00
Kelompok : 03
Asisten : Anggi Wulandari S.Pi
Nama Kelompok :
BUDIDAYA PERAIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini yang
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen mata kuliah
Nutrisi Ikan dan staf laboratorium serta para asisten yang telah membantu penulis selama
melaksanakan praktikum Ilmu Nutrisi Hewan Air sampai pada penulisan laporan ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa keterbatasan wawasan serta ilmu pengetahuan
yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat umum
sebagai wahana informasi yang dapat memberikan inspirasi munculnya ide-ide baru.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
BAB I . PENDAHULUAN
4.1. Hasil.......................................................................................................... 11
4.2. Pembahasan............................................................................................... 13
LAMPIRAN ......................................................................................................... 21
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. PENDAHULUAN
Pakan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan
yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit. Kandungan gizi
pakan juga harus diperhatikan sehingga hasil ikan yang diperoleh maksimal. Ikan sangat
oleh faktor lingkungan yang kompleks. Pertumbuhan dan kemampuan mempertahankan hidup
ikan dipengaruhi oleh perubahan pada kelimpahan organisme yang menjadi makanannya. Fungsi
utama makanan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Pakan buatan adalah
makanan yang diransum dari beberapa bahan makanan yang dapat berasal dari hewan maupun
tumbuhan, yang diolah menjadi bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung,
Beberapa faktor berhubungan dengan sifat fisika dan kimia dari pakan buatan yang akan
diproduksi harus diperhatikan dalam menggunakan produk silase untuk formulasi pakan. Hal
tersebut erat sekali kaitannya dengan masing-masing komoditas ikan atau udang yang akan
diberi pakan buatan yang mengandung silase. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
bentuk cair dari silase dengan nilai pH yang rendah (±4). Faktor tersebut disamping akan
mempengaruhi kualitas pakan buatan juga ada keterbatasan dalam tingkat penggunaan silase
dalam formulasi pakan. Tingkat penggunaan silase ini terutama dipengaruhi oleh kandungan air
dari masing-masing silase. Disamping itu harus diingat bahwa produksi silase bersifat asam, pH
berkisar 4, sedangkan pakan silase yang dibuat tidak boleh bersifat asam, karena hal ini akan
2
mempengaruhi daya tarik dari pakannya cukup baik, tetapi bila daya tarik pakan rendah maka
Menurut Susila (2016) energi seperti protein yang diperoleh dari pakan dapat digunakan
untuk memelihara tubuh, pergerakan ikan, dan mengganti sel-sel yang rusak, juga dapat
digunakan untuk pertumbuhan ikan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan protein harus dapat
Tujuan dan manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat melakukan proses
fermentasi dan silase bahan pakan dengan baik dan mengamati besarnya peningkatan nilai gizi
bahan pakan yang difermentasi dan disilase. Praktikan juga mengetahui permasalahan yang dapat
senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut terdapat dalam tubuh
ikan yang diubah menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal
dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau
diatur.
Silase adalah produk cair yang berasal dari ikan atau sisa-sisa hasil olahan ikan ataupun
bahan hewani lainnya yang dapat diolah secara kimia maupun biologi. Kandungan protein yang
tinggi pada silase (34%-36%) memungkinkan untuk memanfaatkan silase sebagai bahan
Beberapa komoditas pertanian lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan
antara lain bungkil kelapa sawit, ampas sagu, ampas tahu, bungkil biji karet, bungkil kelapa,
kopra, kulit buah kakao, dedak padi, daun rami, limbah singkong, limbah tanaman pisang, dan
Sementara itu, limbah perikanan dan peternakan yang berpotensi sebagai bahan baku di
antaranya adalah limbah cangkang dan kepala udang, limbah ikan/ikan rucah, isi rumen, limbah
bulu ayam, dan lain-lain. Sebagai alternatif bahan baku dalam pembuatan pakan ikan. Menurut
4
salah seorang peneliti dari Riset dan Pemuliaan Budidaya Ikan Air Tawar Sukamandi, Wahyu
Pamungkas, permasalahan yang terkait dengan bahan baku tersebut antara lain, tingginya
kandungan serat kasar, kandungan protein kasar yang rendah, miskin keseimbangan komposisi
tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu pencampuran bahan baku pakan dilakukan di lantai
sekarang “pencampuran yang dikontrol oleh komputer”. Tapi konsep dasar pencampuran tidak
lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”. Pada pabrik pakan proses yang terjadi secara
Pengemasan. Penurunan ukuran partikel dilakukan oleh suatu “hammer-mill” yang akan
menurunkan ukuran partikel menjadi ukuran yang dikehendaki. Dalam proses pembuatan pakan
ikan, terdapat 2 proses pencampuran, yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil
(pre-mixing) dan pencampuran lain, yaitu melibatkan semua komponen pakan. Bahan-bahan
yang berjumlah kecil (micro-ingredient) antara lain adalah vitamin dan mineral-mineral yang
esensial tapi diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga diperlukan “bahan pengisi”,
yang berat jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi. Pada saat pencampuran, jumlah bahan
baku yang digunakan akan dikontrol oleh komputer. Setelah bercampur, adonan akan mengalir
ke saringan dengan diameter tertentu. Pada saat itu, uap air akan bercampur dengan adonan
sehingga memudahkan untuk dicetak. Setelah pelet keluar dari saringan dalam kondisi panas dan
5
mengandung uap-uap air, maka pelet akan melewati mesin pendingin untuk menjamin suhu pelet
yang tercetak sudah dingin sehingga dapat langsung di kemas. Remahan yang tersisa akan
Proses pengemasan yang terjadi pada pabrik pakan meliputi : penimbangan, pengemasan,
2.3.1. Alat
- Mesin penepung - Mesin pengayak - Timbangan - Mesin pencampur - Mesin pencetak pelet -
Mesin pengering - Wadah-wadah plastik, panci - Sendok, spatula kayu - Lap - Kompor - Tampah
- Kertas sticker
2.3.2. Bahan
-Jagung kuning - Tepung ikan - Bungkil kedelai - Dedak - Kapur - Kanji atau CMC (Carboxy
Metyl Celulosa) 3.Langkah kerja : a. Penghalusan bahan baku (5 jam) - Setiap bahan digiling
menggunakan mesin penepung. - Untuk jagung kuning, pada umumnya bila bagian lembaga
sudah halus, maka bagian yang kuning tidak dapat dihaluskan lagi dan dapat disisihkan,
digunakan untuk pakan unggas. - Setelah digiling, setiap bahan baku diayak agar ukurannya
seragam. Bahan baku yang tertahan dapat dihaluskan kembali menggunakan mesin penepung. -
2.3.2.Langkah Kerja :
a. Penghalusan bahan baku (5 jam) - Setiap bahan digiling menggunakan mesin penepung. -
Untuk jagung kuning, pada umumnya bila bagian lembaga sudah halus, maka bagian yang
kuning tidak dapat dihaluskan lagi dan dapat disisihkan, digunakan untuk pakan unggas. -
Setelah digiling, setiap bahan baku diayak agar ukurannya seragam. Bahan baku yang tertahan
6
dapat dihaluskan kembali menggunakan mesin penepung. - Simpan di wadah-wadah plastik dan
diberi nama.
b. Penimbangan bahan baku (5 jam) - Sesuai dengan perhitungan terdahulu dalam lembar
informasi, dapat diketahui berapa % bahan yang akan digunakan. - Hitung berapa jumlah bahan
yang akan digunakan, bila dalam praktikum ini akan dibuat 10 kg pakan (berat kering). -
Timbanglah sesuai dengan kebutuhan. - Simpan dalam wadah plastik dan beri nama.
c. Pencampuran bahan baku (5 jam) - Campurlah bahan yang sedikit dahulu, baru kemudian
yang banyak. - Untuk pakan ikan lele seperti contoh, urutan pencampuran adalah : kapur,
kedelai, tepung ikan, dedak dan tepung jagung. - Campurlah dengan menggunakan mixer yang
bertutup.
d. Pencetakan pakan (8 jam) - Untuk mencetak pakan, baik berupa pelet, flake atau remahan,
prinsipnya adalah sama, yaitu penambahan bahan perekat (binder) agar teksturnya kompak dan
memiliki ketahanan dalam air untuk beberapa lama. - Ketahanan dalam air untuk ikan berbeda-
beda. Untuk ikan mas, nila dan ikan-ikan yang aktif pada saat diberi makan, maka ketahanannya
cukup 1 jam. Sedangkan untuk pakan udang, harus lebih lama lagi yaitu sekitar 2 – 3 jam sesuai
dengan kebiasaan makannya. - Siapkan binder yang di masak dengan air, sehingga berbentuk
pencetak, lalu dicetak dengan ukuran yang dikehendaki. - Untuk pakan yang berbentuk flake,
e. Pengeringan pakan (3 jam) - Pada pabrik pakan skala besar, pada umumnya mesin pengering
sudah terintegrasi dengan mesin pencetak, sedangkan pabrik pakan skala rumah tangga,
Pada praktikum pertama yaitu pembuatan tepung silase dilaksanakan pada Selasa,
13 April 2021 pukul 15.00 WIB lalu dilanjutkan lagi pada Senin, 19 April 2021 pukul 11.00
WIB untuk pembuatan silase sebelum dijemur dan dilaksanakan di laboratorium serta
kediaman Devi Yunita Panggabean. Praktikum kedua yaitu pembuatan pakan ikan dari
tepung silase dilakukan pada Senin, 26 April 2021 pukul 10.00 – 12.00 WIB di laboratorim
3. Baskom NaOH
4. Sendok
5. Toples
6. Selotip
7. Nampan
8. Timbangan
8
Alat Bahan
4. - Tepung silase
Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode pengamatan dan
analisis langsung di laboratorium pakan dan nutrisi ikan serta kediaman Devi Yunita
Panggabean. Karena pandemi COVID-19 yang tidak memungkinkan kami praktikum secara
utuh di laboratorium sehingga sehingga, praktikum ini juga termasuk katergori eksperimen.
Adapun praktikum ini dapat berjalan dengan baik didukung dari studi literature serta araha
c. Daging ikan rucah yang sudah dicincang halus ditimbang terlebih dahulu
d. Kemudian teteskan asam formiat sebanyak 3% dari berat lalu aduk merata
9
e. Letakkan pada toples yang telah disediakan lalu diplester supaya tutupnya kuat
f. Disimpan pada suhu kamar selama 5 hari dan setiap harinya harus dikocok (cukup
5 menit saja)
g. Pada hari ke-6 bahan sudah menjadi silase, kemudian ditambahkan NaOH untuk
menetralkan pHnya.
h. Setelah itu, silase dijemur di bawah sinar matahari dengan alas yang datar serta
tipis
i. Setelah kering, bahan diblender hingga halus sehingga menjadi tepung silase
c. Masukkan dan campurkan satu persatu bahan tersebut dimulai dari jumlah yang
paling sedikit
d. Lalu diaduk menggunakan tangan hingga adonan kalis, sedikit demi sedikit
e. Apabila adonan telah kalis, adonan sudah bisa dicetak. Pada kesempatan ini kami
f. Lalu, pakan yang sudah terbentuk segera diratakan supaya tidak menempel semua
h. Apabila sudah kering, pakan disimpan dalam suhu kamar dan sesekali dibuka
4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yaitu proses silase dengan ikan
rucah membutuhkan waktu selama 10 hari untuk sampai tahap akhir yaitu berbentuk tepung.
Berlangsung dari tanggal 13 April 2021 sampai dengan 23 April 2021. Ikan rucah yang
digunakan sebanyak 0,5 kg yaitu jenis ikan air laut yang dibeli di pasar, asam formiat 12,62 ml,
dan NaOH yaitu 25 mL. Ikan rucah mendapat perlakuan yaitu penghancuran (dicincang), diaduk,
didiamkan, dijemur dan diblender. Hasil akhirnya berbentuk tepung yang siap digunakan untuk
Pencampuran antara tepung pelet komersial dan tepung silase menghasilkan pelet ikan
yang dapat dikonsumsi setelah pengeringan. Pemberian pelet ikan disesuaikan dengan ukuran
a. Silase
Silase adalah produk basah (seperti bubur) yang dibuat dari bahan pakan seperti ikan
rucah, jeroan ikan (contohnya: usus, gelembung renang, hati dan gonad) dan lain-lain yang
Silase setelah ditambahkan larutan asam formiat, diaduk dan ditutup lalu akan dibiarkan
selama 5 hari. Silase di dalam wadah tertutup diaduk kurang lebih 5 menit setiap harinya.
Potongan yang kasar dari ikan rucah jika tercampur dengan larutan asam dan terus diaduk akan
Silase yang sudah diaduk selama 5 hari dibawa ke laboratorium dan ditambahkan bahan
larutan NaOH untuk menetralkan pH hingga mencapai 7. Bahan yang telah disilase kemudian
dikeringkan. Pengeringan berlangsung selama 2-3 hari jika suasana cukup panas. Silase yang
telah kering kemudian diblender dengan halus untuk memperoleh tepung silase yang digunakan
Proses pembuatan silase ikan secara kimiawi ada beberapa cara antara lain: 1) Silase ikan
mentah, yaitu silase dengan proses kimia dari ikan mentah. 2) Silase ikan dimasak yaitu silase
dengan proses kimia dari ikan mentah yang kemudian dimasak. 3) Silase dari ikan yang dimasak,
yaitu silase dengan proses kimia dari ikan yang telah dimasak terlebih dahulu.
13
Kandungan nutrisi silase ikan mentah sama dengan tepung ikan, sedangkan silase ikan
dimasal, lebih tinggi dari pada silase ikan mentah. Kandungan protein bahan 30,3% meningkat
apabila dilakukan pendekatan bioteknologi melalui silase, dan setelah dibuat silase meningkat
menjadi 47,3%.
4.2 Pembahasan
4.2.1. Silase
Penambahan asam laktat berpengaruh nyata terhadap kadar protein silase. Berarti proses
fermentasi oleh bakteri Lactobacillus mampu merombak bahan limbah ikan menjadi protein.
14
Wooldford (1984) dalam Khumalawati, S. (2009) menyatakan bahwa proses perombakan bahan
baku ikan menjadi protein dan selanjutnya terurai menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino
ini akan berubah menjadi CO2, H2O, asam laktat, asam asetat, etanol dan senyawa yang
mengandung nitrogen, yaitu NH3, senyawa NH3 (amoniak) ini bersifat basa, sehingga kehadiran
NH3 dapat menaikkan sedikit pH dalam proses fermentasi. Semakin banyak molases yang
ditambahkan maka semakin banyak pula bakteri yang tumbuh, sehingga senyawa NH3 yang
dihasilkan juga semakin banyak dapat mematikan beberapa bakteri asam laktat itu sendiri, maka
kemampuan untuk menguraikan protein juga akan menurun. Semakin banyak konsentrasi larutan
asam laktat yang ditambahkan maka kadar air dan lemak cairan silase semakin menurun. Selama
fermentasi berlangsung, kadar lemak pada bahan akan mengalami penurunan akibat terjadinya
degradasi lemak (Aryanta et al. 1994, dalam Setiadi (2001). Asam-asam lemak ini kemudian
akan dimanfaatkan lagi oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Selain sumber karbohidrat
mikroorganisme juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Air yang terkandung dalam
limbah ikan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang ada untuk tumbuh selama proses
fermentasi berlangsung.
Produk silase dari hasil penambahan larutan asam formiat memberikan aroma kurang
asam, berwarna abu-abu serta tekstur hancur (cair) pada akhir permentasi selama 5 hari. Hal ini
disebabkan oleh bakteri anaerob dengan cepat berkembang dan mulai terjadi proses fermentasi.
Mikroorganisme dari jenis bakteri Lactobacillus menghasilkan asam laktat yang dapat
menurunkan pH produk silase. Penurunan pH yang cepat menurut Murni et al., (2008) akan
Penambahan asam laktat 15% dan 20% memberikan aroma khas asam, warna cokelat
sampai cokelat kehitaman serta tekstur hancur pada akhir fermentasi selama 7 hari. Hal ini
berarti bakteri asam laktat Lactobacillus dapat berkembangbiak dengan cepat menyebabkan
bahan baku mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh proses respirasi aerobic yang
berlangsung selama proses fermentasi. Karbohidrat sebagai gula organik akan teroksidasi
menjadi CO2 dan air. Selain itu panas juga dihasilkan pada proses fermentasi sehingga
temperatur naik. Temperatur yang tidak dapat terkendali akan menyebabkan silase berwarna
coklat tua sampai hitam. Perubahan warna yang terjadi dari semua perlakuan dan tidak adanya
warna yang menyerupai warna bubur ikan terjadi dikarenakan selama proses fermentasi terjadi
proses biokimiawi yang dapat merubah warna silase ikan (Wahidah et al., 2018).
Pakan buatan terdiri atas beberapa jenis, salah satu pakan buatan yang paling banyak
dikenal adalah jenis pelet. Membuat pakan sendiri dapat dilakukan melalui teknik sederhana
dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku yang relatif murah. Bahan baku yang
digunakan harus memiliki kandungan nilai gizi yang baik yaitu yang mudah didapat ketika
diperlukan, mudah diolah dan diproses, mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ikan, dan
berharga murah. Misalnya ampas tahu dan ikan rucah (Musdalifah et al., 2019).
Proses pembuatan pakan ikan dengan kebutuhan bahan per 1 kilogram dapat dilakukan dengan
1. Menyiapkan semua baham-bahan untuk membuat pakan ikan seperti dedak halus, tepung ikan,
3. Aduk semua bahan dengan penambahan air secukupnya, hingga adonan bisa dikepal dan tidak
pecah.
4. Kemudian adonan bisa dicetak dengan mesin pelet (Gunarto et al., 2020).
17
5.1. Kesimpulan
Untuk meningkatkan nilai gizi pada pakan yang akan diberikan untuk ikan
dapat menggunakan 2 cara, yaitu fermentasi dan silase. Pada praktikum kali ini
bahan yang digunakan untuk proses silase yaitu ikan rucah dan dibantu oleh enzim
Adapun hasil yang di dapat dari proses silase adalah bahan (ikan rucah)
mencair dan diberikan NaOH untuk menetralkan pHnya hingga mencapai 7. Bahan
yang telah disilase kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3-5 hari.
halus/menjadi tepung. Lalu campurkan tepung silase tersebut dengan minyak makan,
tepung pelet komersial dan air hangat hingga berbentuk seperti adonan. Saat adonan
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar praktikum seperti ini dapat dilakukan
secara offline atau tatap muka (Jika Memungkinkan) karena saat dilakukan secara
daring beberapa mahasiswa tidak dapat menyerap materi dengan baik dan terkadang
secara offline, diharapkan mahasiswa dan asisten lab agar selalu berkomunikasi agar
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., Wijonarko, G., dan Sustriawan, B. 2016. SIFAT FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL
TEPUNG JAGUNG YANG DIPROSES MELALUI FERMENTASI. AGRITECH. 36
(2): 160 – 169.
Darmawiyanti, V., Haryati, P., Komsatun., Sofiati., dan Suratin. 2019. PENGGUNAAN
BAHAN BAKU YANG TERFERMENTASI PADA PAKAN PEMBESARAN IKAN
KAKAP PUTIH (Lates calcarifer). Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut.
(14): 71 – 76.
Gunarto., Irawan, D., dan Julianto, E. 2020. Pemberdayaan Pembudidaya Ikan Lele Kelompok
Mina Sari Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Melalui Pembuatan Pakan Ikan
Mandiri dan Teknologi Tepat Guna Mesin Pelet Sederhana. AL-KHIDMAH. 3 (1): 30 –
38.
Hilma, R., Wulandari, A., dan Wahyuningsih. 2017. POTENSI SILASE KULIT JAGUNG
SEBAGAI BAHAN PAKAN FERMENTASI. Jurnal Photon. 8 (1): 137 – 146.
Hindarto, A. 2018. PKaMI Desa Sidorejo dalam Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Lele.
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1): 1 – 6.
Kurniawan, A., Rachmawati, D., dan Samidjan, I. 2017. PENGARUH SUBSTITUSI SILASE
TEPUNG BULU DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN BENIH IKAN LELE ( Clarias gariepinus ).
Journal of Aquaculture Management and Technology. 6 (2): 1 – 9.
Mulia, D., Yulyanti, E., Maryanto, H., dan Purbomartono, C. 2015. PENINGKATAN
KUALITAS AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN DENGAN
FERMENTASI Rhizopus oligosporus. Sainteks. 12 (1): 10 – 20.
19
Musdalifah., Syam, H., dan Fadilah, R. 2019. Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Tepung
Kepala Udang dan Daun Tarum (Indigofera SP) untuk Peningkatan Nilai Nutrisi Pakan
Ikan. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. 5 (2): 82 – 90.
Novaria, R., Istijanto, S., Nasution, U., dan Sujianto, A. 2019. PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT MELALUI PENYEDIAAN MESIN PAKAN IKAN LELE DI DESA
NOGOSARI KABUPATEN PACITAN. Jurnal Pengabdian Masyarakat . 3 (2): 23 – 30.
Ratnasari., Maryani., dan Nursiah. 2020. Penambahan Silase Jeroan Ikan Patin Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur
Sungai dan Danau. 5 (2): 44 – 49.
Reniawati., Rosmawati., dan Samsudin, R. 2016. Efektivitas Penggunaan Asam Formiat dan
Propionat Pada Pembuatan Silase Darah Terhadap Nilai Kecernaan Tepung Darah Pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Mina Sains. 2 (2): 63 – 70.
Safitra., Asnani., dan Rejeki, S. 2020. KARAKTERISTIK KIMIA TEPUNG SILASE LIMBAH
IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG JAGUNG. J. Fish
Protech. 3 (1): 74 – 78.
Wahidah, S., Idris. A., dan Nawawi. 2018. KAJIAN PEMANFAATAN BAKTERI ASAM
LAKTAT DALAM PEMBUATAN SILASE IKAN RUCAH. Agrokompleks. 17 (2): 18 –
23.
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Pembuatan silase :
26
Lampiran 4
Lampiran 5