARMERS. Quality Informatiuon for Busy Farmers.


www.wikipedia.com. Whitty, J. 2011. The Great Eel Question.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR GAMBAR

.. ii

DAFTAR ISI ... iii


I.Pendahuluan

II.Tinjauan Pustaka 3
II.1. Klasifikasi

. 3

II.2. Morfologi dan anatomi

. 3

II.3. Habitat dan siklus hidup

. 5

II.4. Makanan
III.Pembahasan

. 6

. 7

III.1. Persyaratan Lokasi


III.2. Fasilitas

. 7

10

III.3. Sarana Budidaya

14

III.4. Penyediaan Benih

15

IV.Rangkuman

19

DAFTAR PUSTAKA 20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Ikan sidat (Anguilla sp). Bentuk dan sirip (kiri),
dan mulut (kanan).

Gambar 2.Ruaya dan ukuran glass eels (atas), dan sebagian


perkembangan stadia sidat.

. 5

Gambar 3.Struktur tanah. Kiri, segi tiga struktur tanah :


Sisi kiri liat; sisi kanan debu, sisi bawah pasir. Kanan,

pilinan tanah yang tidak retak/hancur setelah kering. . 10


Gambar 3.Bentuk kolam Pendederan 1 (indoor)

... 11

Gambar 4. Bentuk kolam pembesaran. ... 12


Gambar 5.Peralatan aerasi. Kincir (atas), dan blower (bawah) .... 13
Gambar 6. Beberapa jenis pakan tambahan untuk sidat.
Gambar 7.Contoh pupuk dan obat-obatan.

.. 14

. .14

Anda mungkin juga menyukai