OLEH :
NAMA : SALIHIN (1610712110009)
KELOMPOK : 6 (ENAM)
ASISTEN : LUTFIAN ILHAM (GIB114201)
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan “Pembuatan Pelet” terutama kepada Dosen
Pengasuh Mata Kuliah Nutrisi Ikan Ir. Muhammad Adriani, M.Si, Dr. Noor Arida
Fauzana, S.Pi, M.Si, Dr. Hj. Indira Fitriliyani, S.Pi, M.Si dan kakak-kakak aisten
dosen yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan memberikan bantuan
serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan laporan
ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Praktikan
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ..................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM ......................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................... 5
3.3. Prosedur Kerja .......................................................................... 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 7
4.1. Hasil.......................................................................................... 7
4.2. Pembahasan .............................................................................. 10
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 12
5.1. Kesimpulan............................................................................... 12
5.2. Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.2.1. Alat Yang Digunakan Pada Praktikum ........................................... 5
3.2.2. Bahan Yang Digunakan Pada Praktikum........................................ 5
4.1.1. Bahan Tanpa Fermentasi................................................................. 9
4.1.2. Bahan Fermentasi............................................................................ 9
4.1.2. Pembuatan Pelet .............................................................................. 9
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan, antara
kedua jenis pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangannya, oleh karena
sebab itu, peternak perlu memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan tersebut
agar dapat menentukan saat yang tepat untuk menggunakan pakan alami atau
pakan buatan. Pakan alami biasanya digunakan dalam bentuk hidup dan agak sulit
untuk mengembangkanya, karena memperlukan perlakuan khusus sebelum pakan
tersebut diberikan kepada ikan, sedangkan pakan buatan dapat diartikan secara
umum sebagai pakan yang berasal dari olahan beberapa bahan pakan yang
memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan buatan sering dijumpai dalam bentuk
pelet.
Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi
kebutuhan karena ketersedian pakan alami tidak memadai agar organisme dapat
tumbuh. Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah
komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan pakan alami. Pakan
utama adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau
keseluruhan pakan alami. Jenis-jenis pakan buatan berdasarkan bentuknya tepung,
cake, emulsi, pelet berupa serpihan (flake), remah (crumble), pelet porous, pelet
panjang (spaghetti pelets).
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menunjang
keberhasilan usaha dalam budidaya perikanan. Pakan merupakan biaya tertinggi
dalam budidaya ikan, terutama bila digunakan jenis pakan yang komersial, karena
harganya yang sangat mahal. Peran pakan sangat dominan dalam usaha budidaya
perikanan yang dikelola secara intensif. Alternatif yang telah dilakukan oleh
pengusaha budidaya, untuk mengurangi biaya pengadaan pakan, adalah dengan
membuat pakan buatan. Secara garis besar, proses pembuatan pakan ikan meliputi
tahapan kegiatan pengecilan ukuran, premixing, pencampuran, pencetakan,
penjemuran, pengemasan dan penyimpanan. Proses–proses tersebut bertujuan
untuk meningkatakan nilai nutrisional, memperbaiki nilai organoleptik, menekan
biaya produksi, memudahkan konsumen dan memperpanjang umur simpan.
1
2
Pakan buatan dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal dari
olahan beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan. Pakan
buatan sering dijumpai dalam bentuk pelet. Prinsipnya, terdapat dua metode
proses pembuatan makanan bentuk pelet, yakni: pelet-milling dan pemasakan.
Teknik pelet-milling masih diterapkan untuk prosesing makanan ikan dan
kebanyakan yang menggunakan teknik ekstrusi adalah makanan bentuk pelet
untuk udang.
Pembuatan pakan ikan, yang perlu diperhatikan adalah kadar protein pakan
ikan tersebut, sehingga perlu dilakukan perhitungan yang tepat dalam meramu
pakan ikan tersebut. Setelah perhitungan jelas, bahan pakan ditimbang. Setelah
ditimbang, bahan dicampur satu persatu hingga bahan homogen. Tahap awal
dapat dimulai dengan protein basal, kemudian disusul dengan bahan yang
berprotein suplemental. Campuran yang rata, membuat kandungan protein yang
terbentuk juga rata. Setelah yakin pencampuran bahan benar–benar merata, bahan
dicampur air sehingga diperoleh adonan yang kental berbentuk pasta. Kemudian
adonan tersebut dimasukkan kedalam mesin penggiling pelet. Cetakan yang
keluar, ditampung dengan tampah dan dijemur dibawah panas matahari. Pelet
yang baik memiliki kandungan air dibawah 10% dan tidak mudah hancur.
1.2. Tujuan
2
3
yang bersifat poikiloterm atau suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan air
tempat hunian ikan. Hal ini akan menentukan laju metabolisme ikan dan oleh
karena itu, kebutuhan nutrisi berkaitan dengan suhu lingkungan (Rahardjo et al.,
2010). Molekul pakan yang besar dan kompleks harus dipecah menjadi molekul
yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorpsi dan selanjutnya digunakan di
dalam tubuh. Pemecahan molekul dilakukan dengan cara pencernaan (Yuwono &
Sukardi, 2008).
Protein merupakan komponen pakan terpenting bagi hewan air, terutama
pada ikan. Akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan
kematian karena gejala kelebihan protein. Ikan dapat menerima protein tinggi
karena mempunyai kemampuan tambahan untuk melepaskan nitrogen yang
berlebihan melalui insangnya. Ikan dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa
protein sebagai ammonia secara cepat dan terus menerus. Protein dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan, serta dapat pula sebagai sumber energi
untuk aktifitas. Protein tubuh terdiri atas rantai panjang asam-asam amino. Hanya
20 macam asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis molekul protein dalam
tubuh (Hanif et al., 2011).
Menurut Gustiano & Otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam,
umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk
tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran
ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan,
sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP
untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan
berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat
individu ikan, maka dapat ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan.
Berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam
satu hari maupun satu kali pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan
terhadap pakan yang diberikan dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering
disebut sebagai efisiensi pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara
pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam
persen. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan.
4
5
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu sebagai
berikut :
6
7
4.1. Hasil
,
Berat rerata protein : = 42,62 %
,
Berat rerata protein : = 10,46 %
27
,
Kelompok sumber protein penunjang
× 100 = 48,57
,
:
7
8
Jumlah protein
Sumber protein utama : 42,62 × 51,43 = 2.191,9466
Kelompok sumber protein penunjang : 10,46 × 48,57 = 508,0422 +
= 2.699,9888
= 27 %
Bahan utama :
9
10
4 Pencetakan pelet
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini pakan dibuat dalam bentuk pelet. Kajian utama dalam
praktikum ini adalah teknik pembuatan pakan dengan mencampurkan beberapa
bahan nabati dan hewani. Lusiawiaty (2008) menyatakan faktor yang perlu
diperhatikan dalam memilih bahan pembuatan pakan ikan adalah memilki nilai
nutrisi sesuai kebutuhan ikan, mudah diperoleh dan selalu tersedia, mudah diolah
dan dibentuk, tahan lama, bukan zat antinutrien. Pakan yang dibuat adalah dengan
komposisi binder 20 gram, vitamin mix 5 gram, minyak 10 mL, bahan utama
10
11
tepung kulit udang 217,16 gram, tepung ganggang 20 gram, tepung gulma itik 20
gram dan bahan penunjang masing-masing 34,69 gram untuk 6 bahan yang
digunakan (Tepung bandotan, tepung bayam, tepung daun ketapang dan tepung
kol).
Bahan yang sudah ditimbang diletakkan dalam satu tempat kemudian
dilakukan pencampuran bahan dengan cara mencampurkan bahan yang lebih
banyak jumlahnya terlebih dahulu kemudian mencampurkan bahan yang
jumlahnya lebih sedikit hal ini dimaksudkan agar keseluruhan tercampur merata.
Bahan yang sudah tercampur rata dibuat seperti gundukan dengan kawah
diatasnya, kawah tersebut untuk meletakkan air hangat, air hangat ini berguna
untuk tepung sagu sebagai bahan perekat pakan agar semua bahan menyatu atau
homogen.
Setelah semua bahan dicampur secara merata campuran bahan tersebut
digiling untk menghasilkan pakan dalam bentuk pelet. Gejala yang terjadi saat
pembuatan pakan adalah suhu pelet yang berbentuk hangat dan terasa lebih
lengket. Tahap akhir dalam pembuatan pelet adalah tahap pengeringan. Pelet yang
dihasilkan dari pencetakan segera dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan
hingga kadar air pakan mencapai 10-12%. Pakan dengan kadar air yang terlalu
tinggi kurang menguntungkan karena mudah ditumbuhi mikroba (jamur) dan
disukai serangga. Sebaliknya, pakan dengan kadar air terlalu rendah juga kurang
menguntungkan karena akan terjadi peningkatan laju proses oksidasi dan
pencokelatan. Sehingga perlu dilakukan penjemuran atau pengeringan pakan untk
mengurangi kadar air. Pakan dikeringkan sampai benar-benar kering agar
kualitasnya bagus, daya simpannya awet namun pakan yang sudah kering akan
dilakukan pengujian mutu pakan untuk mengetahui daya apung dan daya tahan
pakan sebelum pakan di ujikan ke ikan.
11
12
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
12
13
DAFTAR PUSTAKA
13
14
LAMPIRAN
14
15
15
16
Gambar 9. Bahan yang sudah Gambar 10. Bahan yang Gambar 11. Bahan yang
tercampur (fermentasi) sudah dicampur air dicampur vitamin
dan minyak
Gambar 12. Bahan fermentasi Gambar 13. Proses Gambar 14. Hasil
pakan yang tercampur rata penggilingan pellet (fermentasi dan
tanpa fermentasi)
16