Disusun Oleh :
Kelompok 10/ Kelas B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanNya
kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Nutrisi Ikan.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Nutrisi Ikan
2. Asisten Laboratorium mata kuliah Nutrisi Ikan.
3. Seluruh anggota kelompok 10.
Laporan ini disusun sebagai hasil dari praktikum yang merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah Nutrisi Ikan pada semester genap di Program Studi
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Nutrisi Ikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai pengolahan hasil perikanan.
Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, institusi pendidikan dan masyarakat luas.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Formulasi Pakan ......................................................................... 3
2.2 Metode dalam Penyusunan Pakan .............................................. 4
2.2.1 Metode Pearsons Square ................................................... 4
2.3 Pakan Bentuk Pelet ..................................................................... 6
2.3.1 Proses Penepungan ........................................................... 6
2.3.2 Proses Pencampuran ......................................................... 7
2.3.3 Proses Pencetakan ............................................................. 8
2.3.4 Proses Pengeringan ........................................................... 9
2.3.5 Proses Pengemasan ........................................................... 9
iii
iv
iv
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui formulasi dalam pembuatan pakan
Untuk mengetahui cara pembuatan pakan dalam bentuk pellet
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui formulasi dalam pembuatan pakan dan
mengetahui cara pembuatan pakan dalam bentuk pellet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
tepung ikan, dedak halus, tepung jagung, tepung terigu dan tepung kedelai. Maka
dengan menggunakan metode segiempat ini, tahapan yang harus dilakukan antara
lain adalah :
o Mengelompokkan bahan baku yang telah dipilih berdasarkan kadar protein
dari setiap bahan baku tersebut yaitu ;
o Melakukan perhitungan rata-rata kandungan bahan baku dari protein basal
dan protein suplemen dengan cara melakukan penjumlahan semua bahan
baku yang berasal dari protein basal dan membagi dengan berapa macam
jumlah bahan baku protein basal. Begitu juga dengan bahan baku
suplemen dilakukan penjumlahan kadar protein suplemen kemudian dibagi
dengan berapa macam jumlah bahan baku protein suplemen.
o Setelah bahan baku dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu protein basal
dan protein suplemen maka langkah selanjutnya adalah membuat kotak
segi empat. Pada bagian tengah kotak segi empat diletakkan nilai
kandungan protein pakan yang akan dibuat. Pada bagian atas kiri
segiempat diletakkan nilai rat-rata kandungan protein basal dan pada
bagian bawah kiri segiempat diletakkan nilai ratarata kandungan protein
suplemen, lihat pada gambar dibawah ini ;
adalahbahan baku kering. Ukuran tepung untuk bahan baku pakan buatan dalam
bentuk pellet sebaiknya berukuran kurang dari 0,6 mm, agar daya ikat antar
partikel bahan baku lebih kuat sehingga tidak mudah larut dalam air. Untuk
mendapatkan ukuran tepung yang diinginkan tersebut kita dapat mengatur
saringan yang terdapat pada alat penepung dengan cara mengganti/menukar
saringannya sesuai dengan yang diinginkan. Namun perlu diingat dalam
menggunakan saringan pada alat penepung sebaiknya bertahap, yaitu saringan
yang digunakan pertama kali harus saringan yang paling kasar sampai yang
terakhir saringan yang paling halus atau ukuran saringan yang diinginkan. Hal ini
perlu diperhatikan agar dalam proses penepungan tidak terjadi kemacetan pada
mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan mesin (Gunawan 2010).
secara bertahap ditambahkan jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar semua bahan baku tersebut dapat tercampur secara
homogen.
Pencampuran bahan baku kering yang sempurna akan sangat berpengaruh
terhadap kekompakan bahan baku tersebut jika sudah dicampur dengan air
menjadi adonan dan siap dibentuk sesuai keinginan.
Proses pencampuran bahan baku menjadi suatu campuran yang homogen
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pencampur baik alat pencampur
vertikal (Vertical mixer) () maupun horizontal (horizontal mixer) (b). Pemakaian
jenis alat pencampur ini sangat bergantung kepada kapasitas produksi (Gunawan
2010) .
Bahan yang umum digunakan untuk mengemas pakan buatan antara lain
adalah karung plastik anyaman untuk bagian luar sedangkan untuk bagian dilapisi
kantong plastik tipis, transparan. Bagian kantong plastik itulah yang membuat
pellet/pakan buatan terisolasi dari udara bebas, sedangkan karung plastik anyaman
merupakan pelindung agar kantong plastik tidak mudah bocor serta memudahkan
dalam pengangkutan. Jenis bahan kemasan yang lainnya adalah dari kertas semen
yang dibuat seperti kantong dan biasanya digunakan untuk mengemas pakan yang
mempunyai berat antara 5–10 kg. Kantong kertas semen ini merupakan bagian
luar dari kantong kemasan, sedangkan pada bagian dalamnya merupakan kantong
plastik tipis dan transparan (Gunawan 2010).
Dalam melakukan pengemasan pakan buatan dibutuhkan alat untuk
memasukkan pakan langsung ke dalam kantong kemasan dan dilakukan
penjahitan pada kantong bagian dalam dan bagian luar. Pada pengemasan skala
pabrik semua alat pengemasan sudah terangkai menjadi satu pada saat pakan
buatan masuk kedalam kantong kemasan langsung dilakukan penjahitan otomatis
pada kemasan
tersebut. Tetapi pada beberapa perusahaan kecil proses pengemasan dilakukan
secara manual dengan memasukkan pakan buatan kedalam kantong dan ditimbang
beratnya secara manual, kemudian dilakukan penjahitan kantong kemasan dengan
menggunakan mesin jahit portable untuk plastik kemasan.
Pakan buatan yang dikemas dalam kemasan yang benar akan mempunyai
daya simpan yang relatif lebih panjang daripada pakan yang tidak dikemas dengan
benar. Dengan tidak adanya udara bebas dalam kantong kemasan maka
mikroorganisme perusak pakan buatan tidak dapat tumbuh sehingga pakan buatan
yang dikemas dengan prosedur yang benar akan mampu disimpan dalam jangka
waktu 90-100 hari (Gunawan 2010).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
11
12
Pengeringan Pakan
- Diambil nampan berisi pakan yang sudah dicetak
- Dikeringkan di bawah sinar matahari lalu dilakukan pembalikkan
setiap dua jam sekali
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Formulasi Pakan
Kebutuhan protein sebesar 27% dengan jumlah pakan yang dibuat
sebanyak 100 gram dari bahan baku berikut:
Tabel 3. Bahan Baku Pakan
No. Bahan Baku Kadar Protein (%)
1. Tepung Ikan 52
2. Tepung Kedelai 45
3. Tepung Jagung 8,6
4. Dedak Halus 11
5. Polar 17
6. MBM 61,13
7. Tepung Tapioka 0
8. Minyak Jagung 0
9. Mineral 0
14
15
Perhitungan :
PB 12,2 25,71
27
PS 52,71 14,8
40,51
12,15 gram
21,153 gram
Tabel 4. Formulasi Pakan
No. Bahan Baku Jumlah (gram)
1. Tepung Ikan 12,15
2. Tepung Kedelai 12,15
3. Tepung Jagung 21,153
4. Dedak Halus 21,153
5. Polar 21,153
6. MBM 12,15
7. Tepung Tapioka 0
8. Minyak Jagung 0
9. Mineral 0
16
4.2 Pembahasan
4.2.1 Formulasi Pakan
Pengetahuan yang harus dipahami dalam menyusun formulasi pakan ikan
adalah kebutuhan ikan akan beberapa kandungan zat gizi antara lain adalah:
5 Protein, Kebutuhan ikan akan protein berkisar 20—60 %. Untuk ikan-ikan
laut biasanya kebutuhan protein cukup tinggi karena merupakan kelompok
ikan karnivora yaitu berkisar antara 30—60%.
6 Lemak, Kebutuhan ikan akan lemak berkisar anatara 4—18%. Sumber lemak
biasanya dari hewani dan lemak nabati.
7 Karbohidrat, Karbohidrat, terdiri dari serat kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN). Kebutuhannya berkisar antara 20—30%. Sumber
karbohidrat biasanya dari nabati seperti jagung, beras, dedak, tepung terigu,
sagu dan lain-lain. Kandungan serat kasar kurang dari 8 % akan menambah
struktur pellet, jika lebih dari 8 % akan mengurangi kualitas pellet.
8 Vitamin dan Mineral, Kebutuhan akan vitamin dan mineral berkisar antara
2—5%.
Dalam penyusunan formulasi pakan ikan dengan metode pearsons didasari
pada pembagian kadar protein bahan-bahan pakan ikan. Berdasarkan tingkat
kandungan protein, bahan-bahan pakan ikan ini terbagi atas dua bagian yaitu:
Protein Basal, yaitu: bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari nabati,
hewani dan limbah yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20%
yaitu tepung ikan, tepung kedelai dan MBM.
Protein Suplement, yaitu bahan baku pakan ikan, baik yang berasal dari
nabati, hewani dan limbah yang kandungan protein lebih dari 20% yaitu
tepung jagung, dedak halus dan polar.
17
Gizi utama yang terkandung dalam ramuan pakan adalah protein, lemak
dan karbohidrat. Dalam menyusun ramuan pakan juga diperhatikan nilai ubahnya
(konversi), apabila makanan tersebut hanya dimaksudkan sebagai bahan makanan
tambahan maka kandungan gizinya dapat lebih rendah dibandingkan jika akan
digunakan sebagai makanan pokok (Mudjiman, 2004). Kandungan gizi dari
ransum yang akan digunakan dalam pembuatan pakan meliputi bahan anorganik
(abu), protein, lemak, serat kasar (SK), dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) dengan kandungan yang berbeda-beda (Agustono dkk., 2010).
Komposisi bahan baku yang akan digunakan dapat diperhitungkan
berdasarkan kadar proteinnya pada saat menyusun ramuan pakan. Kadar gizi dari
masing-masing bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan pakan perlu
diketahui. Ramuan pakan ikan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan fase
atau umur pemeliharaan ikan. Kandungan energi yang terkandung dalam pakan
ditentukan berdasarkan kebutuhan ikan pada umumnya (Mudjiman, 2004).
Formulasi pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan
dipelihara atau diteliti, apakah termasuk karnivora, omnivora, atau herbivora.
Karnivora harus menggunakan bahan pakan yang lebih banyak berasal dari
hewan, sedangkan omnivora harus terdapat keseimbangan antara bahan nabati dan
bahan hewani, kemudian untuk herbivora lebih banyak menggunakan bahan
nabati dalam formulasinya (Djajasewaka, 1985).
dominan bau tepung ikan dan warnanya yang coklat kekuningan serta tekstur yang
padat dan tidak mudah hancur karena adanya cmc sebagai binder yang dapat
merekatkan semua bahan baku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penyusunan formulasi pakan ikan dengan metode pearsons didasari pada
pembagian kadar protein bahan-bahan pakan ikan karena dengan menyusun
rumus akandapat menenyesuaikan kebutuhan pakan bagi ikan. Untuk memenuhi
gizi ikan maka harus di sesuaikan kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral untuk menunjang pross pertumbuhan dan reproduksi ikan. Formulasi
pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dipelihara atau
diteliti, apakah termasuk karnivora, omnivora, atau herbivora.
Keuntungan pakan bentuk pellet adalah meningkatkan konsumsi dan
efisiensi pakan, meningkatkan kadar energy metabolis pakan, membunuh bakteri
pathogen, menurunkan jumlah pakan yang tercecer, memperpanjang lama
penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan dan mencegah
oksidasi vitamin. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan
(cooling).
5.2 Saran
Sarana dan prasarana yang disiapkan sudah memenuhi kebutuhan
praktikan, lebih diperhatikan kembali kebersihan dalam pembuatan pakan agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 276 hal.
Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara
Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal.
Khairuman, K.A. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka.
Jakarta. 83 hal.
Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
146-148 : 157-165.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal
13 : 56 : 77.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Hal 87-98.
Nahm, K.H. 1992. Practical Guide to Feed, Forage and Water Analysis. Yoo Han
Pub. Korea Republic.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal.
Pfeil. F., Schultze H.P. 1996. Devonian Fishes and Plants of Miguasha, Quebec,
Canada. Verlag. München. 374 hal.
Rasidi. 2002. Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Cetakan 5.
Penebar Swadaya. Jakarta. 106 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan. Jilid I dan II. Bina cipta.
Bandung.
Sahwan, F. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal.
Sim, YS. 2005. Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan
Kerapu yang di Budidaya. Australian Centre for International
Agricultural Research. Canberra. 18 hal.
Sugama, K., Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E. and Kawahara, S. 2001. Manual for
the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Gondol
Research Institute for Mariculture and Japan International Cooperation
Agency, Bali, Indonesia. 37 hal.
23
LAMPIRAN
24
Timbangan Baskom
Pengaduk Pengayak
Pencetakkan Pakan
Ditambahkan bahan yang sudah tercampur dengan perekat atau binder
Pakan yang keluar dari mesin giling disimpan dengan hati-hati di nampan
Pengeringan Pakan
Diambil nampan berisi pakan yang sudah dicetak