Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FORMULASI PAKAN DAN PEMBUATAN PAKAN BENTUK


PELET

Ditujukkan untuk memenuhi tugas akhir praktikum Nutrisi Ikan

Disusun Oleh :
Kelompok 10/ Kelas B

Nurmuklis Rubiansyah 230110150090


Brian T.N.S 230110150102
Amsal Loudikia 230110150132
Khasanatur R 230110150139
Tanti Rinjani 230110150143
Nabilah M 230110150147

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya
kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ikan.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Nutrisi Ikan
2. Asisten Laboratorium mata kuliah Nutrisi Ikan.
3. Seluruh anggota kelompok 10.
Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah Nutrisi Ikan pada semester genap di Program Studi
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Nutrisi Ikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai pengolahan hasil perikanan.
Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.

Jatinangor, Mei 2018

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Formulasi Pakan ......................................................................... 3
2.2 Metode dalam Penyusunan Pakan .............................................. 4
2.2.1 Metode Pearsons Square ................................................... 4
2.3 Pakan Bentuk Pelet ..................................................................... 6
2.3.1 Proses Penepungan ........................................................... 6
2.3.2 Proses Pencampuran ......................................................... 7
2.3.3 Proses Pencetakan ............................................................. 8
2.3.4 Proses Pengeringan ........................................................... 9
2.3.5 Proses Pengemasan ........................................................... 9

III BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan Praktikum .......................................................... 11
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................ 12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ............................................................................................ 14
4.1.1 Formulasi Pakan ............................................................... 14
4.1.2 Pakan Bntuk Pelet ............................................................ 16
4.2 Pembahasan ................................................................................. 16
4.2.1 Formulasi Pakan ............................................................... 16
4.2.2 Pakan Bentuk Pelet

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................... 20

iii
iv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 21


LAMPIRAN .......................................................................................... 23

iv
v

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1. Alat Praktikum. ..................................................................................... 11
2. Bahan Praktikum ................................................................................... 12
3. Bahan Baku Pakan................................................................................. 14
4. Formulasi Pakan ..................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1. Alat Penepung. ...................................................................................... 7
2. Alat Pencampur ..................................................................................... 8
3. Alat Pencetak ......................................................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Alat dan Bahan Praktikum .................................................................... 24


2. Kegiatan Praktikum ............................................................................... 25
3. Prosedur Kerja ....................................................................................... 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi
untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum,
produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan
yang maksimum. Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci
untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan
tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung
pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut.
Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi.
Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan
merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-50%
dari biaya produksi (Gusrina 2008). Maraknya kegiatan akuakultur telah diwarnai
dengan variasi teknologi produksi hingga pada keragaman spesies yang
dibudidayakan. Introduksi pakan buatan sebagai salah satu faktor produksi
semakin penting guna meningkatkan produksi serta aman bagi lingkungan
budidaya. Di dalam budidaya ikan, formula pakan ikan ikan sangat penting untuk
diperhatikan agar dapat mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan,
seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asamlemak esensial), energi
(karbohidrat), vitamin dan mineral.
Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang
optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta
kualitas secara fisik perlu diketahui (Gunawan 2010).

1
2

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui formulasi dalam pembuatan pakan
 Untuk mengetahui cara pembuatan pakan dalam bentuk pellet

1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui formulasi dalam pembuatan pakan dan
mengetahui cara pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Formulasi Pakan


Jenis bahan baku yang harus disiapkan sangat bergantung kepada jenis
ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dan stadia pemberian pakannya.
Selain itu untuk mengetahui jenis-jenis bahan baku yang akan dipilih harus
dilakukan perhitungan. Perhitungan jumlah bahan baku yang akan digunakan
untuk membuat pakan ikan tersebut dinamakan menyusun formulasi pakan.
Setelah mengetahui tentang jenis-jenis bahan baku yang akan digunakan untuk
membuat pakan, kandungan zat gizi dari bahan-bahan baku tersebut dan cara
menyusun formulasi/ramuan pakan buatan barulah kita dapat membuat pakan
buatan. Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang jenis bahan baku dan
kandungan gizinya selanjutnya adalah menyusun formulasi (Irma 2008).
Pengetahuan yang harus dipahami dalam menyusun formulasi pakan ikan
adalah kebutuhan ikan akan beberapa kandungan zat gizi antara lain adalah :
 Protein, Kebutuhannya berkisarantara 20 – 60%. Untuk ikan-ikan laut
biasanya kebutuhan protein cukup tinggi karena merupakan kelompok
ikan karnivora yaitu berkisar antara 30 – 60%. Sumber protein dapat
diperoleh dari hewani atau nabati tetapi untuk ikan laut lebih menyukai
sumber protein diambil dari hewani.
 Lemak, Kebutuhannya berkisar antara 4-18%. Sumber lemak/lipid
biasanya adalah : Hewani : lemak sapi, ayam, kelinci, minyak ika Nabati :
jagung, biji kapas, kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai
 Karbohidrat, terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN), kebutuhannya berkisar antara 20 – 30%. Sumber karbohidrat
biasanya dari nabati seperti jagung, beras, dedak, tepung terigu, tapioka,
sagu dan lain-lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8% akan menambah
struktur pellet, jika lebih dari 8% akan mengurangi kualitas pellet ikan.

3
4

 Vitamin dan mineral, kebutuhannya berkisar antara 2–5% Jumlah


keseluruhan bahan baku dalam menyusun formulasi pakan ikan ini harus
100%(Khairuman 2002) .

2.2 Metode dalam Penyusunan Formulasi


Ada beberapa metode yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan
antara lain adalah :
 Metode Pearsons Square (Metode segi empat Pearsons)
 Metode Aljabar
 Metode Linier (Program linier)
 Metode coba-coba (Trial and Error)
 Metode Work Sheet (Mujiman 1999)

2.2.1 Metode Pearsons Square (Metode Segi Empat Pearsons)


Metoda segiempat kuadrat adalah suatu metode yang pertama kali dibuat
oleh ahli pakan ternak dalam menyusun pakan ternak yang bernama Pearsons..
Metode ini ternyata dapat diadaptasi oleh para ahli pakan ikan dan digunakan
untuk menyusun formulasi pakan ikan.Dalam menyusun formulasi pakan ikan
dengan metode ini didasari pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan
ikan. Berdasarkan tingkat kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan initerbagi
atas dua bagian yaitu :
o Protein Basal, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,
hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%.
o Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein lebih dari
20% (Abbas 1998).
Dalam metode segi empat ini langkah pertama adalah melakukan
pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan.
Disarankan untuk memilih bahan baku pembuatan pakan ikan ini tidak hanya dari
satu sumber bahan saja tetapi menggunakan beberapa bahan baku dari sumber
nabati, hewani atau limbah hasil pertanian. Misalnya kita akan membuat pakan
ikan dengan kadar protein 35% dengan menggunakan bahan baku terdiri dari
5

tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai. Maka
dengan menggunakan metode segiempat ini, tahapan yang harus dilakukan antara
lain adalah :
o Mengelompokkan bahan baku yang telah dipilih berdasarkan kadar protein
dari setiap bahan baku tersebut yaitu ;
o Melakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan baku dari protein basal
dan protein suplemen dengan cara melakukan penjumlahan semua bahan
baku yang berasal dari protein basal dan membagi dengan berapa macam
jumlah bahan baku protein basal. Begitu juga dengan bahan baku
suplemen dilakukan penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi
dengan berapa macam jumlah bahan baku protein suplemen.
o Setelah bahan baku dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu protein basal
dan protein suplemen maka langkah selanjutnya adalah membuat kotak
segi empat. Pada bagian tengah kotak segi empat diletakkan nilai
kandungan protein pakan yang akan dibuat. Pada bagian atas kiri
segiempat diletakkan nilai rat-rata kandungan protein basal dan pada
bagian bawah kiri segiempat diletakkan nilai ratarata kandungan protein
suplemen, lihat pada gambar dibawah ini ;

o Lakukan perhitungan untuk mengisi kekosongan nilai pada sisi sebelah


kanan segiempat dengan cara diagonal untuk setiap kandungan protein
basa dan kandungan protein suplemen tersebut. Pada bagian tengah
segiempat tersebut diletakkan kadar protein pakan ikan yang akan dibuat
o Setelah diperoleh nilai pada keempat sudut segiempat tersebut, langkah
selanjutnya adalah melakukan penjumlahan nilai pada bagian sisi sebelah
kanan.
6

o Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi setiap


bahan baku yang telah disusun (Djarijah 1995).

2.3 Pakan Bentuk Pelet


Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa
dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat
keambaan pakan. Anna (2008) menjelaskan keuntungan pakan bentuk pellet
adalah meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energy
metabolis pakan, membunuh bakteri pathogen, menurunkan jumlah pakan yang
tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat
nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin. Pembuatan pellet terdiri dari proses
penepungan, pencampuran, pemanasan, pencetakan, pengeringan. Perlakuan
terakhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan. Menurut
Murtidjo (2001), proses penting dalam pembuatan pelleta dalah pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan
(cooling) (Sahwan 2002).

2.3.1 Proses Penepungan


Alat penepung digunakan untuk membuat semua bahan baku yang akan
digunakan berubah menjadi tepung. Seperti penjelasan sebelumnya, sebelum
membuat pakan diharuskan untuk memilih jenis-jenis bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan.
Jenis-jenis bahan baku yang telah dipilih dan ditentukan jumlahnya
berdasarkan hasil perhitungan formulasi pakan pada materi sebelumnya,
selanjutnya dilakukan proses penepungan terhadap bahan-bahan baku tersebut.
Bahan baku yang akan dibuat menjadi pakan buatan semuanya harus dalam
bentuk tepung karena jika ada bahan baku yang tidak dalam bentuk tepung akan
terjadi campuran bahan baku yang tidak homogen dan akan menyebabkan pakan
yang akan dibuat tidak dapat menggumpal dengan baik. Penghalusan bahan baku
sampai menjadi tepung ini menggunakan alat bantu penepungan .
Penepungan bahan baku harus dilakukan agar proses pembuatan pakan
sesuai prosedur. Bahan baku untuk pembuatan pakan buatan pada umumnya
7

adalahbahan baku kering. Ukuran tepung untuk bahan baku pakan buatan dalam
bentuk pellet sebaiknya berukuran kurang dari 0,6 mm, agar daya ikat antar
partikel bahan baku lebih kuat sehingga tidak mudah larut dalam air. Untuk
mendapatkan ukuran tepung yang diinginkan tersebut kita dapat mengatur
saringan yang terdapat pada alat penepung dengan cara mengganti/menukar
saringannya sesuai dengan yang diinginkan. Namun perlu diingat dalam
menggunakan saringan pada alat penepung sebaiknya bertahap, yaitu saringan
yang digunakan pertama kali harus saringan yang paling kasar sampai yang
terakhir saringan yang paling halus atau ukuran saringan yang diinginkan. Hal ini
perlu diperhatikan agar dalam proses penepungan tidak terjadi kemacetan pada
mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan mesin (Gunawan 2010).

Gambar 1. Alat Penepungan

2.3.2 Proses Pencampuran


Setelah penepungan bahan baku dilakukan terhadap semua jenis bahan
baku yang akan digunakan untuk pembuatan pakan buatan adalah melakukan
penimbangan ulang bahan baku sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya bahan baku yang telah ditimbang tersebut selesai,
dilakukan proses pencampuran. Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan
dengan cara mencampur bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian
8

secara bertahap ditambahkan jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara
homogen.
Pencampuran bahan baku kering yang sempurna akan sangat berpengaruh
terhadap kekompakan bahan baku tersebut jika sudah dicampur dengan air
menjadi adonan dan siap dibentuk sesuai keinginan.
Proses pencampuran bahan baku menjadi suatu campuran yang homogen
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pencampur baik alat pencampur
vertikal (Vertical mixer) () maupun horizontal (horizontal mixer) (b). Pemakaian
jenis alat pencampur ini sangat bergantung kepada kapasitas produksi (Gunawan
2010) .

(a)Vertical Mixer (b) Horizontal Mixer


Gambar 2. Alat Pencampur

2.3.3 Proses Pencetakan


Alat pencetak adalah alat yang digunakan untuk mencetak pakan buatan.
Bentuk alat pencetak ini sangat bergantung pada bentuk pakan buatan yang akan
dicetak. Bentuk pakan buatan yang biasa di buat adalah pakan kering dalam
bentuk pellet dan ukuran pakannya disesuaikan dengan peruntukkan ikan. Alat
pencetak (pelleting) untuk skala rumah tangga dapat digunakan alat pengiling
daging, sedangkan skala menengah dapat menggunakan alat pelleting dan skala
9

besar/pabrikasi dengan menggunakan alat pelleting otomatis. Panjang dan


diameter pellet ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan (Gunawan 2010).

Gambar 3. Alat Pencetak

2.3.4 Proses Pengeringan


Pada skala usaha rumahtangga alat yang digunakan untuk mengeringkan
pakan buatan adalah sinar matahari atau oven biasa. Pada industri skala menengah
biasanya menggunakan oven listrik sedangkan pada industri skala besar pakan
buatan yang dibuatnya menggunakan alat pencetak yang lengkap dengan alat
pemanas (steam) sehingga pellet yang dihasilkan sudah dalam bentuk pellet
kering (Gunawan 2010).

2.3.5 Proses Pengemasan


Pengemasan/pengepakan pakan buatan merupakan tahap akhir dari proses
pembuatan pakan sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pengemasan pakan
buatan dapat dilakukan secara langsung dari proses pembuatan pakan. Dengan
pengemasan yang benar akan sangat menentukan daya simpan pakan buatan .
pengemasan yang baik akan dapat meningkatkan daya simpan pakan buat semakin
lama sebelum dijual dan tetap mempertahankan kualitas pakan buatan.
Oleh karena itu, agar pakan buatan yang sudah kering sampai kadar airnya
berkisar antara 10 – 12% sebelum dijual atau digunakan oleh konsumen dan tetap
terjaga kadar airnya didalam kemasan sehingga pakan buatan dapat disimpan
dalam jangka waktu yang lama dengan kualitas tetap terjaga, maka pakan buatan
harus dikemas dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga tidak
mudah terkontaminasi.
10

Bahan yang umum digunakan untuk mengemas pakan buatan antara lain
adalah karung plastik anyaman untuk bagian luar sedangkan untuk bagian dilapisi
kantong plastik tipis, transparan. Bagian kantong plastik itulah yang membuat
pellet/pakan buatan terisolasi dari udara bebas, sedangkan karung plastik anyaman
merupakan pelindung agar kantong plastik tidak mudah bocor serta memudahkan
dalam pengangkutan. Jenis bahan kemasan yang lainnya adalah dari kertas semen
yang dibuat seperti kantong dan biasanya digunakan untuk mengemas pakan yang
mempunyai berat antara 5–10 kg. Kantong kertas semen ini merupakan bagian
luar dari kantong kemasan, sedangkan pada bagian dalamnya merupakan kantong
plastik tipis dan transparan (Gunawan 2010).
Dalam melakukan pengemasan pakan buatan dibutuhkan alat untuk
memasukkan pakan langsung ke dalam kantong kemasan dan dilakukan
penjahitan pada kantong bagian dalam dan bagian luar. Pada pengemasan skala
pabrik semua alat pengemasan sudah terangkai menjadi satu pada saat pakan
buatan masuk kedalam kantong kemasan langsung dilakukan penjahitan otomatis
pada kemasan
tersebut. Tetapi pada beberapa perusahaan kecil proses pengemasan dilakukan
secara manual dengan memasukkan pakan buatan kedalam kantong dan ditimbang
beratnya secara manual, kemudian dilakukan penjahitan kantong kemasan dengan
menggunakan mesin jahit portable untuk plastik kemasan.
Pakan buatan yang dikemas dalam kemasan yang benar akan mempunyai
daya simpan yang relatif lebih panjang daripada pakan yang tidak dikemas dengan
benar. Dengan tidak adanya udara bebas dalam kantong kemasan maka
mikroorganisme perusak pakan buatan tidak dapat tumbuh sehingga pakan buatan
yang dikemas dengan prosedur yang benar akan mampu disimpan dalam jangka
waktu 90-100 hari (Gunawan 2010).
11

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum nutrisi pakan mengenai Formulasi Pakan dan Pembuatan Pakan
Bentuk Pelet dilaksanakan pada hari Senin 7 Mei 2018 pada pukul 13.00-Selesai
di Rumah Pakan Ciparaje Univeritas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat Praktikum
No. Nama Alat Fungsi
1. Ayakan Untuk mengayak bahan pakan
2. Baskom Sebagai tempat untuk mencampurkan bahan
3. Sendok Untuk mengambil bakan pakan
4. Label Untuk menamai/malabeli pakan yang sudah
jadi
5. Mesin Giling Untuk menggiling dan mencetak pakan
6. Timbangan Untuk menimbang bakan pakan
7. Pengaduk Untuk mengaduk semua bahan
8. Nampan Untuk menampung pakan yang sedang di
giling
9. Saringan Untuk menyaring bahan pakan
10. Mesin Pelet Untuk mencampur atau membentuk pelet
11. Tampah Untuk menjemur pakan yang sudah digiling
12. Alat Pemutar Untuk memutarkan mesin giling

11
12

Tabel 2. Bahan Praktikum


No. Nama Bahan Fungsi
1. Dedak Sebagai sumber karbohidrat
2. Tepung Ikan Sebagai sumber protein hewani
3. Tepung Kedelai Sebagai sumber protein nabati
4. Tepung Jagung Sebagai sumber karbohidrat
5. Polar Sebagai sumber karbohidrat
6. MBM Sebagai sumber protein hewani
7. Tepung Tapioka Sebagai sumber karbohidrat dan perekat
8. CMC Sebagai binder atau perekat
9. Minyak Ikan Sebagai sumber lemak

3.3 Prosedur Kerja


 Penghalusan Bahan Baku
- Dihaluskan bahan baku dengan menggunakan mesin
- Diayak kembali setiap bahan baku agar lebih halus
- Disimpan dalam wadah plastic dan diberi label yang jelas
 Penimbangan Bahan Baku
- Dihitung berapa jumlah bahan yang digunakan
- Ditimbanang bahan sesuai dngan kebutuhan yang akan digunakan
- Disimpan dalam wadah plastic dan diberi label yang jelas
 Pencampuran Bahan Baku
- Dimasukkan bahan yang lebih sedikit dahulu jumlahnya kedalam
baskom
- Dicampurkan dengan bahan yang lebih banyak
- Diaduk hingga tercampur merata
 Pencetakkan Pakan
- Ditambahkan bahan yang sudah tercampur dengan perekat atau
binder
- Dimmasukkan kedalam mesin giling dan di cetak
- Pakan yang keluar dari mesin giling disimpan dengan hati-hati di
nampan
13

 Pengeringan Pakan
- Diambil nampan berisi pakan yang sudah dicetak
- Dikeringkan di bawah sinar matahari lalu dilakukan pembalikkan
setiap dua jam sekali
14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Formulasi Pakan
Kebutuhan protein sebesar 27% dengan jumlah pakan yang dibuat
sebanyak 100 gram dari bahan baku berikut:
Tabel 3. Bahan Baku Pakan
No. Bahan Baku Kadar Protein (%)
1. Tepung Ikan 52
2. Tepung Kedelai 45
3. Tepung Jagung 8,6
4. Dedak Halus 11
5. Polar 17
6. MBM 61,13
7. Tepung Tapioka 0
8. Minyak Jagung 0
9. Mineral 0

Metode Pearsons Square (Metode Segi Empat Pearsons)


 Asumsi I : Ketiga bahan sumber protein suplemen dianggap sama, yaitu
tepung ikan, tepung kedelai, dan MBM. Maka didapatkan nilai

 Asumsi II : Ketiga bahan sumber protein basal dianggap sama, yaitu


tepung jagung, dedak halus, dan polar. Maka didapatkan nilai

14
15

Perhitungan :
PB 12,2 25,71

27

PS 52,71 14,8

40,51

- Kebutuhan protein suplemen : = 36,541

= 12,15 gram. Maka jumlah masing-masing bahan baku yaitu sebanyak

12,15 gram

- Kebutuhan protein basal : = 63,459

= 21,153 gram. Maka jumlah masing-masing bahan baku yaitu sebanyak

21,153 gram
Tabel 4. Formulasi Pakan
No. Bahan Baku Jumlah (gram)
1. Tepung Ikan 12,15
2. Tepung Kedelai 12,15
3. Tepung Jagung 21,153
4. Dedak Halus 21,153
5. Polar 21,153
6. MBM 12,15
7. Tepung Tapioka 0
8. Minyak Jagung 0
9. Mineral 0
16

4.1.2 Pakan Bentuk Pelet


Dari hasil formulasi tersebut didapatkan pakan bentuk peet dengan
karakteristik organoleptik sebagai berikut :
- Panjang rata-rata : 1 cm
- Aroma : Dominan bau tepung ikan
- Tekstur : Tidak mudah hancur
- Warna : Coklat muda sedikit kekuningan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Formulasi Pakan
Pengetahuan yang harus dipahami dalam menyusun formulasi pakan ikan
adalah kebutuhan ikan akan beberapa kandungan zat gizi antara lain adalah:
5 Protein, Kebutuhan ikan akan protein berkisar 20—60 %. Untuk ikan-ikan
laut biasanya kebutuhan protein cukup tinggi karena merupakan kelompok
ikan karnivora yaitu berkisar antara 30—60%.
6 Lemak, Kebutuhan ikan akan lemak berkisar anatara 4—18%. Sumber lemak
biasanya dari hewani dan lemak nabati.
7 Karbohidrat, Karbohidrat, terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN). Kebutuhannya berkisar antara 20—30%. Sumber
karbohidrat biasanya dari nabati seperti jagung, beras, dedak, tepung terigu,
sagu dan lain-lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8 % akan menambah
struktur pellet, jika lebih dari 8 % akan mengurangi kualitas pellet.
8 Vitamin dan Mineral, Kebutuhan akan vitamin dan mineral berkisar antara
2—5%.
Dalam penyusunan formulasi pakan ikan dengan metode pearsons didasari
pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan ikan. Berdasarkan tingkat
kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan ini terbagi atas dua bagian yaitu:
 Protein Basal, yaitu: bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,
hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%
yaitu tepung ikan, tepung kedelai dan MBM.
 Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang kandungan protein lebih dari 20% yaitu
tepung jagung, dedak halus dan polar.
17

Gizi utama yang terkandung dalam ramuan pakan adalah protein, lemak
dan karbohidrat. Dalam menyusun ramuan pakan juga diperhatikan nilai ubahnya
(konversi), apabila makanan tersebut hanya dimaksudkan sebagai bahan makanan
tambahan maka kandungan gizinya dapat lebih rendah dibandingkan jika akan
digunakan sebagai makanan pokok (Mudjiman, 2004). Kandungan gizi dari
ransum yang akan digunakan dalam pembuatan pakan meliputi bahan anorganik
(abu), protein, lemak, serat kasar (SK), dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) dengan kandungan yang berbeda-beda (Agustono dkk., 2010).
Komposisi bahan baku yang akan digunakan dapat diperhitungkan
berdasarkan kadar proteinnya pada saat menyusun ramuan pakan. Kadar gizi dari
masing-masing bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan pakan perlu
diketahui. Ramuan pakan ikan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan fase
atau umur pemeliharaan ikan. Kandungan energi yang terkandung dalam pakan
ditentukan berdasarkan kebutuhan ikan pada umumnya (Mudjiman, 2004).
Formulasi pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan
dipelihara atau diteliti, apakah termasuk karnivora, omnivora, atau herbivora.
Karnivora harus menggunakan bahan pakan yang lebih banyak berasal dari
hewan, sedangkan omnivora harus terdapat keseimbangan antara bahan nabati dan
bahan hewani, kemudian untuk herbivora lebih banyak menggunakan bahan
nabati dalam formulasinya (Djajasewaka, 1985).

4.2.2 Pakan Bentuk Pelet


Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa
dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat
keambaan pakan. Patrick dan Schaible (1980) menjelaskan keuntungan pakan
bentuk pellet adalah meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan
kadar energy metabolis pakan, membunuh bakteri pathogen, menurunkan jumlah
pakan yang tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin
keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah oksidasi vitamin.
Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan
pengeringan. khususnya bagi ikan konsumsi. Karena dengan menyusun
18

rumus akandapat menenyesuaikan kebutuhan pakan bagi ikan. Perlakuan terakhir


terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan. Menurut Pfost (1964),
proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran
uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan (cooling) (Industry,
2008). Dalam pembuatan pakan dibutuhkan penyusunan rumus sangat
dibutuhkan untuk menentukan prosentasi protein yang akan diberikan pada ikan
yang mengkonsumsi pellet tersebut. Penyusunan rumus pakan disusun dengan
tujuan untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan ikan, prosentasi protein
yang baik bagi ikan tersebut.
Dalam proses penepungan terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu
penggilingan dan pengayakan. Penggilingan bertujuan untuk menghaluskan bahan
baku dengan menggunakan mesin blender. Bahan baku yang telah halus kemudian
diaya menggunakan ayakan yang terbuat dari bahan nilon dengan diameter output
sebesar 90 mesh. Setelah proses pengayakan selesai diperolehlah tepung yang
akan digunakan untuk pencampuran.
Setelah bahan baku dibuat tepung, proses selanjutnya adalah penimbangan
tiap - tiap tepung menggunakan timbangan elektronik. Berat tiap - tiap tepung
harus berdasarkan formulasi. Proses penimbangan harus secara bertahap dari
bahan yang volumenya besar ke volume yang kecil.
Bahan yang telah ditimbang dicambur dalam baskom dan campur menjadi
homogen. Setelah dicampur, masukan bahan tambahan. Campur kembali hingga
homogen. Bahan baku yang telah dicampur kemudian dicetak dengan mesin pellet
berukuran kecil. Bahan yang telah di pellet, diletakan diatas bagi.
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.
Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam
pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (sekitar 10%). Proses
pengeringan dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari. Pellet yang
telah dikeringkan kemudian dimasukan di dalam toples yang kemudian disimpan
di tempat kering dan tidak lembab.
Hasil dari pembuatan pellet tersebut didapatkan hasil pellet denga ukuran
1 cm karena disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, aroma yag dihasilkan yaitu
19

dominan bau tepung ikan dan warnanya yang coklat kekuningan serta tekstur yang
padat dan tidak mudah hancur karena adanya cmc sebagai binder yang dapat
merekatkan semua bahan baku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penyusunan formulasi pakan ikan dengan metode pearsons didasari pada
pembagian kadar protein bahan-bahan pakan ikan karena dengan menyusun
rumus akandapat menenyesuaikan kebutuhan pakan bagi ikan. Untuk memenuhi
gizi ikan maka harus di sesuaikan kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral untuk menunjang pross pertumbuhan dan reproduksi ikan. Formulasi
pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dipelihara atau
diteliti, apakah termasuk karnivora, omnivora, atau herbivora.
Keuntungan pakan bentuk pellet adalah meningkatkan konsumsi dan
efisiensi pakan, meningkatkan kadar energy metabolis pakan, membunuh bakteri
pathogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama
penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah
oksidasi vitamin. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan
(cooling).

5.2 Saran
Sarana dan prasarana yang disiapkan sudah memenuhi kebutuhan
praktikan, lebih diperhatikan kembali kebersihan dalam pembuatan pakan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Abbas S, Djarijah. 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 48


hal.
Afrianto, E dan E. Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 37-
141.
Agustono, H. Setyono, T. Nurhajati, M. Lamid, dan W. D. Lokapirnasari. 2010.
Praktikum Teknologi Pakan Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. 48 hal.
Ahmad, T. Ratnawati, E. dan R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif.
Penebar Swadaya. Jakarta. 85 hal.
Akbar, S. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 29-
44.
Anna, S. 2008. Analisis Fisika pada Analisa Pakan Udang. Direktorat Jenderal
Perikanan bekerja sama dengan Internasional Development Research
Centre, 1987.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146 hal.
Bambang. 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Hal 115.
Darmono. 1993.Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). CV Yasaguna. Jakarta.
Djarijah, A. S. Ir. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya. 434 hal.
Ghufron dan Kardi. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng. Dahara Prize.
Semarang
Gunawan, D. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan Proses
Pengolahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. 30 hal.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 491 hal.
22

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 276 hal.
Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara
Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal.
Khairuman, K.A. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka.
Jakarta. 83 hal.
Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
146-148 : 157-165.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal
13 : 56 : 77.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Hal 87-98.
Nahm, K.H. 1992. Practical Guide to Feed, Forage and Water Analysis. Yoo Han
Pub. Korea Republic.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal.
Pfeil. F., Schultze H.P. 1996. Devonian Fishes and Plants of Miguasha, Quebec,
Canada. Verlag. München. 374 hal.
Rasidi. 2002. Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Cetakan 5.
Penebar Swadaya. Jakarta. 106 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan. Jilid I dan II. Bina cipta.
Bandung.
Sahwan, F. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
Sim, YS. 2005. Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan
Kerapu yang di Budidaya. Australian Centre for International
Agricultural Research. Canberra. 18 hal.
Sugama, K., Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E. and Kawahara, S. 2001. Manual for
the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol
Research Institute for Mariculture and Japan International Cooperation
Agency, Bali, Indonesia. 37 hal.
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Timbangan Baskom

Pengaduk Pengayak

Tepung Ikan Dedak


25

Lampiran 2. Kegiatan Praktikum

Menimbang Bahan Baku Mengayak Bahan Baku

Mencampur Bahan Baku Mencetak Bahan Baku


26

Lampiran 3. Prosedur Praktikum

 Penghalusan Bahan Baku


Dihaluskan bahan baku dengan menggunakan mesin

Diayak kembali setiap bahan baku agar lebih halus

Disimpan dalam wadah plastic dan diberi label yang jelas

 Penimbangan Bahan Baku


Dihitung berapa jumlah bahan yang digunakan

Ditimbang bahan sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan

Disimpan dalam wadah plastic dan diberi label yang jelas

 Pencampuran Bahan Baku


Dimasukkan bahan yang lebih sedikit dahulu jumlahnya kedalam
baskom

Dicampurkan dengan bahan yang lebih banyak

Diaduk hingga tercampur merata


27

 Pencetakkan Pakan
Ditambahkan bahan yang sudah tercampur dengan perekat atau binder

Dimasukkan kedalam mesin giling dan di cetak

Pakan yang keluar dari mesin giling disimpan dengan hati-hati di nampan

 Pengeringan Pakan
Diambil nampan berisi pakan yang sudah dicetak

Dikeringkan di bawah sinar matahari lalu dilakukan pembalikkan


setiap dua jam sekali

Anda mungkin juga menyukai