Anda di halaman 1dari 41

PEMBENIHAN UDANG GALAH

 PERSYARATAN LOKASI
 Sumber Air Laut
Sumber air laut yang dipergunakan untuk pembenihan harus bersih dan
jernih sepanjang tahun. Lokasi juga harus jauh dari buangan sampah
pertanian dan industri. Persyaratan teknis kimia dan fisika yang memenuhi
syarat adalah sebagai berikut :
Suhu : 29-31° C
CO2 : < 25 ppm
O2 : 6.6-8 ppm
pH : 6.6 – 9.0
Kekeruhan < 400 ppm
Kesadahan > 40 ppm dan < 100 ppm
Nitrit (NO2) < 0.5 ppm
Amoniak (NH3) < 0.5 ppm
H2S < 0.1 ppm
Salinitas > 5 ppm.
 Sumber Air Tawar
Air tawar dibutuhkan untuk menurunkan salinitas air laut yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu air tawar juga
digunakan untuk mencuci bak dan peralatan pembenihan
lainnya agar tidak mudah berkarat
 Sumber Listrik
Listrik sangat penting sebagai sumber tenaga untuk
menjalankan peralatan pembenihan seperti blower, pompa air
dan sistim penunjang lainnya. Pemasangan generator mutlak
diperlukan terutama untuk daerah yang sering tejadi
pemadaman aliran listrik.
 Topography
Lokasi pembenihan harus terletak pada daerah bebas banjir,
ombak dan pasang laut. Lokasi tersebut juga harus terdiri dari
tanah yang padat/kompak, tanah dasar haruslah dipilih yang
cukup stabil, misalnya menghindari bekas timbunan sampah
agar kekuatan bak terjamin
 FASILITAS DAN DISAIN UDANG GALAH
 Fasilitas
Fasilitas yang bak penampungan air laut, bak penampungan air
tawar, bak pemeliharaan induk, bak pemeliharaan larva dan bak
penetasan artemia, aerator/blower dan perlengkapannya serta
peralatan lapangan sebagai penunjangnya.
 Pompa
Pompa diperlukan untuk mendapatkan air laut maupun air tawar. Apabila
air laut relatif bersih dapat langsung dipompakan ke bak penyaringan dan
disimpan dalam bak penampungan air. Jika sumber air laut relatif keruh
dan banyak mengandung partikel lumpur, maka air laut di sedimentasikan
dalam bak pengendapan, selanjutnya bagian permukaan air yang relatif
jernih di pompa ke bak penyarngan, spesifikasi pompa hendaknya dipilih
dengan baik karena ukuran pompa tergantung pada jumlah air yang
diperlukan persatuan waktu, disarankan untuk HSRT dengan kapasitas 3
bak pemeliharaan larva masing-masing dengan kapasitas 10 m³air, ukuran
pompa 1,5 inci.
 Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut
Bak penampungan air dibangun pada ketinggian
sedemikian rupa sehingga air dapat didistribusikan
secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana
lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih).
 Bak terbuat dari semen dan sebaiknya volume bak
minimal sama dengan volume bak pemeliharaan
larva. Bila tidak ada bak penampungan khusus
dapat mengunakan bak pemeliharaan larva yang
difungsikan sebagai bak penampungan air,
kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa
submarsibel
 Bak Pemeliharaan larva
Bak pemeliharaan larva dapat terbuat dari semen, fiber glass atau
konstruksi kayu yang dilapisi plastik.
 Ukuran bak dapat dibuat sesuai dengan kemampuan dan target produksi
yang ingin dicapai, tetapi disarankan kapasitas/volumenya minimal 10
m³karena bak dengan volume yang lebih kecil stabilitas suhunya kurang
terjamin. Tinggi bak antara 1,2 - 1,5 m, bak yang terlalu tinggi akan
meyulitkan dalam pengelolaan sehari-hari.
 Bentuk bak bisa bulat atau segi empat. Tergantung besarnya dana dan
selera. Yang harus diperhatikan dalam hal bentuk dan ukuran bak adalah
tidak menyulitkan dalam pengelolaan sehari-hari juga memudahkan
sirkulasi air. Bak dengan bentuk bulat, saluran pembuangannya terletak
di tengah dengan dasar miring (kemiringan 5%) ke tengah (ke saluran
pembuangan). Pada saluran pembuangan dapat dipasang pipa tegak
untuk mengatur dan mengontrol ketinggian air (Gambar 1).
 Gambar 1. Desain bak pemeliharaan larva bentuk
bulat
 Bak segi empat sebaiknya berbentuk memanjang untuk
memudahkan pergantian air dan pada sudut-sudutnya tidak boleh
mempunyai sudut mati (sudut yang tajam). Sudut yang tajam
akan meyebabkan sirkulasi air tidak sempurna sehingga sisa
metabolit dan kotoran lain terkumpul pada sudut bak, disamping
itu sudut yang tajam juga akan menyulitkan dalam pembersihan
bak.
 Pada bak dalam bentuk segi empat saluran pemasukan dan
pembuangan air diletakkan pada sisi yang berlawanan, pada
saluran pembuangan dapat dipasang pipa tegak (pipa goyang)
untuk mengatur dan mengontrol ketinggian air. Dasar bak dibuat
miring dengan kemiringan 5% agar memudahkan dalam
pembersihan bak. Selain itu dinding dan dasar bak harus halus
agar tidak mudah ditempeli kotoran, jamur dan parasit serta tidak
 menyulitkan dalam pembersihan bak.

 Gambar 2. Bak pembuangan


Untuk keperluan pemanenan benih, baik pada bak bentuk bulat maupun
bentuk segi empat pada ujung saluran pembuangannya dilengkapi
dengan bak berukuran kecil untuk menampung benih yang akan dipanen.
 Bak pemeliharaan larva memerlukan penutup di atasnya untuk
mencegah masuknya kotoran dan benda asing yang tidak dikehendaki
serta melindungi bak pemeliharaan dari air hujan. Tutup bak dapat
terbuat dari plastik dan sebaiknya berwarna gelap untuk melindungi
air/media pemeliharaan larva dari penyinaran matahari yang berlebihan,
sehingga mencegah terjadinya blooming plankton pada medium air
pemeliharaan larva. Selain itu penutup bak juga dapat mencegah
terjadinya fluktuasi suhu yang terlalu tinggi serta dapat menaikkan suhu
pada bak pemeliharaan larva.
 Terdapat beberapa metode pembenihan udang galah,namun yang akan
diuraikan disi adalah metode Ling dan metode Balai Balai Benih Udang
(BBUG) yang relatif sudah dikenal secara umum dan biayanya murah.
Dalam satu unit tempat pembenihan udang galah (hatchery):
1. kolam untuk pemeliharaan induk,
2. bak penetasan,
3. bak pemeliharaan lava,
4. bak penampung udang muda (juvenille),
5. bak filter,
6. saringan,
7. wadah-wadah kecil seperti ember, baskom, pipa plastik, batu akuarium.
Kolam induk adalah kolam biasa yang berukuran 1000 m² dengan
kedalaman 1-1,5 m, dalam kolam ini dapat dipelihara 100ekor induk
udang. Air yang digunakan adalah air tawar. Induk yang dipelihara disini
diberi makanan tambahan seperti cacahan daging ikan, siput, dengan
dosis 5% dari berat badan
 Ciri-ciri Biologis
 termasuk dalam famili Palamonidae, udang galah mempunyai
badan yang terdiri atas bagian kepala dan dada (cephalotorax),
badan (abdomen), dan ekor (uropoda). Kulit keras membungkus
area cephalotorax dengan rostrum atau tonjolan karapas
bergerigi yang terletak di area kepala. Rostrum pada bagian atas
berjumlah 11-13 buah dan bagian bawah berjumlah 8-14 buah.
 Udang jantan mempunyai kaki jalan yang tumbuh dengan
ukuran yang cukup besar dan panjang. Panjang pasangan kaki
tersebut bisa mencapai 1,5 kali panjang badan udang galah itu
sendiri. Pasangan kaki jalan ini bisa digunakan sebagai
pembanding antara udang galah betina dan jantan karena ukuran
kaki jalan udang galah betina relatif lebih pendek dan kecil.
 Seleksi Induk Udang Galah
 beberapa persyaratan, umur antara 8-20 bulan.
Induk betina bobot minimal 40 gram, induk
jantan bobot minimal 50 gram.
 Induk udah galah harus dipilih dari udang
galah yang sudah matang telur paling tidak
dua kali dengan jumlah telur yang dihasilkan
cukup banyak. badan yang bersih dan bebas
dari berbagai kotoran termasuk parasit. tipe
pertumbuhan yang cepat.
 Perawatan Indukan
 Induk jantan dan betina harus dipelihara di tempat
terpisah. Tempat pemeliharaan udang galah
indukan berupa bak atau kolam perawatan yang
terbuat dari beton dengan kedalaman 80-100 cm.
Kepadatan dalam setiap meter perseginya hanya
empat ekor.
pemberian pakan berupa pelet sebanyak 5% dari
berat udang galah. Pelet yang dipilih mengandung
30% protein.
 Pemijahan
 Udang galah secara alami siap memijah sepanjang tahun dan
biasanya terjadi pada malam hari.
 Udang galah yang siap pijah terlihat dari warna merah oranye gonad
yang menyebar ke seluruh bagian hingga bagian cephalotorax.
 Pemijahan biasanya diawali dengan pergantian kulit pada udang
galah betina. Proses perkawinan induk baru dimulai saat udang galah
betina sudah kembali ke keadaan semula.
 Proses pemijahan dilakukan dalam kolam pemijahan dari tanah, bak
beton, maupun akuarium dengan kepadatan empat ekor setiap meter
perseginya dengan komposisi jantan dan betina 1:3.
Selama proses ini diberikan pakan pelet yang mengandung 30%
protein dan jumlah pakan yang diberikan sejumlah 5% dari berat
udang galah., dengan frekuensi empat kali sehari.
 Penetasan
 Proses penyortiran induk dilakuan dengan memilih induk
yang memiliki telur berwarna abu-abu dan kemudian diberi
perlakuan dengan merendam induk tersebut ke dalam larutan
Methylene Blue dengan ukuran 1,5 mg per liter selama 25
menit.
 Dalam proses penetasan telur udang galah, kolam penetasan
dan pemeliharaan diisi dengan air payau dengan salinitas 3-5
ppt.
 Untuk setiap bak dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 meter persegi, 25
ekor induk dimasukkan. Agar kulitas air terjaga, makanan
yang diberikan berupa potongan kecil kentang, ubi, atau
singkong. Telur akan menetas setelah 6-12 jam dengan suhu
yang dijaga pada 28-30°C.
 Perawatan Larva
 Larva udang galah dipelihara dalam bak bulat. Ukuran
pakan harus disesuaikan dengan ukuran mulut larva. Pada
hari ketiga setelah menetas, Nauplii artemia diberikan
sebagai pakan setiap tiga jam. Pada fase ini, salinitas air
dijaga pada level 10-12 ppt dan 25-50% air diganti setiap
harinya. Sebelumnya, media ini harus dibersihkan dengan
disiphon.
 Larva tersebut akan berkembang menjadi juvenil atau
juwana. Pada fase ini, salinitas air diturunkan hingga 0
ppt secara bertahap. Setelah menjadi juwana, udang galah
bisa dipindahkan dari kakaban ke kolam pembesaran.
 Ada dua metode pembenihan yang dapat anda lakuakn diantaranya :
A. Metode Ling
a. Sediakan bak semen berukuran panjang 2-3 m, lebar 0,5-0,7 m
dan tinggi 0,25 m. Dasar bak dibuat miring ke arah pipa
pembuangan air. Pada ujung sebelah dalam dari pipa ini terdapat
kotakan kecil sebagai tempat panen.

 b. Air yang digunakan harus disaring terlebih dahulu. Kalau


menggunakan air ledeng harus dibiarkan dahulu selama tiga malam.
Demikian pula dengan air laut yang akan dicampur harus disaring
lebih dahulu. Dalamnya air bak berkisar antara 16-20 cm.

 c. PH berkisar antara 7-8 dan kadar garamnya antara 12-14 ppt.


 d. Selama pembenihan air dalam bak harus terus menerus
diaerasi dengan menggunakan pompa air akuarium atau
kompresor. Ini tergantung kepada besarnya bak dan
kebutuhan. Kemudian agar aerasi berjalan baik digunakan
batu akuarium.

 e. Bak penetasan telur larva dipisahkan. Induk yang siap


menetaskan telurnya ditampung terpisah. Untuk keperluan
ini diperlukan sebuah akuarium bervolume 60 Liter yang
dapat menampung seekor induk. Telur yang akan menetas
berwarna keabu-abuan. Jika indikasi itu terlihat, induk
harus segera ditempatkan di bak penetasan.
 f. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke dalam bak
pemeliharaan larva dengan cara sebagai berikut: bak penetasan
ditutup dengan kain hitam, kemudian di salahsatu ujungnya
dibiarkan terbuka. Dengan cara ii, larva yang mempunyai sifat
tertarik akan cahaya akan berkumpul di bagian terbuka.
Kemudian dengan menggunakan cawan, larva itu diambil. Jika
ada larva yang tertinggal dapat diambil dengan jala shipon.

 g. Selanjutnya larva tersebut dipindahkan ke dalam bak


perawatan yang telah disiapkan sebelumnya. Bak ini berisi air
sekitar 2/3nya dan mempunyai kandungan garam (salinitas) yang
sama dengan air di bak penetasan yaitu sekitar 12-14 ppt.
 h. Larva yang baru menetas masih
mengandung kuning telur (eggyolk) sehingga
belum perlu diberi pakan. Namun, setelah
berumur 2-3 hari ketika kuning telur itu habis,
pakan segera diberikan. Pakannya adalah
berupa makanan hidup berupa makanan hidup
yaitu nauplius dari artemia. Makanan hidup ini
dijual dalam bentuk telur beku yang akan
menetas dalam air yang mempunyai
kandungan garam (salinitas) 30-40%o
 i. Disamping pakan hidup dapat pula diberikan pakan tambahan
lainnya. Namun syaratnya pakan tambahan :
 Harus bersih dan segar. Besar butirannya harus lolos dari
saringan bermata jala 25 per cm bagi larva yang berumur 2-4 hari,
 20 mata jala per cm bagi larva 5-10 hari,
 12 mata jala per cm bagi yang berumur 11-20 hari,
 dan 17 mata jala per cm bagi larva yang berumur > 20 hari.

  Makanan tersebut diberikan 3 kali per hari pada waktu siang


hari 5 hari pertama.
 4 kali per hari pada siang hari selama 10 hari berikutnya, dan
 4 kali pada siang hari ditambah satu kali pada malam dan hari-
hari selanjutnya.
 j. pemberian pakan sebaiknya dilakukan dengan mengumpulkan larva udang
galah dahulu. Caranya dengan menutup bak pemeliharaan, kemudian
membiarkan sebagian ujungnya terbuka. Dengan melihat cahaya matahari larva
akan berkumpul, baru kemudian diberikan pakan. Pakan diberikan dengan
menggunakan alat pipet obat secara perlahan – lahan. Usahakan pakan agar
melayang-layang, halitu dapat dilakukan dengan aerasi.

 k. Dalam bak pemeliharaan harus diusahakan kandungan garamnya (salinitas)


tetap, tidak boleh ada penurunan. Kecuali itu larva udang galah sangat sensitif
dengan bau nikotin, karena itu jangan merokok dekat bak pemeliharaan.

 l. Makanan harus senantiasa terjaga. Hal itu untuk mencegah kanibalisme


diantara mereka.

 m. Larva udang galah yang telah mencapai stadia akhir,(juvenille) dicirikan


dengan perilaku yang melompat-lompat dan menempel pada dinding bak. Untuk
mencegahnya bak ditutup dengan kain bolong atau daun kelapa (Ling, 1960).
 2. Metode Balai Benih Udang Galah (BBUG)

 a. Siapkan air algae (green water) dalam bak khusus. Air algae
dibuat dengan air payau (air yang berkadar garam/salinitas 10-15
ppt) ditambah dengan 100 gram kotoran ayam, 100 gram urea, dan
10 gram TSP per m³ air, kemudian dibiarkan terkena sinar matahari.
Setelah 5 hari tumbuh jadi renik atau plankton, sehingga air akan
berwarna kehijau-hijauan.

 b. Bak penetasan diisi dengan air payau yang berkadar garam 1-3
ppm. Kemudian memasukan induk udang galah yang telah
mengandung telur dan berwarna keabu-abuan. Selama penetasan,
pompa dipasang terus menerus dalam waktu 1-2 hari telur akan
menetas.
 c. Setelah menetas induk udang galah
dipindahkan ke kolam, dan larva udang galah
dipindahkan kedalam bak pemeliharaan larva
yang berisi air payau dengan kadar garam
(salinitas) 5ppt. Pemindahan ini dilakukan
paling lambat 4 hari setelah menetas.
 Selang 2-3 hari kadar garamnya ditingkatkan
secara berturut-turut menjadi 1,8,9,10,12
sampai maksimal 15 ppt.

d. Pada hari ke-7 air algae dimasukan kedalam bak pemeliharaan
dengan perbandingan 3:1 sampai 4:1. Artinya 3 atau 4 liter air
algae dimasukan kedalam 1 liter air payau.
e. Dalam metode (BBUG) ini, pakan yang diberikan adalah
hancuran daging ikan. Ikan yang masih segar, telur ikan tawes dan
nauplius artemia yang diberikan 2-3 hari setelah penetasan.
Disamping pakan tersebut, perlu juga diberikan pakan lainnya yang
terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
Tepung terigu : 250 gram
Ragi : 1 sendok teh
Tepung susu (full cream) : 25 gram
Telur itik : 1 butir
Vitamin A dan D : 25 butir kapsul
Vitamin C : 20 butir
Vitamin B komplek : 25 butir
  Bahan-bahan tersebut ditambah dengan ½ gelas (100cc) air tawar
bersih, kemudiandibuat adonan, dikukus dan dikeringkan.pakan buatan ini
diberikan setiap hari dengan selang waktu 2-3 jam. sebelum diberikan
pakan ini harus direndam dulu dalam air.

 f. sisa-sisa makanan dibersihkan tiap hari dengan menshipon, kemudian


untuk mencegah terbaeanya larva sewaktu pembersihan, siphoning harus
dilaksanakan secara hati-hati.

 g. Selanjutnya lakukan penggantian air dalam bak pemeliharaan larva


paling sedikit seminggu sekali dengan kondisi air yang sama, sampai larva
mencapai tahap stadia akhir (juvenille) ( Departemen Pertanian,1979).

 Dari kedua metode tersebut terlihat peranan kandungan kadar garam


(salinitas) terutama untuk menyediakan air payau sebagai media bagi
tumbuhnya larva udang galah sangat penting.
 Adapun tahapan yang dilakukan dalam pembenihan adalah
 1. Seleksi Induk Beberapa persyaratan induk : • Ukuran induk
betina diatas 40 gr dan jantan diatas 50 gr • Jumlah telur cukup
banyak • Badan bersih baik dari kotoran maupun organisme
yang bersifat parasit • Umur induk antara 8-20 bulan • Memilih
induk yang sudah matang telur untuk yang kedua kali dan
seterusnya • Berasal dari udang yang pertumbuhannya cepat
 2. Pemeliharaan induk Induk dipelihara di kolam dengan
kepadatan 4 ekor/m2, diberi pakan berupa pelet dengan
kandungan protein 30% sebanyak 5% dari berat tubuh. Pada
pemeliharaan induk ini, induk jantan dan betina sebaiknya
dipelihara secara terpisah, baik di kolam maupun di bak beton
dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran dengan
kedalaman 80-100 cm.
 3. Pemijahan Udang galah memijah sepanjang tahun,
biasanya terjadi pada malam hari. Udang galah yang siap
pijah dapat dilihat dari gonadnya dengan warna merah
orange yang menyepar keseluruh bagian gonad sampai ke
Cephalothorax. Sebelum terjadi pemijahan udang betina
terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada
kondisi ini udang lemah, setelah pulih kembali terjadilah
pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di kolam tanah,
akuarium, bak beton atau fibreglass dengan padat tebar 4
ekor/m2. Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Selama
proses pemijahan induk diberi pakan pelet dengan
kandungan protein 30% sebanyak 5% per hari dari berat
biomass dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari,
lama pemijahan 21 hari
4. Penetasan Telur
 Setelah dilakukan pemijahan seiama 21 hari, induk diseleksi

yang matang telur dengan warna telur abu-abu. Induk


tersebut diberi perlakuan dengan larutan Malachite green
sebanyak 1,5 mg/liter, dengan cara perendaman selama 25
menit.
 Bak penetasan yang digunakan berukuran (1 x1

x0,5)m3dengan media air payau bersalinitas 3-5 ppt, padat


penebaran induk 25 ekor per bak. Selama penetasan telur,
induk diberi makanan berupa ketela rambat, singkong atau
kentang dipotong-potong kecil. Hal ini untuk menghindari
dampak negatif kualitas air. Pada suhu 28-30°C telur akan
menetas dalam waktu 6 – 12 jam.
.
5. Pemeliharaan larva Pemeliharaan larva udang galah
dilakukan pada bak bulat atau Conicle tank dari
fibreglass.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
tersebut antara lain kualitas air dan pemberian pakan.
Ukuran pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut
larva. Pada hari ketiga setelah menetas diberi pakan
nauplii “Artemia” dengan frekuensi 3 jam sekali
kemudian pada hari kesebelas diberi pakan Artemia
diselingi pakan buatan sampai menjadi post larva
dengan frekuensi pemberian pakan tiga jam sekali
 Pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 25- 50% sebelumnya
kotoran dibersihkan dengan cara disipon, salinitas media pemeliharaar
larva dipertahankan 10-12 ppt. Setelah menjadi juvenil salinitas media
diturunkaa secara bertahap menjadi 0 ppt kemudian juvenil siap
dipasarkan atau ditebar ke kolam untuk dibesarkan sampai ukuran
konsumsi.
 PENYAKIT
Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan
pembenihan udang galah.. Penyakit yang biasa timbul adalah penyakit
bakterial yangberupa Vibro sp. dengan ditandai semacam stress,
Fluorisensi pada larva yang mati dan terjadi kematian massal dalam
waktu yang singkat. Untuk mencegah terjadinya serangan bakterial
perlu adanya “Chlorinisasi” media dan pengeringan fasilitas selama 7
hari, jika sudah terserang pengobatannya menggunakan Furozolidone
dengan dosis 11-13 ppm, dengan cara perendaman selama 3 hari.
 Daur hidup udang galah dimulai dari telur – telur yang sudah
dibuahi dan dierami dalam tubuh induknya slama 12 – 19 hari dan
menetas menjadi larva.
  Larva yang baru menetas ini memerlukan air payau sebagai tempat
kehidupannya apabila tidak berada di lingkungan air payau selama
3 – 5 hari semenjak ia menetas maka larva tersebut akan mati
Masalah Produksi Udang Galah Dalam budidaya udang galah
ditemukan berbagai permasalahan antara lain:
1. Teknis Budidaya Berbeda dengan memelihara ikan,
pemeliharaan udang galah memerlukan lingkungan yang
spesifik untuk tempat hidupnya. Kolam perlu didisain dengan
dasar dan sedimen yang cocok dan sehat karena udang galah
adalah hewan yang merangkak di dasar habitatnya.
Kedalaman air, pemberian shelter tempat berlindung udang,
sarana caren di dasar kolam, sirkulasi air masuk-keluar harus
mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan produksi dan
kemudahan dalam pemeliharaan.
Pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, ukuran dan waktu
pemberian seringkali kurang mendapat perhatian khusus dan
akibatnya produksi udang tidak sesuai dengan perkiraan
sebelumnya
Tahap persiapan kolam dan pemupukan berkala
selama pemeliharaan akan sangat membantu dalam
efisiensi pemberian pakan, kestabilan kualitas air dan
kompetisi dari hewan air lainnya.
Pembudidaya udang galah pemula biasanya menghadapi masalah dalam
menentukan waktu panen, menetapkan ukuran udang yang sesuai dengan
permintaan pasar, dan mengemas udang pasca panen dengan baik.
Terdapat beberapa hal pada saat panen yang harus dihindari agar tidak
merugikan pembudidaya, antara lain:
1. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam secara total, karena
udang yang masih kecil ikut terpanen dan air yang telah kaya dengan
organisme dan mineral terbuang percuma.
2. Panen selektif dengan menggunakan jaring hapa dilakukan tanpa
mengeringkan kolam, karena yang tertangkap adalah udang dengan
ukuran tertentu. Kerugian yang muncul dengan sistem ini adalah banyak
membutuhkan tenaga kerja dan ikan predator tidak dapat dibersihkan
dari kolam.
 3. Udang galah hasil panen dicampur dengan udang galah yang sedang
molting. Udang campuran tersebut mudah rusak sehingga tidak laku
dijual ke pengepul. Akibatnya, udang tersebut harus dijual ke konsumen
akhir dengan harga yang lebih murah.
2. Variasi Pertumbuhan Tinggi Udang galah mempunyai
kekhasan dalam variasi tumbuhnya. Dominasi udang galah
yang cepat tumbuh terhadap yang lambat tumbuh
merupakan penghambat dalam mengejar produktivitas
udang yang akan dipanen. Teknologi seleksi udang pada
ukuran tokolan merupakan satu pilihan untuk menghindari
masalah tersebut. Udang yang cepat tumbuh dipelihara
terpisah dengan udang yang lambat tumbuhnya, sehingga
efisiensi pemberian pakan dapat terwujud dan pertumbuhan
dapat lebih cepat.
 3. Keterbatasan Benih Udang Galah Jaminan pasokan benih
yang lancar dan cukup merupakan masalah utama yang
sering dihadapi petani. Hal ini terjadi karena kurangnya
hatchery dan cara pengoperasionalnya yang belum optimal
sebagai akibat keterbatasan indu
Sebagai gambaran pada tahun 2001, permintaan benur
udang galah mencapai sekitar 5.000.000 ekor,
sementara kapasitas produksi dari hatchery yang ada
hanya berkisar 700.000 – 1.000.000 ekor per bulan.
Lokasi pemeliharaan udang galah yang jauh dari
hatchery merupakan masalah turunan selanjutnya.
Konsekuensi dari kedua masalah itu adalah tambahan
biaya produksi bagi petani. Kerjasama antar hatchery
dan petani pentokolan dan pembesaran perlu
digalakkan sehingga permasalahan penyediaan pasokan
benih dari hatchery dapat ditangani oleh sekelompok
petani pentokol saja. Petani pembesar akan mudah
mendapatkan benih dari petani pentokol terdekat.
4. Lokasi Budidaya Terpencar Tapi Dalam Skala Luasan Yang Kecil
Mencari lokasi pembesaran udang galah yang luas dengan kriteria
sumber air dan kualitas sedimen yang memenuhi syarat lebih sulit
dibandingkan lokasi untuk udang windu (tempat pemeliharaannya
dipinggir pantai). Lokasi budidaya udang galah yang terpusat pada suatu
lokasi yang luas akan dapat meningkatkan efisiensi usaha budidaya.
Biaya transportasi benih, transportasi pakan/pupuk dan pemakaian
tenaga akan menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan kondisi
lokasi budidaya yang terpencar di banyak tempat tapi dalam luasan yang
kecil. Disamping itu, pengelolaan akan lebih mudah dan efisien serta
jaminan produksi untuk skala pasar yang besar dapat terlayani
. 5. Belum Ada Studi Skala Usaha Optimum Sampai saat ini belum
dilakukan studi untuk skala usaha optimum bagi budidaya udang galah.
Akibatnya pembudidayaan yang dilakukan sifatnya hanya disesuaikan
dengan luas lahan. Bagi pembudidaya yang memiliki beberapa buah
kolam, besarnya keuntungan yang diperoleh tergantung pula pada
manajemen pengelolaan kolam yang dimilikinya

Anda mungkin juga menyukai