Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah Manajeman Budidaya Air Laut

“Budidaya Ikan Baronang (Siganus Sp.)”

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Subandiyono, M.App.Sc.


Kelompok 6 :
Alfiah 26020117120010
Seftika Tri Hidayati 26020117120023
Ulva Rohmawati 26020117120020
M. Billy Abiyakhsa 26020117120025
Ardian Alif Fianto 26020117120036
Afidatin Najiyah 26020117120040

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERTAS DIPONEGORO
2019
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. Gambar,Nama Latin,Ukuran dan Klasifikasi............................................1
II. METODE BUDIDAYA.................................................................................3
2.1. Wadah Budidaya Ikan Baronang..............................................................3
2.2. Padat Tebar,Ukuran Awal,Ukuran Panen, Lama
Pemeliharaan.............................................................................................5
2.3. Jenis Pakan, Feeding Frequency time dan Feeding Rate..........................6
2.4. Parameter Kualitas Air (Suhu,DO,PH,)....................................................8
2.5. Potensi Hama/Penyakit dan Kompetitor/Predator....................................8
III. AKTIVITAS RUTIN BUDIDAYA...............................................................9
3.1. Monitoring Kesehatan, Pertumbuhan dan Ukuran Ikan Boranang...........9
3.2. Feeding Method dan Teknik Budidaya Ikan Baronang ...........................9
3.3. Monitoring Kualitas Air dan Kontrol Pengendalian
Hama dan Penyakit................................................................................10
3.4. Perawatan Wadah Budidaya Ikan Baronang .........................................12
IV. MASALAH YANG SERING DIHADAPI.................................................13
4.1. Ikan (Pertumbuhan,Kualitas Ketersediaan Benih)...................................13
4.2. Pakan........................................................................................................13
4.3. Wadah......................................................................................................13
4.4. Kualitas Air..............................................................................................14
4.5.Hama dan Penyakit...................................................................................14
V. SOLUSI DALAM BUDIDAYA IKAN BARONANG...............................15
5.1. Dapat Berdasarkan Keadaan Nyata atau Referensi.................................15
VI. KESIMPULAN DAN SOLUSI ..................................................................16
6.1. Kesimpulan..............................................................................................16
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
1.1 Gambar,Nama Latin,Ukuran dan Klasifikasi
Ikan baronang merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki warna yang
menarik dan juga indah, ikan ini juga dikenal oleh banyak masyarakat dengan
nama local yang berbeda diantaranya seperti Kea-kea, biawas, dan Samadar
tergantung dengan wilayah masing – masing. Ikan baronang dapat dikenali
dengan mudah karena bentuk tubuhnya yang khas, pada bagian kepalanya
berbentuk seperti kelinci. Kadang ikan baronang disebut juga sebagai rabbitfish,
karena ikan baronang pemakan tumbuh-tumbuhan seperti rumput laut dan
ganggang laut. (Suharyanto, 2008)

Klasifikasi ikan baronang


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percoformes
Famili : Siganidae
Genus : Sigans
Spesies : S. Canaliculatus

Morfologi Ikan Baronang


Menurut Muliati et al., (2017) ikan Baronang berbentuk tubuh oval hingga
lonjong, pipih, tinggi dan ramping yang dilindungi oleh sisik yang kecil dan
memanjang. mulutnya kecil dan posisinya mulut terminal, rahangnya dilengkapi gigi-

1
gigi yang kecil dan ramping, gigi seperti pisau/pemotong, punggungnya dilengkapi
dengan duri-duri tajam yang biasanya duri tersebut tertanam didalam kulit. Duri ikan
baronang memiliki kelenjar racun pada ujung durinya dan ukuran tubuhnya dapat
mencapai panjang tubuh sampai 25cm. Selain itu, ikan baronang jantan dominan
tertangkap pada ukuran 110–120 mm dan ikan baronang betina 121–131 mm dan
132– 144 mm. (Sudarno et al., 2018)
1.2 Alasan pentingnya ikan baronang (aspek budidaya, ekonomi dll)
Menurut Suharyanto 2008, baronang merupakan salah satu jenis ikan laut yang
banyak diminati oleh konsumen karena rasa dagingnya lezat dan mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan sangat laris jika ikan baronang dijual ke restoran sea food,
hotel dan pasar ikan.Di perairan Indonesia terdapat tidak kurang dari 7 spesies ikan
baronang, yaitu Siganus javus, S. argentinzaculatus, S. vermiculatus, S. guttatus, S.
spinus, S. Rivulatus, dan S. canaliculatus. Di antara ketujuh jenis baronang tersebut
yang potensial untuk dibudidayakan adalah S. guttatus dan S. canaliculutus. Kedua
jenis ikan tersebut cepat tumbuh dan toleran terhadap kondisi berjejal dan stress.
1.3 Lokasi budidaya + alasan mengapa lokasi tsb dipilih
Ikan baronang hidup di perairan payau dan laut di daerah tropis dan sub tropis di
Samudra hindia dan pesisir barat. Salinitas terbaik untuk inkubasi telur adalah antara
10-51 ppt. Sementara itu, salinitas untuk perkembangan larva yang masih
mengandung kuning telur adalah 14-37 ppt. Ikan baronang terutama hidup disekitar
ekosistem terumbu karang yang baik. Kadang juga dapat ditemukan di daerah hutan
bakau dan pelabuhan yang sudah tercemar oleh limbah. Ikan baronang banyak
dijumpai di daerah pantai yang banyak tumbuhan lautnya, misalnya di daerah
terumbu karang yang banyak ditumbuhi lamun dan alga. (Muliati et al., 2017)

2
II. METODE BUDIDAYA
2.1. Wadah Budidaya Ikan Baronang (Siganus Sp.)
Keramba Jaring Apung adalah wadah yang cocok untuk budidaya ikan baronang.
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan
jangkar. Rakit apung berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk
segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Kurungan berfungsi sebagai
wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE).  Menurut
Fadhliani et al.,(2015) bahwa keramba jaring apung terdiri dari keragka atau rakit,
kurugan, pelampung dan jangkar. Kerangka berfungsi sebagai tempat peletakan
kurungan yang terbuat dari bahan kayu,bambu,besi bercat anti karat atau paralon.
Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh saran budidaya termasuk rumah
jaga. Kurungan berfungsi untuk memelihara ikan. Jangkar berfungsi untuk
memperkuat sarana budidaya agar tidak bergeser dan rusak ketika terkena arus , angin
ataupun gelombang. Cara pemasangan komponen keramba jaring apung adalah
sebagai berikut:
 Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Setiap unit kerangka dapat
terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4
(empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi
jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.

Gambar Kerangka Rakit

3
 Kurungan
Kurungan terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata
jaring antara 0,75-1 mm. Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk
kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung
yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke
empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. 

Gambar kurungan yang telah terpasang pada rakit


 Pelampung
Pelampung dapat mengggunakan drum plastik dengan volume 200 liter .
Untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat
degan tali Polyethelene (PE) yang berdiameter 0,8-1,0 cm.

Gambar penempatan dan pemasangan pelampung pada kerangka rakit.

4
 jangkar
Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang
terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali
kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.

Gambar pemasangan dan pengaturan jangkar


2.2. Padat Tebar,Ukuran Awal,Ukuran Panen, Lama Pemeliharaan Ikan
Padat tebar ikan dalam tiap kantong keramba jaring apung (KJA) bergantung
pada jenis ikan ,ukuran tebar, lama pemeliharaan ,ukuran panen dan tujuan
pembesaran. Secara umum ,padat tebar(stocking dencity) ikan untuk pembesaran ikan
konsumsi lebih rendah daripada untuk pembesraan ikan calon induk / induk. Benih
diperoleh dari benih alam yang sebelumnya dipelihara dalam wadah waring ukuran
2x1x1,5m3 di KJA sampai ukuran benih 60 gram (13 cm). Selama pemeliharan , ikan
diberi pakan lumut air tawar dikombinasikan dengan ikan rucah. Pemeliharaan
selanjutnya di KJA ukuran 3x3x4 m 3, sebanyak 300 ekor dengan memberikan pakan
rucah 10% dari berat tubuh ikan. Frekuensi 2 kali sehari. Penambahan vitamin C dan
multivitamin diberikan sekali seminggu dengan dosis 3 gram/ 1 kg pakan.  Jika kita
menebar benih 300 ekor dan dibudidayakan selama 6 bulan hasilnya adalah sebagai
berikut:

5
JUMLA BERAT
BULAN
H (GRAM PANJANG SR SGR
KE
(EKOR) ) (CM) (%) (%)
0 300 60 13 100.0 0
1 285 83 16.5 95.0 1.08
2 271 97.5 18 90.3 0.54
3 264 120.5 20 88.0 0.71
4 257 155 20.5 85.7 0.84
5 249 185.6 21.9 83.0 0.60
6 242 221 23 80.7 0.58
Berdasarkan tabel diatas didapatkan berat rata-rata ikan beronang di akhir
pemeliharaan adalah 221 gram dengan panjang total  23 cm dan diperoleh SR 80,7%.
Hal ini sesui pendapat Polisoc (1975) dalam Widodo (1986) bahwa ukuran panjang
total 15,0 – 16,26 di capai selama 5-6 bulan, dalam satu kilogram terdapat 5-6 ekor
(166 - 200 gram). ukuran maksimun yang dapat dicapai oleh ikan beronang 40 cm
(1.800 g)(Danakusumah,1986).

2.3. Jenis Pakan, Feeding Frequency and Time, Feeding Rate


Makanan adalah salah satu faktor yang paling penting bagi kelangsungan
hidup ikan. Ikan Baronang merupakan ikan herbivore, yang berarti bahwa ikan
herbivore merupakan ikan yang memakan bahan tumbuhan yang hidup di air atau di
dalam lumpur, misalnya alga hijau, hifa jamur, dan alga biru. Kebiasaan makan ini
sesuai dengan morfologi gigi dan saluran pencernaan ikan baronang yaitu mulut yang
berukuran kecil, usus halus panjang, dan mempunyai permukaan yang luas. Secara
umum, organisme ikan dengan morfologi demikian, mempunyai makanan utama
yakni lamun, sedangkan sebagai makanan pelengkapnya yaitu gastropoda, alga, dan
crustacea. Ikan baronang banyak dijumpai didaerah pantai yang banyak tumbuhan
lautnya, misalnya di saerah terumbu karang yang banyak ditumbuhi lamun dan alga.
Salah satu upaya untuk menjaga populasi ikan tersebut dilakukan dengan
mempelajari kebiasaan makanan (food habits). Rumput laut merupakan salah satu
makanan paling disukai oleh ikan baronang, bahkan baronang merupakan hama bagi
rumput laut. Umumnya ikan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap

6
makanan dan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia. Menurut Imanto dan
Suastika (2010), morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil,
mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang
sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang, dan mempunyai
permukaan yang luas. Ikan baronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi
kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan apa saja yang diberikanan
seperti pakan buatan.

Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering
dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian
pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Konversi pemberian
pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh
berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg. Menurut Imanto dan Suastika
(2010), frekuensi pemberian pakan untuk ikan muda dapat dilakukan lebih dari 2x
dan dapat diberikan hingga 4x/hari dengan memperhatikan pola makan ikan itu
sendiri.

Prefensi makanan yang paling banyak dimakan oleh ikan baronang dewasa
maupun juvenile adalah lamun. Ikan ini juga pada fase larva memakan plankton dan
menjadi herbivore pada saat sudah aktif mencari makan. Berdasarkan keterangan
diatas dapat diketahui betapa pentingnya peranan padang lamun sebagai daerah
pemijahan, asuhan dan daerah mencari makan berbagai jenis organisme laut
sebenarnya dapat penopang kelimpahan dan struktur komunitas larva ikan, bivalvia,
gastropoda, krustasea dan organisme laut lainnya yang berasosiasi didalamnya seperti
ikan barong. ekosistem lamun meruapakan salah satu ekosistem yang memberi
sumbangan yang sangat besar untuk menjaga kelestarian berbagai jenis organisme
laut. Semakin besar tingkat pemberian pakan yang diberikan semakin banyak pakan
yang dikonsumsi sehingga mengakibatkan pertumbuhan ikan semakin cepat. Apabila
jumlah pakan yang diberikan terlalu sedikit dapat menyebabkan lambatnya
pertumbuhan, karena energi yang diperoleh oleh benih lebih kecil daripada yang
dipergunakan untuk pemeliharaan tubuh. Menurut Muliati et al., (2017), makanan

7
yang paling banyak dimakan oleh ikan baronang dewasa maupun juvenile adalah
lamun. Penyataan ini juga mendukung hasil penelitian bahwa pada ketiga ekosistem
laut yakni mangrove, terumbu karang dan lamun, makanan yang lebih dominan
dimakan oleh ikan baronang adalah lamun.

2.4. Parameter Kualitas Air (Suhu,DO,PH,)

Parameter kualitas air dalam budidaya ikan baronang dapat diukur secara
fisika dan kimia yaitu suhu,oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH). Suhu
yang dibutuhkan dalam budidaya ikan baronang 28 – 32 0C, yang artinya masih
tergolong suhu yang normal sesuai dengan lokasi budidaya. Oksigen terlarut (DO)
untuk budidaya ikan baronang yaitu berkisar antara 6,10 – 7,67 ppm. Derajat
Keasaman (pH) Nilai pH air yang terukur berkisar antara 8,03 – 8,08. Nilai pH yang
terukur terlihat berbanding lurus mengikuti peningkatan nilai salinitas, yaitu berkisar
antara 34,00 – 36,00 ppt. Ikan baronang dapat bertoleransi terhadap perubahan
salinitas yang tinggi hingga 5% dan sangat sensitif terhadap nilai pH perairan diatas
9, sehingga kisaran nilai pH yang masih merupakan kisaran pH optimal bagi
kehidupan ikan baronang yang dimana pH perairan sangat berpengararuh oleh
dekomposisi tanah dan dasar perairan.

2.5. Potensi Hama/Penyakit dan Kompetitor/Predator


Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang adalah berupa
hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung, lingsang dan binatang
penempel. Hama tersebut dapat menyerang dan membuat kerusakan pada jaring ikan.
Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan
dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan juga
disebabkan karena pencurian oleh manusia , oleh karena itu perlu juga diwaspadai.
Menurut Mustafa et al.,(2018) bahwa penempelan hama pengganggu pada wadah
budidaya ikan keramba jaring apung dapat menyebabkan jaring tertutup sehingga
sirkulasi air menjadi tidak lancar yang berdampak kurang baik terhadap ikan yang
dibudidayakan.

8
Penyakit bakterial penting pada ikan baronang, yaitu penyakit yang
disebabkan bakteri Vibrio spp. dan Streptococcus sp. Gejala yang timbul, antara lain
nafsu makan menurun, warna tubuh menjadi lebih gelap, perdarahan (hemoragi)
multifokal pada sirip, dan mata buram/keruh serta sering kali menonjol.
Pencegahannyadegan cara melakukan penanganan sesuai prosedur, padat penebaran
yang lebih rendah, dan vaksinasi. Pengobatannya dapat dilakukan dengan
perendaman ikan sakit ke dalam larutan nitrafurazone 15 mg/l selama 2 jam atau
Chloramphenicol 5o mg/l selama 4 jam. perendaman dapat juga dengan
Supphonamide 5o mg/l selama 4 jam. Menurut Dahlia et al.,(2017) bahwa bakteri
yang memiliki genus Vibrio yang menginfeksi ikan laut pada stadia benih selain
tubuh ikan lemah juga tubuh memproduksi lendir yang berlebihan dan tingkat akut
sirip punggung dan sirip ekor geripis.

9
III. AKTIVITAS RUTIN BUDIDAYA
3.1. Monitoring kesehatan, pertumbuhan dan ukuran ikan

Kesehatan ikan dan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung
keberhasilan usaha budidaya perikanan. Pembudidaya ikan disarankan untuk selalu
memonitor kesehatan ikan budidayanya agar penyebaran penyakit budidaya
perikanan dapat diantisipasi sebelum menyebabkan kerugian. Penyakit sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan ikan baronang, karena dapat menyebabkan
gangguan pada suatu fungsi atau struktur dari organ tubuh ikan baronang baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga dapat mengakibatkan kerugian ekonomis
atau hilangnya produksi. Penyakit terjadi antara adanya hubungan tiga faktor yaitu
ikan, lingkungan dan biota. Penyakit ikan bisa disebabkan oleh bakteri, parasit dan
virus Monitoring dilakukan dengan cara pengecekan kualitas air yang ada pada
tempat budidaya ikan, Pemberian pakan yang cukup, Pencucian jaring.

Pemberian pakan kepada ikan baronang yang teratur akan mampu


meningkatkan pertumbuhan ikan. Pertumbuhan akan terjadi setiap hari dengan
pertambahan panjang tubuh dan peningkatan bobot tubuh. Pengamatan pertumbuhan
dilaksanakan sampling dengan mengambil 10 ekor ikan baronang. Sampling
dilakukan setiap sebulan sekali selama 4 bulan pemeliharaan. Parameter yang diukur
meliputi panjang dan berat ikan baronang (Suharyanto, 2008).

3.2. Feeding Method dan Teknik Budidaya Ikan Baronang

Ikan baronang adalah ikan herbivora yang hidup diperairan dangkal. Makanan
ikan baronang yaitu lamun dan alga yang ada pada perairan tersebut. Kebiasaan
makan suatu spesies ikan juga tergantung model dan ukuran mulut. Kebiasaan
makanan dan cara memakan ikan secara alami juga tidak terlepas pada lingkungan
tempat hidup ikan. bahwa ikan Baronang mampu memakan apa saja yang diberikan
seperti pakan buatan (Selviani et al., 2018).

10
Selama masa pemeliharaan induk diberi pakan dengan frekuensi 3 kali sehari
yaitu pada pukul 07.00, 12.00 dan 05.00 Wita.  Pemberian pakan menggunakan pakan
buatan dengan kadar protein 40 %.  Jumlah pakan yang diberikan adalah 3-5 % dari
biomas.  Guna menambah nutrisi pakan di lakukan pengkayaan menggunakan minyak
cumi.  Jumlah dosis yang diberikan 20 ml/kg. Cara pengkayaannya yaitu minyak
cumi dituangkan ke pakan buatan  kemudian diaduk rata dan sebagia perekatnya
diberikan kuning telur dengan perbandingan 1 butir/kg, selanjutnya dikering
anginkan.  Setelah itu disimpan dalam wadah tertutup dan dimasukkan dalam
freezer.  Selain pemberian pakan buatandiberikan pakan alami berupa rumput laut
jenis gracilaria (Hamka, 2006)

3.3. Monitoring Kualitas Air dan Kontrol Pengendalian Hama dan Penyakit
Kualitas air pada budidaya ikan baronang harus di jaga agar tetap stabil.
Peranan kualitas perairan dalam kegiatan perikanan di suatu wilayah sangat penting
untuk dijaga kestabilannya. Aktivitas pesisir dan Pulau-Pulau disekitarnya sangat
mempengaruhi dampak dari kestabilan lingkungan perairan. Terutama persediaan air
yang sangat cukup, dengan suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai(Ismail et al.
2019). Penurunan kualitas air dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas
pertumbuhan dan perkembangan ikan. Terganggunya hal tersebut dapat
mendatangkan mortalitas pada ikan dan secara langsung akan mengakibatkan
kerugian yang signifikan. Pemantauan kualitas air pada budidaya ikan beronang
meliputi parameter fisika dan parameter kimia. Parameter fisika seperti arus
pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 -40 cm/detik,
apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di
supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar
pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan
banyak keluar untuk melawan arus. Kualitas air diukur secara langsung di lapangan
dengan menggunakan YSI Pro Plus meliputi salinitas, suhu, pH, dan oksigen terlarut.
Kualitas air lainnya yang diukur langsung di lapangan adalah kecerahan dengan
menggunakan piring secchi(Mustafa et al. 2018).

11
Cara untuk meminimalisir terjadinya penyakit ialah dengan tidak
sembarangan dalam memilih lokasi budidaya. Lokasi budidaya berpengaruh dengan
kualitas air pada daerah tersebut. Pemilihan yang salah akan mengakibatkan
kemungkinan air tersebut tercemar berbagai penyakit dari muara sungai (alam). Salah
satu faktor penentu keberhasilan kegiatan marikultur adalah pemilihan lokasi yang
tepat (Mustafa et al. 2018).

3.4 Perawatan Wadah Budidaya Ikan Baronang

Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan


jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana
yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung.
Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan
kurungan bertambah berat. Cara untuk menanggulangi organisme penempel ini maka
perlu dilakukan pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit satu
bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel.
Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan
menggunakan mesin semprot jaring. jika jaring sudah banyak tertutup oleh biofouling
yang menempel, maka proses pergantian harus segera dilakukan. Proses pergantian
antara 2-3 minggu sekali(Witoko et al. 2018).

12
IV. MASALAH YANG SERING DIHADAPI
4.1. Ikan (Pertumbuhan,Kualitas Ketersediaan Benih)
Ikan baronang mampu hidup pada perairan yang bersih dan tidak ada polusi.
Namun, kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan baronang yaitu kualitas
air yang telah tercemar oleh limbah. Pengontrolan kualitas air dilakukan agar aspek -
aspek fisika dan kimia yang meliputi kecerahan, kekeruhan, suhu, salinitas, pH,
oksigen terlarut, karbon dioksida tetap terjaga dalam ambang batas yang baik untuk
budidaya ikan baronang. Pengontrolan dilakukan setiap saat agar kondisi perairan
budidaya terjaga Kegiatan industri dan permukiman masyarakat akan menghasilkan
limbah dan dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan. Salah satu limbah
industri dan sangat berbahaya adalah logam berat. Bahan pencemar ini jika berada di
atas ambang batas dalam suatu perairan dapat menimbulkan ketidakseimbangan
ekologis (Zainuri et al., 2011).

Benih ikan baronang masih mengandalkan stock dari alam, oleh karena itu
perlu dilakukan pembenihan untuk meningkatkan benih ikan baronang. Selain itu
kematian missal juga dapat terjadi karena penyakit atau faktor lain. Kendala yang
muncul adalah selalu terjadinya kematian massal dengan ciri-ciri mulut memerah,
gerak renang berputar-putar tidak normal dan ekor nampak luka terkikis seperti
dimakan parasit (Imanto dan Made, 2010).

4.2. Pakan

Pakan yang di berikan seringkali keluar dari keramba jaring apung


dikarenakan arus yang masuk terlalu besar. Pakan yang keluar akan mengakibatkan
pakan tidak di makan sehingga kita perlu memberi pakan lagi sebagai pengganti
pakan yang keluar. Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian dalam pemberian
pakan.

4.3. Wadah

Keramba jaring apung akan di tempeli oleh organisme kecil ataupun bentos
yang mengakibatkan keramba menjadi bertambah berat. Penambahan berat keramba
mengakibatkan keramba akan turun ke bawah permukaan air. Keramba yang turun
akan berdampak ikan baronang yang di budidayakan akan keluar.

13
4.4. Kualitas air

Pemilihan lokasi budidaya yang salah akan mengakibatkan kualitas air akan
berubah ubah. Kualitas air pada keramba jaring apung di laut sangat sepenuhnya
kualitas airnya mengikuti lokasi tersebut. Pertimbangan pemilihan lokasi sangat
berpengaruh besar dengan keberhasilan budidaya. Salah satu faktor penentu
keberhasilan kegiatan marikultur adalah pemilihan lokasi yang tepat (Mustafa et al.
2018).

4.5. Hama dan penyakit

Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang adalah berupa


hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat
menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama
dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta
memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia
perlu juga di waspadai. Ikan baronang sangatlah mudah terserang oleh berbagai
penyakit Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat diamati dengan tanda-
tanda sebagai seperti ada kelainan tingkah laku Ikan tidak mau makan dan kelainan
pada bentuk ikan. Cara untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya
diperlukan diagnosa gejala penyakit.

14
V. SOLUSI DALAM BUDIDAYA IKAN BARONANG
5.1. Dapat Berdasarkan Keadaan Nyata atau Referensi
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan
jaring apung adalah pengotoran atau penempelan oleh organisme penempel pada
sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung, dan pelampung.
Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan
kurungan bertambah berat. Cara menanggulangi organisme penempel ini maka perlu
dilakukan pembersihan terutama kurungan secara periodic paling sedikit 1 bulan
sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Pembersihan
kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin semprot
jaring. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas
kurungan dengan jaring serta memagar atau melingkari kurungan, selain itu gangguan
karena pencurian oleh manusia juga perlu diwaspadai.

Penanganan terhadap ikan yang sakit dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut menghentikan pemberian pakan pada ikan, mengganti pakan dengan jenis
yang lain, mengelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya
atau densitasnya rendah, bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah
bagi ikan yang lain, penambahan vitamin maupun obat-obatan akan menambah daya
tahan benih, memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat agar tidak
over dosis, dan menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri. Menurut Imanto
dan Suastika (2010), perbaikan manajemen budidaya disarankan dilakukan dengan
mengurangi tingkat kepadatan, penggunaan pellet basah (moist pellet) serta
meningkatkan frekuensi pemberian pakan diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan.

15
VI. KESIMPULAN
Ikan baronang merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki warna yang
menarik dan juga indah. Ikan baronang hidup di perairan payau dan laut di daerah
tropis dan sub tropis di Samudra hindia dan pesisir barat. Keramba Jaring Apung
adalah wadah yang cocok untuk budidaya ikan baronang. Keramba Jaring Apung
terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar. Rakit apung
berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat
dari bahan bambu atau kayu.
Padat tebar ikan dalam tiap kantong keramba jaring apung (KJA) bergantung
pada jenis ikan ,ukuran tebar, lama pemeliharaan ,ukuran panen dan tujuan
pembesaran. Secara umum ,padat tebar(stocking dencity) ikan untuk pembesaran ikan
konsumsi lebih rendah daripada untuk pembesraan ikan calon induk / induk.
Makanan adalah salah satu faktor yang paling penting bagi kelangsungan hidup ikan.
Ikan Baronang merupakan ikan herbivore, yang berarti bahwa ikan herbivore
merupakan ikan yang memakan bahan tumbuhan yang hidup di air atau di dalam
lumpur, misalnya alga hijau, hifa jamur, dan alga biru. Kebiasaan makan ini sesuai
dengan morfologi gigi dan saluran pencernaan ikan baronang yaitu mulut yang
berukuran kecil, usus halus panjang, dan mempunyai permukaan yang luas. Prefensi
makanan yang paling banyak dimakan oleh ikan baronang dewasa maupun juvenile
adalah lamun. Ikan ini juga pada fase larva memakan plankton dan menjadi herbivore
pada saat sudah aktif mencari makan.
Parameter kualitas air suhu,oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH).
Suhu yang dibutuhkan dalam budidaya ikan baronang 28 – 32 0C, yang artinya masih
tergolong suhu yang normal sesuai dengan lokasi budidaya. Oksigen terlarut (DO)
untuk budidaya ikan baronang yaitu berkisar antara 6,10 – 7,67 ppm. Derajat
Keasaman (pH) Nilai pH air yang terukur berkisar antara 8,03 – 8,08. Nilai pH yang
terukur terlihat berbanding lurus mengikuti peningkatan nilai salinitas, yaitu berkisar
antara 34,00 – 36,00 ppt. Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang
adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung, lingsang dan
binatang penempel.

16
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia., H.Suprapto dan R. Kusdawarti.2017. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pada
Benih Ikan Kerapu Cantrang(Ephinephelus Sp.) Dari Kolam Pendederan Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo ,Jawa Timur. Journal Of
Aquaculture And Fish Health. 6(2).:63

Danakusumah, E. 1986. Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus spp). Sub


Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara. Lampung.

Fadhliani.,M.Sayuti dan D.K.Sofyan.2015. Usaha Meningkatakan Pendapatan


Nelayan Dengan Menggunakan Keramba Jaring Apung Pada Budidaya
Kerapu. Malikussaleh Industrial Engineering Journal. 4(1):24-29.

Hamka. 2006.  Upaya Pematangan Gonad Ikan Beronang (Siganus guttatus) Melalui


Pemberian Pakan Buatan dan Pakan Alami (Gracillaria sp.) pada Bak
Terkontrol.  Laporan Tahunan.  Balai Budidaya Air Payau Takalar.

Imanto, P. T., dan M. Suastika. 2010. Kendala pada Pendederan Benih Ikan Beronang
Lada (Siganus canaliculatus) pada Keramba Jaring Apung di Perairan Pulau
Sirai, Tanjung Pinang. Media Akuakultur. V (1) : 10-14.

Ismail S.F., N.Akbar. , R.E. Pembonan dan I.Tahir. 2019. Kajian Pemanfataan
Padang Lamun Sebagai Lahan Budidaya Ikan Baronang di Pulau Sembilan
Kabupaten Sinjai.JURNAL ILMU KELAUTAN KEPULAUAN.2 (1) ; 48-62.

Muliati, F. Yasidi, dan H. Arami. 2017. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Baronang
(Siganus canaliculatus) di Perairan Tondonggeu Kecamatan Abeli Sulawesi
Tenggara. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. II (4) : 287-294.

Mustafa,A.,Tarunamulia.,Hasnawi dan I.N.Radiarta.2018. Evaluasi Kesesuaian


Perairan Untuk Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku. Jurnal Riset Akuakultur. 13(3):277-
287.

17
Selviani, I. Andriani, dan E. Soekandarsi. 2018. Studi Kebiasaan Makanan Ikan
Baronang Lingkis Siganus canaliculatus di Kepulauan Tanakeke Takalar
Sulawesi Selatan. Jurnal Biologi Makassar. III (1) : 19-25.

Suharyanto. 2008. POLIKULTUR RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DAN IKAN


BARONANG (Siganus gutatus) DI TAMBAK. Jurnal Perikanan. 10(2) : 167-
177
Witoko.P, N.Purbosari dan N.M.Noor.2018. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di Keramba Jaring Apung Laut.Jurnal
IPB. 12(2):175-179.

Widodo, S. S. 1986. Budidaya Ikan Beronang. Balai Pengembangan Teknik


Budidaya Laut. Lampung.

Zainuri M.,Sudrajat dan E. S. SIBORO. 2011. KADAR LOGAM BERAT Pb PADA


IKAN BERONANG (Siganus sp), LAMUN, SEDIMEN DAN AIR DI
WILAYAH PESISIR KOTA BONTANG-KALIMANTAN TIMUR. Jurnal
KELAUTAN. 4(2) : 102-118.

18

Anda mungkin juga menyukai