Anda di halaman 1dari 32

Hari/Jam : Jumat/16.

00
Kelompok : 03
Asisten : Anggi Wulandari S.Pi

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRISI HEWAN AIR

PENINGKATAN NILAI GIZI BAHAN PAKAN


“SILASE”

Nama Kelompok :

1. Audi Syawaldi (1904111973)


2. Devi Yunita Panggabean (1904110280)
3. Muhammad Arif Akbar (1904113020)
4. Yogi Hidayat (1904113315)

BUDIDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM ILMU NUTRISI HEWAN AIR


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang

berjudul Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan “Silase”

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen mata kuliah

Nutrisi Ikan dan staf laboratorium serta para asisten yang telah membantu penulis selama

melaksanakan praktikum Ilmu Nutrisi Hewan Air sampai pada penulisan laporan ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan

yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan

saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat umum

sebagai wahana informasi yang dapat memberikan inspirasi munculnya ide-ide baru.

Pekanbaru, 20 Mei 2021

Kelompok 3
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv

BAB I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum ................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Fermentasi dan Silase ............................................................... 3


2.2. Contoh Contoh Bahan yang di Fermentasi dan Silase ................................ 3
2.3. Proses Pembuatan Pakan ........................................................................... 4

BAB III. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................... 7


3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 7
3.3. Metode Praktikum ..................................................................................... 8
3.4. Prosedur Praktikum ................................................................................... 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil.......................................................................................................... 11
4.2. Pembahasan............................................................................................... 13

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 17


5.2. Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

LAMPIRAN ......................................................................................................... 21
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan bahan peningkatan nilai gizi pakan “silase” .................................. 7


2. Alat dan bahan pembuatan pakan ikan ........................................................ 8
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silase hari pertama...................................................................................... 12


2. Pakan ikan .................................................................................................. 13
3. Alat yang digunakan saat praktikum ........................................................... 22
4. Bahan yang dgunakan saat praktikum ......................................................... 24
5. Pembuatan silase ........................................................................................ 25
6. Pembuatan pakan ikan ................................................................................ 26
7. Kegiatan saat praktikum ............................................................................. 27
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan

yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit. Kandungan gizi

pakan juga harus diperhatikan sehingga hasil ikan yang diperoleh maksimal. Ikan sangat

membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Pertumbuhan dipengaruhi

oleh faktor lingkungan yang kompleks. Pertumbuhan dan kemampuan mempertahankan hidup

ikan dipengaruhi oleh perubahan pada kelimpahan organisme yang menjadi makanannya. Fungsi

utama makanan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Pakan buatan adalah

makanan yang diransum dari beberapa bahan makanan yang dapat berasal dari hewan maupun

tumbuhan, yang diolah menjadi bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung,

lembaran dan cairan (Mudjiman, 2009 dalam Susila, 2016).

Beberapa faktor berhubungan dengan sifat fisika dan kimia dari pakan buatan yang akan

diproduksi harus diperhatikan dalam menggunakan produk silase untuk formulasi pakan. Hal

tersebut erat sekali kaitannya dengan masing-masing komoditas ikan atau udang yang akan

diberi pakan buatan yang mengandung silase. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah

bentuk cair dari silase dengan nilai pH yang rendah (±4). Faktor tersebut disamping akan

mempengaruhi kualitas pakan buatan juga ada keterbatasan dalam tingkat penggunaan silase

dalam formulasi pakan. Tingkat penggunaan silase ini terutama dipengaruhi oleh kandungan air

dari masing-masing silase. Disamping itu harus diingat bahwa produksi silase bersifat asam, pH

berkisar 4, sedangkan pakan silase yang dibuat tidak boleh bersifat asam, karena hal ini akan
2

mempengaruhi daya tarik dari pakannya cukup baik, tetapi bila daya tarik pakan rendah maka

akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Menurut Susila (2016) energi seperti protein yang diperoleh dari pakan dapat digunakan

untuk memelihara tubuh, pergerakan ikan, dan mengganti sel-sel yang rusak, juga dapat

digunakan untuk pertumbuhan ikan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan protein harus dapat

mencukupi dan sesuai kebutuhan ikan untuk melakukan pertumbuhan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat melakukan proses

fermentasi dan silase bahan pakan dengan baik dan mengamati besarnya peningkatan nilai gizi

bahan pakan yang difermentasi dan disilase. Praktikan juga mengetahui permasalahan yang dapat

menggagalkan proses fermentasi dan silase.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fermentasi dan Silase

2.1.1 Pengertian Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan penguraian

senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut terdapat dalam tubuh

ikan yang diubah menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal

dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau

diatur.

2.1.2 Pengertian Silase

Silase adalah produk cair yang berasal dari ikan atau sisa-sisa hasil olahan ikan ataupun

bahan hewani lainnya yang dapat diolah secara kimia maupun biologi. Kandungan protein yang

tinggi pada silase (34%-36%) memungkinkan untuk memanfaatkan silase sebagai bahan

pengganti tepung ikan dalam pembuatan pakan ikan.

2.2 Contoh Contoh Bahan yang di Fermentasi dan Silase

Beberapa komoditas pertanian lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan

antara lain bungkil kelapa sawit, ampas sagu, ampas tahu, bungkil biji karet, bungkil kelapa,

kopra, kulit buah kakao, dedak padi, daun rami, limbah singkong, limbah tanaman pisang, dan

masih banyak lagi.

Sementara itu, limbah perikanan dan peternakan yang berpotensi sebagai bahan baku di

antaranya adalah limbah cangkang dan kepala udang, limbah ikan/ikan rucah, isi rumen, limbah

bulu ayam, dan lain-lain. Sebagai alternatif bahan baku dalam pembuatan pakan ikan. Menurut
4

salah seorang peneliti dari Riset dan Pemuliaan Budidaya Ikan Air Tawar Sukamandi, Wahyu

Pamungkas, permasalahan yang terkait dengan bahan baku tersebut antara lain, tingginya

kandungan serat kasar, kandungan protein kasar yang rendah, miskin keseimbangan komposisi

asam amino, dan kehadiran zat anti-nutrisi.

2.3. Proses Pembuatan Pakan

Teknologi pembuatan pakan mengalami perubahan yang substansial dalam beberapa

tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu pencampuran bahan baku pakan dilakukan di lantai

gudang dengan menggunakan sekop. Selanjutnya pencampuran beberapa bahan pakan

menggunakan tangan, kemudian “pencampuran mekanis”, “pencampuran kontinyu”, dan

sekarang “pencampuran yang dikontrol oleh komputer”. Tapi konsep dasar pencampuran tidak

lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”. Pada pabrik pakan proses yang terjadi secara

berturut-turut adalah : - Penurunan ukuran partikel - Pencampuran awal (pre-mixing) - Pelleting -

Pengemasan. Penurunan ukuran partikel dilakukan oleh suatu “hammer-mill” yang akan

menurunkan ukuran partikel menjadi ukuran yang dikehendaki. Dalam proses pembuatan pakan

ikan, terdapat 2 proses pencampuran, yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil

(pre-mixing) dan pencampuran lain, yaitu melibatkan semua komponen pakan. Bahan-bahan

yang berjumlah kecil (micro-ingredient) antara lain adalah vitamin dan mineral-mineral yang

esensial tapi diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga diperlukan “bahan pengisi”,

yang berat jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi. Pada saat pencampuran, jumlah bahan

baku yang digunakan akan dikontrol oleh komputer. Setelah bercampur, adonan akan mengalir

ke saringan dengan diameter tertentu. Pada saat itu, uap air akan bercampur dengan adonan

sehingga memudahkan untuk dicetak. Setelah pelet keluar dari saringan dalam kondisi panas dan
5

mengandung uap-uap air, maka pelet akan melewati mesin pendingin untuk menjamin suhu pelet

yang tercetak sudah dingin sehingga dapat langsung di kemas. Remahan yang tersisa akan

mengalir ke mesin pencetak kembali.

Proses pengemasan yang terjadi pada pabrik pakan meliputi : penimbangan, pengemasan,

perekatan, pengkodean dan penjahitan.

2.3.1. Alat
- Mesin penepung - Mesin pengayak - Timbangan - Mesin pencampur - Mesin pencetak pelet -

Mesin pengering - Wadah-wadah plastik, panci - Sendok, spatula kayu - Lap - Kompor - Tampah

- Kertas sticker

2.3.2. Bahan
-Jagung kuning - Tepung ikan - Bungkil kedelai - Dedak - Kapur - Kanji atau CMC (Carboxy

Metyl Celulosa) 3.Langkah kerja : a. Penghalusan bahan baku (5 jam) - Setiap bahan digiling

menggunakan mesin penepung. - Untuk jagung kuning, pada umumnya bila bagian lembaga

sudah halus, maka bagian yang kuning tidak dapat dihaluskan lagi dan dapat disisihkan,

digunakan untuk pakan unggas. - Setelah digiling, setiap bahan baku diayak agar ukurannya

seragam. Bahan baku yang tertahan dapat dihaluskan kembali menggunakan mesin penepung. -

Simpan di wadah-wadah plastik dan diberi nama.

2.3.2.Langkah Kerja :
a. Penghalusan bahan baku (5 jam) - Setiap bahan digiling menggunakan mesin penepung. -

Untuk jagung kuning, pada umumnya bila bagian lembaga sudah halus, maka bagian yang

kuning tidak dapat dihaluskan lagi dan dapat disisihkan, digunakan untuk pakan unggas. -

Setelah digiling, setiap bahan baku diayak agar ukurannya seragam. Bahan baku yang tertahan
6

dapat dihaluskan kembali menggunakan mesin penepung. - Simpan di wadah-wadah plastik dan

diberi nama.

b. Penimbangan bahan baku (5 jam) - Sesuai dengan perhitungan terdahulu dalam lembar

informasi, dapat diketahui berapa % bahan yang akan digunakan. - Hitung berapa jumlah bahan

yang akan digunakan, bila dalam praktikum ini akan dibuat 10 kg pakan (berat kering). -

Timbanglah sesuai dengan kebutuhan. - Simpan dalam wadah plastik dan beri nama.

c. Pencampuran bahan baku (5 jam) - Campurlah bahan yang sedikit dahulu, baru kemudian

yang banyak. - Untuk pakan ikan lele seperti contoh, urutan pencampuran adalah : kapur,

kedelai, tepung ikan, dedak dan tepung jagung. - Campurlah dengan menggunakan mixer yang

bertutup.

d. Pencetakan pakan (8 jam) - Untuk mencetak pakan, baik berupa pelet, flake atau remahan,

prinsipnya adalah sama, yaitu penambahan bahan perekat (binder) agar teksturnya kompak dan

memiliki ketahanan dalam air untuk beberapa lama. - Ketahanan dalam air untuk ikan berbeda-

beda. Untuk ikan mas, nila dan ikan-ikan yang aktif pada saat diberi makan, maka ketahanannya

cukup 1 jam. Sedangkan untuk pakan udang, harus lebih lama lagi yaitu sekitar 2 – 3 jam sesuai

dengan kebiasaan makannya. - Siapkan binder yang di masak dengan air, sehingga berbentuk

seperti lem, kemudian sedikit-sedikit campurkan bahan-bahan. - Masukan kedalam mesin

pencetak, lalu dicetak dengan ukuran yang dikehendaki. - Untuk pakan yang berbentuk flake,

adonannya digiling terlebih dahulu, baru dikeringkan menggunakan mesin pengering.

e. Pengeringan pakan (3 jam) - Pada pabrik pakan skala besar, pada umumnya mesin pengering

sudah terintegrasi dengan mesin pencetak, sedangkan pabrik pakan skala rumah tangga,

pengeringannya dilakukan dengan tenaga surya.


7

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum pertama yaitu pembuatan tepung silase dilaksanakan pada Selasa,

13 April 2021 pukul 15.00 WIB lalu dilanjutkan lagi pada Senin, 19 April 2021 pukul 11.00

WIB untuk pembuatan silase sebelum dijemur dan dilaksanakan di laboratorium serta

kediaman Devi Yunita Panggabean. Praktikum kedua yaitu pembuatan pakan ikan dari

tepung silase dilakukan pada Senin, 26 April 2021 pukul 10.00 – 12.00 WIB di laboratorim

pakan dan nutrisi ikan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Peningkatan Nilai Gizi Pakan

No. Peningkatan Nilai Gizi Pakan


“Silase”
Alat Bahan

1. Pisau Ikan Rucah

2. Talenan Asam formiat pH 4

3. Baskom NaOH

4. Sendok

5. Toples

6. Selotip

7. Nampan

8. Timbangan
8

3.2.2 Peningkatan Nilai Gizi Pakan

No. Pembuatan Pakan Ikan

Alat Bahan

1. Mesin pembuat pelet Pelet komersil

2. Baskom Air hangat

3. Timbangan Minyak ikan / minyak goring

4. - Tepung silase

3.3 Metode Praktikum

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode pengamatan dan

analisis langsung di laboratorium pakan dan nutrisi ikan serta kediaman Devi Yunita

Panggabean. Karena pandemi COVID-19 yang tidak memungkinkan kami praktikum secara

utuh di laboratorium sehingga sehingga, praktikum ini juga termasuk katergori eksperimen.

Adapun praktikum ini dapat berjalan dengan baik didukung dari studi literature serta araha

dari asisten laboratorium.

3.4 Prosedur Praktikum

3.4.1 Peningkatan Nilai Gizi Pakan (Silase)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini, sebagai berikut :

a. Cuci ikan rucah hingga bersih

b. Cincang atau hancurkan hingga halus

c. Daging ikan rucah yang sudah dicincang halus ditimbang terlebih dahulu

d. Kemudian teteskan asam formiat sebanyak 3% dari berat lalu aduk merata
9

e. Letakkan pada toples yang telah disediakan lalu diplester supaya tutupnya kuat

f. Disimpan pada suhu kamar selama 5 hari dan setiap harinya harus dikocok (cukup

5 menit saja)

g. Pada hari ke-6 bahan sudah menjadi silase, kemudian ditambahkan NaOH untuk

menetralkan pHnya.

h. Setelah itu, silase dijemur di bawah sinar matahari dengan alas yang datar serta

tipis

i. Setelah kering, bahan diblender hingga halus sehingga menjadi tepung silase

3.4.2 Pembuatan Pakan Ikan

Setelah tepunng silase (bahan baku) selesai, maka dilanjutkan dalam

pembuatan pelet ikan. Adapaun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Blender halus pelet komersil

b. Timbang terdahulu tepung silase

c. Masukkan dan campurkan satu persatu bahan tersebut dimulai dari jumlah yang

paling sedikit

d. Lalu diaduk menggunakan tangan hingga adonan kalis, sedikit demi sedikit

dituangkan air hangat

e. Apabila adonan telah kalis, adonan sudah bisa dicetak. Pada kesempatan ini kami

menggunakan alat pencetak yang ada di laboratorium.

f. Lalu, pakan yang sudah terbentuk segera diratakan supaya tidak menempel semua

g. Kemudian jemur hingga kering


10

h. Apabila sudah kering, pakan disimpan dalam suhu kamar dan sesekali dibuka

supaya tidak berjamur.


11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yaitu proses silase dengan ikan

rucah membutuhkan waktu selama 10 hari untuk sampai tahap akhir yaitu berbentuk tepung.

Berlangsung dari tanggal 13 April 2021 sampai dengan 23 April 2021. Ikan rucah yang

digunakan sebanyak 0,5 kg yaitu jenis ikan air laut yang dibeli di pasar, asam formiat 12,62 ml,

dan NaOH yaitu 25 mL. Ikan rucah mendapat perlakuan yaitu penghancuran (dicincang), diaduk,

didiamkan, dijemur dan diblender. Hasil akhirnya berbentuk tepung yang siap digunakan untuk

tahap selanjutnya dalam pembuatan pakan.

Pencampuran antara tepung pelet komersial dan tepung silase menghasilkan pelet ikan

yang dapat dikonsumsi setelah pengeringan. Pemberian pelet ikan disesuaikan dengan ukuran

bukaan mulut ikan.

4.1.1. Peningkatan Nilai Gizi Pakan Melalui Silase

a. Silase

Silase adalah produk basah (seperti bubur) yang dibuat dari bahan pakan seperti ikan

rucah, jeroan ikan (contohnya: usus, gelembung renang, hati dan gonad) dan lain-lain yang

bahannya tidak dimanfaatkan manusia dengan menggunakan asam secara kimia.


12

Gambar 1. Silase hari pertama

Silase setelah ditambahkan larutan asam formiat, diaduk dan ditutup lalu akan dibiarkan

selama 5 hari. Silase di dalam wadah tertutup diaduk kurang lebih 5 menit setiap harinya.

Potongan yang kasar dari ikan rucah jika tercampur dengan larutan asam dan terus diaduk akan

berubah menjadi berbentuk bubur dan terurai semua.

Silase yang sudah diaduk selama 5 hari dibawa ke laboratorium dan ditambahkan bahan

larutan NaOH untuk menetralkan pH hingga mencapai 7. Bahan yang telah disilase kemudian

dikeringkan. Pengeringan berlangsung selama 2-3 hari jika suasana cukup panas. Silase yang

telah kering kemudian diblender dengan halus untuk memperoleh tepung silase yang digunakan

untuk pembuatan pelet ikan selanjutnya.

4.1.2. Pembuatan Pakan Ikan

Proses pembuatan silase ikan secara kimiawi ada beberapa cara antara lain: 1) Silase ikan

mentah, yaitu silase dengan proses kimia dari ikan mentah. 2) Silase ikan dimasak yaitu silase

dengan proses kimia dari ikan mentah yang kemudian dimasak. 3) Silase dari ikan yang dimasak,

yaitu silase dengan proses kimia dari ikan yang telah dimasak terlebih dahulu.
13

Gambar 2. Pakan ikan

Kandungan nutrisi silase ikan mentah sama dengan tepung ikan, sedangkan silase ikan

dimasal, lebih tinggi dari pada silase ikan mentah. Kandungan protein bahan 30,3% meningkat

apabila dilakukan pendekatan bioteknologi melalui silase, dan setelah dibuat silase meningkat

menjadi 47,3%.

4.2 Pembahasan

4.2.1. Silase

Penambahan asam laktat berpengaruh nyata terhadap kadar protein silase. Berarti proses

fermentasi oleh bakteri Lactobacillus mampu merombak bahan limbah ikan menjadi protein.
14

Wooldford (1984) dalam Khumalawati, S. (2009) menyatakan bahwa proses perombakan bahan

baku ikan menjadi protein dan selanjutnya terurai menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino

ini akan berubah menjadi CO2, H2O, asam laktat, asam asetat, etanol dan senyawa yang

mengandung nitrogen, yaitu NH3, senyawa NH3 (amoniak) ini bersifat basa, sehingga kehadiran

NH3 dapat menaikkan sedikit pH dalam proses fermentasi. Semakin banyak molases yang

ditambahkan maka semakin banyak pula bakteri yang tumbuh, sehingga senyawa NH3 yang

dihasilkan juga semakin banyak dapat mematikan beberapa bakteri asam laktat itu sendiri, maka

kemampuan untuk menguraikan protein juga akan menurun. Semakin banyak konsentrasi larutan

asam laktat yang ditambahkan maka kadar air dan lemak cairan silase semakin menurun. Selama

fermentasi berlangsung, kadar lemak pada bahan akan mengalami penurunan akibat terjadinya

degradasi lemak (Aryanta et al. 1994, dalam Setiadi (2001). Asam-asam lemak ini kemudian

akan dimanfaatkan lagi oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Selain sumber karbohidrat

mikroorganisme juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Air yang terkandung dalam

limbah ikan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang ada untuk tumbuh selama proses

fermentasi berlangsung.

Produk silase dari hasil penambahan larutan asam formiat memberikan aroma kurang

asam, berwarna abu-abu serta tekstur hancur (cair) pada akhir permentasi selama 5 hari. Hal ini

disebabkan oleh bakteri anaerob dengan cepat berkembang dan mulai terjadi proses fermentasi.

Mikroorganisme dari jenis bakteri Lactobacillus menghasilkan asam laktat yang dapat

menurunkan pH produk silase. Penurunan pH yang cepat menurut Murni et al., (2008) akan

membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme merugikan

seperti enterobacteria dan clostridia.


15

Penambahan asam laktat 15% dan 20% memberikan aroma khas asam, warna cokelat

sampai cokelat kehitaman serta tekstur hancur pada akhir fermentasi selama 7 hari. Hal ini

berarti bakteri asam laktat Lactobacillus dapat berkembangbiak dengan cepat menyebabkan

bahan baku mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh proses respirasi aerobic yang

berlangsung selama proses fermentasi. Karbohidrat sebagai gula organik akan teroksidasi

menjadi CO2 dan air. Selain itu panas juga dihasilkan pada proses fermentasi sehingga

temperatur naik. Temperatur yang tidak dapat terkendali akan menyebabkan silase berwarna

coklat tua sampai hitam. Perubahan warna yang terjadi dari semua perlakuan dan tidak adanya

warna yang menyerupai warna bubur ikan terjadi dikarenakan selama proses fermentasi terjadi

proses biokimiawi yang dapat merubah warna silase ikan (Wahidah et al., 2018).

4.1.2. Pembuatan Pakan Ikan

Pakan buatan terdiri atas beberapa jenis, salah satu pakan buatan yang paling banyak

dikenal adalah jenis pelet. Membuat pakan sendiri dapat dilakukan melalui teknik sederhana

dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku yang relatif murah. Bahan baku yang

digunakan harus memiliki kandungan nilai gizi yang baik yaitu yang mudah didapat ketika

diperlukan, mudah diolah dan diproses, mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ikan, dan

berharga murah. Misalnya ampas tahu dan ikan rucah (Musdalifah et al., 2019).

Proses pembuatan pakan ikan dengan kebutuhan bahan per 1 kilogram dapat dilakukan dengan

tahap sebagai berikut :

1. Menyiapkan semua baham-bahan untuk membuat pakan ikan seperti dedak halus, tepung ikan,

kepala ikan teri, tepung terigu, tepung kedelai serta vitamin


16

2. Mencampurkan semua bahan-bahan untuk membuat pakan ikan lele

3. Aduk semua bahan dengan penambahan air secukupnya, hingga adonan bisa dikepal dan tidak

pecah.

4. Kemudian adonan bisa dicetak dengan mesin pelet (Gunarto et al., 2020).
17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Untuk meningkatkan nilai gizi pada pakan yang akan diberikan untuk ikan

dapat menggunakan 2 cara, yaitu fermentasi dan silase. Pada praktikum kali ini

bahan yang digunakan untuk proses silase yaitu ikan rucah dan dibantu oleh enzim

untuk melakukan proses silase tersebut. Sedangkan proses fermentasi menggunakan

ampas tahu yang di fermentasikan dengan ragi tempe.

Adapun hasil yang di dapat dari proses silase adalah bahan (ikan rucah)

mencair dan diberikan NaOH untuk menetralkan pHnya hingga mencapai 7. Bahan

yang telah disilase kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3-5 hari.

Setelah bahan tersebut kering kemudian diblender sampai partikelnya benar-benar

halus/menjadi tepung. Lalu campurkan tepung silase tersebut dengan minyak makan,

tepung pelet komersial dan air hangat hingga berbentuk seperti adonan. Saat adonan

sudah siap, cetak dan potong sesuai keinginan lalu dikeringkan.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar praktikum seperti ini dapat dilakukan

secara offline atau tatap muka (Jika Memungkinkan) karena saat dilakukan secara

daring beberapa mahasiswa tidak dapat menyerap materi dengan baik dan terkadang

terjadi nya miss komunikasi. Jika tidak memungkinkan diadakannya praktikum

secara offline, diharapkan mahasiswa dan asisten lab agar selalu berkomunikasi agar

meminimalisir terjadinya miss komunikasi dan praktikum pun berjalan lancar.


18

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Wijonarko, G., dan Sustriawan, B. 2016. SIFAT FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL
TEPUNG JAGUNG YANG DIPROSES MELALUI FERMENTASI. AGRITECH. 36
(2): 160 – 169.

Chasanah, F. 2016. OPTIMASI PRODUKSI GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA DARI


KARAPAS UDANG DENGAN KOMBINASI KONSENTRASI HCl DAN WAKTU
PEMANASAN. Skripsi. FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA.

Darmawiyanti, V., Haryati, P., Komsatun., Sofiati., dan Suratin. 2019. PENGGUNAAN
BAHAN BAKU YANG TERFERMENTASI PADA PAKAN PEMBESARAN IKAN
KAKAP PUTIH (Lates calcarifer). Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut.
(14): 71 – 76.

Efrizal., Rusnam., dan Syaiful, F. 2018. DISEMINASI TEKNOLOGI PEMBUATAN PAKAN


BUATAN ALTERNATIF DENGAN CAMPURAN LIMBAH KANGKUNG AIR,
IPOMOEA AQUATICA FORKS UNTUK PEMBUDIDAYA IKAN DI SUMATERA
BARAT. Jurnal Hilirisasi IPTEKS. 1 (3): 1 – 10.

Gunarto., Irawan, D., dan Julianto, E. 2020. Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Lele Kelompok
Mina Sari Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Melalui Pembuatan Pakan Ikan
Mandiri dan Teknologi Tepat Guna Mesin Pelet Sederhana. AL-KHIDMAH. 3 (1): 30 –
38.

Hilma, R., Wulandari, A., dan Wahyuningsih. 2017. POTENSI SILASE KULIT JAGUNG
SEBAGAI BAHAN PAKAN FERMENTASI. Jurnal Photon. 8 (1): 137 – 146.

Hindarto, A. 2018. PKaMI Desa Sidorejo dalam Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Lele.
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1): 1 – 6.

Kurniawan, A., Rachmawati, D., dan Samidjan, I. 2017. PENGARUH SUBSTITUSI SILASE
TEPUNG BULU DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN BENIH IKAN LELE ( Clarias gariepinus ).
Journal of Aquaculture Management and Technology. 6 (2): 1 – 9.

Mulia, D., Yulyanti, E., Maryanto, H., dan Purbomartono, C. 2015. PENINGKATAN
KUALITAS AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN DENGAN
FERMENTASI Rhizopus oligosporus. Sainteks. 12 (1): 10 – 20.
19

Musdalifah., Syam, H., dan Fadilah, R. 2019. Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Tepung
Kepala Udang dan Daun Tarum (Indigofera SP) untuk Peningkatan Nilai Nutrisi Pakan
Ikan. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 5 (2): 82 – 90.

Novaria, R., Istijanto, S., Nasution, U., dan Sujianto, A. 2019. PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT MELALUI PENYEDIAAN MESIN PAKAN IKAN LELE DI DESA
NOGOSARI KABUPATEN PACITAN. Jurnal Pengabdian Masyarakat . 3 (2): 23 – 30.

Prastika, N. 2018. PENGEMBANGAN MODUL KIMIA MUATAN LOKAL “PENGARUH


PAKAN AMPAS KELAPA TERFERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
PATIN” TERINTEGRASI STEM-PBL UNTUK MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS SRIWIJAYA. Skripsi. FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA, Surabaya.

Rahmanisa, H. 2019. OPTIMASI KONDISI FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI TEMPE


DALAM PENGAPUNGAN PAKAN IKAN. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Ratnasari., Maryani., dan Nursiah. 2020. Penambahan Silase Jeroan Ikan Patin Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur
Sungai dan Danau. 5 (2): 44 – 49.

Reniawati., Rosmawati., dan Samsudin, R. 2016. Efektivitas Penggunaan Asam Formiat dan
Propionat Pada Pembuatan Silase Darah Terhadap Nilai Kecernaan Tepung Darah Pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Mina Sains. 2 (2): 63 – 70.

Safitra., Asnani., dan Rejeki, S. 2020. KARAKTERISTIK KIMIA TEPUNG SILASE LIMBAH
IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG JAGUNG. J. Fish
Protech. 3 (1): 74 – 78.

Sholikhuddin, G., Agus, M., dan Mardiana, T. 2019. PENGARUH PERBEDAAN


PERSENTASE PAKAN BUATAN DAN FERMENTASI BUNGKIL KEDELAI
TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei). PENA
Akuatika. 18 (2): 34 – 46.

Susila, E. 2016. PENGARUH PERBEDAAN WAKTU FERMENTASI PAKAN AMPAS


TAHU DENGAN Rhizopus oryzae TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN PATIN
(Pangasius djambal) PADA KOLAM SISTEM TERPAL. Skripsi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sutarjo, G dan Samsundari, S. 2018. PENINGKATAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN AIR


TAWAR MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN KUALITAS AIR DAN
PEMBUATAN PAKAN IKAN MANDIRI DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN
20

“SUMBER REJEKI” DAN “CINTA ALAM” KECAMATAN BUNGATAN


KABUPATEN SITUBONDO. JURNAL DEDIKASI. 15: 1 – 4.

Wahidah, S., Idris. A., dan Nawawi. 2018. KAJIAN PEMANFAATAN BAKTERI ASAM
LAKTAT DALAM PEMBUATAN SILASE IKAN RUCAH. Agrokompleks. 17 (2): 18 –
23.
21

LAMPIRAN
22

Lampiran 1

Alat yang digunakan saat praktikum :


23
24

Lampiran 2

Bahan yang digunakan saat praktikum :


25

Lampiran 3

Pembuatan silase :
26

Lampiran 4

Pembuatan pakan ikan :


27

Lampiran 5

Kegiatan selama praktikum :

Anda mungkin juga menyukai